Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM

“LATAR BELAKANG PONDASI DAN TEORI-TEORI


KEPEMIMPINAN”

DOSEN PENGAMPU : Dr. ZULKIFLI, MM., ME.Sy.

DISUSUN OLEH :

TRI HANDOYO (

ZAKY ILHAM MAULANA (212410021)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2022/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kepada kami kekuatan, kesehatan, keikhlasan sehingga kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik. Makalah ini berisikan materi tentang Latar
Belakang Pondasi dan Teori-teori Kepemimpinan.

Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas yang
telah diberikan oleh dosen pengampu kepada kami dan memberitahu kepada
mahasiswa mengenai Latar Belakang Pondasi dan Teori-teori Kepemimpinan.
Dan tidak lupa kami berterima kasih kepada Dosen pengampu kami Bapak Dr.
Zulkifli, MM., ME.Sy. yang telah membimbing kami dengan sangat baik
sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.

Dalam penulisan makalah ini, kami sadar bahwa banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan maupun dalam pemilihan kata dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami selaku penyusun makalah sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat terutama kelompok kami khususnya, dan
kepada teman teman mahasiswa yang membaca makalah ini.

Pekanbaru, 24 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Pengertian akal dan wahyu........................................................................3

2.2 Tujuan manusia diciptakan........................................................................6

2.3 Akal dan wahyu dalam perspektif tujuan penciptaan manusia...............12

BAB III..................................................................................................................15

PENUTUP..............................................................................................................15

3.1 Saran........................................................................................................15

3.2 Kesimpulan..............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diskusi tentang kepemimpinan dan masalah pemimpin merupakan


suatu yang tidak pernah sepi dari perbincangan dari waktu ke waktu. Tidak
terkecuali masa lalu, saat ini dan masa akan datang, pembicaraan mengenai
pemimpin banyak dibahas dan dianalisa dari berbagai sudut pandang yang
bermacam macam. Semuanya tergantung dari sisi mana seseorang
memandang dan mengulas masalah pemimpin dalam suatu obyek kajiannya.

Kepemimpinan merupakan kemampuan dan keterampilan seseorang


yang menduduki jabatan sebagai pimpinan suatu kerja untuk mempengaruhi
prilaku orang lain, terutama bawahannya untuk berpikir dan bertindak
sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif, ia memberikan
subangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi atau kelompok.
Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai suatu peranan dan merupakan
suatu proses untuk mempengaruhi orang lain. Pemimpin dari anggota dari
suatu perkumpulan yang diberi kedudukan atau amanah yang diharapkan
dapat bertindak sesuai dengan kedudukkannya

Dalam Islam pemimpin disebut dengan khalifah. Kahalifah (Ar:


khalifah adalah wakil, pengganti atau duta). Sedangkan secara istilah
khalifah adalah orang yang bertugas menegakkan syariat Allah SWT,
memimpin kaum muslimin untuk menyempurnakan penyebaran syariat
Islam dan memberlakukan kepada seluruh kaum muslimin secara wajib,
sebagai pengganti kepemimpinan Rasulullah SAW.

Kepemimpinan bertujuan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan


dapat mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Tujuan kepemimpinan
lebih merupakan kerangka ideal yang akan memberikan pedoman bagi
setiap kegiatan pemimpin, sekaligus menjadi patokan yang harus dicapai.

iv
1.2 Rumusan Masalah

1. Latar Belakang Kepemimpinan.


2. Pondasi Kepemimpinan.
3. Teori-teori Kepemimpinan.

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Latar Belakang Kepemimpinan.


2. Untuk mengetahui Pondasi Kepemimpinan islam.
3. Untuk mengetahui Teori-teori Kepemimpinan.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Kepemimpinan.

A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata “leadership” yang
berasal dari kata leader. Pemimpin (leader) ialah orang yang
memimpin, sedangkan pimpinan merupakan jabatannya. Secara
etimologi, istilah kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang
artinya bimbing atau tuntun. Dari kata pimpin tersebut maka
lahirlah kata kerja “memimpin” yang artinya membimbing dan
menuntun. (Syafar, D, 2017, p. 2)
Kepemimpinan merupakan salah satu unsur penentu
keberhasilan organisasi, terlebih lagi dalam menuju perubahan. Untuk
memahami apa yang dimaksud dengan kepemimpinan (leadership)
ada baiknya terlebih dahulu mengetahui arti pemimpin (leader). Hal
ini disebabkan kepemimpinan dilakukan oleh seorang pemimpin dan
ia mengembangkan tugas dengan beraktivitas untuk melaksanakan
kepemimpinan tersebut. (Irawaty A. Kahar , 2008, p. 2)
Menurut Robbert D Stuart (2002: 352) bahwa pemimpin adalah
seorang yang diharapkan mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi, memberi petunjuk dan juga mampu menentukan
individu untuk mencapai tujuan organisasi. Seiring dengan itu James
P. Spillane (2006: 10) menyatakan bahwa pemimpin itu agen
perubahan dengan kegiatan mempengaruhi orang-orang lebih daripada
pengaruh orang-orang tersebut kepadanya.
B. Konsep Kepemimpinan
Pemahaman konsep kepemimpinan merupakan kombinasi tiga
pandangan, yaitu: Pertama, “kepemimpinan adalah proses pengarahan
dan mempengaruhi aktivitas yang berhubungan dengan tugas anggota
kelompok”. (Stoner dan Wankel,1986:445). Kedua, “kepemimpinan
adalah terkait dengan pemanfaatan kekuatan orang untuk mencapai
tujuan organisasi”. (Wagen dan Davies,1998:37). Ketiga,

vi
kepemimpinan adalah kemampuan untuk membangkitkan rasa
percaya diri bawahan dan memberi dukungan kepada orang-orang
untuk mencapai tujuan organisasi. (Dubrin,2010:2). Dari kombinasi
ketiga pandangan ini, dapat disimpulkan bahwa hakikat
kepemimpinan apapun termasuk kepemimpinan manajerial adalah:
kemampuan untuk meyakinkan, mengarahkan, memberdayakan
membangkitkan rasa percaya diri, dan memberikan dukungan kepada
anggota kelompok/bawahan agar dapat melaksanakan aktivitas sesuai
tugas pokoknya untuk mencapai tujuan organisasi. (Muhammad, S,
2014, p. 2)
C. Gaya-gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan atau style of leadership merupakan cara
seorang pemimpin melaksanakan fungsi kepemimpinannya atau
menjalankan fungsi managemennya dalam memimpin bawahanannya.
Adapun gaya-gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut :
1. Gaya Kepemimpinan Demokratis;
Gaya kepemimpinan demokratis adalah suatu kemampuan
dalam mempengaruh orang lain agar dapat bersedia untuk
bekerja sama dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan
dengan berbagai cara atau kegiatan yang dapat dilakukan
dimana ditentukan bersama antara bawahan dan pimpinan. Gaya
tersebut terkadang disebut sebagai gaya kepemimpinan yang
terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan adanya
kesederajatan, kepemimpinan partisipatif atau konsultatif.
Pemimpin yang berkonsultasi kepada anak buahnya dalam
merumuskan suatu tindakan putusan bersama.
2. Gaya Kepemimpinan Delegatif
Gaya kepemimpinan delegatif memiliki ciri-ciri yaitu
pemimpin akan jarang dalam memberikan arahan, pembuat
keputusan diserahkan kepada bawahan, dan anggota organisasi
tersebut diharapkan bisa menyelesaikan segala permasalahannya
sendiri. Kepemimpinan delegatif merupakan sebuah gaya

vii
kepemimpinan yang dijalankan oleh pimpinan untuk
bawahannya yang mempunyai kemampuan, agar bisa
menjalankan aktivitasnnya yang untuk sementara waktu tak bisa
dilakukan oleh pimpinan dengan berbagai macam sebab.
Dengan demikian pimpinan tak terlalu banyak dalam
memberikan perintah kepada bawahannya, bahkan pemimpin
akan lebih banyak dalam memberikan dukungan untuk
bawahannya.
3. Gaya Kepemimpinan Birokratis;
Gaya kepemimpinan birokratis ini dilukiskan dengan
pernyataan "Memimpin berdasarkan adanya peraturan". Perilaku
memimpin yang ditandai dengan adanya keketatan pelaksanaan
suatu prosedur yang telah berlaku untuk pemimpin dan anak
buahnya. Pemimpin yang birokratis, secara umum akan
membuat segala keputusan itu berdasarkan dari aturan yang
telah berlaku dan tidak ada lagi fleksibilitas.
4. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire;
Gaya ini akan mendorong kemampuan anggota dalam
mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang telah
dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya tersebut hanya dapat
berjalan jika bawahan mampu memperlihatkan tingkat
kompetensi dan keyakinan dalam mengejar tujuan dan sasaran
yang cukup tinggi. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin
sedikit sekali dalam menggunakan kekuasaannya atau sama
sekali telah membiarkan anak buahnya untuk berbuat dalam
sesuka hatinya.
5. Gaya Kepemimpinan Otoriter/ Authoritarian;
Adalah gaya pemimpin yang telah memusatkan segala
keputusan dan kebijakan yang ingin diambil dari dirinya sendiri
dengan secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung
jawab akan dipegang oleh si pemimpin yang bergaya otoriter
tersebut, sedangkan para bawahan hanya sekedar melaksanakan

viii
tugas yang sudah diberikan. Tipe kepemimpinan yang otoriter
biasanya mengarah kepada tugas. Di sini bawahan hanyalah
menjadi suatu mesin yang hanya sekedar digerakkan sesuai
dengan kehendaknya sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan
sama sekali tidak pernah sekalipun diperhatikan
6. Gaya Kepemimpinan Kharismatik;
Kelebihan dari gaya kepemimpinan karismatis ini ialah
mampu menarik orang. Mereka akan terpesona dengan cara
berbicaranya yang akan membangkitkan semangat. Biasanya
pemimpin dengan memiliki gaya kepribadian ini akan
visionaris. Mereka sangat menyenangi akan perubahan dan
adanya tantangan, Namun mereka hanya mampu menarik orang
untuk bisa datang kepada mereka. Setelah beberapa lama
kemudian, orang-orang yang datang tersebut akan kecewa
karena adanya ketidak-konsistenan. Apa yang telah diucapkan
ternyata tidak dilakukan.
7. Gaya Kepemimpinan Diplomatis;
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini terdapat di
penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali selalu
melihat dari satu sisi, yaitu pada sisi keuntungan dirinya.
Sisanya, melihat dari sisi keuntungan pada lawannya. Kesabaran
dan kepasitan merupakan kelemahan pemimpin dengan
menggunakan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat
begitu sabar dan sanggup dalam menerima tekanan. Mereka
dapat menerima perlakuan yang tak menyenangkan tersebut,
tetapi pengikut-pengikutnya tidak menerimanya. Dan seringkali
hal inilah yang membuat para pengikutnya akan meninggalkan
si pemimpin.
8. Gaya Kepemiminan Moralis;
Kelebihan dari gaya kepemimpinan moralis seperti ini
ialah Mereka mempunayi empati yang tinggi terhadap segala
permasalahan dari para bawahannya, juga sabar, murah hati

ix
Segala bentuk kebajikan-kebajikan ada dalam diri pemimpin
tersebut. Kelemahan dari pemimpinan seperti ini ialah
emosinya. Rata-rata orang seperti ini sangatlah tidak stabil,
terkadang dapat tampak sedih dan sangat mengerikan, kadang
pula bisa saja sangat begitu menyenangkan dan bersahabat.
9. Gaya Kepemimpinan Administratif;
Gaya kepemimpinan tipe ini akan terkesan kurang inovatif
dan telalu kaku dalam memandang aturan. Sikapnya sangat
konservatif serta kelihatan sekali takut di dalam mengambil
resiko dan mereka cenderung akan mencari aman.
10. Gaya kepemimpinan analitis (Analytical);
Dalam gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya untuk
pembuatan keputusan didasarkan pada suatu proses analisis,
terutama analisis logika dari setiap informasi yang didapatkan.
Kepemimpinan model ini sangatlah mengutamakan logika
dengan menggunakan beberap pendekatan-pendekatan yang
masuk akal serta kuantitatif.
11. Gaya kepemimpinan entrepreneur;
Gaya kepemimpinan ini sangatlah menaruh perhatian pada
kekuasaan dan hasil akhir serta kurang mengutamakan untuk
kebutuhan akan kerjasama. Gaya kepemimpinan model ini
biasanya akan selalu mencari pesaing dan akan menargetkan
standar yang tinggi.
12. Gaya Kepemimpinan Visioner;
Kepemimpinan visioner merupakan pola kepemimpinan
yang ditujukan untuk bisa memberi arti pada kerja dan usaha
yang perlu dijalankan secara bersama-sama oleh para anggota
perusahaan dengan cara memberikan arahan dan makna pada
suatu kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan dengan visi
yang jelas. (Mattayang, 2019, p. 7)

x
D. Fungsi kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan yaitu untuk mempengaruhi dan
mengarahkan karyawannya untuk bekerja sebaik mungkin, dengan
memiliki semangat yang tinggi, dan memotivasi yang tinggi guna
mencapai tujuan organisasi. Hal ini terutama terikat dengan fungsi
kepemimpinan mengatur hubungan antara individu atau kelompok
dalam organisasi. Selain itu, fungsi pemimpin dalam mempengaruhi,
mengarahkan individu atau kelompok bertujuan untuk mewujudkan
organisasi yang bergerak kearah pencapaian tepat sasaran. (Lano,
2015, p. 2)
E. Urgensi Kepemimpinan

Menurut para pemikir muslim, keberadaan pemimpin adalah


sebuah keharusan (wajib/fardhu) (al-Mawardi, 2006: 5; Ibn Khaldun,
tt: 190; Salabi, 1984: 29). Kewajiban itu didasarkan pada ijma’
(consensus) para sahabat dan tabi’in (para cendekiawan setelah masa
sahabat). Namun para pemikir muslim berbeda pendapat tentang
sumber argumentasi kewajiban itu. Sebagian berpendapat, kewajiban
adanya kepemimpinan didasarkan pada argumentasi rasional (aqli)
belaka, bukan bersumber dari syariat. Sementara sebagian lainnya
menganggap kewajiban itu berasal dari ketentuan syariat (agama).
(Fata, A. K, 2012, p. 3)

Ibn Khaldun menjelaskan, kelompok pertama (aqli),


berpendapat bahwa yang membuat jabatan itu wajib menurut rasio
adalah kebutuhan manusia pada organisasi dan ketidakmungkinan
mereka hidup secara sendiri-sendiri. Salah satu akibat logis dari
adanya organisasi (masyarakat) adalah munculnya silang pendapat
dan tanazu’ (perselisihan). Selama tidak ada penguasa/pemimpin yang
bisa mengendalikan silang pendapat itu, maka selama itu pula akan
selalu timbul keributan dan kekacauan, yang selanjutnya akan
mengakibatkan hancur dan musnahnya umat manusia. (Fata, A. K,
2012, p. 3)

xi
Kewajiban adanya kepemimpinan didasarkan pada beberapa
argumentasi berikut ini: pertama, firman Allah dalam surat alNisa’: 59
dan 83 tentang ketaatan pada ulil amri. Kedua, hadis Rasulullah yang
menyatakan, “Barangsiapa mati dalam keadaan belum berbaiat, maka
dia mati dalam keadaan jahiliyah”. Hadis kedua adalah, “Jika tiga
orang di antara kalian bepergian, maka hendaklah salah satunya
dipilih sebagai pemimpin” serta hadis ketiga, “Sesungguhnya manusia
yang paling dicintai oleh dan paling dekat tempat duduknya dengan
Allah pada hari kiamat adalah imam (pemimpin) yang adil…”. (Fata,
A. K, 2012, p. 4)

2.2 Pondasi Kepemimpinan.


A. Karaketristik
Karakter adalah pondasi kepemimpinan. Semua kepemimpinan
yang efektif, dibangun diatas karakter yang kuat. Maka jika karakter
kepemimpinan tidak secara sengaja disiapkan, maka keberhasilan
seseorang dalam hal jabatan dan harta bisa sangat besar, dimana
karakter tidak mampu menopangnya, dan akibatnya semua hancur
berantakan, tak tersisa.
Ordway Tead dan George R. Terry tentang teori the traitis
theory of leadership (teori sifat dari kepemimpinan) yang dikutip
Kartini Kartono, mengemukakan karakteristik ideal yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin antara lain :
1. Energi jasmaniah dan mental (physical and nervous energy)
Memandang bahwa kekuatan-kekuatan mental berupa
semangat juang, motivasi kerja, disiplin, kesabaran, keuletan
dan kemampuan yang luar biasa harus dimiliki oleh seorang
pemimpin untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi.
2. Kesadaran akan tujuan dan arah (A sense of purpose and
deriction).
Seorang pemimpin harus memiliki keyakinan dan tujuan
yang akan dikerjakan. Tujuan tersebut harus didasarkan pada
kebenaran. menarik dan memiliki kegunaan bersama.

xii
3. Keramahan dan kecintaan (friendliness and affection).
Affection berarti kasih saying, cinta, simpati yang tulus
disertai dengan kesediaan berkorban bagi anggotanya. Karena
sifat seperti ini akan menjadi teladan yang baik bagi anggotanya.
Serta keramahan sebagai nilai-nilai dalam pergaulan dalam
menumbuhkan rasa saling memahami satu sama lain.
4. Integritas (integrity)
Seorang pemimpin harus mempunyai prinsip
sepenanggungan dan seperjuangan. Karena pelayanan dan
pengorbanan yang terhadap anggotanya justeru menjadikan
anggota kelompoknya semakin solid, dan akan
menghormatinya.
5. Penguasaan tekhnis (technical mastery)
Setiap pemimpin harus mempunyai satu atau beberapa
keakhlian tekhnis tertentu, tekhnis yang dimaksud bukan
sekedar pada yang bersifat mekanik atau materil tetapi
bagaimana tekhnik mengkoordinasikan anggotanya. agar
tercapai efektivitas kerja dan produktivitasnya.
6. Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness).
Pemimpin yang berhasil itu dapat mengambil keputusan
secara tepat, tegas dan cepat. Kemudian mampu meyakinkan
para anggotanya akan ketepatan dan kebenaran keputusannya,
serta dibarengi dengan rasa tanggung jawab.
7. Kecerdasan (intelligence).
Kecerdasan itu wajib dimiliki oleh setiap pemimpin
karena sebagai kemampuan untuk melihat dan memahami
dengan baik, mengerti sebab dan akibat, menemukan hal-hal
yang krusial dan menemukan cara penyelesaiannya.
8. Keterampilan mengajar (teaching skill),
Pemimpin itu seperti seorang guru yang mampu
menuntun, mendidik, mengarahkan, memberikan motivasi dan

xiii
menggerakkan anggotanya untuk bekerja. Sehingga mengajar
yang dimaksud tidak dimaknai secara sempit namun secara luas.
9. Kepercayaan (faith).
Keberhasilan kepemimpinan itu pada umumnya selalu
didukung oleh kepercayaan dari anggotanya. Biasanya
kepercayaan tersebut menjadi penilaian khusus dari anggotanya
menjalankan tugas dalam dan tanggung jawab. Karena ketika
kepercayaan mulai menipis maka semangat kerja dan
kepercayaan dari anggotanyapun akan mulai berkurang.
Sehingga dibutuhkan nilai-nilai kepercayaan dalam
kepemimpinan.
Sehubungan dengan ini, karakterdan mental seorang pemimpin
harus mampu beradaptasi dengan berbagai situasi, perubahan dan
tantangan baik internal maupun eksternal.Kemudian faktor lingkungan
internal dan eksternaltersebut perlu diantisipasi, dipantau, dinilai dan
disertakan sedemikian rupa dalam proses pengambilan perumusan
kebijakan (Syafar, D, 2017, p. 6)
2.3 Teori-teori Kepemimpinan.

A. Teori-teori kepemimpinan :
Pada dasarnya, teori kompetensi kepemimpinan memiliki tiga macam
yaitu: (a) teori sifat, (b) teori perilaku, dan (c) teori lingkungan. Ketiga
teori kepemimpinan ini merupakan grand theory kepemimpinan.
Ketiga teori tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut;
1. Teori Sifat
Teori sifat disebut juga teori genetik, karena menganggap
bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dibentuk. Teori ini
menjelaskan bahwa eksistensi seorang pemimpin dapat dilihat
dan dinilai berdasarkan sifat-sifat sejak lahir sebagai sesuatu
yang diwariskan.
2. Teori Prilaku
Teori ini berusaha menjelaskan apa yang dilakukan oleh
seorang pemimpin yang efektif, bagaimana mereka

xiv
mendelegasikan tugas, berkomunikasi dan memotivasi bawahan.
Menurut teori ini, seseorang bisa belajar dan mengembangkan
diri menjadi seorang pemimpin yang efektif, tidak tergantung
pada sifat-sifat yang sudah melekat padanya. Jadi seorang
pemimpin bukan dilahirkan untuk menjadi pemimpin, namun
untuk menjadi seorang pemimpin dapat dipelajari dari apa yang
dilakukan oleh pemimpin yang efektif ataupun dari pengalaman.
3. Teori Lingkungan
Teori ini beranggapan bahwa munculnya pemimpin-
pemimpin itu merupakan hasil dari waktu, tempat dan keadaan.
Kepemimpinan dalam perspektif teori lingkungan adalah
mengacu pada pendekatan situasional yang berusaha
memberikan model normatif, Teori ini secara garis besar
menjelaskan bahwa keberhasilan seorang pemimpin dalam
menjalankan tugasnya sangat tergantung terhadap situasi dan
gaya kepemimpinan yang dipakainya. Untuk situasi yang
berbeda, maka dipakai gaya yang berbeda pula.
4. Teori Implisit
Teori kepemimpinan implisit merupakan keyakinan dan
asumsi tentang karakteristik dari pemimpin yang efektif. Teori
implisit biasanya melibatkan stereotipe dan prototipe tentang
ciri, keterampilan atau perilaku yang relevan. Tujuan utamanya
bisa untuk membedakan para pemimpin diantara berbagai jenis
pemimpin (misalnya manajer, politikus, perwira militer). Teori
ini dikembangkan dan dimurnikan seiring waktu sebagai hasil
dari pengalaman aktual dengan para pemimpin, keterpaparan
terhadap literatur tentang pemimpin yang efektif, dan pengaruh
sosial budaya lainnya.
5. Teori Great Man
Menurut teori ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai
pemimpin yang memiliki berbagai ciri-ciri individu yang sangat
berbeda dengan kebanyakan manusia lainnya. Ciri-ciri individu

xv
tersebut mencakup karisma, intelegensi, kebijaksanaan, dan
dapat menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk membuat
berbagai keputusan yang memberi dampak besar bagi sejarah
manusia.
6. Teori Transformasi
Teori ini didasari oleh hasil penelitian mengenai adanya
perilaku kepemimpinan dimana para pemimpin yang kemudian
dikategorikan sebagai pemimpin transformasi (transformational
leader) memberikan inspirasi kepada sumber daya manusia yang
lain dalam organisasi untuk mencapai sesuatu melebihi apa yang
direncanakan oleh organisasi. Pemimpin transformasi juga
merupakan pemimpin visioner yang mengajak sumber daya
manusia organisasi bergerak menuju visi yang dimiliki oleh
pemimpin.
7. Teori Neokharismatik
Teori kepemimpinan yang menekankan simbolisme daya
tarik emosional dan komitmen pengikut yang luar biasa.
8. Teori kepemimpinan kharismatik
Teori ini mengemukakan bahwa para pengikut membuat
atribut dari kemampuan kepemimpinan yang heroik bila mereka
mengamati perilaku perilaku tertentu dari pemimpinnya.
(Syahril, 2019, p. 5)

B. Fungsi Teori kepemimpinan

1. Perencanaan Kepemimpinan (Leadership Planning)


Dengan mempelajari teori kepemimpinan, pemimpin dapat
mengetahui teori kepemimpinan yang mana yang akan
diterapkannya dalam kegiatannya dan langkah untuk menjadi
pemimpin yang baik. Sebagai anggota, kita juga paham
bagaimana berhadapan dengan pemimpin.
2. Pelaksanaan Kepemimpinan (Leadership Organizing)

xvi
Pemimpin dapat mengimplementasikan teori
kepemimpinan yang sudah dipahaminya dan disesuaikan dengan
kenyataan di lapangan yang sering berbeda dengan teori yang
ada.
3. Evaluasi Kepemimpinan (Leadership Evaluating)
Pemimpin dapat belajar mengapa gagal dalam menerapkan
satu teori kepemimpinan dan dapat mempertimbangkan teori
kepemimpinan lainnya yang dapat diterapkan untuk
memperbaiki kesalahan sebelumnya. (Hutahaean, W. S., & SE,
M. T, 2021, p. 9)

BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

xvii

Anda mungkin juga menyukai