Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPEMIMPINAN RASULULLAH
Dosen Pengampu : Anita Veronicha, S.Kom.I., M.Pd

Disusun sebagai tugas terstruktur


Mata kuliah Manajemen Lembaga dan Organisasi Dakwah

DISUSUN OLEH :

BAGUS ARIFKI SETIA BAKTI


PANDU DWI YUDAKUSUMA
SEPHIA MAY WULANSARI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Kepemimpinan Rasulullah” ini tepat pada waktunya. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang cara memotivasi diri bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibunda Anita Veronicha, S.Kom.I.,


M.Pd selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
berkontribusi dan sumbangsinya baik berupa pemikiran dan materi sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini, kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan Permasalahan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
A. Konsep Dasar Kepemimpinan......................................................................................3
B. Tipe dan Kualifikasi Pemimpin....................................................................................
C. Pola Kepemimpinan Rasulullah...................................................................................4
D. Karakteristik Kepemimpinan Rasulullah.....................................................................5

BAB III PENUTUP................................................................................................................10


A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memimpin bukan perkara yang mudah, namun banyak diantara kita yang
sangat ingin dan menginginkan untuk menjadi pemimpin. Kepemimpinan sendiri
mengandung arti proses mempengaruhi orang lain sehingga yang dipengaruhi mau
mengerti arahan sang pemimpin. Tapi untuk mewujudkan kepemimpinan yang sulit
itu sekarang banyak teori-teori kepemimpinan untuk bahan belajar dan melatih
kepemimpinan seseorang. Gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap para perilaku anggota/ followers. Gaya kepemimpinan yang dipakai
pemimpin-pemimpin di Indonesia kebanyakan menggunakan gaya participating yaitu
selalu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan ( musyawarah ), namun dalam
faktanya itu tidak dapat terealisasikan dengan baik.

:ْ ‫و ٍم َحتَّ ٰى يُ َغيِّر‬:ۡ :َ‫ا بِق‬::‫ ِر ٱهَّلل ۗ ِ ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل يُ َغيِّ ُر َم‬: ۡ‫ونَهۥُ ِم ۡن َأم‬::ُ‫ ِه َو ِم ۡن َخ ۡلفِِۦه يَ ۡحفَظ‬:‫ت ِّم ۢن بَ ۡي ِن يَد َۡي‬ٞ َ‫لَ ۥهُ ُم َعقِّ ٰب‬
‫ا‬::‫ُوا َم‬
ٍ ‫بَِأنفُ ِس ِهمۡۗ َوِإ َذٓا َأ َرا َد ٱهَّلل ُ بِقَ ۡو ٖم س ُٓوءٗ ا فَاَل َم َر َّد لَ ۚۥهُ َو َما لَهُم ِّمن دُونِ ِهۦ ِمن َو‬
١١ ‫ال‬

Artinya : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,


di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS Ar-Ra’ad : 11).

Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok &
lingkungan dengan baik. Semoga dengan adanya makalah ini bisa memberikan efek
yang begitu mendalam bagi seluruh teman-teman semua , Khususnya dalam
penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit pada kepemimpinan. Disinilah
dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat
terselesaikan dengan baik.

1
2

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan Kepemimpinan Islam?
2) Bagaimana tipe dan kualifikasi pemimpin yang baik?
3) Bagaimana Pola Kepimimpinan Rasulullah SAW?
4) Bagaimana Karakteristik Kepemimpinan Rasulullah SAW?

C. Tujuan Penulisan
1) Mengetahui pengertian kepemimpinan islam
2) Mengetahui tipe dan kualifikasi pemimpin yang baik
3) Mengetahui pola kepemimpinan Rasulullah SAW
4) Mengetahui karakteristik kepemimpinan Rasulullah SAW
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan salah satu tanggung jawab yang sangat besar karena
hal itu merupakan amanah dari Allah, baik atau tidaknya sebuah kepemimpinan
disebabkan oleh faktor pemimpin itu sendiri. Untuk itu di dalamnya ada dua pihak
yang berperan antara lain yang dipimpin dan yang memimpin (imam).

Konsep kepemimpinan dalam Islam sebenarnya memiliki dasar-dasar yang


sangat kuat dan kokoh. Ia dibangun tidak saja oleh nilai-nilai transendental, namun
telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu oleh nabi Muhammad SAW, para
Sahabat dan Khulafaur Rasyidin. Pijakan kuat yang bersumber dari Al-qur'an dan As-
sunnah serta dengan bukti empiriknya telah menempatkan konsep kepemimpinan
Islam sebagai salah satu model kepemimpinan yang diakui dan dikagumi oleh dunia
internasional.

Secara etimologi kepemimpinan berarti Khilafah, Imamah, Imaroh, yang


mempunyai makna daya memimpin atau kualitas seorang pemimpin atau tindakan
dalam memimpin. Sedangkan secara terminologinya adalah suatu kemampuan untuk
mengajak orang lain agar mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Dengan
kata lain, kepemimpinan adalah upaya untuk mentransformasikan semua potensi yang
terpendam menjadi kenyataan.

Tugas dan tanggungjawab seorang pemimpin adalah menggerakkan dan


mengarahkan, menuntun, memberi motivasi serta mendorong orang yang dipimpin
untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. Sedangkan tugas dan tanggungjawab
yang dipimpin adalah mengambil peran aktif dalam mensukseskan pekerjaan yang
dibebankannya tanpa adanya kesatuan komando yang didasarkan atas satu
perencanaan dan kebijakan yang jelas, maka rasanya sulit diharapkan tujuan yang
telah ditetapkan akan tercapai dengan baik. Bahkan sebaliknya, yang terjadi adalah
kekacauan dalam pekerjaan. Inilah arti penting komitmen dan kesadaran bersama
untuk mentaati pemimpin dan peraturan yang telah ditetapkan.

3
4

B. Tipe dan Kualifikasi Pemimpin yang Baik

Sebuah organisasi dapat berjalan dengan baik dan berkembang mencapai visi
organisasi, sangat tergantung pada kualitas diri dan kinerja seorang pemimpin. Oleh
karena itu, seorang pemimpin haruslah memiliki berbagai kualifikasi.

Menurut Ruslan Abdulgani, sebagaimana dikutip Wiryoputro mengatakan


bahwa kualifikasi seorang pemimpin haruslah memiliki kelebihan dalam hal:

- Moral dan akhlak yang baik


- Jiwa dan semangat
- Ketajaman intelek dan persepsi
- Ketekunan dan keuletan

Menurut Ki Hajar Dewantoro, pemimpin yang baik adalah:

- Ing ngarso sung tulodho, artinya pemimpin berada di depan untuk


memberikan teladan
- Ing madyo ambangun karso, artinya pemimpin berada di tengah untuk
membangun dan menumbuhkan inovasi
- Tutwuri handayani, artinya pemimpin berada di belakang untuk memberikan
semangat sambil mengikuti perkembangannya.

Dalam pandangan Islam, kepemimpinan merupakan amanah dan


tanggungjawab yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota
yang dipimpinnya, tetapi juga akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt.
Jadi, pertanggungjawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat
horizontal-formal sesama manusia, tetapi bersifat vertical- moral, yakni
tanggungjawab kepada Allah Swt di akhirat nanti.

Seorang pemimpin akan dianggap lolos dari tanggungjawab formal dihadapan


orang-orang yang dipimpinnya, tetapi belum tentu lolos ketika ia bertanggungjawab
dihadapan Allah Swt. Kepemimpinan sebenarnya bukan sesuatu yang mesti
menyenangkan, tetapi merupakan tanggungjawab sekaligus amanah yang amat berat
yang harus diemban dengan sebaik-baiknya. Allah Swt berfirman dalam al-qur’an
surah al-mu’minun : 8-9 yang artinya : “dan orang-orang yang memelihara amanah
(yang diembankannya) dan janji mereka, dan orang-orang yang memelihara
sholatnya."
5

C. Pola Kepimimpinan Rasulullah SAW

Kepemimpinan nabi Muhammad terbagi didua kota yaitu di Makkah ( selama


13 tahun ) dan di Madinah ( selama 10 tahun ). Namun, di waktu yang lebih singkat
jika dibandingkan dengan periode Makkah, Rasulullah berhasil menjadikan
masyarakat di kota Madinah sejahtera, atau yang biasa disebut masyarakat madani.
Terminologi masyarakat madani pertama kali dipopulerkan oleh Mohammad An-
Nuqaib Al-Attas, yaitu Mujtamak madani yang secara etimologi mempunyai dua arti:
pertama, masyarakat kota. Kedua masyarakat yang beradap (masyarakat tamaddun).
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan civilty atau civilation, dalam makna ini
masyarakat madani dapat berarti dengan Civil Society yaitu masyarakat yang
menjunjung peradaban.( Barnadib,1998 ).

Dalam periode Madinah, konsep ini terlihat lebih jelas dibanding periode
Mekah. Rasulullah telah menjadikan Madinah dengan kondisi yang begitu plural,
berikut dengan berbagai aliran kepercayaan yang ada di dalamanya sebagai basis
untuk meletakkan fondasi keislaman dan kemasyarakatan secara inklusif. Dalam hal
ini, Rasulullah berhasil membentuk masyarakat yang menjunjung tinggi nilai, norma,
dan hukum yang ditopang oleh penguasaan iman, ilmu dan peradaban. Konsep inilah
yang belakangan ini diistilahkan sebagai konsep masyarakat madani ( Al-
Mabarkafuri, 2008 ).

Dengan demikian, istilah masyarakat madani memiliki korelasi yang begitu erat
dengan masyarakat Madinah pada masa Rasulullah. Dari sini, kita bisa mengambil
sebuah pendapat bahwa konsep masyarakat madani tidak hanya berkutat pada
perwujudan kondisi masyarakat atau warga negara yang berperadaban secara materi
(duniawi) saja. Akan tetapi, konsep masyarakat madani sebagaimana kondisi
masyarakat Madinah pada masa Rasulullah adalah perwujudan suatu masyarakat
yang memiliki basis keimanan dan keislaman yang kuat, yang kemudian
dimanifestasikan dalam nilai-nilai dan norma-norma yang dijunjung tinggi oleh
seluruh elemen masyarakat. Kondisi seperti ini harus pula disertai dengan geliat
intelektual yang tinggi, sehingga menghasilkan komunitas yang berintegritas tinggi
dan berperadaban luas. Dalam hal ini bisa disimpulkan bahwa masyarakat madani
yang dibangun oleh Rasulullah di Madinah adalah masyarakat yang menjadikan
akhirat (spirit keagamaan) sebagai fondasi, dan dunia (materi) sebagai bangunannya.

Selain sebagai Nabi bagi seluruh umatnya, dalam perkembangan Islam


selanjutnya Nabi menduduki peranan yang sangat penting, di antaranya :
6

1. Nabi Muhammad Saw Sebagai Nabi Dan Rasul

Sebagai Nabi dan rasul, Nabi Muhammad Saw mendakwahkan agama Islam dengan
akhlak yang sesuai dengan Al-Qur’an. Sebagai da’i beliau menunjukkan sifat- sifat
sabar, lemah lembut, toleransi, tega dan istiqomah dalam ajaran yang dibawanya,
terutama tentang aspek akidah. Beliau juga melakukan aktifitas dakwah dengan
dedikasi yang sangat tinggi.

2. Nabi Muhammad Saw Sebagai Pendiri Bangsa

Nabi Muhammad Saw tidak sekedar sebagai pembaharu masyarakatnya, tetapi juga
berperan sebagai pendiri bangsa yang besar. Nabi berjuang pada tahap awal dengan
mendrikan sebuah kebangsaan dengan menyatukan para pemeluknya, lalu beliau
merancang sebuah imperium yang dibangun berdasarkan kesepakatan dan kerjasama
berbagai kelompok yang terkait.

Pada saat awal ini, Nabi Muhammad Saw berhasil mendirikan sebuah Negara
Madinah, yang semula hanya terdiri dari suatu kelompok masyarakat yang heterogen
satu sama yang lainnya saling bermusuhana. Maka dengan hadirnya Nabi Muhammad
Saw masyarakat Madinah menjadi bersatu dalam kesatuan Negara Madinah.
Selajutnya Nabi Muhammad Saw memberlakukan beberapa ketentuan hukum untuk
semua tanpa pengecualian dalam kedudukan yang sama, tidak mengenal perbedaan
kedudukan karena nasab, kelas sosial dan lain sebagainya.

3. Nabi Muhammad Saw Sebagai Pemimpin Masyarakat

Peran Nabi Muhammad Saw dapat kita lihat juga sebagai pemimpin masyarakat
ketika beliau sampai di Madinah, beliau berhasil menghapus permusuhan tradisi di
antara suku Aus dan Khazraj yang keduanya digabungkan oleh Nabi Muhammad Saw
menjadi golongan Anshar. Setelah itu, golongan Anshar ini digabungkan pula dengan
orang-orang Quraisy yang datang dari Mekkah dan biasa disebut golongan Muhajirin.
Dengan demikian keberhasilan Baginda merupakan tokoh pertama yang menyatukan
bangsa Arab yang berasal dari keturunan yang berbeda menjadi satu umat yang kuat
dan kokoh. Selain itu, sebagai pemimpin, beliau telah menentukan beberapa hal yang
menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Antara lain: ibadah, munakahat, jenayah,
kenegaraan dan sebagainya.
7

4. Nabi Muhammad Saw Sebagai Pemimpin Politik

Keunggulan Nabi Muhammad Saw sebagai pemimpin politik dapat kita lihat dari
beberapa hal, antaranya:

a. Menyelesaikan Masalah Perpindahan Hajar Al-Aswad Ke Tempat Asal

Nabi Muhammad Saw menunjukkan citra kepemimpinanya ketika berhasil


menyelesaikan masalah yang timbul di kalangan pemimpin bani-bani dalam
kabilah Quraisy yang merebutkan hak untuk meletakkan hajarul aswad di
tempatnya yang asa di penjuru dinding ka’bah. Peristiwa itu terjadi setelah kota
Mekkah dilanda banjir dan sebagiian bangunan ka’bah runtuh. Ketika akan
meletakkan hajar aswad ketempat semula yaitu disudut dinding Ka’bah, bani- bani
diMekkah saling memperebutkannya. Karena batu itu dianggap sangat suci dan
mulia sehingga hanya tangan yang mulia dari bani atau suku yang mulia saja yang
layak meletakkan batu itu ke tempat semula. Akhrnya mereka memililih Nabi
Muhammad Saw sebagai hakim untuk meyelesaikan masalah tersebut. Lalu Nabi
Muhammad Saw meletakkan batu tersebut di atas sehelai kain. Setelah itu setiap
wakil Bani memegang bagian ujung kain tersebut dan bersama-sama
mengangkatnya. Solusi ini menjadi pemecah konlik yang mebuat semuanya
merasa puas

b. Membentuk Piagam Madinah

Pada tahun pertama Hijriah Nabi Muhammad Saw brhasil melahirkan piagam
Madinah yang merupakan perlembagaan tertulis yang pertama di dunia. Piagam
Madinah ini berhasil mewujudkan sebuah Negara Islam yang pertama di dunia
yang terdiri dari banyaknya rakyat dan ragam agama. Sesungguhnya perlembagaan
ini lebih bersifat satu alat untuk menyelesaikan masalah masyarakat majemuk
yang ingin hidup aman dan damai dalam sebuah Negara yang sama. Dengan kata
lain, ini adalah teori dan aplikasi toleransi yang pertama kali di lahirkan oleh Nabi
Muhammad Saw sebagai pioneer sekaligus adanya legitimasi secara tidak
langsung dari seluruh masyarakatnya baik yang telah memeluk Islam maupun
yang belum.

c. Mengadakan Perjanjian Hudaibiah

Perjanjian Hudaibiah yang diadakan di antara umat Islam Madinah dengan kaum
Quraisy Mekah merupakan satu lagi bukti yang menunjukkan bahwa beliau Nabi
Muhammad Saw adalah pemimpin yang sangat bijaksana. Tak ada satupun yang
8

menyangkalnya termasuk Sayyidina Umar sendiri bahwa perjanjian Husaibiah


yang dianggap kontroversi itu telah memberikan ketegasan pada kaum Quraisy
dalam semua bidang. Sebagai buktinya, setelah perjanjian Hudaibiyah, tiga
pahlawan unggulan Quraisy yaitu Khalid bin Walid, Amr bin Ash, dan Osman bin
Talba memeluk Islam, umat Islam bertambah sebanyak lebih dari lima kali lipat
dari dua tahun saja.

d. Mengadakan Hubungan Diplomat

Walaupun Nabi Muhammad Saw buta huruf, namun beliau membuktikan


kualitasnya sebagai seorang pemimpin sebuah kerajaan. Beliau mengadakan
hubungan diplomatic dan mengirim utusan-utusan ke berbagai daerah di dalam
dan di luar Tanah Arab seperti Habsyah, Farsi Byzantine, Ghassan, Hirah, dan lain
sebagainya.

5. Nabi Muhammad Saw Sebagai Pemimpin Militer

Nabi Muhammad Saw meletakkan akidah, syariat dan akhlak yang mulia sebagai asas
kepemimpinannya. Beliau dan sahabatnya menetapkan dasar tertentu semasa perang
seperti: tidak memerangi orang lemah, orang tua dan anak-anak serta wanita, tidak
memusnahkan harta benda. Beliau juga mengaplikasikan sifat amanah dalam
melaksanakan perintah Allah dan juga seluruh umat Islam dalam memimpin. Nabi
Muhammad Saw bersifat adil terhadap harta rampasan perang, yaitu dengan
membaginya secara rata pada tentara yang turut dalam peperangan dan tidak
mengejar musuh yag sudah lari dari medan peperangan. Nabi Muhammad Saw adalah
panglima tentara dan ahli strategi. Dengan ilmu dan pengalaman yang luas, beliau
berhasil membawa kejayaan kepada tentara Islam.

6. Nabi Muhammad Saw Sebagai Perancang Ekonomi

System ekonomi yang dikembangkan sebelumya adalah system ekonomi kapitasis


dan absolutistic yang berpusat pada suku-suku tertentu. Nabi Muhammad Saw datang
untuk memperkenalkan system ekonomi baru yang menggantikan dasar ekonomi
zaman Jahiliah. Beliau menggalakkan icon kerja keras dan rajin dalam bidang
perniagaan dan pertanian. Nabi Muhammad Saw telah membangun ekonomi umat
Islam seperti menebus blik dan mengolah tanah yang tergadai kepada kaum Yahudi.
9

D. Karakteristik Kepemimpinan Rasulullah SAW

Sebagian besar dari kita pernah mendengar tentang kepemimpinan seorang


Muhammad saw. Dalam masa 22 tahun beliau sanggup mengangkat derajat bangsa
Arab dari bangsa jahiliah yang diliputi kebodohan dan keterbelakangan menjadi
bangsa terkemuka dan berhasil memimpin banyak bangsa di dunia. Orang-orang yang
berada di bawah kepemimpinannya merasakan kelembutan dan kasih sayang beliau.

Cara berpikir Nabi Muhammad SAW yang lurus terlahir dari cara pandangnya
yang juga lurus terhadap hidup dan kehidupan ini. Cara berpikir yang lurus tadi
menghasilkan sebuah keputusan yang tepat sekaligus dapat diterima semua pihak.

Inilah cara berpikir Nabi Muhammad saw tersebut yang menjadi prinsip
kepemimpinannya :

1. Beliau menomorsatukan fungsi sebagai landasan dalam memilih orang


atau sesuatu, bukan penampilan atau faktor-faktor luar lainnya

Keempat sahabat yang dikenal sangat dekat dengan Beliau, yakni Abu Bakar
Assidiq, Umar ibnu Khattab, Ustman ibnu Affan dan Ali ibnu Abi Tholib adalah
gambaran jelas kemampuan Nabi Muhammad saw dalam melihat fungsi.

Abu Bakar Assidiq yang bersifat percaya sepenuhnya kepada Nabi Muhammad
saw, adalah sahabat utama. Ini bermakna modal seorang pemimpin adalah
kepercayaan dari orang lain. Umar ibnu Khattab bersifat kuat, berani dan tidak
kenal takut dalam menegakkan kebenaran. Ini bermakna kekuasaan akan efektif
apabila ditunjang oleh semangat pembelaan terhadap kebenaran dengan penuh
keberanian.

Ustman ibnu Affan adalah seorang pedagang kaya raya yang rela menafkahkan
seluruh harta kekayaannya untuk perjuangan Nabi Muhammad saw. Faktor ketiga
yang tidak kalah penting adalah pendanaan. Sebuah kepemimpinan akan lebih
lancar apabila ditunjang kondisi ekonomi yang baik dan keuangan yang lancar.

Ali ibnu Abi Thalib adalah seorang pemuda yang berani dan tegas, penuh ide
kreatif, rela berkorban dan lebih suka bekerja dari pada bicara. Kepemimpinan
akan menjadi semakin kuat karena ada regenerasi. Tidak ada pemimpin yang
berkuasa selamanya, dia perlu menyiapkan penerus agar rencana-rencana yang
belum terlaksana bisa dilanjutkan oleh generasi berikutnya.
10

2. Beliau mengutamakan segi kemanfaatan daripada kesia-siaan

Tidak ada perkataan, perbuatan bahkan diamnya seorang Nabi Muhammad yang
menjadi sia-sia dan tidak bermakna. Pilihan terhadap kurma, madu, susu kambing
dan air putih sebagai makanan yang bermanfaat untuk tubuh adalah salah satu
contohnya. Bagaimana sukanya Nabi Muhammad terhadap orang yang bekerja
keras dan memberikan manfaat terhadap orang banyak dan kebencian beliau
terhadap orang yang menyusahkan dan merugikan orang lain adalah contoh yang
lain.

3. Beliau mendahulukan yang lebih mendesak daripada yang bisa ditunda

Ketika ada yang bertanya kepadanya, mana yang harus dipilih apakah
menyelamatkan seorang anak yang sedang menghadapi bahaya atau meneruskan
shalat, maka beliau menyuruh untuk membatalkan shalat dan menyelamatkan anak
yang sedang menghadapi bahaya.

4. Beliau lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri

Ketika datang wahyu untuk melakukan hijrah dari kota Makkah ke Madinah, Nabi
Muhammad Saw baru berangkat ke Madinah setelah semua kaum Muslimin
Makkah berangkat terlebih dulu. Padahal saat itu beliau terancam akan dibunuh,
namun tetap mengutamakan keselamatan kaumnya yang lebih lemah.

Ketika etnik Yahudi yang berada di dalam kekuasaan kaum Muslimin meminta
perlindungan kepadanya dari gangguan orang Islam di Madinah, beliau sampai
mengeluarkan pernyataan : Bahwa barang siapa yang mengganggu dan menyakiti
orang-orang Yahudi yang meminta perlindungan kepadanya, maka sama dengan
menyatakan perang kepada Allah dan Rasulnya. Padahal tindakan demikian bisa
menjatuhkan kredibilitas Beliau di mata kelompok-kelompok etnik Arab yang
sudah lama memusuhi etnik Yahudi.

5. Beliau memilih jalan yang tersukar untuk dirinya dan termudah untuk
umatnya

Apabila ada orang yang lebih memilih mempersulit diri sendiri dari pada
mempersulit orang lain, maka dia adalah para Nabi dan Rasul Begitu pun dengan
Nabi Muhammad saw. Ketika orang lain disuruh mencari jalan yang termudah
dalam beragama, maka Beliau memilih untuk mengurangi tidur.
11

Ketika dia menyampaikan perintah Allah Swt kepada umat untuk mengeluarkan
zakat hartanya hanya sebesar 2,5 bagian saja dari harta mereka, dia bahkan
menyerahkan seluruh hartanya untuk perjuangan dan tidak menyisakan untuknya
dan keluarganya, kecuali rumah yang menempel di samping mesjid, satu dua
potong pakaian dan beberapa butir kurma atau sepotong roti kering untuk sarapan.
Sampai- sampai tidurnya hanya di atas pelepah korma.

Seperti pernah dia bertanya kepada Aisyah ra. Istrinya apakah hari itu ada
sepotong roti kering atau sebiji korma untuk dimakan. Ketika istrinya berkata
bahwa tidak ada semua itu, maka Nabi Muhammad Saw mengambil batu dan
mengganjalkannya ke perut untuk menahan lapar.

6. Beliau lebih mendahulukan tujuan akhirat daripada maksud duniawi

Para Nabi dan Rasul adalah orang-orang terpilih sekaligus contoh teladan bagi
kita. Nabi Muhammad Saw menunjukkan bahwa jalan akhirat itu lebih utama
daripada kenikmatan dunia dengan seluruh isinya ini.

“Seandainya kalian letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan


kiriku, maka aku tidak akan berhenti dalam menyampaikan risalah ini.” Demikian
Nabi Muhammad Saw berkata kepada para pemimpin Quraisy yang mencoba
menyuap Nabi Muhammad Saw dengan harta benda, menjanjikan kedudukan
tertinggi di kalangan suku-suku Arab dan juga menyediakan wanita-wanita cantik
asalkan Nabi Muhammad Saw akan menghentikan dakwahnya di kalangan
mereka.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepemimpinan merupakan amanah dan tanggungjawab yang tidak hanya


dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya, tetapi juga akan
dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt. Jadi, pertanggungjawaban
kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia,
tetapi bersifat vertical- moral, yakni tanggungjawab kepada Allah Swt di akhirat
nanti.

Kepemimpinan nabi Muhammad terbagi didua kota yaitu di Makkah ( selama


13 tahun ) dan di Madinah ( selama 10 tahun ). Namun, di waktu yang lebih singkat
jika dibandingkan dengan periode Makkah, Rasulullah berhasil menjadikan
masyarakat di kota Madinah sejahtera, atau yang biasa disebut masyarakat madani.
Terminologi masyarakat madani pertama kali dipopulerkan oleh Mohammad An-
Nuqaib Al-Attas, yaitu Mujtamak madani yang secara etimologi mempunyai dua arti:
pertama, masyarakat kota. Kedua masyarakat yang beradap (masyarakat tamaddun).
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan civilty atau civilation, dalam makna ini
masyarakat madani dapat berarti dengan Civil Society yaitu masyarakat yang
menjunjung peradaban.( Barnadib,1998 ).

Nabi Besar Muhammad saw. telah berhasil membimbing bangsa Arab yang
selamanya belum pernah memiliki pemerintahan sendiri yang merdeka dan berdaulat,
karena bangsa Arab adalah bangsa yang selalu dijajah oleh Persia dan Romawi,
menjadi bangsa yang mampu mendirikan negara kesatuan yang terbentang luas mulai
dari benua Afrika sampai Asia.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat kami buat dan sampaikan. Mudah-mudahan


dapat bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada kesalahan dalam penulisan, ataupun
ada refrensi yang kurang benar dalam pembahasan, kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Dan kami menerima saran dan kritikan dari pembaca demi kebaikan kami
untuk selanjutnya. Tiada kesempurnaan bagi kita, kecuali kesempurnaan itu hanya
milik Allah semata.

12
DAFTAR PUSTAKA

Yunus, Eddy. 2016. Manajemen Kepemimpinan Rasulullah. Jakarta: Andi Offset

Jufri, Abdurrahman. 2006. Trik Cerdas Memimpin Cara Rasulullah. Solo: Pustaka
Iltizam.

Jawahir, Tantoni. 2000. Unsur Manajemen Menurut Ajaran Islam. Jakarta: Pusat Al-
Husna

http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/03/kepemimpinan-nabi-muhammad-
saw.html (Diakses pada tanggal 28 September 2022 pukul 22.20 di Pekanbaru)

Anda mungkin juga menyukai