P-ISSN: 2654-4695
E-ISSN: 2654-7651
DOI: 1010.24014/idarotuna.v2i2.
Abstract: Abstract and keywords written in two languages (Indonesian and English). The length of each
abstract is 100-150 words, accompanied by a number of 3-5 keywords. Abstract contains objectives,
methods, and results of the research.
(11pt, single line spacing, 1 paragraph)
Abstrak: Abstrak dan kata kunci ditulis dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris). Panjang abstrak 100-
150 kata, disertai kata kunci 3-5 kata. Abstrak berisi tujuan, metode, dan hasil.
(ukuran huruf 11 pt, spasi 1, 1 paragraf)
Pendahuluan
Islam di Indonesia memiliki ragam keunikan dan cara beribadah yang beraneka ragam
pula. Salah satu segi yang sangat mencolok dalam proses penyebaran islam di Indonesia yakni
ilmu tasawuf, karena ilmu tasawuf merupakan corak pemikiran yang dominan dilakukan para
wali songo dalam menyebarkan agama islam di Indonesia. Dalam perkembangannya, ilmu
tasawuf kemudian dikenal dengan nama tareqat oleh masyarakat luas. Tareqat sendiri merupakan
tahap tertinggi dalam pencapaian ilmu tasawuf.
Tareqat secara harfiah memiliki makna “jalan” yang lebih mengacu kepada kegiatan
meditasi seperti dzikir, wirid dan sebagainya yang berhubungan dengan guru ribath (terikat).
Kegiatan tareqat ini biasanya dipimpin oleh seorang guru yang sudah mendapatkan ijazah dari
pendahulunya kemudian dilingkari oleh para murid-muridnya yang kelak akan menjadi guru
pula1. Mereka diajarkan dengan metode yang sama, ajaran yang sama dan khabr yang sama pula.
Semenjak dahulu di Indonesia tareqat sudah berkembang sangat pesat, sehingga besar jumlah
pengikutnya. Tareqat yang ada di Indonesia pun juga memiliki kelompok dengan ciri khasnya
masing-masing, yang cukup terkenal diantaranya adalah : tareqat Qodiriyyah yang didirikan oleh
Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani (470-591 H), kemudian tareqat Naqsyabandiyah yang
dinisbahkan kepada Syekh Muhammad Bahauddin al-Uwaisi al-Bukhori an-Naqsyabandi (717-
791 H).
1
Rusli, R. A. (2013). Tasawuf dan Tarekat Studi Pemikiran dan Pengalaman Sufi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00
santri-santri dan masyarakat Riau untuk mengikuti ajaran Tareqat Naqsyabandiyah ini yakni
Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru, yang mana kegiatan ini dipimpin langsung oleh
seorang mursyid rabithah (terikat langsung) yang memiliki sanad keilmuan dan keturunan
langsung dari Syekh Abdul Wahab Rokan yakni Haji Ahmad Royan pada tahun 1985M.
Kemudian dilanjutkan oleh salah seorang putranya yang juga menjadi pimpinan Pondok
Pesantren Babussalam Pekanbaru yaitu Syekh Haji Ismail Royan hingga saat ini.
Menariknya, Pesantren Babussalam Pekanbaru tidak hanya membina dan mengajarkan
ilmu tareqat kepada para santri tapi kepada seluruh masyarakat Riau yang ingin belajar dan
mengamalkan tareqat Naqsyabandiyah ini. Pada umumnya santri yang bisa mengikuti kegiatan
tareqat ini dimulai dari jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga para guru-guru. Hal
ini mengingat usia anak-anak yang masih baru beranjak dewasa sehingga masih banyak
pemikiran yang ditakuti membebani atau malah tidak masuk kedalam ajaran tareqat ini.
Akhirnya penulis ingin membahas seperti apa strategi Pesantren Babussalam Pekanbaru dalam
merekrut dan mengajarkan ajaran tareqat Naqsyabandiyah melalui pembinaan langsung dari
mursyid rabithahnya yakni Syekh Haji Ismail Royan dengan judul Motif Keikutsertaan Santri
dalam mengikuti Tareqat Naqsyabandiyah ini di Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru
Penelitian ini akan melihat bagaimana peran Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru
dalam membina dan mengajarkan ajaran tareqat Naqsyabandiyah kepada para santri. Hal ini juga
menunjukan bahwa penyebaran ajaran ini tidak lagi disebarkan melalui kampung ke kampung,
tapi juga bisa melalui wadah besar yang santrinya datang dari luar Riau bahkan luar Sumatra.
Penulis juga berpendapat bahwa meluasnya ajaran tareqat Naqsyabandiyah ini sampai keluar
Riau dikarenakan peran alumni Pesantren yang masih berperan aktif dalam mengikuti ajaran
tareqat Naqsyabandiyah ini.
Metode
Secara metodologis, penelitian ini berjenis deskriptif, sedangkan pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena
realitas sosial yang ada pada santri yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas
itu ke permukaan sebagai suatu ciri karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi,
situasi ataupun fenomena tertentu. Terkait dengan penelitian ini, data primer didapatkan dengan
wawancara dan survey langsung kepada para santri yang mengikuti tareqat dan kepada pimpinan
Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru sebagai mursyid rabithah di Kota Pekanbaru.
Proses pencarian data penelitian ini dilakukan pada minggu ketiga bulan Mei dengan
langsung datang ke Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru. Penulis langsung menghubungi
informan yang bersangkutan. Penulis ingin mengetahui bagaimana teknis dari pembinaan itu
dilakukan, kapan waktunya, dimana tempat khususnya, siapa saja subjeknya, dan bagaimana
metode mengajak objek yang bersangkutan tertarik untuk mengikuti pembinaan dan ajaran
tareqat ini.
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00
Pengajian
Pengajian merupakan salah satu kegiatan rutin di Pesantren Babussalam Pekanbaru.
Biasanya kegiatan ini dilakukan setiap hari ba’da maghrib di masjid Darussalam. Tujuan
dilakukan agenda ini adalah untuk terus memberikan santapan rohani kepada seluruh santri.
Sesekali pengajian diisi langsung oleh pimpinan Pesantren Babussalam Pekanbaru tuan guru
Syekh Haji Ismail Royan, yang akan langsung mensosialisasikan sejarah dan perkembangan
Tareqat Naqsyabandiyah, dengan tujuan diharapkan seluruh santri dapat merealisasikan dzikir
qolbiyah dalam kegiatan sehari-hari.
hanya diisi dengan tausiah dari para ulama, Pesantren Babussalam Pekanbaru biasanya juga
melakukan doa bersama untuk kebaikan bersama, bangsa dan agama. Hal ini tentu mengajarkan
para santri dan jamaah betapa pentingnya hakikat berdoa dan mendoakan.
Gambar 2 : Tausiah Tuan Guru Dr. Zikmal Fuad pada Peringatan Hari besar Islam
Ratib Saman
Ratib Saman merupakan zikir khas tareqat Naqsyabandiyah yang rutin dilakukan Pesantren
Babussalam Pekanbaru di setiap peringatan hari besar islam, seperti Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi,
menyambut 1 Ramadhan dan hari besar islam lainnya.
Ratib Saman merupakan bentuk zikir yang dikembangkan serta diamalkan oleh seorang
ulama thariqat terkemuka bernama Syeikh Muhammad Saman Al-Madani. Beliau bermukim di
Madinah Al-Munawwarah.
Zikir ini lebih banyak dilakukan dalam keadaan berdiri secara berkelompok dengan
membentuk lingkaran. Sambil mengagungkan asma Allah dengan suara lantang, jamaah zikir
menggerakkan badannya sedikit membungkuk ke kiri dan ke kanan secara bersamaan. Ratib
Saman kegiatan ritual yang diajarkan sejumlah thariqat, termasuk di Indonesia. Dulu, di wilayah
Sumatera timur dilakukan oleh Thariqat Naqsabandiyah yang dibawa dan dikembangkan oleh
Syekh Abdul Wahab Rokan.
Nama lengkap Syeikh Muhammad Saman Al-Madani adalah Gauts Zaman Al-Waly Qutbil
Akwan Syeikh Muhammad bin Abdul Karim As-Samman al-Madani. Salah seorang keturunan
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00
Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan Sayyidah Fatimah Az-Zahra binti Sayyidina Rasulullah
SAW. Syeikh Muhammad Saman Al-Madani lahir di kota Madinah pada tahun 1132
H/bertepatan tahun 1718 M. Dan wafat pada Rabu 2 Dzulhijjah 1189 H dimakamkan di Baqi’.
Beliau juga pendiri Thariqat Samaniyyah, sekaligus sebagai penjaga Makam Rasulullah Saw.
(Purwadaksi, 2004).
Gambar 3 : Ratib Saman dipimpin langsung oleh tuan guru Syekh Haji Ismail Royan
Haul
Bagian hasil penelitian dan pembahasan berisi paparan hasil analisis yang berkaitan dengan
tujuan penelitian. Pembahasan berisi analisis tentang hasil dan diskusi dengan teori dan hasil
penelitian sejenis. Hindari penjelasan dengan penomoran angka atau huruf.
(ukuran huruf 12 pt, spasi 1.15)
1 20 SMA Swasta
2 30 Sarjana PNS
Sumber: Hasil wawancara penelitian