Anda di halaman 1dari 7

Volume 2, Nomor 2, April 2020

P-ISSN: 2654-4695
E-ISSN: 2654-7651
DOI: 1010.24014/idarotuna.v2i2.

Motif Keikutsertaan Santri dalam Mengikuti Tareqat Naqsyabandiyah di


Pondok Pesantren Babusssalam Pekanbaru

Pandu Dwi Yudakusuma


Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Email: 12040411554@students.uin-suska.ac.id

Abstract: Abstract and keywords written in two languages (Indonesian and English). The length of each
abstract is 100-150 words, accompanied by a number of 3-5 keywords. Abstract contains objectives,
methods, and results of the research.
(11pt, single line spacing, 1 paragraph)

Keywords: Format; Journal; Template

Abstrak: Abstrak dan kata kunci ditulis dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris). Panjang abstrak 100-
150 kata, disertai kata kunci 3-5 kata. Abstrak berisi tujuan, metode, dan hasil.
(ukuran huruf 11 pt, spasi 1, 1 paragraf)

Kata kunci: Santri, Naqsyabandiyah, Pesantren

Pendahuluan
Islam di Indonesia memiliki ragam keunikan dan cara beribadah yang beraneka ragam
pula. Salah satu segi yang sangat mencolok dalam proses penyebaran islam di Indonesia yakni
ilmu tasawuf, karena ilmu tasawuf merupakan corak pemikiran yang dominan dilakukan para
wali songo dalam menyebarkan agama islam di Indonesia. Dalam perkembangannya, ilmu
tasawuf kemudian dikenal dengan nama tareqat oleh masyarakat luas. Tareqat sendiri merupakan
tahap tertinggi dalam pencapaian ilmu tasawuf.
Tareqat secara harfiah memiliki makna “jalan” yang lebih mengacu kepada kegiatan
meditasi seperti dzikir, wirid dan sebagainya yang berhubungan dengan guru ribath (terikat).
Kegiatan tareqat ini biasanya dipimpin oleh seorang guru yang sudah mendapatkan ijazah dari
pendahulunya kemudian dilingkari oleh para murid-muridnya yang kelak akan menjadi guru
pula1. Mereka diajarkan dengan metode yang sama, ajaran yang sama dan khabr yang sama pula.
Semenjak dahulu di Indonesia tareqat sudah berkembang sangat pesat, sehingga besar jumlah
pengikutnya. Tareqat yang ada di Indonesia pun juga memiliki kelompok dengan ciri khasnya
masing-masing, yang cukup terkenal diantaranya adalah : tareqat Qodiriyyah yang didirikan oleh
Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani (470-591 H), kemudian tareqat Naqsyabandiyah yang
dinisbahkan kepada Syekh Muhammad Bahauddin al-Uwaisi al-Bukhori an-Naqsyabandi (717-
791 H).
1
Rusli, R. A. (2013). Tasawuf dan Tarekat Studi Pemikiran dan Pengalaman Sufi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

Pendiri tareqat Naqsyabandiyyah adalah adalah Syekh Muhammad Bahauddin al-Uwaisi


al-Bukhari an-Naqsyabandi, dilahirkan di daerah Hinduan (Bukhara) pada tahun 717 H/1317 M.
Ia diberi digelar dengan an-Naqsyabandi, karena ia mengajarkan agar bagaimana seorang murid
mampu menempa dan mengukir kebaikan, kemuliaan serta kalimah Allah didalam hati setiap
manusia (Abduh, 2017).
Dalam penyebarannya, tareqat Naqsyabandiyah sampai ke tanah Sumatra Utara dan Riau
daratan dibawa oleh salah seorang murid langsung dari Syekh Sulaiman Zuhdi di Makkah Al-
Mukarromah, yakni Abdul Wahab. Syekh Sulaiman Zuhdi inilah yang kemudian memberikan
ijazah sebagai Khalifah Besar Tariqat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah kepada Abdul Wahab,
sehingga Abdul Wahab menjadi bernama Syekh Abdul Wahab Al-Kholidi Naqsyabandi,
kemudian ia menambahkan nama daerah asal usulnya dan tempat pertama kali ia mengajar
tareqat Naqsyabandiyah yaitu Rokan, sehingga nama lengkapnya adalah Syekh Abdul Wahab
Rokan Al-Kholidi Naqsyabandi (Siregar, 2011).
Kehadiran Syekh Abdul Wahab Rokan mendapat dukungan dari raja-raja Melayu di
pesisir pantai timur Sumatra Utara seperti Panai, Kualuh, Bilah, Asahan, Kota Pinang, Deli dan
Langkat sehingga ia selalu diundang ke istana kerajaan untuk membantu menyebarkan agama
islam didaerahnya. Oleh Sultan Langkat, ia diberi hadiah membangun perkampungan di tanah
Langkat untuk melanjutkan perjuangan menyebarkan agama islam dan tareqat Naqsyabandiyah
yang kemudian diberi nama Kampung Babussalam, tapi karna orang melayu dahulu susah
mengejanya maka kampung itu disebut Kampung Besilam, Langkat.
Kegiatan tareqat dahulunya diminati oleh semua kalangan anak muda hingga orang-orang
tua yang bahkan sudah sepuh. Namun seiring berkembangnya zaman, kegiatan tareqat ini tidak
lagi banyak diikuti oleh anak muda, karena para orangtua yang mungkin sudah banyak yang
meninggal dan menurut anak-anak muda kegiatan ini sudah dianggap terlalu kuno. Padahal dulu
Sayyidina Ali bin Abi Thalib berthariqah saat masih muda dan sanadnya langsung kepada
Rasulullah SAW. Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka akan menyebabkan keterpurukan ajaran
tareqat ini dan membuat masyarakat awam tidak akan mengenali cara berthoriqoh (Masduki &
R, 2018).
Permasalahan ini pernah dibahas dalam jurnal Idarotuna oleh Bapak Masduki, salah
seorang dosen di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dengan judul “Strategi
Tarekat Naqsyabandiyah dalam Pengembangan Dakwah di Desa Rantau Panjang Kiri Kec. Kubu
Babussalam Kab. Rokan Hilir”. Penelitian ini berfokus pada Desa Rantau Panjang Kiri Kec.
Kubu Babussalam saja, yang menjelaskan kemunculan ajaran tareqat Naqsyabandiyah dan
kurangnya minat pemuda karena pengaruh modernisasi. Ia membahas tentang orang yang
melakukan persulukan yang semakin berkurang dan kurangnya minat generasi muda, sebagai
ajang generasi penerus.
Untuk meningkatkan penyebaran ajaran tareqat serta menjadikan ajaran tareqat ini agar
terus beregenerasi kepada para pemuda dan anak-anak, maka perlu adanya wadah untuk
menampung para pemuda dan anak-anak untuk menyebarkan dan mengajarkan ajaran tareqat ini.
Di Riau, khususnya kota Pekanbaru, ada sebuah pesantren yang mewadahi dan mengajarkan
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

santri-santri dan masyarakat Riau untuk mengikuti ajaran Tareqat Naqsyabandiyah ini yakni
Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru, yang mana kegiatan ini dipimpin langsung oleh
seorang mursyid rabithah (terikat langsung) yang memiliki sanad keilmuan dan keturunan
langsung dari Syekh Abdul Wahab Rokan yakni Haji Ahmad Royan pada tahun 1985M.
Kemudian dilanjutkan oleh salah seorang putranya yang juga menjadi pimpinan Pondok
Pesantren Babussalam Pekanbaru yaitu Syekh Haji Ismail Royan hingga saat ini.
Menariknya, Pesantren Babussalam Pekanbaru tidak hanya membina dan mengajarkan
ilmu tareqat kepada para santri tapi kepada seluruh masyarakat Riau yang ingin belajar dan
mengamalkan tareqat Naqsyabandiyah ini. Pada umumnya santri yang bisa mengikuti kegiatan
tareqat ini dimulai dari jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga para guru-guru. Hal
ini mengingat usia anak-anak yang masih baru beranjak dewasa sehingga masih banyak
pemikiran yang ditakuti membebani atau malah tidak masuk kedalam ajaran tareqat ini.
Akhirnya penulis ingin membahas seperti apa strategi Pesantren Babussalam Pekanbaru dalam
merekrut dan mengajarkan ajaran tareqat Naqsyabandiyah melalui pembinaan langsung dari
mursyid rabithahnya yakni Syekh Haji Ismail Royan dengan judul Motif Keikutsertaan Santri
dalam mengikuti Tareqat Naqsyabandiyah ini di Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru
Penelitian ini akan melihat bagaimana peran Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru
dalam membina dan mengajarkan ajaran tareqat Naqsyabandiyah kepada para santri. Hal ini juga
menunjukan bahwa penyebaran ajaran ini tidak lagi disebarkan melalui kampung ke kampung,
tapi juga bisa melalui wadah besar yang santrinya datang dari luar Riau bahkan luar Sumatra.
Penulis juga berpendapat bahwa meluasnya ajaran tareqat Naqsyabandiyah ini sampai keluar
Riau dikarenakan peran alumni Pesantren yang masih berperan aktif dalam mengikuti ajaran
tareqat Naqsyabandiyah ini.

Metode
Secara metodologis, penelitian ini berjenis deskriptif, sedangkan pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena
realitas sosial yang ada pada santri yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas
itu ke permukaan sebagai suatu ciri karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi,
situasi ataupun fenomena tertentu. Terkait dengan penelitian ini, data primer didapatkan dengan
wawancara dan survey langsung kepada para santri yang mengikuti tareqat dan kepada pimpinan
Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru sebagai mursyid rabithah di Kota Pekanbaru.
Proses pencarian data penelitian ini dilakukan pada minggu ketiga bulan Mei dengan
langsung datang ke Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru. Penulis langsung menghubungi
informan yang bersangkutan. Penulis ingin mengetahui bagaimana teknis dari pembinaan itu
dilakukan, kapan waktunya, dimana tempat khususnya, siapa saja subjeknya, dan bagaimana
metode mengajak objek yang bersangkutan tertarik untuk mengikuti pembinaan dan ajaran
tareqat ini.
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

Hasil dan Pembahasan


Pesantren Babussalam Pekanbaru dalam membina dan mengajarkan ajaran tareqat
Naqsyabandiyah ini melakukan berbagai strategi untuk merekrut santri yaitu dengan melakukan
wirid atau pengajian rutin, acara peringatan hari besar islam, peringatan Haul, dzikir Ratib
Saman, suluk di bulan suci ramadhan, perbincangan dengan perkataan yang baik, berziarah ke
makam pendiri dan memberikan pesan bathin/ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Pengajian
Pengajian merupakan salah satu kegiatan rutin di Pesantren Babussalam Pekanbaru.
Biasanya kegiatan ini dilakukan setiap hari ba’da maghrib di masjid Darussalam. Tujuan
dilakukan agenda ini adalah untuk terus memberikan santapan rohani kepada seluruh santri.
Sesekali pengajian diisi langsung oleh pimpinan Pesantren Babussalam Pekanbaru tuan guru
Syekh Haji Ismail Royan, yang akan langsung mensosialisasikan sejarah dan perkembangan
Tareqat Naqsyabandiyah, dengan tujuan diharapkan seluruh santri dapat merealisasikan dzikir
qolbiyah dalam kegiatan sehari-hari.

Gambar 1 : Pengajian diisi oleh Syekh Haji Ismail Royan

Sumber : Pesantren Babussalam Pekanbaru

Peringatan Hari Besar Islam


Dalam peringatan hari besar islam, Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru selalu
menghadirkan ulama-ulama besar Indonesia untuk hadir memberikan santapan rohani kepada
seluruh santri dan jamaah. Dalam satu waktu, tuan guru pusat yaitu Dr. Zikmal Fuad Al-Kholidi
Naqsyabandi yang juga merupakan cucu dari Syekh Abdul Wahab Rokan menyempatkan hadir
di Pesanren Babussalam Pekanbaru, ia juga memberikan pesan kepada seluruh santri dan jamaah
agar tetap menjaga sholat, karena sholat sejatinya ialah doa. Peringatan hari besar islam tidak
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

hanya diisi dengan tausiah dari para ulama, Pesantren Babussalam Pekanbaru biasanya juga
melakukan doa bersama untuk kebaikan bersama, bangsa dan agama. Hal ini tentu mengajarkan
para santri dan jamaah betapa pentingnya hakikat berdoa dan mendoakan.

Gambar 2 : Tausiah Tuan Guru Dr. Zikmal Fuad pada Peringatan Hari besar Islam

Sumber : Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru

Ratib Saman
Ratib Saman merupakan zikir khas tareqat Naqsyabandiyah yang rutin dilakukan Pesantren
Babussalam Pekanbaru di setiap peringatan hari besar islam, seperti Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi,
menyambut 1 Ramadhan dan hari besar islam lainnya.
Ratib Saman merupakan bentuk zikir yang dikembangkan serta diamalkan oleh seorang
ulama thariqat terkemuka bernama Syeikh Muhammad Saman Al-Madani. Beliau bermukim di
Madinah Al-Munawwarah.
Zikir ini lebih banyak dilakukan dalam keadaan berdiri secara berkelompok dengan
membentuk lingkaran. Sambil mengagungkan asma Allah dengan suara lantang, jamaah zikir
menggerakkan badannya sedikit membungkuk ke kiri dan ke kanan secara bersamaan. Ratib
Saman kegiatan ritual yang diajarkan sejumlah thariqat, termasuk di Indonesia. Dulu, di wilayah
Sumatera timur dilakukan oleh Thariqat Naqsabandiyah yang dibawa dan dikembangkan oleh
Syekh Abdul Wahab Rokan.
Nama lengkap Syeikh Muhammad Saman Al-Madani adalah Gauts Zaman Al-Waly Qutbil
Akwan Syeikh Muhammad bin Abdul Karim As-Samman al-Madani. Salah seorang keturunan
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan Sayyidah Fatimah Az-Zahra binti Sayyidina Rasulullah
SAW. Syeikh Muhammad Saman Al-Madani lahir di kota Madinah pada tahun 1132
H/bertepatan tahun 1718 M. Dan wafat pada Rabu 2 Dzulhijjah 1189 H dimakamkan di Baqi’.
Beliau juga pendiri Thariqat Samaniyyah, sekaligus sebagai penjaga Makam Rasulullah Saw.
(Purwadaksi, 2004).

Gambar 3 : Ratib Saman dipimpin langsung oleh tuan guru Syekh Haji Ismail Royan

Sumber : Pesantren Babussalam Pekanbaru

Haul

Bagian hasil penelitian dan pembahasan berisi paparan hasil analisis yang berkaitan dengan
tujuan penelitian. Pembahasan berisi analisis tentang hasil dan diskusi dengan teori dan hasil
penelitian sejenis. Hindari penjelasan dengan penomoran angka atau huruf.
(ukuran huruf 12 pt, spasi 1.15)

Contoh penulisan tabel:


Tabel 1. Karakteristik Masyarakat (tanpa titik)
No Umur (Tahun) Pendidikan Pekerjaan
.
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

1 20 SMA Swasta
2 30 Sarjana PNS
Sumber: Hasil wawancara penelitian

Contoh penulisan gambar:


Gambar 1. Keterangan Gambar (tanpa titik)

Sumber: Hasil penelitian

Simpulan (12 pt bold)


Bagian simpulan berisi jawaban dari tujuan penulisan artikel dan disajikan dalam bentuk
paragraf bukan penomoran angka atau huruf.
(ukuran huruf 12 pt, spasi 1.15)

Referensi (12 pt bold)


Daftar referensi disusun merujuk pada APA Style edisi ke-6, lihat www.apastyle.org atau Author
Guidelines. Untuk pengutipan dan daftar referensi sangat direkomendasikan menggunakan
reference management tools (Zotero, Mendeley, EndNote dll). Pastikan setiap referensi yang
dikutip di naskah terdapat dalam daftar pustaka dan sebaliknya.
Referensi disarankan dari sumber utama yang terdiri dari jurnal penelitian ilmiah sebanyak 60%
dan sisanya bersumber dari laporan penelitian (tesis dan disertasi), buku-buku, dan publikasi
relevan lainnya. Referensi yang dirujuk adalah yang diterbitkan dalam waktu 10 tahun terakhir.
(ukuran huruf 12 pt, spasi 1)

Anda mungkin juga menyukai