Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANALISIS PROFIL PONDOK PESANTREN KHZ. MUSTHAFA


SUKAMANAH DAN SUKAHIDENG SERTA
PESANTREN TERPADU QOSHRUL MUHAJIRIN

Makalah ini Disusun untuk memenuhi Tugas Matakuliah : Masalah-Masalah Aktual dan
Inovasi Pendidikan Madrasah dan Pesantren

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Ridawati, M.Ag., M.Kes

Disusun Oleh :
1. Ayu Nurlaela Suroya
2. Neneng Putri Nabila
3. Syamsul Ma’arif

PROGRAM PASCASARJANA
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
SINGAPARNA TASIKMALAYA
2021 M / 1443 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur selalu senantiasa disampaikan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
materi dengan baik shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad Saw yang mana telah mengeluarkan kita dari zaman Jahiliyah kepada zaman
yang terang benderang seperti sekarang ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya berikan kepada Ibu Dr. Hj.
Ridawati, M.Ag., M.Kes. yaitu selaku dosen mata kuliah Masalah-Masalah Aktual dan
Inovasi Pendidikan Madrasah dan Pesantren yang telah memberikan pembelajaran dan
pengarahan dalam penulisan Makalah ini sehingga tertata dengan rapi.

Penulisan materi Makalah tentang Masalah Aktual dan Inovasi Pendidikan Madrasah
dan Pesantren yang berfokus pada analisis profil Pondok Pesantren KHZ. Musthafa
Sukamanah, Sukahideng dan Pesantren Terpadu Qoshrul Muhajirin ini tidak terlepas dari
kesulitan kesulitan dalam penyusunnya, namun berkat bantuan dari semua pihak penulis
serta dengan usaha yang maksimal akhirnya Makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Penulisan makalah ini Tentunya masih banyak terdapat kekurangan dari segi isi maupun
letak tulisan Untuk itu saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
positif dan membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Demikianlah penyampaian dari penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
dan siapa saja dan dapat diterima sebagai suatu referensi dan gagasan yang menambah
suatu ilmu pengetahuan.

Tasikmalaya, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1................................................................................. Latar Belakang Masalah 1

BAB II : PEMBAHASAN........................................................................................

2.1. Pesantren KHZ. Musthafa Sukamanah.........................................................

2.2. Pesantren KHZ. Musthafa Sukahideng.........................................................

2.3. Pesantren Terpadu Qoshrul Muhajrin...........................................................

BAB III : PENUTUP................................................................................................

3.1. Kesimpulan...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Pondok Pesantren


Pesantren adalah asrama tempat santri belajar mengaji pesantren sering disebut
juga sebagai “Pondok Pesantren” berasal dari kata “santri” menurut kamus bahasa
Indonesia, kata ini mempunyai 2 pengertian yaitu; 1) Orang yang beribadah dengan
sungguh-sungguh orang saleh, 2) Orang yang mendalami pengajiannya dalam Agama
Islam dengan berguru ketempat yang jauh.1 Pondok Pesantren juga merupakan
rangkaian kata yang terdiri dari pondok dan pesantren. Kata pondok (kamar, gubuk,
rumah kecil) yang dipakai dalam bahasa Indonesia dengan menekankan kesederhanaan
bangunannya. Ada pula kemungkinan bahwa kata pondok berasal dari bahasa arab
“funduk” yang berarti ruang tempat tidur, wisma atau hotel sederhana. Pada umumunya
pondok memang merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang
jauh dari tempat asalnya. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata dasar “santri” yang
dibubuhi awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti tempat tinggal para santri. Menurut
beberapa ahli, sebagaimana yang dikutip oleh Zamakhsyari antara lain: Jhons,
menyatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji.
Sedangkan CC. Berg berpendapat bahwa istilah ini berasal dari istilah shastri yang
dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang
sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Kata shastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-
buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Nurchalish Madjid
pernah menegaskan, pesantren ialah artefak peradaban Indonesia yang dibangun sebagai
institusi pendidikan keagamaan bercorak tradisional, unik dan indigenous. Mastuhu
memberikan pengertian dari segi terminologis adalah sebuah lembaga pendidikan Islam
tradidisional yang mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Agama
Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-
hari. Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa dari segi etimologi pondok pesantren
merupakan satu lembaga kuno yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan agama. Ada sisi
kesamaan (secara bahasa) antara pesantren yang ada dalam sejarah Hindu dengan pesantren
yang lahir belakangan. Antara keduanya memiliki kesamaan prinsip pengajaran ilmu agama
yang dilakukan dalam bentuk asrama. Secara terminologi, KH. Imam Zarkasih mengartikan
pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, di mana

1
kyai sebagai figur sentral, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran
agama Islam di bawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.
Pesantren sekarang ini merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki ciri khas
tersendiri. Lembaga pesantren ini sebagai lembaga Islam tertua dalam sejarah Indonesia yang
memiliki peran besar dalam proses keberlanjutan pendidikan nasional. KH. Abdurrahman
Wahid, mendefinisikan pesantren secara teknis, pesantren adalah tempat di mana santri
tinggal. Definisi di atas menunjukkan betapa pentingnya pesantren sebagai sebuah totalitas
lingkungan pendidikan dalam makna dan nuansanya secara menyeluruh. Pesantren bisa juga
dikatakan sebagai laboratorium kehidupan, tempat para santri belajar hidup dan
bermasyarakat dalam berbagai segi dan aspeknya.

1.2. Unsur-Unsur Pondok Pesantren


Gambaran umum tentang pendidikan pondok pesantren terfokus pada dua persoalan
pokok, yaitu unsur-unsur fisik yang membentuk pesantren dan ciri-ciri pendidikannya.
Menurut Prof. Dr. A. Mukti Ali, unsur-unsur fisik pesantren terdiri dari Kyai yang mengajar
dan mendidik, Santri yang belajar dari kyai, Masjid, tempat untuk menyelenggarakan
pendidikan, shalat berjamaah dan sebagainya, dan pondok, tempat untuk tinggal para santri.
Dalam tahap perkembangannya, sejak tahun 1970-an bentuk-bentuk pendidikan yang
diselenggarakan di pesantren sudah sangat bervaruasi, bentuk itu dapat diklasifikasikan
menjadi empat tipe, yaitu:
1) Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal yang menerapkan kurikulum
nasional, baik yang memiliki sekolah keagamaan (MI, MTs, MA, dan PT Agama Islam)
maupun sekolah Umum (SD, SMP, SMU, dan PT Umum)
2) Pesantren yang menyelenggarakan Pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan
mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional
3) Pesantren yang mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk madrasah diniyah (MD) 4)
Pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian
Gambaran umum ciri-ciri pendidikan pondok pesantren dalam tarap perkembangannya
(modern) adalah sebagai berikut: 1) Adanya hubungan akrab antara santri dengan kyainya 2)
Kepatuhan terhadap kyai 3) Hidup sehat dan sederhana 4) Kemandirian 5) Mempunyai jiwa
tolong menolong dan suasana persaudaraan (ukhuwah Islamiyah) 6) Disiplin 7) Keperhatian
untuk mencapai hidup mulia 8) Pemberian ijazah .

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pondok Pesantren KHZ. Musthafa Sukamanah

Peristiwa Pertempuran Sukamanah Berdarah telah berlalu, terjadi pada hari


Jum‟at tanggal 25 Februari 1944 M/1 Rabi‟ul Awwal 1365 H. Para syuhada yang
gugur sebanyak 86 orang dan dikebumikan dalam satu lubang. KH. Zainal Musthafa
telah berpulang ke Rahmatullah, tinggallah Pesantren Sukamanah yang porak poranda.
Hadirlah KH. Moh. Fuad Muhsin adik kandung KH. Wahab Muhsin, mereka berdua
adalah diantara santri KH. Zainal Musthafa. KH. Moh. Fuad Muhsin menikah dengan
Ny.Siti Shofiyah (salah seorang putri KH. Zainal Musthafa) mengelola dan
membangun kembali Pesantren Sukamanah bersama-sama dengan K. Uha Abdul Aziz
(adik kandung KH. Zainal Musthafa) dan dibantu oleh para santri KH. Zainal Musthafa
yang masih hidup pada tahun 1950 (Muhsin, 2010).

Pimpinan Pesantren Sukamanah dan Sukahideng sepakat untuk mendirikan


Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sukahideng pada tahun 1956, mendirikan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Al Ishlah pada tahun 1958/1959. Setelah terbentuk Yayasan
KH. Zainal Musthafa Sukamanah pada tanggal 17 Agustus 1959 dengan akta notaris
nomor 8 tahun 1959 dan diperbaharui dengan akta notaris nomor 10 tahun 1988, MI,
SMP, SMA, dan PGAP menjadi MI, SMP, SMA, PGAP K.H. Zainal Musthafa
Sukamanah (Muhsin, 2010).

Pada bulan Desember 1999 KH. Fuad Muhsin menyerahkan kepemimpinannya


kepada putranya Drs. KH. A. Thahir Fuad. Pengelolaan Pesantren Sukamanah dan
sekolah-sekolah yang berada dibawah naungan Yayasan KH. Zainal Musthafa
Sukamanah dibantu oleh seluruh anggota keluarga besar KH. Zainal Musthafa dan
simpatisan sesuai dengan keahlian dan kemampuan yang dimiliki (Muhsin, 2010).

Filosofis dasar berdirinya pesantren Sukamanah yakni untuk memartabatkan


agama Allah Subhanahu Wa Ta’ālā. Pesantren Sukamanah didirikan sebagai benteng
agama yang berfungsi mendidik dan membina generasi muda muslim menjadi sosok
yang agamis dan berkualitas tinggi. Hal ini sekaligus menunjukkan kepada masyarakat
betapa indah dan sempurnanya ajaran Islam. Selain itu, filosofis dasar pesantren juga
berkaitan dengan angkat senjata dan membina generasi muda yang tangguh dan

3
memahami arti berjihad secara benar dalam Islam (Risdiana, 2016).

Visi pesantren yakni pribadi muslim yang ber-akhlaq al-Karimah dan ilmiah
berlandaskan Aqidah Ahlussunnah Wal Jamā’ah. Adapun misinya : Pertama, memiliki
ilmu pengetahuan dan ber-akhlaq al-Karimah. Kedua, menanamkan kecintaan terhadap
ilmu dan amal. Ketiga, bertanggung jawab dalam melaksanakan kewajiban. Keempat,
mempunyai kepribadian dan tidak suka memperlihatkan keprihatinan. Kelima, berpola
hidup yang mandiri dan sederhana. Keenam, melatih pemikiran jauh ke depan dan
membawa perubahan ke arah positif. (Brosur Pondok Pesantren KH. Zainal Musthafa
Sukamanah, 2017). Sedangkan tujuan pesantren yakni : Pertama, mencetak dan
memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Kedua, menumbuh suburkan iman dan
takwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga, meraih prestasi akademik dan
non-akademik sehingga menempatkan Pondok Pesantren KH. Zainal Musthafa
Sukamanah unggul dalam prestasi. Keempat, memiliki personalia dan tenaga
kepegawaian yang profesional dalam pengelolaan dan menyenangkan dalam layanan.
Kelima, memberi bekal kemampuan dan kecakapan kepada para santri untuk terjun di
masyarakat sesuai dengan hasil sinergi pemerintah, orang tua, dan masyarakat (“Profil
Pondok Pesantren KH. Zainal Musthafa Sukamanah Tasikmalaya,” 2015).

Untuk mewujudkan misi Pesantren Sukamanah dalam membina generasi yang


berkepribadian dan ber-akhlaq al-karimah, maka diwujudkan dalam bentuk
pembelajaran melalui mata pelajaran akidah akhlak dalam setiap tingkatan kurikulum
pendidikannya. Muatan pelajaran akhlak ini hampir mencapai 80 % dari keseluruhan
mata pelajarannya. Artinya pendidikan akhlak tidak hanya diberikan secara tersendiri
melalui mata pelajaran khusus, tetapi diimplementaiskan juga dalam setiap pelajaran-
pelajaran secara implisit. Pesantren berusaha mengupayakan dalam setiap program
yang diselenggarakannya diintegrasikan untuk membina perubahan sikap dalam
merubah tatakrama kehidupan seorang muslim (Nopianti, 2018).

Kegiatan santri selama di pesantren dibina dengan berbagai kegiatan keagamaan


seperti pengajian dengan jadwal dan marhalah yang telah ditentukan, berjama‟ah,
tadarrus, pembacaan dzikir-dzikir Al-Ma’tsur, munadhoroh (diskusi), tadrib al-
Khutbah empat bahasa (bahasa Indonesia, Arab, Inggris, Sunda), Qiro‟at, Baca Tulis
Alquran, bimbingan bahasa Arab dan Inggris, seni budaya Islam dan sorogan. Selain

4
kegiatan formal pesantren, para santri juga difasilitasi untuk mengembangkan bakat
dalam bidang olah-raga, seni seperti volley ball, sepak bola, tenis meja, bulu tangkis,
senam santri, dan seni bela diri (Brosur Pondok Pesantren KH. Zainal Musthafa
Sukamanah, 2017).

Untuk menunjang keberhasilan santri dalam proses pembelajaran sekaligus


menciptakan suasana yang kondusif, pesantren menyediakan fasilitas yang terdiri dari
masjid, kantor, asrama, madrasah, lab komputer, perpustakaan, lapangan, alat olah raga,
alat-alat kesenian, kantin, poskestren, MCK, dan prasarana lain yang dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan santri dengan tetap mengedepankan kesederhanaan (Brosur Pondok
Pesantren KH. Zainal Musthafa Sukamanah, 2017).

Adapun daftar nama kitab yang dipelajari berdasarkan tingkatan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Daftar buku pelajaran pertingkat (sumber:


https://www.pstkhzmusthafa.or.id/daftar-kitab-kajian/ diakses tanggal 15 Desember 2021)

5
2.2. Pondok Pesantren KHZ. Musthafa Sukahideng
2.2.1. Sejarah Berdiri Pondok Pesantren

Pesantren ini bernama lengkap "Pondok Pesantren Perguruan KHZ. Musthafa


Sukahideng" didirikan pada masa penjajahan Belanda tahun 1341 H bertepatan dengan
tahun 1922 M. Diawali ada seorang wanita dermawan bernama Hj. Siti Juariyah
membiayai dan memberangkatkan dua orang pemuda sepupu keturunan H. Arijam
penduduk kampung Bageur yang bernama Umri dan Udaemi ke Pesantren Gunung
Pari. Sekembalinya dari Pesantren kedua Pemuda tersebut dinikahkan kepada dua
orang wanita yang hubungan keduanya sama seperti hubungan Umri dan Udaemi, yaitu
saudara sepupu dan masih ada hubungan keluarga dengan Hj. Juariyah. Masing-masing
diberi tanah garapan dan lahan untuk mendirikan Pesantren oleh Hj. Juariah, bahkan
pada tahun 1928 M. kedua Kyai muda tersebut diberangkatkan ke tanah suci Makkah
untuk menunaikan ibadah haji atas biaya beliau, untuk kemudian nama Umri berubah
menjadi Zainal Musthafa sementara Udaemi berubah menjadi Zenal Muhsin.

Sepulangnya dari menuntut ilmu, pada tahun 1922 M. KHZ. Muhsin mendirikan
Pesantren di Kampung Bageur yang bernama Pesantren Sukahideng. Beliau diberi
sebidang tanah wakaf untuk dijadikan Masjid dan sarana berdakwah karena pada saat
itu masyarakat kampung Bageur masih berada dalam kegelapan Khurafat Jahiliyah dan
jauh dari pendidikan agama Islam. Jangankan masalah fiqih, masalah aqidah pun
mereka tidak tahu, bahkan kebanyakan mereka masih memperdalam ilmu kesaktian
dan yang paling mendominasi corak kehidupan masyarakat pada saat itu adalah ajaran-
ajaran Hindu. Selain di kampung Bageur beliaupun berdakwah ke kampung-kampung
lain, baik di lingkungan desa Sukarapih maupun di luar desa, sehingga lama kelamaan
semakin banyak orang yang ingin belajar agama Islam dari berbagai daerah di Pulau
Jawa. Semua ini yang melatar belakangi usaha beliau untuk mendirikan Pondok
Pesantren sebagai sarana untuk pemondokan bagi Santri yang sedang belajar agama.
Sementara itu perjalanan dakwah beliau ke kampung-kampung membuat beliau
menikahi dua orang istri lainnya, yang masing-masing berasal dari kampung Lembur
Sumur (Cibalanarik) dan Kadacang. Beliau melakukan hal itu, karena beliau sering
berkeliling ketempat tersebut untuk kepentingan berdakwah.

6
Pada tahun 1938 KH. Zenal Muhsin Wafat. Saat itu anak sulung beliau yaitu
KH.A. Wahab Muhsin masih berusia 17 tahun, maka kepengurusan Pesantren dipimpin
oleh salah seorang menantu KH. Zenal Muhsin yaitu KH. Yahya Bahtiar Afandi
sampai dengan tahun 1945. Dan dari tahun 1945 sampai dengan 2000 M. yang
memimpin Pusaka peninggalan ini adalah putra sulungnya yaitu KH.A. Wahab Muhsin
Rohimahulloh. Sepeninggal ayahnya, beliau mendidik adik-adiknya (KH. Ambari
Muhsin, Siti Rukayah (Gayah), KH. Fuad Muhsin, Siti Maesaroh, Siti Rumaya dan
KH. Moh. Syihabuddin Muhsin) menggantikan ayahnya yang sudah wafat, hingga
berfungsi ganda sebagai guru dan sekaligus orang tua bagi adik-adiknya. Beliau
mencurahkan seluruh hidupnya dalam mengelola dan memperbaharui Pesantren ini,
baik dalam sistem, materi pelajaran dan metoda, sehingga Pesantren ini maju dengan
perlahan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman, hingga melahirkan alumni yang
banyak tersebar berkiprah diberbagai intansi dan perguruan tinggi, baik perguruan
tinggi islam maupun perguruan tinggi umum.

Mulai dari tahun 1989 M. KH. A. Wahab Muhsin sakit, maka kepemimpinannya
dilimpahkan kepada adik beliau yang keenam yaitu KH. Moh. Syihabuddin Muhsin
yang dibantu oleh putra dan menantunya. Pada bulan Januari 2007 KH. Moh.
Syihabuddin Muhsin Wafat, maka kepemimpinan Pondok Pesantren Sukahideng
diteruskan oleh putra sulung KH. Wahab Mushsin yaitu Dr. KH. T. Fuad Wahab
sampai sekarang. Setelah beberapa tahun Pesantren Sukahideng berdiri, Udaemi yang
sudah berubah nama menjadi Zenal Musthafa kembali ke kampung halaman, seperti
yang sudah disebutkan, beliaupun sama diberi tanah wakaf oleh Hj. Juariyah untuk
mendirikan Pesantren di Kampung Cikembang yang kemudian nama kampung tersebut
berubah nama sesuai dengan nama Pesantren yang sekarang kita kenal dengan
Pesantren Sukamanah yang berdiri tahun 1927. Pada tanggal 25 Februari 1944 M.
bertepatan dengan tanggal 1 Rabiul Awal 1365 H. KHZ. Musthafa mengadakan
perlawanan terhadap pemerintahan Pasisme Jepang, kemudian beliau ditangkap oleh
serdadu Jepang. Sepeninggal KHZ. Musthafa, Pesantren Sukamanah mengalami masa
fatrah (masa kosong), kemudian KH. A. Wahab Muhsin menyuruh adiknya yang
keempat KH. Fuad Muhsin yang menikah dengan putri KHZ. Musthafa untuk mengisi
kefatrahan Pesantren tersebut dan meneruskan perjuangan KHZ. Musthafa dalam
bidang Pendidikan

2.2.2. Visi dan Misi

7
A. Visi
Kajian nilai-nilai islam untuk dijadikan standar bagi langkah-langkah dalam
kehidupan sehari-hari serta da’wah dan amar ma’ruf dan nahyil mungkar berdasarkan
firman Alloh surat At-Taubah ayat 122 dan Ali Imron ayat 104.
B. Misi
Membentuk santri-santri yang mempunyai kepribadian seperti santri-santri
Rosululloh Saw. yang diasramakan, sebagaimana yang diungkapkan dalam Al-Qur’an
surta Al-Baqoroh ayat 273:
1. Mempunyai pola hidup sederhana
2. Mempersiapkan diri untuk bisa mempromosikan konsep Alloh Swt. agar menjadi
konsep yang paling bermartabat
3. Tidak meninggalkan kewajiban dan tanggung jawab demi mencari kesenangan diri
4. Tidak memperlihatkan keprihatinan dan kekurangan diri di dalam masalah
duniawi karena mempunyai harga diri
5. Punya khas kepribadian tersendiri
6. Hidup mandiri, tidak tergantung kepada orang lain

2.2.3. Sistem Pengajaran


Sistem pengajaran yang diterapkan di Pesantren Sukahideng pada awal mula
didirikan belum mengenal sistem Classikal, karena pada saat itu santri-santri belum
banyak seperti sekarang, pada saat itu sistem pengajaran masih sangat sederhana
bahkan lebih sederhana dari sistem yang kita kenal dengan istilah sorogan ataupun
bandongan. Antara kepemimpinan yang pertama dengan yang selanjutnya banyak
mengalami perubahan. Hal ini sangat jelas terlihat pada saat kepemimpinan KH Wahab
Muhsin, karena pada saat itu sudah mulai diadakan pengkelasan tetapi belum sebaik
sekarang. Pada saat itu pengkelasan belum berdasarkan kemampuan hanya bedasarkan
usia.

Kemudian pada saat ini pengkelasan sudah mulai tertata dengan baik,
Pengkelasan dilakukan berdasarkan kemampuan dan sebelum pengkelasan dilakukan,
terlebih dahulu diadakan test untuk mengetahui kemampuan santri yang akan belajar di
Pesantren. Sampai saat ini sistem yang digunakan adalah sistem classical, di mana
santri ditempatkan pada kelas tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan yang
dimilikinya (tidak berdasarkan tingkatan sekolah) yang diukur melalui Test Klasifikasi

8
bagi santri baru, yang dilaksanakan di awal tahun pelajaran. Kegiatan Evaluasi Hasil
Belajar dalam satu tahun akademik dilaksanakan 4 kali; berupa : ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, baik pada semester ganjil dan semester genap yang
masing-masing meliputi ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester, pada
Semester Ganjil dan Semester Genap.

A. Marhalah dan Jenis Pelajaran


Adapun nama-nama marhalah dan jenjang pelajaran yang berlaku di Pesantren ini
adalah sebagai berikut:
1. Marhalah Tamhidiyyah I
2. Marhalah Tamhidiyyah II
3. Marhalah Ibtidaiyyah I
4. Marhalah Ibtidaiyyah II
5. Marhalah Ibtidaiyyah III
7. Marhalah Mutawassithah ( I, II, III )
8. Marhalah Mutaqaddimah
Belajar tulis baca huruf al-Qur’an. - Hapalan Al-Qur’an dan hadits-hadits-
Memperlancar dan memperbaiki baca tulis huruf al-Quran yang belum lancar dan baik. -
Hapalan Al-Quran dan hadits - Hapalan Nahwu dan tashrif - Tauhid, Fiqh dan Akhlaq -
Hapalan Al-Qur’an dan Hadits - Tauhid, Fiqih, Akhlaq dan Tarikh - Penjelasan Nahwu,
hapalan tashrif - Hapalan Al-Qur’an dan Hadits - Tauhid, Fiqih, Akhlaq dan Tarikh -
Penjelasan, Nahwu dan Sharaf - Hapalan Al-Qur’an dan Hadits - Tauhid, Fiqih, Akhlaq
dan Tarikh - Penjelasan dan tathbiq Nahwu - Sharaf - Tafsir, Hadits - Nahwu, Sharaf,
Balaghah - Fiqih, Aqidah, Akhlak / Tashawuf - Musthalah Hadits, Ushul Fiqih - Tafsir,
Ilmu Tafsir, Hadits, Musthalah Hadits - Fiqih, Ushul Fiqih, Qoidah Fiqhiyyah - Aqoid,
Tashawuf, Mantiq, Balaghah dan Adab.

2.2.4. Identitas dan Data Umum Pondok Pesantren

Nomor Statistik Pesantren : 412.32.06.26.002

Nama Pondok Pesantren : Pesantren Sukahideng

Alamat : Kp. Bageur Rt 16/04

Desa : Sukarapih

Kecamatan : Sukarame

9
Kabupaten : Tasikmalaya

Propinsi : Jawa Barat

No Telepon. : (0265) 545702-541162

Faximili : (0265) 545702

Tahun berdiri : 1341 H / 1922 M

Nama Pendiri Pesantren : KH. Zainal Muhsin

Pengasuh :

 Pimpinan Pesantren : Dr. KH. T. Fuad Wahab


 Wakil Pim. Pesantren : Drs. KH.Ii Abdul Basith W
 Sekretaris : Drs. Toto Musthafa KF
 Bendahara : Ny. Hj. Ai Maemunah
 Organisasi Alumni : Asosiasi Santri Alumni Sukahideng ( ASAS )
 Jumlah Santri : - Santri yang diasramakan : Laki-laki 514 orang Perempuan
436 orang

Santri yang tidak daiasramakan : Laki-laki 278 orang Perempuan 192 orang

Jumlah 1.420 orang

Jumlah pengajar/Ustad : 75 orang

2.2.5. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren

1. Satu buah Masjid pusaka dan satu buah Masjid Jamie


2. 3 buah gedung Asrama putra
3. 4 buah gedung Asrama putri
4. 1 ruang sekretariat Pesantren
5. 23 Ruang belajar
6. 1 ruang Laboratorium Perpustakaan digital
7. 1 ruang Laboratorium komputer
9. 1 buah Gedung Pos Kesehatan Pesantren (POSKESTREN)
10. 1 ruang Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN)
11. 1 gedung Unit Pelatihan dan Produksi Industri Kerajinan Bordir dan Jahit
Pondok Pesantren
12. 2 ruang Unit Waserda putra dan putri
13. 3 ruang wisma alumni

10
2.3. Pondok Pesantren Terpadu Qoshrul Muhajirin

Pesantren ini bernama lengkap “Pesantren Terpadu Qoshrul Muhajirin” didirikan


pada tanggal 14 Romadhon 1436 H / 1 Juli 2015 M, Qoshrul Muhajirin artinya Istana
bagi orang-orang yang berhijrah.

Berawal dari niat yang tulus dan keinginan yang kuat, dengan modal keyakinan
kepada Alloh SWT dan do’a restu dari kedua orang tuanya K.H. Iing Syihabuddin
Muslih & Hj. Imas Syarifah Ch rohimahumalloohu di pesantren Cintawana
Tasikmalaya, K.H. Zamzam Imadudin, Lc., M.Pd. bertekad untuk mencetak Da’i
generasi qurani yang berakhlaqul karimah, memiliki iman yang kuat, berimtaq dan
beriptek serta siap untuk memimpin bangsa. Beliau mulai merintis lembaga pendidikan
TKIT Active Learning School pada tanggal 22 Rojab 1428 H / 1 Juli 2007 M
sepulangnya dari tholabul ‘ilmi di Ummul Quro University Makkah KSA.

Berjalan sekitar dua tahun, beliau didampingi istrinya tercinta Hj. Euis Rodiah,
M.Pd.I. mengembangkan kembali lembaga pendidikan dengan mendirikan SDIT Full
Day School pada tanggal 8 Rojab 1430 H / 1 Juli 2009 M.

Alumni jurusan Al I’jazul ‘ilmi fil Qurani was Sunnah – Al Iman University
Sana’a Yaman ini menyatakan bahwa dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat
kepada lembaga Qoshrul Muhajirin, beliau berkomitmen untuk selalu menjaga amanah
tersebut salah satunya dengan mendirikan sekolah berbasis pesantren, maka pada
tanggal 14 Romadhon 1436 H / 1 Juli 2015 M berdirilah “Pesantren Terpadu Qoshrul
Muhajirin” yang diawali dengan mendirikan SMPIT Boarding School dengan ciri
khasnya yaitu wajib mondok dengan sistem satuan terpisah antara putera & puteri dan
memadukan empat kurikulum (Kur. Nas – Kur. Tahfidz – Kur. Salafiyah – Kur.
Modern).

Kemudian pada tanggal 17 Syawwal 1439 H / 1 Juli 2018 M, beliau kembali


mendirikan lembaga pendidikan yang diberi nama SMAIT Boarding School dengan
program study Science and Cyber, beliau juga tidak hanya mendirikan lembaga
pendidikan saja tapi juga mendirikan lembaga sosial, Majlis ta’lim termasuk
mendirikan KBIHU (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh).

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pesantren Sukamanah merupakan satu-satunya pesantren di Indonesia yang


memiliki taman makam Pahlawan. Oleh karena ini, ini menjadi kebanggaan tersendiri
bagi masyarakat Jawa Barat pada umumnya, dan Tasikmalaya pada khususnya bahwa
pendahulu mereka adalah para mujahidin yang ikhlas memperjuangkan agama dan
bangsanya. Dengan demikian, seharusnya masyarakat Tasikmalaya dan Jawa Barat
malu jika saat ini ada yang menjadi penjilat kekuasaan atau bersekongkol dengan para
penjajah secara pendahulu mereka adalah para pejuang yang rela mati demi melawan
penjajahan.

1.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adeng. (2014). Pesantren Cipasung di Bawah Kepemimpinan K.H. Ruhiat (Studi


Keterlibatan Kiai Dalam Perjuangan Kemerdekaan). Patarjala, 6(2), 253–268.

Amaliah, I., Aspiranti, T., & Purnamasari, P. (2015). The Impact of the Values of
Islamic Religiosity to Islamic Job Satisfaction in Tasikmalaya West Java,
Indonesia, Industrial Centre. Procedia - Social and Behavioral Sciences,
211(September), 984–991. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.131

Anam, S. (2017). Karakteristik dan Sistem Pendidikan Islam : Mengenal Sejarah


Pesantren, Surau, dan Meunasah di Indonesia. Jalie : Journal of Applied
Linguistics and Islamic Education, 1(1), 146–149.

Brosur Pondok Pesantren KH. Zainal Musthafa Sukamanah. (2017). Tasikmalaya.

Bukhori, E. (2015). Peristiwa Perlawanan Sukamanah Dibangun Diatas Dasar


Keagamaan dan Kebangsaan Yang Kuat. Retrieved February 23, 2019, from
https://www.pstkhzmusthafa.or.id/peristiwa- perlawanan-sukamanah-dibangun-
diatas-dasar-keagamaan-dan-kebangsaan-yang-kuat/

Darnela, L. (2015). Tinjauan Sistem Hukum dalam Penerapan Peraturan Daerah ( Perda )
Syari ‟ah di Tasikmalaya. Asy-Syir’ah : Jurnal Ilmu Syari’ah Dan Hukum, 49(1),
259–285.

Film Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa. (2018). Retrieved February 24, 2019, from
https://www.pstkhzmusthafa.or.id/film-asy-sahid-kh-zainal-musthafa/

Gambar KH. Zainal Musthafa. (2017). Tasikmalaya.

Gazali, H., & Malik, A. (2009). Pesantren and The Freedom of Thinking : Study of
Ma„ had Aly Pesantren Sukorejo Situbondo, East Java, Indonesia. Al-Jami’ah,
47(2), 295.

Haki, N., & Suhartono. (2004). Perubahan Sosial Pesantren di Tasikmalaya Pada
Paruh Pertama Abad Ke-20 (1905-1950). Jurnal Humanika, 17(3), 341–354.

Hakim, L. (2017). Kifrah KH. Zenal Mustofa Terhadap Perkembangan Pendidikan


Islam di Sukamanah Singaparna Tasikmalaya. Tekno Efisiensi, 2(1), 137–142.

Hamzah, S. H. (2014). Perkembangan Pesantren di Indonesia. Syamil, 2(1), 1–14.

Hardiana, Y. (2017). Pembelajaran Sejarah Indonesia Berbasis Peristiwa-Peristiwa


Lokal di Tasikmalaya untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis.
Historia : Jurnal Pendidik Dan Peneliti Sejarah, I(1), 41–46.

Hazim, Y. (2017a). Pedang Bambu Peninggalan Pasukan KH. Zainal Musthafa.


Tasikmalaya.

Hazim, Y. (2017b). Riwayat Hidup Pahlawan Nasional KH. Zainal Musthafa


(Wawancara Bersama Yusuf Hazim). Tasikmalaya.

Hidayat, S. (1996). Kisah Nyata Sebelum dan Sesudah Indonesia Merdeka Riwayat
Perjuangan Dari Pemberontakan Sukamanah Sampai Prajurit Sapta Marga.
Tasikmalaya: Dinas Dikbud SLTP KHZ Musthafa.

13
Hidayat, T. (2019a). Dokumentasi Kohkol Peninggalan Pondok Pesantren
Sukamanah Zaman KH. Zainal Musthafa. Bandung.

Hidayat, T. (2019b). Dokumentasi Sorban KH. Zainal Musthafa dan 2 Pedang Bambu.
Bandung.

Hidayat, T., & Asyafah, A. (2018). Paradigma Islam Dalam Metodologi Penelitian
dan Implikasinya Terhadap Penelitian Pendidikan Agama Islam. Tadrib, IV(2),
225–245. https://doi.org/https://doi.org/10.19109/tadrib.v4i2.2507

Hidayat, T., Rizal, A. S., & Fahrudin. (2018). Peran Pondok Pesantren Sebagai
Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Ta’dib : Jurnal Pendidikan Islam,
VII(2), 1–15. Retrieved from
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/tadib/article/view/4117/2485

Husni, M. (2015). Kondisi Umat Islam Masa Penjajahan Jepang. Jurnal Rihlah, III(1),
60–67.

Indrawati, N. K. (2014). Management by Inspiration: Implementation of


Transformational Leadership on Business at Pondok Pesantren*) Sunan Drajat.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 115, 79–90.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.02.417

Maulida, A. (2016). Dinamika dan Peran Pondok Pesantren Dalam Pendidikan Islam
Sejak Era Kolonialisme Hingga Masa Kini. Edukasi Islami Jurnal Pendidikan
Islam, 05, 1295– 1309.

Mawardi, K. (2008). Kolaborasi Manifestasi Komunikasi “Kiai Kampoeng” :


Komunikasi Politik Kiai NU Masa Pendudukan Jepang. Komunika : Jurnal
Dakwah Dan Komunikasi, 2(2), 233–249.

Muaffan, A. (2018). Singa Tasikmalaya. Retrieved February 23, 2019, from


https://www.pstkhzmusthafa.or.id/singa-tasikmalaya/#more-2323

Muhsin, F. (2010). Sekilas Riwayat Hidup dan Perjuangan Pahlawan Nasional Asy-
Syahid KH. Zainal Musthafa. Tasikmalaya: Pondok Pesantren Sukamanah
Tasikmalaya.

14

Anda mungkin juga menyukai