MUSLIM DI INDONESIA
Disusun oleh:
2021
1
PRAKATA
2
Di pesantren biasanya mempelajari agama Islam secara mendalam seperti tauhid,
tajwid, tasawuf, sunnah-sunnah nabi, fiqih, aqidah islam dan hadist-hadist nabi.
Penulis telah menulis makalah ini dengan maksimal. Namun penulis menyadari
dalam makalah ini terdapat kekurangan mohon sumbang saran agar makalah ini
supaya disempurnakan.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
Kelompok 7
3
DAFTAR ISI
PRAKATA……………………………………………………………………………………………....1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………....3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….……...…4
1.1
Latar Belakang……………………………………………………………………………………..5
1.2
Rumusan Masalah……………………………………………………………………………….....6
1.3
Tujuan…………………………………..………………………………………………………...6
1.4
Manfaat Penulisan……………………………………………………………………………….....6
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………….....7
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………..……………………....…16
3.1 Kesimpulan……………………..……………………………………………...………………...16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………….18
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pondok pesantren?
2. Apa pengertian dari masyarakat muslim dan bagaimana ciri masyarakat
muslim?
3. Bagaimana karakteristik pondok pesantren di Indonesia?
4. Apa peran pondok pesantren dalam masyarakat muslim di Indonesia?
5. Bagaimana implementasi nilai di pondok pesantren dalam kehidupan
masyarakat muslim di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari pondok pesantren.
2. Mengetahui pengertian masyarakat islam dan ciri-ciri masyarakat islam.
3. Mengetahui karakteristik pondok pesantren di Indonesia.
4. Mengetahui peran pondok pesantren dalam masyarakat muslim di Indonesia.
5. Mengetahui contoh implementasi nilai di pondok pesantren dalam kehidupan
masyarakat muslim di Indonesia.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
masyarakat seperti ini, sehingga mereka bisa memperkuat agama mereka, membentuk
kepribadian mereka dan bisa hidup di bawah naungannya dengan kehidupan Islami
yang sempurna. Suatu kehidupan yang diarahkan oleh aqidah Islamiyah dan
dibersihkan dengan ibadah, dituntun oleh pemahaman yang shahih, digerakkan oleh
semangat yang menyala, terikat dengan moralitas dan adab Islamiyah, serta diwarnai
oleh nilai-nilai Islam. Diatur oleh. hukum Islam dalam perekonomian, seni, politik
dan seluruh segi kehidupannya.
Masyarakat muslim adalah masyarakat yang dekat dengan Allah Swt dalam segala
kegiatannya di dunia. Asas pertama kali yang tegak dalam sebuah masyarakat adalah
aqidah, khususnya aqidah Islam. Maka tugas masyarakat yang pertama, yaitu
memelihara, menjaga, dan memperkuat aqidahnya agar tidak goyah saat menghadapi
kehidupan di era globalisasi yang penuh dengan hasutan orang-orang yang ingin
menghancurkan agama Islam. Aqidah Islam itu membangun, bukan merusak serta
mempersatukan umatnya dan tidak memecah belah. Pada akhirnya, aqidah akan
mempengaruhi pandangan kaum Muslimin terhadap alam semestanya dan
penciptanya. Semakin kuat aqidah pada seseorang akan menumbuhkan rasa cinta pada
Rabbnya karena, ia akan menyadari bahwa pencipta alam semesta ini adalah Yang
Maha Pencipta yaitu Allah Swt sehingga, akan membawa pikirannya kepada Allah
Swt yang wajib dan satu-satunya disembah karena tidak ada sekutu bagi-Nya. Asas
kedua yang dapat dijadikan tolok ukur masyarakat Islami adalah pada akhlaknya.
Manusia telah diberikan potensi kebaikan dan keburukan sejak lahir di dunia. Seperti
yang diungkapkan oleh Shihab (2007: 79) : Masyarakat terdiri dari manusia-manusia
yang telah dianugerahi Allah Swt aneka potensi, antara lain potensi melakukan
kebaikan dan keburukan. Tidak ada satu pun masyarakat yang seluruh anggotanya
berbuat kebaikan tanpa kesalahan dan dosa demikian sebaliknya. Manusia dengan
potensi ketakwaannya tersebut dapat dikembangkan melalui pengajaran dari kitab
suci, khususnya Al-Qur’an yang menjadi pedoman amalan manusia. Bagi siapa saja
yang membaca dan mengamalkan ajaran dalam Al-Qur’an akan melihat bahwa
sesungguhnya akhlak merupakan salah satu pilar utama bagi masyarakat Islam.
Masyarakat muslim bukanlah masyarakat yang hanya menerapkan syariat Islam pada
bidang hukum saja, terutama di bidang pidana dan perdata sebagaimana dipahami
oleh mayoritas umat. Yang demikian ini merupakan pemikiran dan praktek yang
8
juz'iyah (parsial), bahkan mengarah pada berbuat zalim terhadap masyarakat, dengan
memfokuskan seluruh potensi yang bermacam-macam dalam menegakkan satu pilar
di antara banyak pilar yaitu hukum, dan bahkan dalam satu bidang saja dari hukum
tersebut yaitu pidana atau perdata.
a. Beriman
Masyarakat yang ideal menurut al-Quran adalah sebuah masyarakat yang
ditopang oleh keimanan yang kokoh kepada Allah Swt.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik”(QS Ali Imran: 110)
b. Amar Ma’ruf
Menurut para ulama, Amar Ma’ruf memiliki arti mengajak atau mendorong
perbuatan baik, baik yang bermanfaat bagi kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Amar ma’ruf berarti perintah atau dorongan untuk menjalankan perkara-perkara
yang ma’rȗf (kebaikan), yang dituntut atau didorong oleh aqidah dan syariat
Islam.
c. Nahi Munkar
Nahi Munkar artinya menolak dan mencegah segala hal yang dapat merugikan,
merusak, merendahkan, dan menjerumuskan nilai-nilai kehidupan, yang
dinamakan dengan munkar menurut timbangan syariat Islam adalah setiap i’tikad
(keyakinan, perbual), ucapan (qaul) yang diingkari oleh al-Syâri’ Yang Maha
Bijaksana dan harus dijauhi.
9
bertindak ataupun merasakan. Berbagai teori pemikiran dari karakteristik tumbuh
untuk menjelaskan berbagai kunci karakteristik manusia (Boeree, 2009). Pondok
pesantren sebagai lembaga pendidikan mempunyai karakteristik yang sangat
kompleks. Ciri Khas Pondok Pesantren Menurut Mukti Ali yang dijabarkan oleh
Imam Bawani, beliau mengatakan bahwa dalam lembaga pendidikan Islam yang
disebut pesantren, setidaknya ada unsur-unsur sebagai berikut:
1. Kyai yang mengajar dan mendidik,
2. Santri yang belajar dari Kyai,
3. Masjid sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan,
4. Shalat berjama’ah dan sebagainya,
5. Pondok atau asrama tempat tinggal para santri.
Sementara itu, Zamakhsyari Dhofier menyebutkan lima elemen pesantren, yaitu:
1. Pondok,
2. Masjid,
3. Pengajaran kitab-kitab klasik,
4. Santri dan Kyai.
Pondok, Masjid, Santri, pengajaran kitab-kitab klasik dan kyai sebagai elemen dalam
suatu pesantren. Lembaga pengajian yang memiliki kelima elemen tersebut akan
tergolong sebagai Pesantren. (Bahaking Rama, 37: 2003)
Jika dilihat dari proses munculnya atau lahirnya sebuah pesantren, maka kelima
elemen itu urutan-urutannya adalah: kyai, masjid, santri, pondok dan pengajaran kitab
Islam klasik. Sebagai cikal bakal berdirinya pesantren, biasanya tinggal di sebuah
pemukiman baru yang cukup luas. Karena terpanggil untuk berdakwah, maka dia
mendirikan masjid yang terkadang bermula dari musala atau langgar sederhana.
Jumlahnya semakin ramai, bagi yang tempat tinggalnya jauh dan menetap
bersama-sama kyai biasanya disebut santri. Jika mereka yang bermukim disitu
jumlahnya cukup banyak, maka perlu dibangunkan pondok atau asrama khusus, agar
tidak mengganggu ketenangan masjid serta keluarga kyai. Dengan mengambil tempat
di masjid, kyai mengajar para santrinya dengan materi kitab-kitab Islam klasik.
10
Mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang
diajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat.
2. Tujuan umum
Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang
sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar
melalui ilmu dan amalnya. (Samsul Nizar, 90:2011).
Menurut keputusan hasil musyawarah atau lokakarya intensifikasi pengembangan
pondok pesantren yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 2 s/d 6 mei 1978, tujuan
umum pesantren yaitu membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai
dengan ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut.
11
pondok pesantren sangat bisa diharapkan memainkan peranan pemberdayaan
(empowerment) dan transformasi masyarakat secara efektif, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Peranan instrumental dan fasilitator
Hadirnya pondok pesantren yang tidak hanya sebagai lembaga pendidikan dan
keagamaan, namun juga sebagai lembaga pemberdayaan umat merupakan
petunjuk yang amat berarti. Bahwa pondok pesantren menjadi sarana bagi
pengembangan potensi dan pemberdayaan umat, seperti halnya dalam
kependidikan atau dakwah islamiyah, sarana dalam pengembangan umat ini
tentunya memerlukan sarana bagi pencapaian tujuan. Sehingga pondok pesantren
yang mengembangkan hal-hal yang demikian berarti pondok pesantren tersebut
telah berperan sebagai alat atau instrumen pengembangan potensi dan
pemberdayaan umat.
b. Peranan mobilisasi
Pondok pesantren merupakan lembaga yang berperan dalam mobilisasi
masyarakat dalam perkembangan mereka. Peranan seperti ini jarang dimiliki oleh
lembaga atau perguruan lainnya, dikarenakan hal ini dibangun atas dasar
kepercayaan masyarakat bahwa pondok pesantren adalah tempat yang tepat untuk
menempa akhlak dan budi pekerti yang baik. Sehingga bagi masyarakat tertentu,
terdapat kecenderungan yang memberikan kepercayaan pendidikan hanya kepada
pondok pesantren.
c. Peranan sumber daya manusia
Dalam sistem pendidikan yang dikembangkan oleh pondok pesantren sebagai
upaya mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, pondok pesantren memberikan
pelatihan khusus atau diberikan tugas magang di beberapa tempat yang sesuai
dengan pengembangan yang akan dilakukan di pondok pesantren. Di sini peranan
pondok sebagai fasilitator dan instrumental sangat dominan.
d. Sebagai agent of development
Pondok pesantren dilahirkan untuk memberikan respon terhadap situasi dan
kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah dihadapkan pada runtuhnya
sendi-sendi moral, melalui transformasi nilai yang ditawarkan. Kehadirannya bisa
disebut sebagai agen perubahan sosial (agent of social change), yang selalu
melakukan pembebasan pada masyarakat dari segala keburukan moral,
12
penindasan politik, kemiskinan ilmu pengetahuan, dan bahkan dari pemiskinan
ekonomi.
e. Sebagai center of excellence
Institusi pondok pesantren berkembang sedemikian rupa akibat
persentuhan-persentuhannya dengan kondisi dan situasi zaman yang selalu
berubah. Sebagai upaya untuk menjawab tantangan zaman ini, pondok pesantren
kemudian mengembangkan peranannya dari sekedar lembaga keagamaan dan
pendidikan, menjadi lembaga pengembangan masyarakat (center of excellence).
13
mendirikan shalat, agar ketika anak mulai baligh, tidak perlu bersusah payah
belajar shalat.
b) Pendidikan Muamalah
Pendidikan muamalah ialah pendidikan yang berkaitan antara manusia baik
secara individu maupun kelompok. Pendidikan muamalah ini meliputi:
(1) Pendidikan Syakhsiyah
Pendidikan yang berkaitan dengan perilaku individu, seperti masalah
pernikahan, hubungan suami istri dan keluarga yang bertujuan untuk
membangun keluarga yang sakinah, mawaddah dan sejahtera.
(2) Pendidikan Madaniyah
Pendidikan ini memuat tentang perdagangan seperti gaji, gadai yang
bertujuan untuk mengelola harta benda hak-hak individu atau kelompok.
(3) Pendidikan Jama'iyah
Pendidikan ini yang berhubungan dengan pidana atas pelanggaran yang
dikerjakan oleh seseorang, yang bertujuan untuk keadilan sosial, baik
berkaitan dengan harta benda, kehormatan, maupun hak-hak individu
yang lain. Contoh: Pelanggaran HAM.
(4) Pendidikan Murafa’at
Pendidikan ini berhubungan dengan acara seperti peradilan, saksi maupun
sumpah yang bertujuan untuk menegakkan keadilan di antara anggota
masyarakat. Contoh: Pengadilan cerai, sengketa tanah, kasus pencurian
dll.
(5) Pendidikan Dusturiyah
Pendidikan ini berkaitan dengan undang-undang negara yang mengatur
hubungan rakyat dengan pemerintah yang bertujuan untuk stabilitas
bangsa. Contoh: Mentaati peraturan aparat pemerintah.
(6) Pendidikan Dualiyah
Pendidikan ini yang berhubungan dengan tata negara seperti tata negara
Islam, tata negara tidak Islam, wilayah perdamaian dan wilayah perang,
dan hubungan muslim di negara lain yang bertujuan untuk perdamaian
dunia.
(7) Pendidikan Iqtishadiyah
14
Pendidikan ini berhubungan dengan perekonomian individu dan negara,
hubungan yang miskin dengan yang kaya yang bertujuan untuk
keseimbangan dan pemerataan pendapatan. Contoh: Memberikan sedekah
kepada seorang fakir.
★ Nilai Pendidikan Khuluqiyah
Pendidikan ini merupakan pendidikan yang berkaitan dengan etika (akhlak) yang
bertujuan membersihkan diri dari perilaku rendah dan menghiasi diri dengan
perilaku terpuji. Contoh: Menghormati kepada orang yang lebih tua, dan
menghargai orang yang lebih muda.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pondok pesantren adalah Pesantren secara etimologi berasal dari kata santri
yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an sehingga menjadi pe-santri-an
yang bermakna kata «shastri» yang artinya murid. Berg. berpendapat bahwa
istilah pesantren berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India berarti
orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli
kitab-kitab suci agama Hindu. Pendapat lain mengatakan, kata santri berasal
dari kata Cantrik yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang
kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama
yang disebut Pawiyatan.
2. Masyarakat muslim adalah masyarakat yang dekat dengan Allah Swt dalam
segala kegiatannya di dunia. Ciri-ciri masyarakat muslim yaitu, beriman, amar
ma’ruf dan nahi mungkar.
3. Karakteristik pondok pesantren di Indonesia adalah adanya Kyai sebagai figur
yang biasanya juga sebagai pemilik, Santri yang belajar dari kyai, Asrama
sebagai tempat tinggal para santri dimana Masjid sebagai pusatnya dan adanya
pendidikan dan pengajaran agama melalui sistem pengajian (weton, sorogan,
dan bandongan) yang sekarang sebagian sudah berkembang dengan sistem
klasikal atau madrasah.
4. Peran pondok pesantren dalam masyarakat muslim di Indonesia yaitu, sebagai
instrumental dan fasilitator, tidak hanya sebagai lembaga pendidikan dan
keagamaan tetapi sebagai lembaga pemberdayaan umat. Kemudian sebagai
mobilisasi masyarakat dibangun yang dibangun atas dasar kepercayaan
masyarakat bahwa pondok pesantren adalah tempat yang tepat untuk
menempa akhlak dan budi pekerti yang baik. Lalu, sebagai agent of
development dan sebagai center of excellence.
16
5. Contoh implementasi nilai dan ilmu di pondok pesantren dalam kehidupan
masyarakat muslim Indonesia secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu nilai
pendidikan I'tiqadiyah dan amaliyah. Nilai pendidikan I'tiqadiyah ini
merupakan nilai yang terkait dengan keimanan seperti iman kepada Allah
SWT, malaikat, rasul, kitab, hari akhir dan takdir yang bertujuan menata
kepercayaan individu, sedangkan amaliyah berkaitan dengan akhlak atau
tingkah laku.
3.2 Saran
Demikian makalah ini dibuat, semoga dapat bermanfaat serta menambah
pengetahuan pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, atau bahkan sulit dipahami.
Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca mengenai pembahasan makalah di atas.
17
DAFTAR PUSTAKA
18