Anda di halaman 1dari 18

PONDOK PESANTREN SEBAGAI MINIATUR MASYARAKAT

MUSLIM DI INDONESIA

Makalah ini disusun guna melengkapi tugas Pendidikan Agama Islam


yang diampu oleh:

AKBAR SYAMSUL ARIFIN, S.Pd., M.Pd.I

Disusun oleh:

Mohammad Nabiel Dwi Ananda 4611421008


Achmad Rozin Shabaha 4611421009
Wiyanda Puspita 4611421010
Hilmi Syamsudin 4611421013
Fitri Noor Apsari 4611421014

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021

1
PRAKATA

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Pondok Pesantren Sebagai Miniatur
Masyarakat Muslim di Indonesia” dengan tepat waktu tanpa kurang suatu apapun.
Makalah ini dapat penulis selesaikan dengan bantuan banyak pihak yang
terkait. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Akbar Syamsul Arifin S.Pd. M.Pdi selaku dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Dalam makalah ini diuraikan bagaimana miniatur masyarakat muslim di
Indonesia khususnya di pondok pesantren. Pondok pesantren adalah sebuah lembaga
pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di
bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai dan mempunyai
asrama untuk tempat menginap santri. Pesantren secara etimologi berasal dari kata
santri yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an sehingga menjadi pe-santria-an
yang bermakna kata “shastri” yang artinya murid. Sedang C.C. Berg. berpendapat
bahwa istilah pesantren berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India berarti
orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab-kitab
suci agama Hindu. Kata shastri berasal dari kata shastri yang berarti buku-buku suci,
buku-buku suci agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Pendapat lain
mengatakan, kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansekerta, atau mungkin
jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan
oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan.1 Istilah
santri juga ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji. Terkadang juga
dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka
menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia
baik-baik.

2
Di pesantren biasanya mempelajari agama Islam secara mendalam seperti tauhid,
tajwid, tasawuf, sunnah-sunnah nabi, fiqih, aqidah islam dan hadist-hadist nabi.
Penulis telah menulis makalah ini dengan maksimal. Namun penulis menyadari
dalam makalah ini terdapat kekurangan mohon sumbang saran agar makalah ini
supaya disempurnakan.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Penulis

Kelompok 7

3
DAFTAR ISI

PRAKATA……………………………………………………………………………………………....1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………....3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….……...…4

1.1
Latar Belakang……………………………………………………………………………………..5

1.2
Rumusan Masalah……………………………………………………………………………….....6

1.3
Tujuan…………………………………..………………………………………………………...6

1.4
Manfaat Penulisan……………………………………………………………………………….....6

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………….....7

2.1 Pengertian Pondok


Pesantren………………………………………………………………………...……………………...7

2.2 Pengertian Masyarakat Islam dan


Cirinya……..…………………………………………………………………………………………...7

2.3 Karakteristik Pondok Pesantren Di


Indonesia……………...…………………………………………………………………………….….9

2.4 Peran Pondok Pesantren Dalam Masyarakat Muslim Di


Indonesia……………...………………………………………………………………………….…....11

2.5 Contoh Implementasi Ilmu Di Pondok Pesantren Dalam Kehidupan Masyarakat Di


Indonesia……………...……………………………………………………………………………….13

BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………..……………………....…16

3.1 Kesimpulan……………………..……………………………………………...………………...16

3.2 Saran …………………………………………………..…………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………….18

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam merupakan salah satu agama terbesar yang tersebar di seluruh dunia saat ini.
Islam adalah agama yang bersumber dari Allah SWT yang dibawa oleh para Rasul-Nya, sejak
Nabi pertama: Adam as hingga Nabi terakhir: Muhammad saw. Agama islam diyakini sebagai
agama yang universal, untuk seluruh umat manusia tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Islam
merupakan salah satu agama terbesar yang tersebar di seluruh dunia sehingga masyarakat
muslim menyebar hampir di seluruh belahan dunia. Perkembangan islam di Indonesia ikut
didukung dengan adanya penyebaran islam dalam sektor pendidikan salah satunya yaitu
Pesantren.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang masih konsisten dalam
memegang nilai-nilai, budaya, serta keyakinan agama yang kuat. Keaslian dan kekhasan
pesantren di samping sebagai khazanah tradisi budaya bangsa, juga merupakan kekuatan
penyangga pilar pendidikan untuk memunculkan pemimpin bangsa yang bermoral. Oleh
sebab itu, pesantren sebagaimana diistilahkan Gus Dur ”sub kultur” memiliki dua tanggung
jawab secara bersamaan, yaitu sebagai lembaga pendidikan agama Islam dan sebagai bagian
integral masyarakat yang bertanggung jawab terhadap perubahan dan rekayasa sosial.
Pesantren juga bisa disebut miniatur kehidupan sosial bagi bangsa Indonesia,
di mana pesantren mendidik santrinya untuk menerima perbedaan suku, bahasa, adat,
ras dan lainnya sehingga para santri bisa hidup berdampingan tanpa melihat
perbedaan tersebut. Karena setiap santri memiliki hak yang sama dalam menerima
pendidikan di pesantren, tidak ada kata santri Sunda atau santri Jawa lebih dihormati
ketimbang yang lain, si kaya dan si miskin, tidak ada juga istilah antara santri anak
pejabat dan petani, mereka mendapatkan hak pendidikan yang sama dan perlakuan
yang sama jika melakukan kesalahan.
Pesantren dalam sejarah bangsa dinyatakan sebagai lembaga pendidikan asli
Indonesia, sehingga menarik untuk dibahas lebih lanjut. Tulisan ini membahas tentang
sejarah lahirnya pesantren di Indonesia.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pondok pesantren?
2. Apa pengertian dari masyarakat muslim dan bagaimana ciri masyarakat
muslim?
3. Bagaimana karakteristik pondok pesantren di Indonesia?
4. Apa peran pondok pesantren dalam masyarakat muslim di Indonesia?
5. Bagaimana implementasi nilai di pondok pesantren dalam kehidupan
masyarakat muslim di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari pondok pesantren.
2. Mengetahui pengertian masyarakat islam dan ciri-ciri masyarakat islam.
3. Mengetahui karakteristik pondok pesantren di Indonesia.
4. Mengetahui peran pondok pesantren dalam masyarakat muslim di Indonesia.
5. Mengetahui contoh implementasi nilai di pondok pesantren dalam kehidupan
masyarakat muslim di Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan


Bagi Penulis dengan adanya penulisan makalah ini, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah sebagai penugasan kelompok mata kuliah umum
Pendidikan Agama Islam.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pondok Pesantren


Pesantren secara etimologi berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe- dan
akhiran -an sehingga menjadi pe-santri-an yang bermakna kata “shastri” yang artinya
murid. Pondok pesantren adalah tempat pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran agama Islam bagi santri, yang diasuh oleh Kiai yang tinggal atau
mukim bersama-sama dalam satu lokasi. Sedang C.C. Berg. berpendapat bahwa
istilah pesantren berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang
tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab-kitab suci agama
Hindu. Kata shastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku
suci agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Pendapat lain mengatakan,
kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansekerta, atau mungkin jawa) yang
berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh
Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan. Istilah santri
juga ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji. Terkadang juga dianggap
sebagai gabungan kata saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong),
sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.
Pondok pesantren memiliki karakteristik yang pada umumnya pondok pesantren
memiliki tempat-tempat belajar yang saling berdekatan sehingga memudahkan para
santri untuk melangsungkan proses pembelajaran, di antara tempat itu berupa
madrasah sebagai tempat pembelajaran, asrama sebagai tempat tinggal santri yang
mondok, masjid sebagai tempat ibadah para penghuni pesantren dan juga sebagai
pusat belajar para santri, perpustakaan sebagai tempat peminjaman berbagai kitab dan
buku-buku pelajaran, rumah tempat tinggal kyai, ustadz dan ustadzah, dapur umum
yang digunakan sebagai tempat memasak untuk para santri, dan tempat pemandian
para santri.

2.2 Pengertian Masyarakat Muslim dan Ciri-Ciri Masyarakat Muslim


Masyarakat muslim merupakan masyarakat yang Rabbani, insani, akhlaqi dan
masyarakat yang seimbang (tawazun). Umat Islam dituntut untuk mendirikan

7
masyarakat seperti ini, sehingga mereka bisa memperkuat agama mereka, membentuk
kepribadian mereka dan bisa hidup di bawah naungannya dengan kehidupan Islami
yang sempurna. Suatu kehidupan yang diarahkan oleh aqidah Islamiyah dan
dibersihkan dengan ibadah, dituntun oleh pemahaman yang shahih, digerakkan oleh
semangat yang menyala, terikat dengan moralitas dan adab Islamiyah, serta diwarnai
oleh nilai-nilai Islam. Diatur oleh. hukum Islam dalam perekonomian, seni, politik
dan seluruh segi kehidupannya.

Masyarakat muslim adalah masyarakat yang dekat dengan Allah Swt dalam segala
kegiatannya di dunia. Asas pertama kali yang tegak dalam sebuah masyarakat adalah
aqidah, khususnya aqidah Islam. Maka tugas masyarakat yang pertama, yaitu
memelihara, menjaga, dan memperkuat aqidahnya agar tidak goyah saat menghadapi
kehidupan di era globalisasi yang penuh dengan hasutan orang-orang yang ingin
menghancurkan agama Islam. Aqidah Islam itu membangun, bukan merusak serta
mempersatukan umatnya dan tidak memecah belah. Pada akhirnya, aqidah akan
mempengaruhi pandangan kaum Muslimin terhadap alam semestanya dan
penciptanya. Semakin kuat aqidah pada seseorang akan menumbuhkan rasa cinta pada
Rabbnya karena, ia akan menyadari bahwa pencipta alam semesta ini adalah Yang
Maha Pencipta yaitu Allah Swt sehingga, akan membawa pikirannya kepada Allah
Swt yang wajib dan satu-satunya disembah karena tidak ada sekutu bagi-Nya. Asas
kedua yang dapat dijadikan tolok ukur masyarakat Islami adalah pada akhlaknya.
Manusia telah diberikan potensi kebaikan dan keburukan sejak lahir di dunia. Seperti
yang diungkapkan oleh Shihab (2007: 79) : Masyarakat terdiri dari manusia-manusia
yang telah dianugerahi Allah Swt aneka potensi, antara lain potensi melakukan
kebaikan dan keburukan. Tidak ada satu pun masyarakat yang seluruh anggotanya
berbuat kebaikan tanpa kesalahan dan dosa demikian sebaliknya. Manusia dengan
potensi ketakwaannya tersebut dapat dikembangkan melalui pengajaran dari kitab
suci, khususnya Al-Qur’an yang menjadi pedoman amalan manusia. Bagi siapa saja
yang membaca dan mengamalkan ajaran dalam Al-Qur’an akan melihat bahwa
sesungguhnya akhlak merupakan salah satu pilar utama bagi masyarakat Islam.

Masyarakat muslim bukanlah masyarakat yang hanya menerapkan syariat Islam pada
bidang hukum saja, terutama di bidang pidana dan perdata sebagaimana dipahami
oleh mayoritas umat. Yang demikian ini merupakan pemikiran dan praktek yang

8
juz'iyah (parsial), bahkan mengarah pada berbuat zalim terhadap masyarakat, dengan
memfokuskan seluruh potensi yang bermacam-macam dalam menegakkan satu pilar
di antara banyak pilar yaitu hukum, dan bahkan dalam satu bidang saja dari hukum
tersebut yaitu pidana atau perdata.

Ciri umum masyarakat muslim:

a. Beriman
Masyarakat yang ideal menurut al-Quran adalah sebuah masyarakat yang
ditopang oleh keimanan yang kokoh kepada Allah Swt.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik”(QS Ali Imran: 110)

b. Amar Ma’ruf
Menurut para ulama, Amar Ma’ruf memiliki arti mengajak atau mendorong
perbuatan baik, baik yang bermanfaat bagi kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Amar ma’ruf berarti perintah atau dorongan untuk menjalankan perkara-perkara
yang ma’rȗf (kebaikan), yang dituntut atau didorong oleh aqidah dan syariat
Islam.

c. Nahi Munkar
Nahi Munkar artinya menolak dan mencegah segala hal yang dapat merugikan,
merusak, merendahkan, dan menjerumuskan nilai-nilai kehidupan, yang
dinamakan dengan munkar menurut timbangan syariat Islam adalah setiap i’tikad
(keyakinan, perbual), ucapan (qaul) yang diingkari oleh al-Syâri’ Yang Maha
Bijaksana dan harus dijauhi.

2.3 Karakteristik Pondok Pesantren Di Indonesia


Istilah karakter sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti yaitu
sifat psikologis, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain,
tabiat, watak. Karakteristik merupakan ciri khas pada seseorang dalam meyakini,

9
bertindak ataupun merasakan. Berbagai teori pemikiran dari karakteristik tumbuh
untuk menjelaskan berbagai kunci karakteristik manusia (Boeree, 2009). Pondok
pesantren sebagai lembaga pendidikan mempunyai karakteristik yang sangat
kompleks. Ciri Khas Pondok Pesantren Menurut Mukti Ali yang dijabarkan oleh
Imam Bawani, beliau mengatakan bahwa dalam lembaga pendidikan Islam yang
disebut pesantren, setidaknya ada unsur-unsur sebagai berikut:
1. Kyai yang mengajar dan mendidik,
2. Santri yang belajar dari Kyai,
3. Masjid sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan,
4. Shalat berjama’ah dan sebagainya,
5. Pondok atau asrama tempat tinggal para santri.
Sementara itu, Zamakhsyari Dhofier menyebutkan lima elemen pesantren, yaitu:
1. Pondok,
2. Masjid,
3. Pengajaran kitab-kitab klasik,
4. Santri dan Kyai.
Pondok, Masjid, Santri, pengajaran kitab-kitab klasik dan kyai sebagai elemen dalam
suatu pesantren. Lembaga pengajian yang memiliki kelima elemen tersebut akan
tergolong sebagai Pesantren. (Bahaking Rama, 37: 2003)
Jika dilihat dari proses munculnya atau lahirnya sebuah pesantren, maka kelima
elemen itu urutan-urutannya adalah: kyai, masjid, santri, pondok dan pengajaran kitab
Islam klasik. Sebagai cikal bakal berdirinya pesantren, biasanya tinggal di sebuah
pemukiman baru yang cukup luas. Karena terpanggil untuk berdakwah, maka dia
mendirikan masjid yang terkadang bermula dari musala atau langgar sederhana.
Jumlahnya semakin ramai, bagi yang tempat tinggalnya jauh dan menetap
bersama-sama kyai biasanya disebut santri. Jika mereka yang bermukim disitu
jumlahnya cukup banyak, maka perlu dibangunkan pondok atau asrama khusus, agar
tidak mengganggu ketenangan masjid serta keluarga kyai. Dengan mengambil tempat
di masjid, kyai mengajar para santrinya dengan materi kitab-kitab Islam klasik.

Menurut M. Arifin, tujuan didirikannya pondok pesantren, pada dasarnya terbagi


kepada dua hal, yaitu:
1. Tujuan khusus

10
Mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang
diajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat.
2. Tujuan umum
Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang
sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar
melalui ilmu dan amalnya. (Samsul Nizar, 90:2011).
Menurut keputusan hasil musyawarah atau lokakarya intensifikasi pengembangan
pondok pesantren yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 2 s/d 6 mei 1978, tujuan
umum pesantren yaitu membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai
dengan ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut.

2.4 Peran Pondok Pesantren dalam Masyarakat Muslim di Indonesia


Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan anak didik
yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengetahuan, kecerdasan
dan keterampilan, kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat secara luas, serta
meningkatkan kesadaran terhadap alam lingkungannya. Asas pendidikan yang
demikian itu diharapkan dapat merupakan upaya pembudayaan untuk mempersiapkan
warga guna melakukan suatu pekerjaan yang menjadi mata pencahariannya dan
berguna bagi masyarakatnya, serta mampu menyesuaikan diri secara konstruktif
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Untuk
memenuhi tuntutan pembinaan dan pengembangan masyarakat berusaha
mengerahkan segala sumber dan kemungkinan yang ada agar pendidikan secara
keseluruhan mampu mengatasi berbagai problem yang dihadapi masyarakat dan
bangsa.
Kini masyarakat dan bangsa dihadapkan dengan berbagai masalah dan persoalan yang
mendesak, masalah-masalah yang paling menonjol ialah tekanan masalah penduduk,
krisis ekonomi, pengangguran, arus urbanisasi dan lainnya. Sementara krisis nilai,
terancamnya kepribadian bangsa, dekadensi moral semakin sering terdengar.
Dalam upaya mengerahkan segala sumber yang ada dalam bidang pendidikan untuk
memecahkan berbagai masalah tersebut, maka ekstensi pondok pesantren akan lebih
disorot karena masyarakat dan pemerintah mengharapkan pondok pesantren yang
memiliki potensi yang besar dalam bidang pendidikan.
Watak otentik pondok pesantren yang cenderung menolak pemusatan (sentralisasi),
merdeka dan bahkan desentralisasi dan posisinya di tengah-tengah masyarakat,

11
pondok pesantren sangat bisa diharapkan memainkan peranan pemberdayaan
(empowerment) dan transformasi masyarakat secara efektif, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Peranan instrumental dan fasilitator
Hadirnya pondok pesantren yang tidak hanya sebagai lembaga pendidikan dan
keagamaan, namun juga sebagai lembaga pemberdayaan umat merupakan
petunjuk yang amat berarti. Bahwa pondok pesantren menjadi sarana bagi
pengembangan potensi dan pemberdayaan umat, seperti halnya dalam
kependidikan atau dakwah islamiyah, sarana dalam pengembangan umat ini
tentunya memerlukan sarana bagi pencapaian tujuan. Sehingga pondok pesantren
yang mengembangkan hal-hal yang demikian berarti pondok pesantren tersebut
telah berperan sebagai alat atau instrumen pengembangan potensi dan
pemberdayaan umat.
b. Peranan mobilisasi
Pondok pesantren merupakan lembaga yang berperan dalam mobilisasi
masyarakat dalam perkembangan mereka. Peranan seperti ini jarang dimiliki oleh
lembaga atau perguruan lainnya, dikarenakan hal ini dibangun atas dasar
kepercayaan masyarakat bahwa pondok pesantren adalah tempat yang tepat untuk
menempa akhlak dan budi pekerti yang baik. Sehingga bagi masyarakat tertentu,
terdapat kecenderungan yang memberikan kepercayaan pendidikan hanya kepada
pondok pesantren.
c. Peranan sumber daya manusia
Dalam sistem pendidikan yang dikembangkan oleh pondok pesantren sebagai
upaya mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, pondok pesantren memberikan
pelatihan khusus atau diberikan tugas magang di beberapa tempat yang sesuai
dengan pengembangan yang akan dilakukan di pondok pesantren. Di sini peranan
pondok sebagai fasilitator dan instrumental sangat dominan.
d. Sebagai agent of development
Pondok pesantren dilahirkan untuk memberikan respon terhadap situasi dan
kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah dihadapkan pada runtuhnya
sendi-sendi moral, melalui transformasi nilai yang ditawarkan. Kehadirannya bisa
disebut sebagai agen perubahan sosial (agent of social change), yang selalu
melakukan pembebasan pada masyarakat dari segala keburukan moral,

12
penindasan politik, kemiskinan ilmu pengetahuan, dan bahkan dari pemiskinan
ekonomi.
e. Sebagai center of excellence
Institusi pondok pesantren berkembang sedemikian rupa akibat
persentuhan-persentuhannya dengan kondisi dan situasi zaman yang selalu
berubah. Sebagai upaya untuk menjawab tantangan zaman ini, pondok pesantren
kemudian mengembangkan peranannya dari sekedar lembaga keagamaan dan
pendidikan, menjadi lembaga pengembangan masyarakat (center of excellence).

2.5 Contoh Implementasi Nilai di Pondok Pesantren dalam Kehidupan


Masyarakat Muslim Indonesia
★ Nilai Pendidikan I'tiqadiyah
Nilai pendidikan I'tiqadiyah ini merupakan nilai yang terkait dengan keimanan
seperti iman kepada Allah SWT, malaikat, rasul, kitab, hari akhir dan takdir yang
bertujuan menata kepercayaan individu. Iman berasal dari bahasa Arab dengan
kata dasar amana yu'minu imanan artinya beriman atau percaya. 18 Bukti-bukti
keimanan diantaranya: (a) Mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya, (b)
Melaksanakan perintah-perintah-Nya, (c) Menghindari larangan-larangan-Nya,
(d) Berpegang teguh kepada Allah SWT dan sunnah Rasul-Nya, (e) Membina
hubungan kepada Allah SWT dan sesama manusia, (f) Mengerjakan dan
meningkatkan amal shaleh, (g) Berjihad dan dakwah.

★ Nilai Pendidikan Amaliyah


Nilai pendidikan Amaliyah merupakan nilai yang berkaitan dengan akhlak atau
tingkah laku. Nilai pendidikan amaliyah diantaranya:
a) Pendidikan Ibadah
Ibadah merupakan bukti nyata bagi seorang muslim dalam meyakini dan
mempedomani aqidah Islamiyah. Pembinaan ketaatan beribadah kepada anak
dimulai dari dalam keluarga. Sejak dini, anak-anak harus diperkenalkan
dengan nilai ibadah, seperti diajarkan melafalkan surat-surat pendek dari
Al-Qur‘an untuk melatih lafal-lafal agar fasih mengucapkannya, karena
membaca Al-Qur‘an adalah ibadah. Kemudian juga anak-anak diajarkan

13
mendirikan shalat, agar ketika anak mulai baligh, tidak perlu bersusah payah
belajar shalat.

b) Pendidikan Muamalah
Pendidikan muamalah ialah pendidikan yang berkaitan antara manusia baik
secara individu maupun kelompok. Pendidikan muamalah ini meliputi:
(1) Pendidikan Syakhsiyah
Pendidikan yang berkaitan dengan perilaku individu, seperti masalah
pernikahan, hubungan suami istri dan keluarga yang bertujuan untuk
membangun keluarga yang sakinah, mawaddah dan sejahtera.
(2) Pendidikan Madaniyah
Pendidikan ini memuat tentang perdagangan seperti gaji, gadai yang
bertujuan untuk mengelola harta benda hak-hak individu atau kelompok.
(3) Pendidikan Jama'iyah
Pendidikan ini yang berhubungan dengan pidana atas pelanggaran yang
dikerjakan oleh seseorang, yang bertujuan untuk keadilan sosial, baik
berkaitan dengan harta benda, kehormatan, maupun hak-hak individu
yang lain. Contoh: Pelanggaran HAM.
(4) Pendidikan Murafa’at
Pendidikan ini berhubungan dengan acara seperti peradilan, saksi maupun
sumpah yang bertujuan untuk menegakkan keadilan di antara anggota
masyarakat. Contoh: Pengadilan cerai, sengketa tanah, kasus pencurian
dll.
(5) Pendidikan Dusturiyah
Pendidikan ini berkaitan dengan undang-undang negara yang mengatur
hubungan rakyat dengan pemerintah yang bertujuan untuk stabilitas
bangsa. Contoh: Mentaati peraturan aparat pemerintah.
(6) Pendidikan Dualiyah
Pendidikan ini yang berhubungan dengan tata negara seperti tata negara
Islam, tata negara tidak Islam, wilayah perdamaian dan wilayah perang,
dan hubungan muslim di negara lain yang bertujuan untuk perdamaian
dunia.
(7) Pendidikan Iqtishadiyah

14
Pendidikan ini berhubungan dengan perekonomian individu dan negara,
hubungan yang miskin dengan yang kaya yang bertujuan untuk
keseimbangan dan pemerataan pendapatan. Contoh: Memberikan sedekah
kepada seorang fakir.
★ Nilai Pendidikan Khuluqiyah
Pendidikan ini merupakan pendidikan yang berkaitan dengan etika (akhlak) yang
bertujuan membersihkan diri dari perilaku rendah dan menghiasi diri dengan
perilaku terpuji. Contoh: Menghormati kepada orang yang lebih tua, dan
menghargai orang yang lebih muda.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pondok pesantren adalah Pesantren secara etimologi berasal dari kata santri
yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an sehingga menjadi pe-santri-an
yang bermakna kata «shastri» yang artinya murid. Berg. berpendapat bahwa
istilah pesantren berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India berarti
orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli
kitab-kitab suci agama Hindu. Pendapat lain mengatakan, kata santri berasal
dari kata Cantrik yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang
kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama
yang disebut Pawiyatan.
2. Masyarakat muslim adalah masyarakat yang dekat dengan Allah Swt dalam
segala kegiatannya di dunia. Ciri-ciri masyarakat muslim yaitu, beriman, amar
ma’ruf dan nahi mungkar.
3. Karakteristik pondok pesantren di Indonesia adalah adanya Kyai sebagai figur
yang biasanya juga sebagai pemilik, Santri yang belajar dari kyai, Asrama
sebagai tempat tinggal para santri dimana Masjid sebagai pusatnya dan adanya
pendidikan dan pengajaran agama melalui sistem pengajian (weton, sorogan,
dan bandongan) yang sekarang sebagian sudah berkembang dengan sistem
klasikal atau madrasah.
4. Peran pondok pesantren dalam masyarakat muslim di Indonesia yaitu, sebagai
instrumental dan fasilitator, tidak hanya sebagai lembaga pendidikan dan
keagamaan tetapi sebagai lembaga pemberdayaan umat. Kemudian sebagai
mobilisasi masyarakat dibangun yang dibangun atas dasar kepercayaan
masyarakat bahwa pondok pesantren adalah tempat yang tepat untuk
menempa akhlak dan budi pekerti yang baik. Lalu, sebagai agent of
development dan sebagai center of excellence.

16
5. Contoh implementasi nilai dan ilmu di pondok pesantren dalam kehidupan
masyarakat muslim Indonesia secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu nilai
pendidikan I'tiqadiyah dan amaliyah. Nilai pendidikan I'tiqadiyah ini
merupakan nilai yang terkait dengan keimanan seperti iman kepada Allah
SWT, malaikat, rasul, kitab, hari akhir dan takdir yang bertujuan menata
kepercayaan individu, sedangkan amaliyah berkaitan dengan akhlak atau
tingkah laku.

3.2 Saran
Demikian makalah ini dibuat, semoga dapat bermanfaat serta menambah
pengetahuan pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, atau bahkan sulit dipahami.
Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca mengenai pembahasan makalah di atas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,


Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Jakarta:2003), hal.
1.

El-Aswad, Oliv. (2015). Pendidikan di Pondok Pesantren.


https://www.kompasiana.com/olivelaswad/5564435c957e619f7
16c032d/pendidikan-di-pondok-pesantren Diakses pada 1
November 2021.

Herman, DM. (2013). Sejarah Pesantren di Indonesia. Jurnal Al-Ta’dib Vol. 6


No. 2
https://ejournal.iainkendari.ac.id/index.php/al-tadib/article/view
/311/301 Diakses pada 1 November 2021.

Kompasmadura.com. (2016). Pengertian Pesantren, Karakteristik Pondok


Pesantren, Sistem Pendidikan Pesantren, Tujuan Pesantren,
Peran Pesantren dalam Pemberdayaan Umat.
https://kompasmadura.blogspot.com/2016/03/pengertian-pondo
k-pesantren.html Diakses pada 1 November 2021.

Nafi‘, dkk. 2007. Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: Institute for


Training and Development (ITD).

Onainor, E. R. (2019) : Jurnal Tarbawi Pondok Pesantren, Ciri khas dan


Pengembangannya Volume 1|No 1| ISSN 2527-4082| 15,
105–112.

PALAPA : Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 7, Nomor 1,


Mei 2019; p-ISSN 2338-2325; e-ISSN 2540-9697; 1-14.

Qardhawi, Yusuf. (1997). Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an &


Sunnah.
https://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Qardhawi/Masyarakat/Mu
kadimah.html Diakses pada 1 November 2021.

Salim, M. (2021). Pondok Pesantren Miniatur Islam Nusantara.


https://jabar.nu.or.id/detail/pondok-pesantren-miniatur-islam-nu
santara Diakses pada 1 November 2021.

Zumaroh, Yulisiani. (2015). Peran Pondok Pesantren dalam Masyarakat.


https://www.kompasiana.com/yulianizumaroh/5562b6fae9afbd
e416533eec/peran-pondok-pesantren-dalam-masyarakat
Diakses pada 1 November 2021.

18

Anda mungkin juga menyukai