Anda di halaman 1dari 27

“Apa bedanya Opini, Esai, dan Artikel?

Pertanyaan tersebut seringkali muncul dari peserta pada saat saya mengisi pelatihan menulis.
Pertanyaan sederhana tapi sulit untuk menjawabnya. Hal ini disebabkan tidak ada acuan yang
ajeg mengenai perbedaan masing-masing istilah tersebut. Bahkan boleh dikatakan pengertiannya
tidak jauh berbeda, baik opini, esai, maupun artikel.

Tapi yang jelas, masing-masing mempunyai ciri khas atau karakteristiknya sehingga kita bisa
melabelinya bahwa itu tulisan opini, esai, atau artikel. Meskipun, bisa saja antara satu pembaca
dengan pembaca lain berbeda pendapat, atau bahkan antar penulisnya sendiri bisa berbeda
pendapatnya.

Sebelum kita membedakan ketiga model tulisan itu, kita harus ingat bahwa ketiganya adalah
termasuk karangan nonfiksi, alias ditulis berdasarkan fakta. Jadi, apapun perbedaan masing-
masing dari ketiga model tulis tersebut, pada dasarnya semuanya termasuk nonfiksi. Bahkan ada
yang mengatakan semua tulisan nonfiksi adalah artikel. Opini dan esai adalah sama-sama artikel.
Ini hal yang mesti selalu diingat, sehingga tidak perlu memusingkan perbedaannya. Jangan
sampai, lantaran kesulitan membedakannya, Anda terus tidak mau menulis.

Baiklah, sekarang kita bahas satu per satu. Sebagaimana dikatakan di muka, bahwa secara
definisi tulisan Opini, Esai, dan Artikel, itu sama, yakni pandangan, pendapat, atau anggapan
seseorang terhadap suatu masalah. Jadi, semuanya berdasarkan interpretasi semata.

Secara definisi tulisan Opini, Esai, dan Artikel, itu sama, yakni pandangan,
pendapat, atau anggapan seseorang terhadap suatu masalah. Jadi, semuanya
berdasarkan interpretasi semata.

Hanya saja ciri khas atau karakternya dapat kita bedakan. Pada umumnya karakter tulisan Opini
itu lugas. Hal yang diangkatnya pun masalah aktual (yang sedang hangat dibicarakan, baik
lingkup daerah, nasional, maupun internasional). Biasanya tulisannya diawali dengan peristiwa
yang sedang hangat tersebut. Oleh karena aktual, tulisannya pun berciri reaktif, sehingga
pengulasan dan pembahasannya tidak begitu menyeluruh, alias membahas hal yang sedang
terjadi tersebut.

Sedangkan esai karakternya bersifat reflektif-analitis, mengajak pembaca untuk merenung. Kalau
esai di surat kabar penyajiannya kadang tidak sistematis (nonformal), suka-suka penulisnya.
Kadang dibuka dengan kisah, puisi, atau kata-kata mutiara. Tulisannya pun tidak mesti sebuah
respon atas peristiwa/permasalahan yang aktual. Kadang bisa juga membahas sejarah, tokoh,
sastra, dll. Esai-esai yang begitu khas, misalnya, Emha Ainun Nadjib alias Emha atau Cak Nun,
Goenawan Mohammad, J. Sumardianta, Muhidin M. Dahlan, dan A.S. Laksana. Lain halnya
kalau dimuat di jurnal atau majalah-majalah ilmiah kampus atau lembaga pendidikan, esainya
akan sistematis karena memang dituntut untuk formal.

Esai-esai yang begitu khas, misalnya, Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun,
Goenawan Mohammad, J. Sumardianta, Muhidin M. Dahlan, dan A.S. Laksana
Adapun karakter artikel adalah cara menganalisisnya menggunakan teori-teori ilmiah dan
disiplin ilmu penulisnya. Kalau esai mengajak pembaca merenung, maka artikel mengajak
pembaca untuk memahami persoalan sembari mendedahkan solusinya.

Artikel biasanya identik dengan karya ilmiah semacam makalah atau laporan
penelitian. Sedangkan esai dan opini identik dengan tulisan-tulisan di surat kabar. Esai biasanya
muncul di hari minggu, sedang opini munculnya dari senin sampai sabtu.
Perbedaan Artikel, Opini, Feature dan Esai

Bentuk-bentuk tulisan di media massa bisa berbentuk


spot/straight news, News Story dan interpreted News. Ini
bentuk tulisan dari seorang wartawan yang berbentuk
nonfiksi dan berdasarkan peristiwa faktual. Tulisannya pun
harus formal, singkat, padat, jelas serta memenuhi unsur
5W1H.
Sementara bagi blogger atau mereka yang bukan
wartawan bisa menulis artikel, opini , esai dan Feature.
So, apa perbedaan antara bentuk-bentuk tulisan ini?
Begini penjelasan singkatnya.
Artikel merupakan bentuk tulisan nonfiksi yang ditulis
berdasarkan data dan fakta dengan tambahan sedikit
analisis serta pendapat penulisnya. Satu pokok
permasalahan, satu sudut pandang
keilmuan. Menggunakan metode Deduktif atau
induktif bisa juga sebaliknya. Ini sering juga disebut
bentuk piramida, artinya menulis dimulai dari hal-hal
khusus terlebih dahulu baru kemudian penjelasan umum
berupa rincian atau bisa sebaliknya, dari umum kemudian
khusus.
Apa perbedaan artikel dengan opini? Opini adalah menulis
dengan mengutamakan muatan pendapat pribadi.
Sedangkan artikel, pendapat biasanya hanya
saat menganalisa fakta tandingan dari data yang sudah
ada sebelumnya artinya penulis artikel membantah teori
atau data sebelumnya dengan teori dan data baru.
Bagaimana dengan artikel dan esai? Esai adalah
karangan prosa yang membahas suatu masalah secara
sepintas kemudian diurai secara detail berdasakan sudut
pandang pribadi penulisnya. Esai menganalisa dari
berbagai disiplin ilmu sedangkan artikel hanya satu disiplin
ilmu, keduanya sama-sama terdapat subjektifitas di
dalamnya. Orang yang menulis esai harus memiliki
pengetahuan luas dan khas serta unik.
Kemudian, Feature dengan berita? Berita mengutamakan
fakta dan data dan peristiwa aktual sedangkan artikel
berdasar data dan fakta namun belum tentu adanya
peristiwa. Artikel diberi analisa opini berupa data dan fakta
tandingan, berita berupa spot/straight news tidak boleh
ada opini di dalamnya.
Lain halnya dengan Feature, yang ditulis berdasar data,
fakta dan peristiwa aktual tetapi materinya diseleksi
dengan menekankan sisi Human Interest.
Ada berapa jumlah Feature? jawabnya ada puluhan
contohnya tulisan tentang
manusia,binatang,tumbuhan,alam, sejarah, hantu dan lain
lain. Cara menulisnya? contoh : tentang pesawat jatuh.
Berita/spot newsnya adalah kecelekaan pesawat dengan
uraian 5W1H, interpreted news bisa ditulis dengan
mengambil sumber berita yang berasal dari maskapai,
pabrik, aparat perhubungan atau keluarga korban.
Sedangkan tulisan artikelnya bisa ditulis dari sisi pendapat
dari pakar cuaca. Featurenya bisa ditulis dari sisi istri,
anak korban, petugas SAR yang menekankan sisi human
interest
Jangan lupa Esai adalah kata kuncinya analisa dari
berbagai disiplin ilmu.
Perlu diperhatikan bahwa Opini dari pendapat penulis
bukan analisa berdasarkan ilmu.
Catatannya adalah bahwa tidak semua wartawan bisa
menulis artikel dan feature. Kemudian tidak semua penulis
feature dan artikel mampu menulis esai. Penulis esai
selalu bisa menulis artikel dan feature dengan baik.
Itulah sebabnya, menulis Esai itu sulit karena melibatkan
karakter non teknis penulisnya.
Yang pasti, Berita itu cara menulisnya seperti berbentuk
piramida atau piramida terbalik. Sedangkan artikel dan
feature berbentuk balok, artinya bagian atas tengah
bawah tulisan sama pentingnya.
Demikian sedikit penjelasan bagi kalian yang masih
bingung membedakan jenis tulisan antara artikel, feature,
esai dan news. Lantas, Blogger masuk ke kategori mana?
Blogger bisa menulis dengan khas dan gaya tersendiri
yang kadang berbeda dari ke 4 hal di atas. Menulis
dengan melibatkan personal touch, atau juga personal
experience.
Definisi Bentuk Tulisan Artikel, Esai, Opini dan Feature

1. Artikel

Artikel merupakan salah satu bentuk tulisan non-fiksi yang ditulis dengan mengenai data dan
fakta berdasarkan penelitian dari penulisnya. Artikel juga salah satu jenis tulisan ilmiah yang
berisi tentang informasi yang bersifat bebas seperti argumentasi, persuasif ataupun rekreatif.

Bentuk tulisan artikel memang paling banyak digunakan oleh para penulis karena tema dan gaya
tulisan bersifat bebas, namun informasi yang disampaikan mudah dipahami para pembaca..
Artikel lebih banyak kita temukan pada blog, buku, berita, marketing, naskah, narasi dan lainnya

2. Esai

Tulisan esai memang agak mirip dengan artikel, namun kajiannya lebih mendalam serta detail
berdasarkan pemikiran atau persepsi dari penulis. Biasanya penulis esai adalah orang yang
berpengalaman dalam bidang atau tema yang ditulis sehingga nilai tulisan lebih berkualitas.

Para penulis esai biasanya memiliki ciri khas atau gaya penulisan sendiri sehingga mudah
diidentifikasi. Bentuk tulisan yang disampaikan seperti berbicara melalui kata sehingga lebih
mudah dipahami pembaca. Pada penutup ada kesimpulan, gagasan atau saran yang bisa dipetik.

3. Opini

Opini merupakan jenis tulisan yang berupa pendapat dari sudut pandang penulis sendiri dan tidak
membutuhkan sebuah penelitian. Tentu saja para penulis lebih bebas untuk mengungkapkan
pendapat-pendapatnya sendiri berdasarkan kemampuan ataupun pengalaman yang dimiliki.

Tulisan opini hanya berdasarkan pendapat dari penulis sehingga tidak bisa dijadikan sebagai
informasi yang akurat atau bukanlah fakta. Pendapat setiap orang tentu saja berbeda-beda
sehingga tulisan opini bersifat dinamis dan bisa saja benar atau salah tergantung bukti dan fakta.

4. Feature

Sedangkan jenis tulisan feature memang lebih mengarah pada fakta atau peristiwa yang sedang
menjadi hot topik dan lebih mengarah pada hal-hal yang disukai pembaca. Biasanya feature
membahas tentang hal-hal seperti isu politik, tokoh, sejarah, tempat wisata, ekonomi dan budaya.

Bentuk tulisan feature memang lebih santai dari tulisan lainnya serta memberikan hiburan bagi
para pembaca. Pada penutup tulisan, diberikan kesimpulan mengenai alasan atau sebab akibat
tentang tema yang dibahas sehingga informasi yang disampaikan menjadi semakin jelas.

Dari beberapa bentuk tulisan tersebut, tentunya tulisan esai adalah jenis yang paling sulit dan
tidak setiap orang bisa membuat tulisan esai. Namun semua jenis tulisan bisa dipelajari jika rajin
berlatih menulis dan banyak membaca agar memiliki banyak input agar produktif dalam menulis.
ARTIKEL ( DU )
Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah
tertentu yang sifatnya aktual dan kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu (informasi),
mempengaruhi dan meyakinkan (persuasif argumentatif), atau menhibur khalayak pembaca
(rekreaif). Disebut lepas karena siapapun pembaca dapat menulis artikel dengan topik bebas
sesuai dengan minat dan keahliannya masing-masing.
Secara umum artikel dapat dibedakan menurut jenis serta tingkat kesulitan yang dihadapinya,
antara lain: artikel praktis, artikel ringan, artikel halaman opini dan artikel analisis ahliartikel
spesial.
a. Artikel praktis
Artikel praktis lebih banyak bersifat petunjuk praktis cara melakukan sesuatu (how to do it),
misalnya petunjuk cara membuka internet, cara praktis merawat tanaman bonsai, sepuluh
langkah membuat kue tart, kiat ramping dan cantik dalam 15 hari, atau cara cepat menguasai
rumus dan hitungan matematika.
Artikel praktis lebih menekankan pada aspek ketelitian dan keterampilan dari pada masalah
pengamatan dan pengembangan pengetahuan serta analisis peristiwa. Artikel praktis biasanya
ditulis dengan menggunakan pola kronologis. Artinya pesan disusun berdasarkan urutan waktu
atau tahapan pekerjaan.
b. Artikel ringan
Artikel ringan sering ditemukan pada rubrik anak-anak, remaja, wanita, keluarga. Artikel
jenis ini lebih banyak mengangkat topik bahasan yang ringan dengan cara penyajian yang ringan
pula, dalam arti tidak menguras pikiran kita. Untuk menerima atau mencernanya, kita sebagai
pembaca tidak memerlukan persiapan dan perhatian secara khusus.
Artikel ringan tak ubahnya makanan mie siap saji atau permen karet yang bisa dikunyah
kapan dan dimana saja. Topik bahasan seperti kiat sukses belajar di perguruan tinggi, sepuluh
ciri wanita setia, atau sembilan kelemahan pria di mata wanita, termasuk kedalam kategori
artikel ringan. Siapapun yang membacanya tidak perlu mengerutkan dahi, berfikir lebih keras,
menganalisis lebih tajam atau menggugatnya secara akademis. Artikel ringan dikemas dengan
gaya paduan informasi dan hiburan.
c. Artikel halaman opini
Artikel halaman opini lazim ditemukan pada halaman khusus opini bersama tulisan opini
yang lain yakni tajuk rencana, karikatur, pojok, kolom dan surat pembaca. Artikel opini
mengupas suatu masalah secara serius dan tuntas dengan merujuk pada pendekatan analitis
akademis. Sifatnya relatif berat. Karena itulah, artikel opini kerap ditulis oleh mereka yang
memiliki latar belakang pendidikan, pengetahuan, keahlian atau pengalaman mamadai di
bidangnya masing-masing.
d. Artikel analisis ahli atau artikel spesial
Artikel analisis ahli biasa kita temukan pada halaman muka, halaman-halaman berita atau
halaman dan rubrik-rubrik khusus tertentu. Sesuai dengan namanya, artikel jenis ini ditulis oleh
para ahli atau para pakar di bidangnya dalam bahasa yang populer dan komunikatif. Artikel
analisis ahli mengupas secara tajam dan mendalam suatu persoalan yang sedang menjadi sorotan
dan bahan pembicaraan hangat masyarakat. Topik yang dibahas macam-macam, seperti
ekonomi, politik, pendidikan, sosial, agama, budaya, industri, iptek.
Beberapa surat kabar besar di Indonesia menyediakan ruangan khusus untuk artikel analsis
ahli ini, tujuannya adalah mendekatkan pokok masalah yang sedang disorot dalam berita sebagai
suatu persoalan yang mengandung pertanyaan. (Haris Sumadiria, 2006, PP. 11-14).
Artikel khusus atau spesial ditulis sepenuhnya atas inisiatif para penulis dari “orang luar”.
Banyak juga yang menyebutkan dengan artikel opini. Artikel ini merupakan sumbangan artikel
dengan topik-topik spesial. Maksudnya adalah spesial bidang keahlian penulisnya.
Ada penulis yang khusus menulis masalah ekonomi karena ia merupakan ekonom, lalu untuk
masalah politik ditulis oleh politikus atau pakar politik; masalah hukum ditulis oleh ahli hukum
(pengacara, jaksa, hakim); masalah budaya ditulis oleh budayawan; masalah teknologi ditulis
oleh sarjana teknologi; masalah agama ditulis oleh ulama atau sarjana teologi; demikian
seterusnya.
Prinsip dasar artikel spesial tidak berbeda dengan tajuk rencana. Hanya saja tajuk rencana
harus lebih singkat dan pendek, sedangkan artikel spesial bisa lebih panjang seperti juga kolom.
Artikel spesial ini jarang memakai unsur humor, satire dan parodi, walau sebenarnya itu juga
dimungkinkan selama masih dalam batasan yang dimungkinkan dan tidak berlebihan. Oleh
karena itu artikel spesial ini banyak diisi oleh kalangan pakar dan praktisi dibidang tertentu.
(Setia Willing Barus. 2010, P. 152).
Syarat Jadi Penulis Artikel
Seorang calon penulis artikel harus memiliki lima kemampuan sebagai modal dasar untuk
dapat mengembangkan minat, bakat, motivasi dan tekad dirinya untuk menjadi untuk menjadi
penulis atau kolumnis profesional dalam waktu tak terlalu lama. Kelima syarat ini bisa disebut
juga sebagai “rukun iman” yang harus diyakini siapapun yang ingin menjadi penulis berkualitas
dan ternama. Kelima syarat itu yaitu: 1. Teknikal 2. Mental 3. Reading-habit 4. Intelektual 5.
Sosiokultural.
a. Teknikal
Teknikal, menunjuk pada kemampuan menggunakan atau mengoperasikan peralatan kerja
yang diperlukan seperti mesin tik, komputer, laptop, notebook, desk noot, atau email (surat
elektronik, elektronik email).

b. Mental
Mental, menunjuk pada tekad, semangat dan kemauan keras untuk terus belajar dengan
disertai sikap pantang menyerah. Tahan banting. Mental baja. Menulis bukanlah pekerjaan
seperti main sulap yang hanya dengan mengucap sim salabim semuanya langsung sudah tersedia
seketika didepan mata. Menulis adalah pekerjaan kreatif yang mengganbungkan tiga kemampuan
sekaligus: ilmu, seni dan keterampilan.
c. Reading habit
Reading-habit, menunjuk pada kebiasaan dan budaya baca sebagai kebutuhan pokok sehari-
hari. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Penulis yang kreatif dan produktif adalah
pembaca yang produkif pula. Setiap hari dia meluangkan waktu untuk membaca sedikitnya tiga
jam. Untuk menjadi pembaca yang baik, maka kita harus senantiasa haus informasi. Kita harus
memiliki rasa selalu ingin tahu (curiosity).

d. Intelektual
Intelektual, berkaitan dengan visi akademis, daya nalar, wawasan ilmu pengetahuan, serta
kemampuan dalam menyajikan tulisan secara logis, sistematis dan analitis dengan didukung oleh
referensi yang relevan, aktual dan representatif. Seorang intelektual akan senantiasa bersikap
rasional dan referensial. Dia akan menghindari berbagai pendekatan yang emosional apalagi
yang bersifat mistikal. Sebagai seorang intelektual, seorang penulis akan senantiasa berusaha
untuk mengedepankan visi dan sikap sebagai seorang terpelajar, rasional, referensial, kritis,
demokratis, berjiwa besar, dewasa, bijak.
e. Sosiokultural
Sosiokultural, berkaitan dengan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sosial termasuk
menjalin komunikasi dengan pihak media massa. Seorang penulis haruslah supel, pandai bergaul,
bisa menyesuaikan diri, diterima oleh siapa saja, akrab dengan siapa saja, populis, jujur, terbuka,
tampil sebagai pribadi menyenangkan, rendah hati. (Haris Sumadiria, 2005, PP 14-17).

B. ESAI ( DU )
Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas dari sudut
pandang penulisnya. Esai dapat disusun berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pembahasan tidak sampai pada penyelesaian atau jalan keluar sebagai saran penulis kepada
pembaca atau kepada pihak-pihak yang terlibat dalam permasalahan.
b. Objek pembahasan esai meliputi permasalahan aktual yang sedang menjadi pembicaraan
masyarakat dalam berbagai bidang, misalnya: ekonomi, politik, sosial, kebudayaan,
pemerintahan atau ketatanegaraan.
c. Penggunaan bahasa dalam penulisan esai bersifat khas sesuai dengan gaya setiap penulisnya
dan tidak harus selalu berdasarkan tata bahasa baku.
d. Pembahasan permasalahan didasarkan pada pendapat pribadi penulis sehinga fakta, bukti dan
alasan yang disajikan harus mendukung pendapat tersebut.
e. Penulisan bahasa meyakinkan pembaca tentang kebenaran pendapat yang disajikan melalui
ilustrasi-ilustrasi pendukung.
Media yang dipakai untuk menyajikan esai sama dengan tajuk rencana atau artikel, yaitu
surat kabar dan majalah. Ketiganya mempunyai kesamaan dalam gaya penyajian kepada
masyarakat sehingga karya tulis ini dibaca, dipelajari dan dipahami oleh seluruh lapisan
masyarakat. Meskipun ketiga karya tulis mempunyai kesamaan, tetapi ada juga perbedaannya.
Lihat tabel dibawah ini:

perbedaan artikel Tajuk rencana esai


Isi Pembahasan tentang Penyajian pendapat Penyajian
ilmu pengetahuan penulis pendapat pribadi
(karya tulis ilmiah berdasarkan fakta penulis sebagai
populer) atau data tentang kesan terhadap
peristiwa peristiwa atau
permasalahan
Bahasa Sesuai dengan tata Sesuai dengan tata Bahasa khas,
bahasa baku (EYD) bahasa baku komunikatif,
(EYD) sesuai dengan
gaya penulis, dan
tidak harus taat
pada kaidah
kebahasaan
Penulis Orang yang ahli Wartawan senior Semua pihak dari
dalam bidang atau editor dalam semua kalangan
pengetahuan yang penerbitan
ditulis
penutup Berupa ringkasan, Berupa saran, Berupa
kesimpulan atau anjuran atau ajakan penguatan
penegasan terhadap kepada pembaca terhadap
materi pembahasan dan pihak-pihak pernyataan
yang terlibat dalam penulis
permalahan

1. Penggolongan Esai
Penggolongan jenis esai dapat ditinjau dari bentuk dan tujuannya. Berdasarkan bentuknya,
esai digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Esai formal, adalah yang disusun sesuai dengan tata aturan penulisan wacana konvensional
yang lengkap, runtut dan sistematis (pembukaan, isi dan penutup).
b. Esai informal, adalah esai yang disusun secara inkonvensional. Penulis tidak mengutamakan
kelengkapan dan keruntutan materi sajian, tetapi lebih mengutamakan ekspresi (pengungkapan)
kesan terhadap peristiwa atau permasalahan.
Berdasarkan tujuannya, esai digolongkan menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
a. Esai kritik adalah esai yang mengutamakan penyampaian koreksi, saran atau perbaikan
terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa/ permasalahan. Kritik muncul karena rasa
kecewa terhadap peristiwa yang terjadi berbeda dengan harapannya.
b. Esai cerita adalah esai yang mengutamakan pembahasan pada penggambaran peristiwa
mengikuti kronologis waktu. Penulis membawa pembaca larut dalam cerita sehingga seolah-olah
pembaca melihat dan mengalami sendiri peristiwa tersebut.
c. Esai argumentatif adalah esai yang mengutamakan pembahasan pada penyajian pendapat
penulis disertai alasan kuat dan masuk akal. Penulis menyertakan bukti berupa contoh dan
ilustrasi untuk meyakinkan pembaca tentang kebenaran pendapat yang disajikan.
2. Menyunting Esai
Menyunting atau mengedit esai merupakan tahap perbaikan terhadap penyajian gagasan
dalam esai. Perbaikan tersebut terutama pada kejelasan kalimat, kelogisan penyampaian gagasan,
pilihan kata serta penggunaan ejaan dan tanda baca (EYD). (Sri Sutarni & Sukardi. 2008, PP,
146-149)

B. KOLOM ( IZP )
Kolom adalah opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan
pemaknaan terhadap suatu persoalan atau keadaan yang terdapat dalam masyarakat. Kolom lebih
banyak mencerminkan cap pribadi penulis. Sifatnya memadat memakna. Bandingkan dengan
sifat artikel yang lebih banyak memapar melebar. Kolom ditulis secara inferensial. Artikel ditulis
secara referensial. Biasanya dalam tulisan kolom terdapat foto penulis. Sangat dianjurkan, tulisan
kolom disertai foto penulis. Anjuran yang sama, justru tidak berlaku pada artikel (Haris
Sumadiria, 2005, P 3).
Kolom berasal dari bahasa Inggris, column. Orangnya disebut columnist. Dalam bahasa
Inggris, istilah kolumnis diartikan sebagai penulis karangan khusus berupa komentar, saran,
informasi, atau hiburan, pada surat kabar atau majalah secara reguler (Stewart, 1970, P 65).
Demikian juga dalam bahasa Indonesia, dijelaskan arti kolumnis sebagai penulis yang
menyumbangkan artikel pada surat kabar atau majalah secara tetap (Anton Moeliono, 1989, P
451). Kadang-kadang tulisan dimaksud dikirimkan langsung untuk dimuat dalam surat kabar
atau majalah. Namun di Barat biasanya para kolumnis menulis karangannya khusus untuk
didistribusikan oleh sebuah sindikat kepada sejumlah surat kabar atau majalah (Suhandang,
2004, PP 162-163).
Istilah column sendiri, diartikan sebagai artikel pada surat kabar atau berkala lainnya
(Webster, 1957, P 64). Di samping itu column juga diartikan sebagai pilar yang dibuat untuk
menyangga sesuatu yang berat, seperti atap atau bagian atas suatu bangunan (Fieldman, 1965 P
1250). Pada awalnya, panggilan kolumnis ditujukan kepada para abdi jurnalisme abad ke-20
yang pada abad ke-19 dikenal sebagai redaktur pengoreksi naskah. Pribadi-pribadi yang tidak
dikenal dan selalu anonim pada halaman-halaman tajuk itu kini telah membangitkan para
pembaca tulisannya untuk mengenal pribadinya secara langsung atau tidak, membawakan
pandangan penerbit tempat mereka bertugas, sehingga para pembaca pun bisa memihak salah
seorang dari mereka dan menganggapnya sebagai juru bicara surat kabarnya (Suhandang, 2004,
P 163).
Sebelum 1920, para kolumnis seperti Eugene Field dan Franklin Pierce Adams, menerbitkan
berbagai sajak, humor, lelucon yang aneh-aneh dan esai-esai ringan karangannya sendiri atau
dari para kontributornya. Column gossip tentang skandal pribadi para tokoh, terutama dalam
dunia hiburan, oleh para penulis seperti Walter Winchell berhasil dipopulerkan pada 1920-an.
Problem sosial dan ekonomi 1930-an merangsang orang-orang “pintar” untuk mengembangkan
pandangan politiknya, di antara Walter Lippmann, bekerja sama dengan para pengedar
“informasi intern” dan ramalan seperti Drew Pearson (Suhandang, 2004, PP 163-164).
Pada 1960-an ratusan column berisi hampir setiap segi kemanusiaan, dari soal cinta dan
kesehatan sampai pada ilmu pengetahuan dan keuangan, muncul pada harian-harian berkala
lainnya di Amerika dan Eropa. Bahkan di Indonesia lebih luas lagi isinya. Selain masalah
kemanusiaan, juga masalah kebijakan para penguasa selalu menjadi sorotan para kolumnis yang
kritis (Suhandang, 2004 PP 163-164).
Kolom (article column) biasanya ditulis dengan gaya yang sangat ringan atau enteng dan
diselingi humor-humor segar, walaupun masalahnya sangat serius (politik, ekonomi, sosial,
budaya, hukum, keamanan, pendidikan, bencana, kecelakaan, kriminalitas, gaya hidup dan
sebagainya).
Di tangan para kolumnis profesional, topik apapun yang dibahas, mulai dari yang ringan
seperti masalah pakaian dinas pejabat, sampai yang berat seperti kecenderungan makin bayaknya
wakil rakyat di tingkat kota dan kebupaten yang hobi memakan uang rakyat, tersaji dalam cerita
singkat yang memikat, logis rasional, enak dibaca dan perlu. Benar-benar menggairahkan.
Benar-benar menyegarkan (Haris Sumadiria, 2006, P 15)
Meskipun kolumnis bisa menulis tentang apa saja, tetapi ia haruslah “pakar” dalam suatu
bidang dan merupakan seorang penulis yang seksama dan efektif. Selalu mengikuti
perkembangan adalah penting dari segalanya (Hikmat Kusumaningrat, 2006, P 248).

C. OPINI ( HH )
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Balai Pustaka, opini disebutkan
sebagai ”pendapat; ”pikiran,” atau ”pendirian”. Menulis opini berarti menyebar luaskan
gagasan. Dengan menulis opini, maka seseorang berarti mentransfer ide dan gagasannya ke
ruang publik. Ia masuk ke ranah publi

publik dan berusaha mempengaruhi publik, dengan tujuan akhir, gagasannya diterima atau
juga diperdebatkan.

Menurut buku pengantar komunikasi 2 analisis dan aplikasi, opini (opinion) adalah ekpsresi
dari suatu sikap. Opini dapat bervariasi baik dalam hal intensitas dan stabilitas. Dengan melihat
pada interpretasi awal dalam bahasa prancis dan bahasa inggris dari opini, Noelle-Neumann
menyatakan bahwa opini adalah tingkat persetujuan dari populasi tertentu. Dalam proses spiral
keheningan, opini sama artinya dengan sesuatu yang dianggab berterima (Richard west, P 122).

Opini memang bisa diartikan sebagai pandangan seseorang tentang suatu masalah. Tidak
sekadar pendapat, tetapi pendapat ilmiah. Pendapat yang bisa dipertanggungjawabkan dengan
berdasar dalil-dalil ilmiah yang disajikan dalam bahasa yang lebih popular. Karena itulah, untuk
menulis opini juga dibutuhkan riset. Riset merupakan penguat dari argumentasi penulis untuk
menekankan gagasannya. Opini inilah yang ditulis dan dituangkan dalam bentuk ”artikel.”

Untuk menulis opini dibutuhkan:

1. Pengetahuan akan bidang/masalah tertentu


2. Ide dan Gagasan
3. Argumentasi gagasan
4. Teknik Penulisan Opini
5. Pengetahuan bahasa
6. Pengetahuan Tentang Media Massa (L.R. Baskoro, Redaktur Pelaksana, Majalah Tempo).
Melengkapi “teori” Djadjad Sudradjat, berikut ini dipaparkan bentuk-bentuk tulisan dalam
surat kabar yang terkatagorikan opini. Pada umunnya, media massa cetak menyediakan
sebagiansebagaimana halamanya untuk menampung opini atau pendapat (wujud dari fungsi pers
sebagai alat kontrol sosial). Opini ini bisa berupa opini umum (public opinion), bisa pula berupa
opini redaksi (dsk opinion). Wujud tulisan opini umum artikel, kolom, dan surat pembaca,
sedangkan wujud tulisan opini redaksi adalah tajuk rencana, pojok, dan karikatur.
Kolom Opini
Editorial dan kolom opini memiliki satu kemiripan : keduanya adalah opini sekaligus analisis
subjektif. Keduanaya juga mempunyai perbedaan penting.
Kolom opini disertai nama penulisa dan berisi opini (menggunakan kata pertama “saya”)
dari seseorang, kecuali kolumunis itu memilih memasukkan opini dari orang lain. Tulisan
editorial tidak disertai pencantuman nama penulisannya dan merupakan opini staf keseluruhan,
meskipun ditulis oleh satu orang. Kolom opini kurang formal ketimbang editorial; kolumunis
punya lebih banyak keleluasaan dan biasanya banyak ruang untuk menyajikan ide-idenya.
Kolom opini sering kali disusun dengan cara yang sama sperti editorial,, diawali dengan
pendahuluan, diikuti oleh isi dan diakiri dengan kesimpulan. Metode penceritaan atau kronologis
bisa juga dipakai. Jarang penulisan yang memilih bentuk piramida terbalik-dari yang terpenting
ke yang paling kurang penting.
Kolomnis sering mengembangkan gaya dan suara sendiri dan memiliki topik sendiri yang
sesuai dengan gayanya itu. Beberapa kolomnis selalu menulis tentang masalah yang dapat ditulis
secara humoris, uang, trevel, atau olah raga. Beberapa penulis menulis apa yang sering disebut
“keadaan manusia,” kemenangan atau tragedi kehidupan manusia. Beberapa yang lainnya
memperjuangkan kaum tertindas,miskin, dan tersisih. Ada kolumnis yang ditulisnya diatas rata-
rata kemampuan membaca umum, yakni istilahnya untuk membaca yang lebih terdidik secara
intelektual. Beberapa orang hanya menulis tentang Bahasa Indonesia dan bagaimana orang
menggunakan dan menyalah gunakan. Ada banyak kemungkinan bagi kolumnis untuk
“memiliki” sendiri gaya dan subjeknya.
Banyak kolumnis menyusun kalimat pembuka atau penutup dengan unik. Ini akan membantu
membedakan kolumnsi itu dari kolumnis lainnya yang mungkin menulis topik serupa. Gaya ini
akan menjadi ciri khasnya. Kolumnis mahasiswa dapat melakukan hal serupa untuk koran atau
majalah kampus. Cara ini akan berhasil jika gaya itu benar-benar unik dan dipakai secara
konsisten.
Ada sebuah kolom yang khas dalam judulnya yang konsisten, sering dengan bentuk huruf
dan grafik yang mirip dan kolom-kolom lain dikoran. Ini bisa dinamakan “standing hands,”
sebab ada disetiap edisi dan tak pernah berubah. Identitas komnis ditampilkan, dan terkadang
disertai foto ukuran kecil (foto wajah). Judul kolom biasanya ringkas, dan menggunakan kata-
kata cerdas dan menarik. Misalnya, “mecukur habis” biasa dipakai untuk kolom picture sepak
bola. Atau “partai gurem” yang merupakan julukan untuk partai kecil yang tidak signifikan.
Opini dibawah ini dikaitkan dengan berita nasiaonal tentang pembunuhan seseorang
mahasiswa gay di Wyoming. Ini adalah contoh berita bagaimana kolomnis dapat mengekplor
opini personal yang mungkin tidak disetujui oleh staf koran. Kolom opini adalah suara seseorang
bukan suara koran (suara editorial). Kolumnis ini juga mengutik sumber yang tepat dan kredibel
untuk mendukung argumennya.
“Pelajaran dari tewasnya shepard”
Sebuah surat tergeletak dimeja saya. Saya tidak bisa mengirimkannya, tapi saya tak berani
membuangnya. Saya ingat betul hari ketika saya memutuskan untuk menulisnya saya duduk
dimeja kamar pada kamis pagi yang dingin dengan merokok sambil membaca koran.
Sebelum membaca apa-apa dihalaman depan, wajahnya menarik perhatian saya. Dia sangat
tampan, dengan rambut pirang, mata biru tajam, dan senyum muda. Saya ingat gelombang kejut
yang merambat tubuh saya saat membaca headline: “polisi menahan empat orang tersangka
kasus pemukulan murid mahasiwa.”
Setelah membaca artikelnya, saya menjadi mual saat bayangan kepalanya yang bocor dan
tubuhnya yang berlumuran darah berkelebat dibenak saya. Dia digantung dengan cara disalip
dan dibiarkan begitu saja sekarat – sebuah pertunjukan kepada seluruh dunia tentang
keberadaan kaum homo seksual. Pemuda yang tampan ini diambang kematian karena
kebencian orang lain.
Malam itu saya menulis surat kepadanya. Saya katakan kepadanya agar ingat bahwa dunia
tidak seperti laki – laki yang memukuli mereka. Saya katakan bahwa saya menghargai
keberanian untuk menyatakan diri sebagai gay secara terbuka. Saya katakan padanya bawa
saya selalu mendoakanya.
Saya ingin agar dia tidak putus asa; saya ingin dia tetap hidup.
Sebelum saya keluar untuk mengirim surat pada senin pagi, saya mendengar berita diradio,
saya terlambat. Mattew sheprd, lelaki tampan dengan leleki pirang, mata tajam, dan senyuman
muda telah meninggal selamanya. Saya ingat saya menahan air mata saat saya berangkat
kesekolah dan selama disekolah. Pulang diskolah saya menangis.
Saya pikir saya harus melakukan sesuatu untuk mencegah hal seperti itu terjadi. Saya tak
mengerti mengapa kebencian bisa mendorang orang untuk membunuh. Beberapa kejadian
dimasa lampau sangat memengaruhi diri saya.
Saya mendengar pernyataan “kebencian adalah kata yang kuat,” namun pernyataan ini
emang lebih banyak kebenaran ketimbang yang disadari orang. Kebencian adalah emosi kuat ia
adalah emosi yang tidak perlu dipicu oleh sesuatu yang besar karna dia mendapatkan
momentum dengan cepat.
Emosi ini menghancurkan moral, nalar, dan kontrol yang mendorong seseorang sehingga dia
bisa melukai atau membunuh karna kebe

Contoh Opini Tolong Aku Mama


October 09, 2016 Jurnalistik

Oleh Dhiya Urahman

Theme : Bullying
“TOLONG AKU MAMA”

Sore itu keponakan saya mengatakan “paman, saya tidak mau mengaji dan sekolah lagi” sontak saya
terkejut, “kenapa” (terbesit dalam hati saya). Lanjut si ponaan “saya di cubit oleh kawan sekolah dan
dipengajian, saya dikatain malas” (sambil menangis). “Kenapa tidak cerita sama mamak”, “saya takut
dimarahi sama mamak” ujarnya.

Ternyata keponakan saya mengalami depresi dan merasa disiksa oleh kawan sebangkunya karena
sering dicubit, sebab itu juga dia tidak mau pergi kesekolah. selain itu di tempat dia mengaji, ia sering
diejek dikatain malas sehingga mengadu dan menangis karena merasa tidak aman dilingkungan
sekitarnya. Setelah beberapa hari saya memantau keponakan saya, yaitu dengan bertanya kepada
kawan sekelasnya dan kawan satu tempat mengaji. Ternyata dari pengaduan yang dilontarkan oleh
keponakan saya, memang benar ada aksi bullying disekolah dan ditempat dia mengaji. Sangat
disayangkan siswi yang masih duduk dikelas 1 SD sudah mengalami ancaman, ini sangat berpengaruh
terhadap mental dan psikologisnya. Setelah melakukan pantauan mengenai kasus ini saya mengambil
langkah untuk menyampaikan keluhan ponakan ke ibunya agar melapor kepada gurunya. Setelah
beberapa hari, saya bertanya kepada kakak mengenai kasus yang menimpa ponakan saya apakah sudah
dilaporkan kepada guru yang bersangkutan “sudah beberapa kali saya melapor”, “jadi bagaimana kak
apa tanggapan guru”, “jawabannya tidak menyenangkan”, “ibu fikir siswa itu sedikit, susah bu
mengawasinya” (itu kata yang dilontarkan guru kepada kakak saya). Aksi bulliying yang kerap terjadi
dikalangan anak-anak menyebabkan orang tua harus menjaganya lebih intensif. Namun, apabila Kurang
pengawasan dari guru juga akan menyebabkan aksi bulliying antar siswa, saya yakin akan semakin
menjamur. Sekolah yang mengajarkan tentang Aqidah, sosial, tematik dan lain sebagainya akan
tertutupi dan ternodai dengan adanya aksi bulliying yang secara tidak langsung siswa belajar akan
kekerasan dari lingkungannya yang semakin menakutkan.

Bulliying lebih sering berupa gangguan yang ditujukan secara indivudu dalam bentuk gangguan-
gangguan ringan dan komentar-komentar yang menjengkelkan. Namun demikian, karena gangguan
bersifat konstan dan tidak menunjukkan belas kasihan, maka menjadi serangan yang agresif. Faktor
umum dalam semua insiden bulliying adanya intensi dari pengganggu untuk meremehkan dan
merendahkan orang lain. (Kanisius, 2009, P. 7)

Masih anak-anak, jadi mereka belum tahu apa yang dimaksud dengan Bulliying. Dampak dari
Bulliying itu sendiri mereka belum begitu memahaminya, baik bagi pelaku maupun bagi yang menjadi
korban. Padahal dalam islam dilarang keras perilaku merendahkan orang lain, hal ini sebagai mana
penjelasan dalam sebuah firman Allah surat Al-Hujarat ayat 11 dan 13.

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan
yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-
buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat,
maka mereka itulah orang-o rang yang zalim.” Q.S. Al-Hujurat: 11

“Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Sungguh, Allah Maha mengetahui, Maha teliti”. Q.S. Al-Hujurat: 13

Dari kedua ayat tersebut Allah telah menegaskan dalam FirmanNya bahwa, Allah melarang umat
manusia untuk saling melecehkan antara satu sama lain, merendahkan kedudukan orang lain dan
memanggil selain dari namanya. Kemudian, Allah juga telah menerangkan dalam ayat berikutnya, Ia
telah menciptakan umat manusia dengan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, tujuannya supaya kita
saling mengenal antara satu suku dengan suku yang lainnya.

Pengaruh Media Massa

Perkembangan teknologi yang sangat pesat baik dibidang telekomunikasi, media hiburan dan lain
sebagainya. Penyebaran teknologi tidak hanya meyebar di bagian pusat kota saja. Tapi, dipelosok desa
pun sudah banyak tersebar media-media yang dapat mempermudah dalam mengakses informasi.
Kebanyakan orang salah menggunakan media, penulis sempat melakukan opservasi terhadap orang-
orang yang menggunakan media, namun yang penulis lihat adalah media komunikasi seperti Hp
Android, laptop adalah media yang dipergunakan oleh anak-anak untuk memainkan game / permainan.
Dari pantauan penulis sebabnya adalah kurang faham orang tua terhadap fungsi dari media tersebut
sehingga sikap kurang pedulinya tinggi terhadap sianak. Dalam kasus ini orang tua tergolong ke dalam
kategori non-kontrol, ini salah satu langkah akan menyebabkan aksi bulliying.

Media sangat berperan dalam kehidupan, media dapat dijadikan motivasi untuk melakukan
bulliying, dalam media televisi, seorang anak yang menonton siaran apa saja. Anak tersebut pasti
melakukan hasil dari tontonannya kedalam kehidupan nyata karena seorang anak bersifat imitasi. Dari
media anak bisa mengidolakan apa yang dianggap hebat, misalnya anak mengidolakan spidermen, pasti
sianak akan melakukan apa yang dilakukan spiderman tersebut, seperti suka berkelahi, spiderman bisa
terbang, sianak pun akan mencobanya agar dia bisa terbang, spiderman suka memukul orang, sudah
pasti sianak akan suka memukul orang disekelilingnya.

Dampak Dari Bulliying

Dari kasus yang keponakan penulis alami, ia sering mengadu tidak mau sekolah, tidak mau
belajar dan hanya mau dirumah saja karena dirumah dia merasa aman. Bagi orang tua yang menerima
laporan bahwa anaknya dibully agar segera memantau, apabila terbukti dibully maka segera laporkan
kepada guru yang bersangkutan. Kegiatan bulliying sering terjadi dikalangan anak-anak, aksi bulliying
berpengaruh kepada psikologis dan perkembangannya terganggu, dampak bagi korban dari aksi
bulliying misalnya semangat belajar berkurang, merasa diasingi. Bisa jadi anak yang seperti itu murung
atau cenderung mengasingkan diri saja. Kemudian dampak bagi pelaku dari aksi bulliying, biasanya anak
yang suka melakukan aksi tersebut pasti dikenal dengan anak yang bandel, susah diatur dan
membangkang terhadap orang yang tidak ia suka. Dikasi tahu tidak mau mendengar, biasanya anak yang
demikian bisa digolongkan kedalam kategori anak yang kurang kasih sayang dari orang tua. Berarti dapat
disimpulkan bahwa aksi bulliying dapat membawa pengaruh yang negatif baik terhadap si pelaku
maupun korban

Dari hasil tulisan dan kasus yang penulis jumpai, izinkan penulis untuk memberi sedikit saran
terutama Untuk orang tua siswa baik dipihak korban maupun dari pihak pelaku aksi bulliying agar
mengawasi anaknya baik dari pengaruh lingkungan dan media massa seperti buku, video, android,
siaran televisi dan sebagainya yang mengandung aksi kekerasan ataupun fornografi. Tanggungjawab
orang tua bukan hanya setelah mengantarkan sianak ke sekolah namun tanggungjawab orang tua harus
ikut serta dalam mengawasi perkembangan sianak. Orang tua juga harus melihat apa fungsi dari media
massa contohnya seperti televisi, hp android dan media komunikasi lainnya sehingga orang tua tahu
bagaimana mengimplikasikan media terhadap sianak

Dalam proses belajar mengajar pastinya ada siswa yang mempunyai kemampuan lebih dari
kawan sekelasnya (pintar), ada yang standar dan ada juga dibawah rata-rata. Biasanya guru sangat
senang melihat siswa yang rajin dan aktif dalam kelas, hal tersebut tidak menutup kemungkinan siswa
yang rajin dan aktif tersebut akan mendapat perhatian lebih dibandingkan kawan sekelas yang lainnya.
Hal tersebut juga akan menurunkan tekat dan minat siswa dalam hal belajar. Kenakalan dan aksi
bulliying dikalangan siswa mengharuskan guru supaya mengawasi lebih intensif karena tanggungjawab
guru tidak hanya sekedar mengajar namun juga mendidik.

Daftar pustaka

Jenis-Jenis Tulisan Jurnalistik.

Secara umum, naskah atau tulisan dibagi ke dalam dua bagian, yakni tulisan fiksi dan nonfiksi.

Tulisan fiksi yaitu tulisan berbasis khayalan atau imajinasi, bukan fakta atau data nyata.

Umumnya tulisan ini merupakan karya sastra, seperti cerita pendek, novel, puisi, dan drama.
Tulisan nonfiksi yaitu tulisan yang berbasis fakta dan data, seperti berita, artikel, feature, essay,
dan resensi.

Naskah jurnalistik masuk dalam kategori nonfiksi karena ditulis berdasarkan fakta atau data
peristiwa.

Ciri utama naskah atau karya jurnalistik adalah nonfiksi, faktual, atau bukan hasil khayalan.

Naskah jurnalistik dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu berita (news), opini atau pandangan
(views), dan karangan khas (feature).

Jenis-Jenis Tulisan Jurnalistik

BERITA

1. Berita (news) adalah laporan peristiwa berupa paparan fakta dan data tentang peristiwa
tersebut.
2. Unsur fakta yang dilaporkan mencakup 5W+1H: What (Apa yang terjadi), Who (Siapa
pelaku atau orang yang terlibat dalam kejadian itu), Why (Kenapa hal itu terjadi), When
(Kapan kejadiannya), Where (Di mana terjadinya), dan How (Bagaimana proses
kejadiannya).
3. Ada beberapa jenis berita yang dikenal di dunia jurnalistik, antara lain berita langsung
(straight news), berita mendalam (depth news), berita opini (opinion news), dan berita
foto.
4. Struktur tulisannya terdiri dari judul (head), baris tanggal (dateline), teras berita (lead),
dan isi berita (body).
5. Prinsip penulisannya antara lain mengedepankan fakta terpenting (mode piramida
terbalik, inverted pyramid), tidak mencampurkan fakta dan opini, dan berimbang
(balance, covering both side).
6. Isi berita merupakan fakta peristiwa yang benilai berita (news value), yakni aktual,
faktual, penting, dan menarik.

OPINI

1. Opini adalah pendapat atau pandangan (views) yang sifatnya subjektif mengenai suatu
masalah atau peristiwa yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
2. Jenis-jenis naskah opini antara lain artikel opini (article), kolom (column), tinjauan
(essay), tajukrencana (editorial atau opini redaksi), surat pembaca (letter to the editor),
karikatur, dan pojok.
3. Isi tulisan berupa pendapat pribadi penulis berdasarkan fakta ataupun ungkapan
pemikiran semata.
4. Struktur umum tulisan opini/artikel: judul (head), penulis (by line), pembuka tulisan
(opening), pengait (bridge), isi tulisan (body), dan penutup (closing).

FEATURE
1. Feature (karangan khas) adalah laporan jurnalistik bergaya sastra (gaya penulisan karya
fiksi seperti cerpen) yang menuturkan peristiwa.
2. Isinya penonjolan segi (angle) tertentu dalam sebuah peristiwa, biasanya unsur yang
mengandung segi human interest, yakni memberikan penekanan pada fakta-fakta yang
dianggap mampu menggugah emosi —keharuan, simpati, kegembiraan, atau bahkan
amarah atau kejengkelan.
3. Mengedepankan unsur hiburan ketimbang informasi.
4. Biasanya menggunakan “kata berona” (colorful word) untuk menambah daya tulisan.
5. Jenis-jenis feature antara lain feature berita (news feature), feature artikel (article
feature), tips (how to do it feature), feature biografi, feature perjalanan atau petualangan
(catatan perjalanan), dan sebagainya.

RESENSI

1. Resensi secara bahasa artinya “pertimbangan atau perbincangan


(tentang) sebuah buku” (WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
1984:821).
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia: pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan
buku.
3. Berisi penilaian tentang kelebihan atau kekurangan sebuah buku, menarik-tidaknya tema
dan isi buku itu, kritikan, dan memberi dorongan kepada khalayak tentang perlu tidaknya
buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli.
4. Selain resensi buku, ada pula resensi film dan resensi pementasan drama.
5. Penulis resensi disebut resensator (peresensi). M.L. Stein (1993:80) menyebut penulis
resensi sebagai pengkritik (kritikus). Pendapat mereka, kata Stein, adalah penting karena
kadang-kadang mereka dapat menilai apakah sebuah buku akan mencapai keberhasilan
atau sebaliknya.
6. Struktur tulisan: (1) Pendahuluan –berisi informasi objektif atau identitas buku,
meliputi judul, penulis, penerbit dan tahun terbitnya, jumlah halaman, dan –bila perlu–
harga. (2) Isi –ulasan tentang tema atau judul buku, paparan singkat isi buku (mengacu
kepada daftar isi) atau gambaran tentang keseluruhan isi buku, dan informasi tentang
latar belakang serta tujuan penulisan buku tersebut. Diulas pula tentang gaya penulisan,
perbandingan buku itu dengan buku bertema sama karangan penulis lain atau buku
karangan penulis yang sama dengan tema lain. (3) Penutup –peresensi menilai bobot
(kualitas) isi buku tersebut secara keseluruhan, menilai kelebihan atau kekurangan buku
tersebut, memberi kritik atau saran kepada penulis dan penerbitnya (misalnya
menyangkut cover, judul, editing), serta memberi pertimbangan kepada pemba-
ca tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki/dibeli.

KOLOM

1. Kolom (column) adalah sebuah rubrik khusus para pakar yang berisikan karangan atau
tulisan pendek, yang berisikan pendapat subjektif penulisnya tentang suatu masalah.
2. Rubrik khusus ini umumnya bernama asli (“Kolom”), namun ada pula media massa yang
menggunakan nama lain seperti “Resonansi” (Republika), “Asal Usul” (Kompas), dan
sebagainya.
3. Penulisnya disebut kolomnis (columnist). Dalam kamus bahasa, kolomnis diartikan
sebagai seorang penulis yang menyumbangkan karangan (artikel) pada suatu media
massa secara tetap.
4. Isinya hanya pendapat, berbeda dengan tulisan artikel yang berisi pendapat namun
disertai tuturan data, fakta, berita, atau argumentasi berdasarkan teori keilmuan yang
mendukung pendapatnya tentang suatu masalah.
5. Nasksh kolom tidak mempunyai struktur tertentu, tapi langsung berisi tubuh tulisan,
yakni berupa pengungkapan pokok bahasan dan pendapat penulisnya tentang masalah
tersebut. Judulnya pun biasanya singkat saja. Bahkan, dapat hanya satu kata.

TAJUK

1. Tajukrencana (biasa disingkat “tajuk” saja) dikenal sebagai “induk karangan” sebuah
media massa.
2. Disebut juga “Opini Redaksi”, yakni penilaian redaksi sebuah media tentang suatu
peristiwa atau masalah.
3. Merupakan “jatidiri” atau identitas sebuah media massa. Melalui tajuklah redaksi media
tersebut menunjukkan sikap atau visinya tentang sebuah masalah aktual yang terjadi di
masyarakat.
4. Tajukrencana yang berupa artikel pendek dan mirip dengan tulisan kolom ini, biasanya
ditulis oleh pemimpin redaksi atau redaktur senior yang mampu menyuarakan pendapat
korannya mengenai suatu masalah aktual.
5. Sikap, opini, atau pemikiran yang disuarakan lewat tajuk adalah visi dan penilaian orang,
kelompok, atau organisasi yang mengelola atau berada di belakang media tersebut.

ESAI

1. Esai (essay) artinya (1) karangan, esei (sastra) dan (2) skripsi.
2. KBBI mendefinisikan esai sebagai “karangan prosa (karangan bebas) yang membahas
suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya”.
3. Esai dikenal di tiga dunia: jurnalistik, akademis, dan sastra/seni.
4. Dalam konteks jurnalistik, esai adalah tulisan pendek yang biasanya berisi pandangan
penulis tentang subjek tertentu.
5. Dalam konteks akademis, esai diartikan sebagai “komposisi prosa singkat yang
mengekspresikan opini penulis tentang subjek tertentu”.
6. Struktur tulisan esai akademis atau sistematika penulisannya dibagi menjadi tiga bagian:
(1) Pendahuluan (berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi), (2) Subjek
bahasan dan pengantar tentang subjek), (3) Tubuh atau isi/pembahasan (menyajikan
seluruh informasi tentang subjek), dan (4) Penutup berupa kesimpulan (konklusi yang
memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh
esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subjek).
7. Bentuk esai dalam konteks akademis dikenal sebagai “esai formal” yang sering
dipergunakan para pelajar, mahasiswa, dan peneliti untuk mengerjakan tugas-tugasnya.
8. Di dunia sastra atau seni, esai adalah karya sastra berupa tulisan pendek berisi tinjauan
subjektif penulisnya atas suatu masalah di bidang kesusastraan dan kesenian. Esai adalah
tulisan berisi ulasan tentang sebuah karya sastra dan seni.
9. Sedikitnya ada tiga jenis esai: narastif, deskriptif, dan persuasif.

TULISAN ILMIAH

1. Tulisan ilmiah dikenal sebagai “tulisan akademis” (academic writing).


2. Memerlukan kalimat tesis, premis, dan hipotesis, diikuti “kerangka berpikir” untuk
diuraikan lagi dalam beberapa bab dengan riset mendalam.
3. Metodologi penelitian dan deviasi mesti bisa diuraikan dengan jelas.
4. Jenis tulisan ilmiah: disertasi, tesis, skripsi, dan artikel-artikel dalam jurnal-jurnal ilmiah.

TULISAN ILMIAH POPULER

1. Ilmiah populer yaitu tulisan ilmiah yang ditulis dengan gaya penyajian artikel populer
atau gaya jurnalistik yang mengedepankan unsur informasi, keumuman, dan mudah
dimengerti.
2. Tulisan ilmiah populer bisa juga diartikan sebagai tulisan ilmiah yang disusun dengan
menggunakan bahasa jurnalistik (language of mass communication).
3. Prinsipnya, menulis artikel ilmiah populer sama dengan menulis artikel populer biasa –
proses kerja intelektual yang membutuhkan keahlian khusus (writing technique), latihan,
kejelian, daya nalar, wawasan, referensi, etika, waktu, dan… kesabaran.
4. Seperti halnya semua tulisan, artikel ilmiah populer juga menjadikan komunikasi sebagai
tujuan utama.
5. Perbedaan utama artikel biasa dengan artikel ilmiah populer utamanya dalam hal
dukungan fakta dan teori. Dalam artikel biasa, penulis tidak dituntut menyertakan fakta
atau teori sebagai pendukung argumentasi atau opininya.
6. Karakter utama artikel ilmiah populer adalah opini subjektif penulis disertai fakta-data
(biasanya hasil riset) dan teori pendukung tentang suatu masalah atau peristiwa.
7. Cara dan struktur penulisan sama dengan penulisan artikel opini. Wasalam.

Anda mungkin juga menyukai