Anda di halaman 1dari 15

Makalah Studi Kepesantrenan

KIAI, PESANTREN, DAN PERUBAHAN SOSIAL

Dosen Pembimbing:

Dr. Ahmad Ihwanul Muttaqin, M.Pd.I.

Disusun oleh:

Ain Siti Aisyah


Shofiyah Nufus

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM SYARIFUDDIN
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, taufiq, serta
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makki dan Madani”.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW. Ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Ahmad Ihwanul Muttaqin, M.Pd.I selaku
dosen mata kuliah Studi Kepesantrenan Program Pasca Sarjana IAI Syarifuddin yang
telah memberikan tugas ini.

Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan kita
terhadap Kiai, Pesantren, dan Perubahan Sosial. Oleh sebab itu penting bagi kami
adanya kritik, saran, dan usulan untuk memperbaiki makalah yang kami buat diwaktu
yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami dengan mudah bagi siapapun yang
membacanya dan juga dapat berguna bagi kami pribadi. Demikian yang dapat kami
sampaikan. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata.

Lumajang, 8 November 2022


Tim Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………….….. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................... 5
C. Tujuan ....................................................................................... 5
BAB II: PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya Pondok Pesantren ................................... 6
B. Peran Kepemimpinan Kiai di Pesantren................................... 7
C. Jenis Pondok Pesantren dilihat dari ilmu yang diajarkan….. 9
D. Kepemimpinan Kiai Pesantren dan Perubahan Sosial……… 11
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 13
B. Saran ........................................................................................ 13
C. Daftar Pustaka ................................................................. 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peran serta kiai dalam transformasi sosial sangatlah penting karena dalam
konteks sosial kiai di pandang sebagai seorang yang disegani dalam masyarakat. Istilah
kiai memiliki makna yang tidak tunggal dalam berbagai hal, nama kia terikat terhadap
berbagai status. Sebagai contoh bahwa kiai seorang tokoh agama, dalam pengertian ini,
kiai merupakan figur penting dalam struktur penting dalam struktur masyarakat Islam
di Indonesia.1 Pada diri kiai melekat kuat otoritas karismatik karena ketinggian ilmu
agamanya. Kesalehan dan juga kepemimpinannya yang menyebabkan diposisikan oleh
masyarakat sebagai uswatun hasanah yang artinya contoh panutan yang patut diikuti
dalam lingkungan masyarakat.2
Sementara itu, Pondok pesantren pada akhir abad ke-20 sekarang ini, berdirinya
berbeda dengan masa lalu. Jika pada masa lalu pondok pesantren berdiri sekaligus cikal
bakal desa setempat, maka sekarang pondok pesantren yang berdiri pada keadaan
lingkungan desa atau masyarakat yang sudah ramai atau maju. Para pendiri dan
pengasuhnya bukan cikal bakal dari daerah itu, tetapi dari luar kota yang mendapatkan
amanat untuk mendirikan dan mengasuh pondok pesantren tersebut. Baik pondok
pesantren yang berdiri pada masa lalu atau sekarang (akhir abad 20) menurut
Bruinessen keduanya mempunyai misi yang sama, yaitu untuk mentransmisikan ajaran
Islam. Oleh karena itu, Islam dapat diterima dengan mudah oleh pemeluknya.3
Pesantren atau biasa disebut pondok merupakan suatu tempat dimana para santri
menggali ilmu agama dan sekaligus pondok menjadi tempat tinggal para santri.4 Pesantren
merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam dan dakwah paling mapan, mengakar
dan luas penyebarannya ditandai dengan banyaknya Pesantren di setiap daerah di
seluruh penjuru Indonesia terutama di Jawa. Dari lembaga inilah Kyai sebagai tulang

1
Hadi Purnomo, Kiai Dan Transformasi Sosial; Dinamika Kiai Dalam Masyarakat, 2020
2
Atyaf M Abdul Muttalib, Sabah M M Ameen, and Ali B Mahmood, “The Impacts of ENSO and IOD on the
MSL of The Arabian Gulf and The Arabian Sea by Using Satellite Altimetry Data,” ILMU KELAUTAN:
Indonesian Journal of Marine Sciences 25, no. 4 (2020): 143–147.[
3
Martin Van Bruinessen, Pesantren dan Kitab Kuning Pemeliharaan dan Kesinambungan Tradisi Pesantren
(Jakarta: Ulumul Qur'an II, 1992), 73
4
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transpormasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta:
Erlangga, 1996), 2
4
punggung penyebaran Islam berasal. Corak budaya Islam di Indonesia selama ini menjadi
kental oleh nuansa tradisi pesantren.5

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah munculnya pondok pesantren?
2. Apa peran kepemimpinan Kiai di Pesantren?
3. Apa saja Jenis Pondok Pesantren dilihat dari ilmu yang diajarkan?
4. Bagaimana Kepemimpinan Kiai Pesantren dan Perubahan Sosial?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui sejarah munculnya pondok pesantren?


2. Untuk mengetahui peran kepemimpinan Kiai di Pesantren?
3. Untuk mengetahui jenis Pondok Pesantren dilihat dari ilmu yang diajarkan?
4 Untuk mengetahui. bagaimana kepemimpinan kiai pesantren dan perubahan sosial?

5
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta : LP3ES, 1982), 50
5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Pondok Pesantren


Pondok pesantren berasal dari kata pondok dan pesantren. Pondok berasal dari
kata Arab "fundug " yang berarti hotel atau asrama.6 Sedang kata pesantren berasal
dari kata santri yang dengan awalan "pe" dan akhiran an" berarti tempat tinggal
para santri.7 Keduanya mempunyai konotasi yang sama, yakni menunjuk pada
suatu kompleks untuk kediaman dan belajar santri. Dengan demikian pondok pesantren
dapat artikan sebagai asrama tempat tinggal para santri.
Pondok pesantren pertama kali di Indonesia dan di Jawa tepatnya di desa
Gapura, Gresik didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim pada abad XV Masehi,
yang berasal dari Gujarat, India.8 Pesantren mempunyai fungsi penting sebagai pusat
pendidikan dan penyiaran agama Islam. Maulana Malik Ibrahim mendidik sejumlah
santri yang ditampung dan tinggal bersama dalam rumahnya di Gresik.
Tokoh yang dianggap berhasil mendidik ulama dan mengembangkan pondok
pesantren adalah Sunan Ampel yang mendirikan pesantren di Kembang Kuning,
Surabaya dan pada waktu pertama kali didirikan hanya memiliki tiga orang santri yaitu
Wiryo Suroyo, Abu Hurairah dan Kyai Bangkuning. Selanjutnya Sunan Ampel
mendirikan pondok pesantren di Ampel Denta, Surabaya, yang kemudian dikenal sebagai
Sunan Ampel, misinya menyiarkan agama Islam mencapai sukses, dan pesantrennya
semakin lama semakin berpengaruh dan menjadi terkenal di seluruh Jawa Timur
pada waktu itu.9 Para alumnus pesantren Ampel Denta kemudian mendirikan pesantren-
pesantren baru diberbagai tempat, seperti di Giri oleh Sunan Giri Gresik, di Tuban oleh
Sunan Bonang, di Lamongan oleh Sunan Drajad dan di Demak oleh Raden Patah.10

6
Dhofier, Tradisi Pesantren: …, 18
7
M. Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, diterjemahkan oleh Butche B. Soendjojo (Jakarta: P3M,
1986), 99
8 M. Saridjo, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia (Jakarta: Dharma Bhakti, 1980), 25
9 A.
Sunyoto, Ajaran Tasawuf dan Pembinaan Sikap Hidup Santri Pesantren Nurul Haq
Surabaya: Studi Kasus. Tesis tidak dipublikasikan. (Malang: FPS IKIP, 1990), 53
10
Imron Arifin, Kepemimpinan Kyai dalam Sistem Pengajaran Kitab-Kitab Islam Klasik (Studi Kasus: Pondok
Pesantren Tebuireng Jombang). Tesis tidak dipublikasikan, (Malang: Program Pascasarjana Universitas
Negeri Malang (UM), 1992), 56
6
Pada masa permulaan tumbuhnya pondok pesantren hanyalah berfungsi sebagai
alat Islamisasi, yang sekaligus berfungsi memadukan tiga unsur pendidikan yaitu (1)
ibadah untuk menanamkan iman, (2) tabligh untuk menyebarkan ilmu dan amal, dan (3)
untuk mewujudkan kegiatan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.11
Pada mulanya, proses terjadinya pondok pesantren sangat sederhana
seorang menguasai beberapa bidang ilmu agama Islam, misalnya: ilmu fiqih,
ilmu tafsir, ilmu hadits, dan ilmu tauhid, yang biasanya dalam bentuk penguasaan
beberapa kitab-kitab Islam klasik, mulai mengajarkan ilmunya dalam suatu surau atau
masjid kepada masyarakat lingkungannya. Lama kelamaan makin terkenal sang K y
a i tersebut dan pengaruhnya semakin luas.12 Kemudian berdatanganlah para santri dari
berbagai daerah untuk berguru kepada Kyai.
Dalam aktivitas kepesantrenan dikembangkan suatu aktifitas yang lebih
bernuansa religius, seperti kegiatan peringatan hari besar Islam (PHBI), seni baca
Al-Qur'an, Istighatsah, diba'an, khitabah, dan bathsul masail diniyah. Aktifitas
aktifitas tersebut sebagai penunjang atau pelengkap dari aktifitas pendidikan dan
pengajaran di pondok pesantren.
B. Peran Kepemimpinan Kiai di Pesantren
Dalam kepemimpinan pondok pesantren tidak lepas dari kiai sebagai pemangku
kekuasaan tertinggi tentu mempunyai peran yang sangat signifikan yakni diantaranya;
1. Pengasuh
Kiai sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa seorang kyai sebagai
pemangku kebijakan dalam sebuah pondok pesantren, tentu seorang kyai sebagai
pemimpin dalam pesantren. Ditinjau dari corak konteks sosial, ada 3 tipologi
kepemimpinan kyai sebagaimana pendapat Waber yang dikutip oleh Moh. Ali Aziz
yaitu; pertama, kepemimpinan kharismatik yang pengabsahannnya berasal dari
kekuatan adikodrati. Kedua, kepemimpinan tradisonal yang pengabsahannya berasal
dari keturunan dari kyai sebelumnya. Ketiga, kepemimpinan legal formal yaitu
kepemimpina yang pengabsahannya berasal dari aturan yang berlaku. Dalam sebuah
pesantren kepemimpinan kyai sangat berpengaruh dan sangat menentukan
perkembangan pesantren yang dipimpinnya.

11
Arifin, Kepemimpinan Kyai dalam Sistem Pengajaran…, 55.
12
M. Syarif, Administrasi Pesantren (Jakarta: PT. Padyu Berkah. Hal, 1990), 6
7
2. Kiai sebagai guru pendidik utama

Kiai dikenal sebagai gruru pendidik utama dalam sebuah pesantren karena
kyailah yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan dan pendidikan kepada
santri-santrinya.13
Mengajar dan mendidik menjadi tugas utana kiai di pondok pesantren
untuk memberikan pemahaman nilai-nilai ajaran agama Islam kepada santrinya dan
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari

3. Penggerak pesantren

Kyai didalam dunia pesantren tentu sebagai penggerak dalam mengemban dan
mengembangkan pesantren. Kyai bukan hanya memimpin dan pengasuh pondok
pesantren tetapi juga pemilik pondok pesantren. Dengan demikian kemajuan dan
kemunduran pondok pesantren benar-benar terletak pada kemampuan kyai dalam
mengatur operasionalisasi / pelaksanaan pendidikan dalam pesantren, sebab kyai
merupakn penguasa baik dalam pengertian fisik maupun non fisikyang bertanggung
jawab demi kemajuan pesantren. Dalam kenyataannya pesantren sebagian besar
berkembang dan menemukan bentuknya yang lebih mapan. Faktyorm utamanya
adalah karena adanya kyai yang selalu teratanam rasa memiliki, bahkan tidak jarang
berdirinya suatu pondok pesantren merupakan gagasan dalam diri kyai, sekalipun
sekarang banyak yang berasal dari masyarakat.14
4. Figur dan kekuatan moral (moral force)
Muhammad Idris jauhari berpendapat bahwa kyai befungsi sebgai moral force
bagi para santri dan seluruh penghuni pesantren, dimana antara santri dan kyai tercipta
hubungan batin (bukan sekedar emosional) yang tulus dan kokoh, bahkan sampai ketika
mereka pulang kemasyarakat. Inilah suatu kondisi yang seharusnya terdapat dalam
lembaga pendidikan apapun, tetapi sangat jarang temukan-kalau tidak akan disebut tidak
ada –dalam sistem-sistem pendidikan lainnya.15
Juga, dalam tradisi pesantren kyai tetap merupakan figur yang ditaati oleh para
santri, guru, pengurus dan staff atau pembantu dalam menyelesaikan tugas- tugas
dikalangan pesantren. Kefiguran kyai sangatlah tergantung kepada kemampuan,
ketinggian ilmunya dan kewibawaannya sebagai kyai.16

13
Gunawan & Ali Hasan Siswanto, Islam Nusantara dan Kepesantrenan, 163
14
M. Bahri Ghazali, Pesantren Berwawasan Lingkungan (Jakarta: Prasasti, 2002), 21-22
15
Muhammad Idris Jauhari, Sistem Pendidikan Pesantren ( Sumenep: Al-Amin Printing, 2002), 25
16
Gunawan, Islam Nusantara…, 165
8
5. Teladan

Kyai sebagai pendidik membeikan keteladanan kepribadian muslim dalam


segala aspek kepada santrinya, baik dalam aspek vertikal Hamblum Minallah (cara kita
berkomunikasi baik dengan Allah Swt.), maupun horizontal (hubungan kita sesama
manusia maupun kepada alam). Dalam Islam bahkan peneladanan ini sangat
diistimewakan dengan menyebut Nabi Muhammad Saw. adalah teladan yang baik
(uswatun hasanah).17

C. Jenis Pondok Pesantren dilihat dari ilmu yang diajarkan


Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan pesantren yang begitu pesat maka
pesantren diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu: (1) pesantren tradisional (salafiyah), (2)
pesantren modern (kalafiyah), dan (3) pesantren komprehensif sebagaimana berikut ini:
1. Pesantren Tradisional (Salafiyah)
Pesantren tradisional (salafiyah) yaitu pesantren yang masih tetap
mempertahankan bentuk aslinya dengan semata-mata mengajarkan kitab yang ditulis
oleh ulama abad ke 15 M dengan menggunakan bahasa Arab. Pola pengajaranya
dengan menggunakan sistem “halaqah", artinya diskusi untuk memahami isi kitab
bukan untuk mempertanyakan kemungkinan benar salahnya yang diajarkan oleh
kitab, tetapi untuk memahami apa maksud yang diajarkan oleh kitab. Santri yakin
bahwa kyai tidak akan mengajarkan hal-hal yang salah, dan mereka yakin bahwa
isi kitab yang dipelajari benar.18
Kurikulumnya tergantung sepenuhnya kepada para kyai pengasuh
pondoknya. Santrinya ada yang menetap didalam pondok (santri mukim), dan santri
yang tidak menetap di dalam pondok (santri kalong). Sedangkan sistem madrasah
(schooling) diterapkan hanya untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai
dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran
19
umum. Disamping sistem sorogan juga menerapkan sistem bandongan.20 Contoh
dari pesantren salaf antara lain adalah Pesantren Lirboyo dan Pesantren Ploso di

17
Ahmad Royani, Desain Pembelajaran Berbasis Berbasis Budaya dan Nilai (Jember: Stain Jember Press,
2014), 69
18
Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), 61
19
Dhofier, Tradisi Pesantren: …, 42
20
W. Bakhtiar, Laporan Penelitian Perkembangan Pesantren di Jawa Barat. (Bandung: Balai
Penelitian IAIN Sunan Gunung Jati, 1990), 22
9
Kediri, PesantrenTremas di Pacitan, Pesantren Maslahul Huda di Pati, Pesantren An-
Nur di Sewon Bantul, Pesantren Mukhtajul Mukhtaj di Mojo tengah Wonosobo.21
2. Pesantren Modern (Khalafiyah)
Pesantren Modern (Khalafiyah) yaitu pondok pesantren yang berusaha
mengintegrasikan secara penuh sistem klasikal dan sekolah kedalam pondok
pesantren. Pengajian kitab-kitab klasik tidak lagi menonjol, bahkan ada yang
hanya sekedar pelengkap, tetapi berubah menjadi mata pelajaran atau bidang studi.
Perkembangan ini sangat menarik untuk diamati sebab hal ini akan
mempengatuhi keseluruhan sistem tradisi pesantren, baik sistem kemasyarakatan,
agama, dan pandangan hidup. Homogenitas kultural dan keagamaan akan semakin
menurun dengan keanekaragaman dan kompleksitas perkembangan
masyarakat. Indonesia modern. Namun demikian hal yang lebih menarik lagi ialah
pada jenis ini para Kiai telah siap menghadapi perkembangan jaman.22
Meskipun kurikulum Pesantren Modern (khalafiyah) memasukkan
pengetahuan umum di pondok pesantren, akan tetapi tetap dikaitkan dengan ajaran
agama. Sebagai contoh ilmu sosial dan politik, pelajaran ini selalu dikaitkan dengan
ajaran agama.
3. Pondok Pesantren Komprehensif
Pondok pesantren komprehensif yaitu pondok pesantren yang
menggabungkan sistem pendidikan dan pengajaran antara yang tradisional dan yang
modern. Artinya di dalamnya diterapkan pendidikan dan pengajaran kitab kuning
dengan metode sorogan, bandongan dan wetonan, namun secara reguler sistem
persekolahan terus dikembangkan.
Lebih jauh daripada itu pendidikan masyarakatpun menjadi garapannya,
kebesaran pesantren dengan akan terwujud bersamaan dengan meningkat-nya
kapasitas pengelola pesantren dan jangkauan programnya di masyarakat. Karakter
pesantren yang demikian inilah yang dapat dipakai untuk memahami watak pesantren
sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat.23

21
Dhofier, Tradisi Pesantren:…, 43.
22
Dhofier, Tradisi Pesantren:…, 44
23 M.D. NafiȂ, Praktis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta: Instite For Training and
Development
Amherst, MA Forum Pesantren dan Yayasan Selasih, 2007), 17.
10
D. Kepemimpinan Kiai Pesantren dan Perubahan Sosial
Sebelum berbicara tentang konsekwensi perubahan sosial pada dunia
pesantren, alangkah baiknya jika kita mengingat tentang apa yang di sebut dengan
perubahan sosial itu sendiri. Perubahan sosial mempunyai banyak definisi seperti
menurut Ranjabar bahwa perubahan sosial adalah proses dimana terjadi perubahan
struktur masyarakat yang berjalan dengan perubahan kebudayaan dan fungsi suatu
24
sistem sosial.
Perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin merupakan suatu variasi dari cara-
cara hidup yang diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis,
kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun kerena adanya difusi
ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat Samuel Koenig
mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi
dalam pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi mana terjadi karena sebab- sebab
25
intern maupun sebab-sebab ekstern.
Perubahan yang terjadi pada dunia pesantren saat ini tidak lain hanyalah untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan untuk memenuhi
tuntutan dan kebutuhan. Keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam
dikelola seutuhnya oleh kiai dan santri pada dasarnya berbeda diberbagai tempat baik
kegiatan maupun bentuknya. Hal ini terbukti adanya beberapa pesantren yang telah
mengalami perubahan dan mengembangkan diri baik dalam sistem pengajaran maupun
dalam kurikulum. masyarakat.
Pada saat seperti saat ini masih ada beberapa pesantren yang senantiasa
mempertahankan sistem pelajaran tradisional yang menjadi ciri khasnya, yaitu pesantren
yang tetap mempertahankan pengajaran kitab- kitab Islam klasik sebagai inti
pendidikannya tanpa memperkenalkan pengajaran ilmu pengetahuan umum. Dalam hal
ini pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang mendidik para santri untuk
menghasilkan para Kyai, ustadz atau guru ngaji yang bertugas untuk menyebarkan dan
mengajarkan agama Islam kepada masyarakat, sehingga terbentuk masyarakat yang
religius (Releguse Comunity) yang mampu menjalankan perintah Allah dan menjauhi
larangannya.

24
Jacobus Ranjabar, 2001. Perubahan Sosial Dalam Teori Makro Pendekatan Realitas Sosial.. (Bandung:
Alfabeta, 2001), 17.
25 Samuel Koenig, Mand and Society, The Basic Teaching of Sociology, Cetakan ke dua (New
York: Barners
& Noble inc, 1957), 279
11
Saat ini perubahan juga terjadi pada dunia pesantren. Pertama, pada sistem
pendidikan pesantren tidak hanya mengajarkan kitab-kitab klasik tetapi juga mengajarkan
santri-santrinya dengan ilmu-ilmu modern. Kedua, berdirinya pesantren yang mana dulu
pesantren tumbuh dan berkembang di masyarakat pedesaan akan tetapi sekarang
banyak pesantren tumbuh dan berkembang di masyarakat perkotaan. Ketiga, dalam segi
kyai juga mengalami perubahan di mana pada pesantren pedesaan kita mengenal “ kiai
nasab” akan tetapi seiring tumbuh dan berkembangnya pesantren-pesantren
diperkotaan muncullah “kiai nasib” yang mana dalam konteks di lapangan adalah
sebutan kepada seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidang agama dan
mempunyai manajerial yang bagus dalam mengelola pesantren.
Seiiring berkembangnya pondok pesantren di Indonesia yang cukup besar,
keberadaan pesantren dapat mewarnai keadaan bangsa Indonesia. Perlu adanya
peningkatan kualitas pondok pesantren agar kondisi tetap menjadi baik.26 Problem yang
sering terjadi di pondok Pesantren adalah yang berkaitan dengan sumber daya manusia
yang berkualitas, minimnya sarana prasarana, dan akuntabitas program kemasyarakatan
kurang memadai terutama yang berkaitan dengan kebutuhan era global.

26
Sulthon, Moh. Khusnuridlo. Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektik Global. (Yogyakarta: LaksBang
PRESSindo, 2006), 21.
12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pertama kali pesantren didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim yang berasal
dari Gujarat India pada abad XV Masehi, kemudian dikembangkan oleh Sunan
Ampel di Kembang Kuning Surabaya yang kemudian mendirikan Pesantren di
Ampel Denta, Surabaya sejalah dengan misi menyiarkan agama Islam di Seluruh
Jawa Timur.
2. Peran Kiai dalam Pndok pesantren diantaranya sebagai: pengasuh, guru pendidik,
penggerak pesantren, figur dan kekuatan moral, serta teladan.
3. Pondok pesantren diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu: (a) pesantren tradisional
(salafiyah), (b) pesantren modern (khalafiyah), dan (c) pesantren komprehensif
4. Perubahan yang terjadi pada dunia pesantren saat ini tidak lain hanyalah untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan untuk memenuhi
tuntutan dan kebutuhan. Keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam
dikelola seutuhnya oleh kiai dan santri pada dasarnya berbeda diberbagai tempat
baik kegiatan maupun bentuknya.
B. SARAN
Demi kesempurnaan makalah ini, kami mengharapkan masukan yang
membangun. Harapan kami selalu menjaga atau memelihara Pesantren dengan baik.
Sebagai bahan kajian yang baik maka perlu untuk mengkaji setiap konteks yang terjadi
di dalam pondok pesantren.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Imron, Kepemimpinan Kyai dalam Sistem Pengajaran Kitab-Kitab Islam Klasik (Studi
Kasus: Pondok Pesantren Tebuireng Jombang). Tesis tidak dipublikasikan,
(Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM), 1992.

Bakhtiar, W. Laporan Penelitian Perkembangan Pesantren di Jawa Barat. Bandung: Balai


Penelitian IAIN Sunan Gunung Jati, 1990.

Bruinessen, Martin Van, Pesantren dan Kitab Kuning Pemeliharaan dan Kesinambungan
Tradisi Pesantren. Jakarta: Ulumul Qur'an II, 1992.

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta :
LP3ES, 1982.

Ghazali, M. Bahri, Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Prasasti, 2002.

Gunawan, dkk, Islam Nusantara dan Kepesantrenan,

Jauhari, Muhammad Idris, Sistem Pendidikan Pesantren. Sumenep: Al-Amin Printing, 2002

Koenig, Samuel, Mand and Society, The Basic Teaching of Sociology, Cetakan kedua. New
York: Barners & Noble inc, 1957.

Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Jakarta: INIS, 1994.

Muthallib, Atyaf M Abdul, Sabah M M Ameen, and Ali B Mahmood, “The Impacts of ENSO
and IOD on the MSL of The Arabian Gulf and The Arabian Sea by Using Satellite
Altimetry Data,” ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences 25, no. 4
(2020): 143–147.

Nafiȃ, M.D. Praktis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: Instite For Training and
Development Amherst, MA Forum Pesantren dan Yayasan Selasih, 2007.

Purnomo, Hadi. Kiai Dan Transformasi Sosial; Dinamika Kiai Dalam Masyarakat, 2020

Qomar, Mujamil . Pesantren Dari Transpormasi Metodologi Menuju Demokratisasi


Institusi. Jakarta: Erlangga, 1996

Ranjabar, Jacobus, 2001. Perubahan Sosial Dalam Teori Makro Pendekatan Realitas Sosial.
Bandung: Alfabeta, 2001.

Royani, Ahmad, Desain Pembelajaran Berbasis Berbasis Budaya dan Nilai. Jember: Stain
14
Jember Press, 2014

Saridjo, M. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia. Jakarta: Dharma Bhakti, 1980.

Sulthon, Moh. Khusnuridlo. Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektik Global.


Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2006.

Sunyoto, A. , Ajaran Tasawuf dan Pembinaan Sikap Hidup Santri Pesantren Nurul Haq
Surabaya: Studi Kasus. Tesis tidak dipublikasikan. Malang: FPS IKIP, 1990.

Ziemek, M., Pesantren dalam Perubahan Sosial, diterjemahkan oleh Butche B. Soendjojo.
Jakarta: P3M, 1986.

15

Anda mungkin juga menyukai