Anda di halaman 1dari 14

REVIEW BUKU

PESANTREN BERWAWASAN LINGKUNGAN

Disajikan untuk Memenuhi Tugas Book Review


Mata Kuliah Kepesantrenan

Oleh:
Nurul Qomariyah
Nim ……………

Dosen Pembimbing
Ahmad Ikhwanul Muttaqin
NIY………………………

PROGAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLMA SYARIFUDDIN LUMAJANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dan
kewajiban akademik dalam bentuk review book sebagai salah satu tugas Mata Kuliah
Kepesantrenan.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya review book ini. Semoga review book yang sederhana ini tentunya dan tentunya
masih banyak kekurangan tidak hanya menjadi pegangan, penulis berharap dengan berbagai
kekurangan yang ada ini tidak mengurangi nilai-nilai dan manfaat review book ini sehingga dapat
bermanfaat dan mendapat perkenaan Allah SWT.

Lumajang, 12 November 2022

Penulis,
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR---------------------------------------------------------------------------i
DAFTAR ISI-------------------------------------------------------------------------------------ii
BAB I PENDAHULUAN

a. Sinopsis Singkat-----------------------------------------------------------------------1
b. Identitas Buku-------------------------------------------------------------------------4
c. Posedur Review-----------------------------------------------------------------------4
d. Teknik Penulisan Buku---------------------------------------------------------------4

BAB II PEMBAHASAN

a. Paparan Isi Buku----------------------------------------------------------------------9


b. Analisis Buku---------------------------------------------------------------------------

BAB III PENUTUP


a. Kesimpulan-------------------------------------------------------------------------------
A. PENDAHULUAN

1. Sinopsis Singkat

2. Identitas Buku
Buku berjudul “ Pesantren Wawasan Lingkungan” merupakan karya tulis seorang
Profesor fakultas Dakwah dan Komunikasi Prof. DR.M.Bahri Ghazali, MA. Beliau lahir
tanggal 23 September 1956, Ia adalah dosen sekalius Peneliti pada Fakultas Tabiyah IAIN
Raden Itan, Meto, Lampung, Gelar sajannaya di peroleh di Fakutas Ushuluddin IAIN
Sunan Kalijaga, Yogyakarta tahun 1983. Gelar Maister (MA) diperolehnya dalam tahun
1989 dan gelr dokor (s3) tahun pada tahun 2003 yang ditebitkan oeh CV Prasasti dengan
jumlah halaman 127 halaman.

3. Posedur Review
Kata “ review” berasal dari Bahasa Inggris yang mengandung arti “ ulasan “. Secara
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan bahawa kata “ulasan” mengandung
arti berupa”tanggapan, komentar dan tafsiran”. Hal yang pertama dilakukan penulis ketika
mereview buku berjudul “ Pesantren Berwawasan Lingkungan ‘’ karya Prof Dr. M. Bahri
Ghazali yaitu:
1. Menulis Identitas Buku
Menulis Identitas buku adalah hal pertama yang dilakukan penulis, karena
identifikasi pada sebuah buku merupaan hal yang sangat penting. Identitas disini bila di
artikan, pengertian identitas buku ciri-ciri tu keadaan tertentu yng melekat dalam
sebuah buku.
2. Menulis Sinopsis
Dalam mereview buku yaitu juga dengan cara menuliskan sedikit synopsis atau
memberikan gambaran singkat mengenai isi buku.
3. Membaca Buku
Yang dilakukan pereview yaitu dengan membaca buku secara keseluruhan, dan
memberikan tanda bagian penting pada buku yang di review.
4. Mengungkapkan Hal yang Disukai dalam Buku
Penulis menuliskan hal yang disukai dari buku yang di review, karena dalam
setiap buku memiliki kelebihan yang menjadi ciri khas dari buku tersebut.
5. Memberikan Penilaian
Dalam mereview buku Pesantren Berwawasan Lingkungan ini pereview
memberikan penilaian dengan cara menunjukkan peruntukkan segmentasi pereview.
Pereview memberikan penilaian dengan memakai rentang nilai 1 hingga 5 ataupun 1
sampai 10.
6. Memberikan Kesimpulan
Kegiatan terakhir pereview buku ialah membuat kesimpulan dari buku yang di
review.

1. Teknik Penulisan Buku


B. PEMBAHASAN

1. Paparan Isi Buku

Persoalan lingkungan hidup merupakan permasalahan sepanjang masa,sebab


manusia dan lingkungan saling mempengaruhi satu sama lain artinya manusia
menentukan dan mempengaruhi lingkungan begitu pula sebaliknya lingkungan
mempengaruhi pola hidup manusia.
Kait mengkait antara manusia dan lingkungan maka akan melahirkan pola
interaksi dimana satu sama lain akan saling membutuhkan. Dengan interaksi
tersebut akan terbentuk lingkungan social yang secara psikologi berpengaruh
terhadap perkembangan jiwa, pola berfikir, berperilaku dan bertindak.
Lingkungan manusia terbentuk karena perkembangan kreasi manusia yang
terefleksi dalam kemampuan ilmu dan teknologi seperti lingkungan perkotaan,
industry dan lain sebagainya.
Manusia sebagai makhluk hidup secara alamiah tetap membutuhkan
lingkungan sekaligus benda-benda mati disekitarnya. Hal ini memberikan
pengertian bahwa berdasarkan hukum alam itu sendiri keberadaan makhluk hidup
satu sama lain saling terkait dan membutuhkan. Selain itu keberadaan tumbuhan
dan hewan keberadaannya sangat dirasakan terutama oleh manusia apabila mampu
membudidayakannya. Oleh karena itusemua populasi dan juga ekosistem adalah
penting kehadirannya. Ekosistem pada dasarnyamerupakan interaksi komunal
dlam system keidupan dari beraneka ragam makhluk hidup dalam tata lingkungan
hidup1.
Pandangan diatas merupakan teori keserasian lingkungan yang secara eksplisit
banyak terungkap dalam ajaran Islam sekalipun dalam bentuk nomatif, namun
memiliki kecenderungan empiric aplikatif. Teori Qur’an yang mengungkapkan
adanya keserasian lingkungan dalam system ekologi termuat dalam surat Al-
Baqarah ayat 164 mendeskripsikan beberapa hal yaitu :

1.Pergantian Siang dan malam


2. Keteraturan cuaca
3. Keterkaitan antara laut dan bahtera yang berlayar
4. Keterkaitan antara kapal dan kebutuhan ummat manusia
5. Keterkaitan anatara hujan dan kesuburan tanah bibit tanaman dan hewan.
6. Keterkaitan antara angina dan awan penyebab adaya hujan.
7. Fenomena diatas sebagai isyarat adanya ciptaan dan pencipta.
8. Allah sebagai kendali ummatnya.2
1
Soerjani, Rafik Akhmad, Rozy Munir. Lingkungan : Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan
(Jakarta: UI Press198) 3.
2
Al-Baqarah : 164
Manusia dan lingkungan bukan hanya menjadi tema pembicaraan di Negara
terbelakang tetapi juga menjadi pokok permasalahan di Negara berkembang, sebab
lingkungan hidup tidaklah hanya terbatas pada lingkungan alami tetapi juga
lingkungan buatan manusia.
Ayat tersebut memberikan indikasi adanya komunikasi horizontal antara
makhluk hidup sebagai anggota dalam system ekologi berdasarkan azas
kemanfaatannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwasannya lingkungan memiliki dimensi
kosmologik, antropologik dan teologik.3 Dimensi kosmologik ialah adanya
keserasiantata alam yang ada dalam kosmos yang terdiri dari adanya alam sebagai
fenomena seperti : hujan, angina dan udara. Dimensi antropologik adalah
keterlibatan manusiadalam keberadaan lingkungan baik tehadap lingkungan alam
(lingkungan fisik) maupun lingkungan biologic (tumbuhan dan hewan)beitu pula
dalam konteks hubungan sesame manusia (lingkungan social budaya) dalam hal
ini perilaku manusia yang membentuk tumbuhnya masyarakat yang aman dan
damai yang dirasakan manfaatnyaoleh sesame manusia dalam segala aspek
keidupan.
Dimensi teologik adalah dimensi keterkaitan antara makhluk hidup sebagai
makhluk ciptaan dan Allah sebagai sang khalik dalam hal ini Allah sebagai
penciptanya. Artinya tanpa maujud Allah mustahil manusia itu ada.

Dengan demikian pengertian yang dapat diangkat tentang lingkungan


hidup adalah keserasian antara hubungan alamiyah, manusiawiyah, dan ilahiyah
yang diikat oleh makna kemanfaatan sebagai tujuan penciptaan. Artinya Allah
menjadikan seluruh alam itu memiliki tujuan dan manfaat antara makhluk satu
dengan yang lain.
Keberadaan Allah sebagai Sang Khaliq dan Rabb menyebabkan terciptanya
seluruh alam dan isinya, termasuk manusia sebagai makhluk paling dominan
dalam kehidupan yang dalam pemahamannya manusia sebagai Khalifah fil ardh.4
Dalam kedudukannya manusia sebagai khalifah, manusia memiliki tugas
menghidup suburkan komunitas dan ekosistem tentunya dengan persyaratan yang
ketat harus memiliki pengetahuan sebagai olah rasa dan akal. Hal ini tergambar di
dalam Al-Qur’an merupakan antisipasi pengembangan seluruh lingkungan hidup.5
Jika dilihat dari kenyataan social, dari zaman primitive (terbelakang)
hingga memasuki zaman modern dengan segala teknologi canggih sebagai alat
komunikasi, manusia sebagai pemeran penting dalam kelestarian ekosistem. Fakta
ini didukung dengan hadirnya lingkungan buatan manusia (man – made
environment) yng menyaingi lingkungan alami, limbah pabrik yang menjadi

3
M. Amin Abdullah, Falsafah Kalam di Era Postodersnisme (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995) 77.
4
Dalam surah Albaqarahayat 30 disebutkan bahwa manusia diciptakankan sebagai khalifah atau pemimpin di dunia
5
Ar-rahman 10
penyebab terjadinya tercemarnya sungai bahkan seluruh sumber mata air tercemar
dan menyebabkan berbagai penyakit alergi pada kulit. Begitu pula polusi udara
sebagai akibat asap industry, knalpot kendaraan bemotor dan sebagainya. Lebih
jauh lagi sikap primitive manusia seperti halnya berburu secara liar, penebangan
pohon, lading berpindah-pindah sebagai penyebab terbentuknya lingkungan yang
tidak sehat.
Fakta tersebut tergambar dalam kasus di Pondok Pesantren An-nuqoyyah
dan masyarakat Guluk-guluk. Sebelum ada kegiatan pengabdian dan pembimingan
masyarakat guluk-guluk hidup dengan jalan menghabiskan sumber daya alam
yang ada tanpa memperhatikan keseimbangan alam dan akibat yang akan terjadi
sebab ulah manusia. Sebagaimana di utarakan oleh KH. Abdul Basith As dan KH.
Tsabit perilaku masyarakat sekitar mengakibatkan lingkungan terkesan tandus dan
kering disebabkan banyaknya hutan gundul akibat ulah penebangan secara liar
oleh masyarakat guluk-guluk.
Disisi lain berkembangnya lintah darat, pengijon dan pegadaian membuat
mental masyarakat merosot yng menyulut watak orang Madura yang terkenal
emilii watak yang keras dan tidak menerima pendapat orang lain. Jawaban terakhir
dalam setiap permasalahan yang terjadi adalah perkelahian antara satu warga
dengan warga yang lain.
Kehadiran pondok An-nuqoyah Guluk-guluk dengan Balai Pengembangan
Masyrakat (BPM) mengembalikan wajah masyarakat Guluk-guluk menjadi cerah
dan mampu mengembangkan diri juga lingkungan sekitarnya.

Pondok Pesantren Karakter dan Fungsinya

Berdasarkan perubahan social masyarakat, maka konsep pesantren menjadi


cerminan pemikian masyarakat daam mendidikdan meakukan perubahan social
terhadap masyarakat. Dampak yang jelas adalah terrrjadinya perubahan orientasi
kegiatan pesantren sesuai dengan perubahan social masyarakat.
Dengan demikian pondok pesantren berubah tampilannya sebagai lembaga
pendidikan yang bergerak dibidang social.6 Dari sinilah muncul tipologi pesantren
yang mengikuti perkembangan zaman.Secara factual ada beberapa tipe pondok
pesantren yang berkembang dalam masyarakat, yaitu :
1. Pondok Pesantren Tradisional
Pondok pesantren ini tetap mempertahankan bentuk aslinya semata-mata
mengajakan kitab yang ditulis abad 15 dengan menggunkan bahasa arab. Pola

6
Kuntowjoyo, Paradigma Islam: Interprestasi untuk Aksi (Bandung: Mizan, 1991) 246.
pengajaranya dengan menerapkan system “halaqah” yang dilaksanakan di
masjid atau surau.
2. Pondok Pesantren Modern
Pondok pesantren ini merupakan pengembangan tipe pesantren karena
orientasi belajarnya cenderung mengadopsi seluruh system belajar secara klasik
dan meninggalkan system belajar tradisional.
3. Pondok Pesantren Komprehensif
Pondok pesantren ini disebut komprehensif karena merupakan system
pendidikan pengajaran gabungan antara tradisional dan pondok pesantren
modern. Artinya didalmnya diterapkan pendidikan dan pengajaran kitab kuning
dengan metode sorogan, bandongan dan wetonan, namun secara regular system
perseolahan tetap dikembangkan.

Karakteristik Pondok Pesantren


Pondok pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam berbeda dengan
pendidikan lainnya baik dari segi system pendidikan maupun unsur pendidikan yang
dimilikinya, Pesantren memiliki karakteristik sendiri yang membedakan pesantren
dengan lembaga pendidikan lainnya. Menurut Zamrkhsyari Dofier ada lima unsur
pondok pesantren yang melekat pada pesantren, yaitu : pondok, masjid, pengajaran
kitab-kitab Islam klasik, santri dan kiai.7

Sistem Pendidikan dan Pengajaran Pondok Pesantren


Pola pendidikan an pengajaran di pondok pesantren erat kaitannya dengan
karakteristi atau tipologi pesantren, ada beberapa system pendidikan dan pengjaran
dalam pondok pesantren, di antaranya:
1. Sistem Pendidikan dan Pengajaran yang bersifat Tradisional
Kata tradisional merupakan lawan kata dari modern, berikut pula dengan
system pendidikan pendidikan tradisional merupakan lawan dar pendidikan
modern, yakni sitem pembelajaran yang diterapkan seperti semua awal adanya
pondok pesantren dengan system sorogan, bandongan dan wetonan dalam
mengkaji kitab-kitab agama.
a) Sorogan adalah system yang bersifat tradisional yang dilaksanakan dengan cara
santri menyodorkan kitab kepada kyai untuk dibaca dihadapan kyai dan kalau
ada kesalahan langsung kyai yang membenarkan.
b) Wetonan adalah system pengajaran dengan dengan jalan kyai membaca suatu
kitab dalam waktu tertentu dan santri dengan membawa kitab dalam waktu
tertentu dan santri dengan membawa kitab yang sama mendenga dan
menyemak bacaan kyai.
7
Zamkhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3S, 1982) 44-55
c) Bandongan system pengajaran yang berkaitan dengan pengajaran sorgan dan
bandongan.
2. Sistem Pendidikan dan Pengajaran bersifat Modern
a. Sistem Klasikal yaitu dengan pendirian sekolah-sekolah baik kelompok yang
mengelola pengajaran agama maupun ilmu yang dimasukkan dalam kategori
umum dalam arti termasuk di ilmu yang dimasukkan dalam kategori umum
(ilmu kauni/ “ijtihadi” ilmu hasil perolehan manusia).
b. Sistem Kursus-kursus yaitu pola pengajaran yang ditempuh dengan melalui
takhaasus / kursus ini ditekankan pada keterampilan bhasa inggris, keterampilan
tangan dll.
c. Sistem Pelatihan disamping system kursus dilakukan system pelatihan yang
menekankan pada kemampuan psikomotorik, seperti menumbuhkan
perkembangan praktis misalnya pelatihan pertukangan, perkebunan, perikanan
manajemen koperasi,dsb.
Ciri-ciri pondok pesantren menurut Prof A. Mukti Ali adalah sebagai berikut :
1. Ada hubungan yang akrab antara kyai dan santri
2. Tunduknya santri kepada kyai. Para santri menganggap menentang kyai selain
karena kurang sopan tapi juga bertentangan dengan agama.
3. Hidup hemat dan sederhana benar-benar dilakukan dalam pondok pesantren.
4. Semangat menolong diri sendiri amat erasa dan ketara dikalangan santri
dipondok pesantren.
5. Jiwa tolong menolong dan persaudaraan sangat mewarnai pergaulan di pondok
pesantren
6. Pendidikan disiplin sangat ditekankan dala kehidupan pondok pesantren.
7. Berani menderita demi mendapatkan satu tujuan
8. Kehidupan agama yang baik dapat diperoleh santri di pondo pesantren, karena
pondok pesantren merupakan tempat pengajaran dan pendidikan agama.
Dimensi fungsional pesantren erat kaitannya dengan hakekat pada awalnya
pesantren tumbuh dan berkembang berawal dari masyarakat Oleh karena itu
pekembangan masyarakat sekitarnya tentang keagamaan lebih jauh mengarah pada
nilai-nilai normative, edukatif dan progretif. Beberapa fungsi pondok pesantren
dantaranya:
1. Pesantren sebagai lembaga pendidikan
2. Pondok pesantren sebagai lembaga da’wah
3. Pondok pesantren sebagai lembaga sosial
Pondok Pesantren An-Nuqayyah dan Pengembangan Lingkungan Hidup di
Guluk-Guluk Sumenep Madura
Dalam hal pengembangan lingkungan hidup model pesantren ada dua segi,
yaitu segi luas dan sempit. Dalam arti sempit yaitu peletakan dasar keandirian bagi
pesantren dan santri yang mukim didalamnya. Dalam arti luas keterlibatan pesantren
dalam menangani masalah-masalah social yang dihadapi msyarakat.
Adanya dua pola tersebut berarti melibatkan pesantren kedalam suatu perubahan
arah kegiatan. Satu segi kegiatan pesantren diatas melibatkan pesantren kedalam
warga pesantren yang layak disebut pendidikan pesantren. Segi lain adalah kegiatan
extra pesantren yang merupakan pembinaan dan bimbingan terhadap anggota
masyarakat yang ada disekitarnya.Pola ini tepat dikatakan dengan pendidikan luar
pesantren.Atau kedua pola diatas dapat dikatakan dengan pendidikan berwawasan
lingkungan, sebab titik tekan dari kegiatan itu terarah kepada menumbuhkan
kesadaran setiap individu baik sebgai pribadi maupun masyarakat tentang keberadaan
lingkungan hidup.

Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren An-Nuqoyyah

An-nuqoyyah merupakan sebuah nama pondok pesantren yang cukup dikenal


diantara pesantren dipulau Madura. Pondok pesantren ini terletak di desa Guluk-Guluk
Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep Madur-Jawa Timur, didirikan pada
tahun 1887 oleh seorang musafir yang bernama Kyi Haji Mohammad Syarqowi. Pada
mulanya An-Nuqoyyah adalah sebuah langgar (semacam mushollah)yang terbuat dari
kayu bekas kandang kuda pemberian saudagar kaya yang memiliki hati yang
dermawan (Haji Abdul Aziz) kepada KH.M Syarqowi.
Pemanfaatan langgar itu dimulai dari pelaksanaan ibadah sholat wajib oleh
masyarakat sekitar sebagai tahap awal dari pola keagamaan masyarakat padawaktu itu
dan di saat itulah K.H M.Syarqowi merintis kegiatan dakwah dan pendidikan terhadap
masyarakat. Kemudian dilanjutkan dengan pengajaran pendidikan lainkhususnya
dikalangan ank-anak dan remaja dan pemuda dalam bentuk mengajarkan ayat-ayat
suci Al-Qur’an dengan tujuan agar generasi Islam terbentuk menjadi generasi Qur’ani.
Pesatnya santr yang mengaji di langgar yang diasuh KH.M. Syarqowi merupakan
rintisan kearah terbentuknya pondok pesantren An-nuqoyyah, bahkan secara fisik
langgar itu telah dikembangkan oleh Kyai Syarqowi dengan didirikan bilikbilik
disekitarnya yang dapat menampung parasantri yang dating dari luar kecamatan
Guluk-Guluk. Kemampun Kyai Syarqowi tidak hanya terbatas didalam menangani
masalah pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren melainkan tentang
perubahan social yang berlangsung disekitar orang alim dibidang keagamaan. Atas
dasar itu ia menyandang predikat kyai yang mumpuni karena keterampilannya di
bidang mengajar, mendidik dan berdakwah terhadap masyarakat.
Searah dengan kegiatan yang dilakukan kyai maka program pondok pesantren
bukan hanya terbatas pada masalah pendidikan atau pengajaran di dalam pesantren,
melainkan secara spontan garapan masalah social khususnya keagamaan masyarakat
menjadi sasaran pndok pesantren, yang meliputi upaya meluruskan cara melaksanakan
ibadah mahdah dan tentang akhlak
Disampng itu pola hidup Kyai Syarqowi mempengaruhi perkembangan pondok
pesantren, terutama gaya hidupnyayang menikah lebih dari satu ada yang menyeutkan
bahwa istrinya berjumlah empat orang. Dari ketiga istrinya yang berasal dari Madura
menurunkan keturunan yang kelak menjadi pemimpin pondok pesantren An-nuqoyyah
setelah periode kepemimpinan Kyai Syarqowi hingga sekarang.
Langkah yang dilakukan oleh Kyai Syarqwi ini dilanjutkan putra-putrinya dengan
menikahkan putra-putri mereka dalam lingkungan keluarga besar Syarqowi, selain
berbesanan dengan Kyai dari pesantren Madura ataupun Jawa Timur khususnya.
Faktor ini yang menyebabkan adanya kekerabatan yang kuat dalam kepemimpinan
pondok pesantren An-nuqoyyah. Yang pertama kali tampil sebagai pemimpin adalah
Kyai Bucori dan Nyai Khadijah. Pada masa kepemimpinan putra beliau tidak banyak
perubahan, melainkan cenderung meneruskan pola yang dilakukan oleh Kyai
Syarqowi baik didalam pondok maupun di luar pondok yakni dimayarakat lingkungan
seperti pengajian dan berda’wah khusuhnya dibidng ibadah, aqidah dan akhlak.

Fase pengembangan pondok pesantren An-Nuqoyyah ditandai dengan kemunculan


beberapa perubahan system yang dilaksanakan oleh pondok pesantren, yang meliputi
system pendidikan baik secara kelembagaan maupun metode yang dikembangkan.
a. Periode Kepemimpinan Kyai Mohammad Ilyas dan Kyai Abdullah Syajad
b. Periode Kepemimpinan Kyai Amir Ilyas dan Kyai Hasan Basri
c. Periode Kepemimpinan Kelompok Kyai

Keadaan Fisik Pondok Pesantren An-Nuqoyyah

Keadaan fisik pndok pesantren An-Nuqoyyah dilihat dari segi fisik sudah
menunjukkan ciri fisik kepesantrenan yang sudah mapan. Bahkan dalam
perkembangannya pesantren An-nuqoyyah memberikan kesan sebagai pondok
pesantren salafiyah khalafiyah. Deskripsi kelembagaan pondok pesantren an-
Nuqoyyah secara fisik dapat di klasifikasikan kedalam beberapa tipe perangkat keras
yang dimiliki An-nuqoyyah, khususnya bangunan fisik sebagai lokasi kegiatan belajar
dan mengajar.
1. Masjid
2. Pondok/Asrama
3. Ruang belajar
4. Mushalla/Langgar
5. Koperasi
6. Pompa air
7. Kantor biro Pengembangan Masyrakat
Sistem Pendidikan dan Pengajaran
Ada beberapa system yang dikembangkan di pondok pesantren an-Nuqoyyah
1.Sistem Pendidikan/Pengajaran Tradisional
2. Sistem Pendidikan/Pengajaran Klasika/Modern
3. Sistem Pendidikan/Pengajaran Takhasus ( Kursus)
9. Analisis Isi
Buku Pesantren Berwawasan Lingkungan karya Prof. Dr. M. Bahri Ghazali,
MA merupakan buku yang di dalamnya membahas transformasi pesantren dari
masa kemasa mulai dari awal pondok pesantren yang memiliki tipologi pesantren
tradisional, peantren modern dan pesantren komperhensif.
Tantangan perkembangan zaman membuat pesantren harus bertransformasi
karena tidak dipungkiri sejak diwajibkannya sekolah pesantren kehilangan minat
dari masyarakat. Keberadaan pondok pesantren dan masyarakat merupakan dua
sisi yang tidak bisa dipisahkan, karena keduanya saling mempengaruhi. Sebagian
besar pesantren berkembang dari adaya dukungan masyarakat, dan sederhana
pesantren muncul atau berdirinya pesantren merupakan inisiatif masyarakat baik
secara individual atau kolektif.
Seperti halnya Pondok Pesantren An-Nuqoyyah bertransformasi dari
Pondok pesantren yang bentuk awalnya hanya berbentuk langgar (musholla) yaitu
dari bangunan sederhana yang terbuat dari papan kayu hingga bertransformasi
menjadi pondok pesantren salafiyah kholafiyah.

Dalam hal pengembangan lingkungan hidup model pesantren dalam Pondok


Pesantren An-Nuqoyyah ada dua segi, yaitu segi luas dan sempit. Dalam arti
sempit yaitu peletakan dasar kemandirian bagi pesantren dan santri yang mukim
didalamnya. Dalam arti luas keterlibatan pesantren dalam menangani masalah-
masalah social yang dihadapi msyarakat.
Adanya dua pola tersebut berarti melibatkan pesantren kedalam suatu
perubahan arah kegiatan. Satu segi kegiatan pesantren diatas melibatkan
pesantren kedalam warga pesantren yang layak disebut pendidikan pesantren.
Segi lain adalah kegiatan extra pesantren yang merupakan pembinaan dan
bimbingan terhadap anggota masyarakat yang ada disekitarnya. Pola ini tepat
dikatakan dengan pendidikan luar pesantren. Atau kedua pola diatas dapat
dikatakan dengan pendidikan berwawasan lingkungan, sebab titik tekan dari
kegiatan itu terarah kepada menumbuhkan kesadaran setiap individu baik sebgai
pribadi maupun masyarakat tentang keberadaan lingkungan hidup.
Kemampuan pesantren memberikan asumsi bahwa pesantren adalah sosok
lebaga social yang mampu melahirkan masyarakat mengenal tatanan kehidupan
yang lebih maju dengan karakter menggarap lingkungan sekitarnya. Kondisi ini
melahirkan pesantren sebagai lembaga pengembangan ingkungan hidup. Dengan
pembaruan terhadap lingkungan, maka pola perkembangan pondok pesantren
menjadih berubah penampilan : penampilan pendidikan, keterampilan (skill) dan
perubahan social.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai