Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Datangnya Khalifah Umar Ibn Abd Al-’Aziz di ibaratkan angin segar dalam sebuah
padang pasir yang tandus dalam sejarah kekhalifahan setelah kuranglebih stengah abad
kekhalifahan bani umaiyyah. Kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz tidaklah lama
walaupun amat pendek namun ia mampu menampakkan masa yang berdiri sendiri,
mempunyai ciri tersendiri dan mengandung falsafah Islam yang murni yang tidak
terpengaruh oleh aturan-aturan dari beberapa khalifah bani Umaiyah yang penuh dengan
pertumpahan darah dan keditaktoran.

Umar Bin Abdul Aziz muncul di persimpangan sejarah umat Islam di bawah
kepemimpinan dinasti Bani Umayyah. Pada penghujung abad pertama hijriyah, dinasti
ini memasuki usianya yang keenam puluh, atau dua pertiga dari usianya, dan telah
mengalami pembusukan internal yang serius. Umar sendiri adalah bagian dari dinasti ini,
hampir dalam segala hal. Walaupun pada dasarnya ia seorang ulama yang telah
menguasai seluruh ilmu ulama-ulama Madinah, tapi secara pribadi ia juga merupakan
simbol dari gaya hidup dinasti Bani Umayyah yang korup, mewah dan boros.

Itu membuatnya tidak cukup percaya diri untuk memimpin ketika keluarga
kerajaan memintanya menggantikan posisi Sulaiman Bin Abdul Malik Bin Marwan
setelah beliau wafat. Bukan saja karena persoalan internal kerajaan yang kompleks, tapi
juga karena ia sendiri merupakan bagian dari persoalan tersebut. Ia adalah bagian dari
masa lalu. Tapi pilihan atas dirinya, bagi keluarga kerajaan, adalah sebuah
keharusan.Karena Umar merupakan tokoh yang paling cocok dalam posisi ini.

Ketika akhirnya Umar menerima jabatan ini, ia mengatakan kepada seorang


ulama yang duduk di sampingnya, Al-Zuhri, “Aku benar-benar takut pada neraka.” Dan
sebuah rangkaian cerita kepahlawanan telah dimulai dari sini, dari ketakutan pada
neraka, saat beliau berumur 37 tahun, dan berakhir dua tahun lima bulan kemudian, atau
ketika beliau berumur 39 tahun, dengan sebuah fakta: reformasi total telah dilaksanakan,
keadilan telah ditegakkan dan kemakmuran yang telah diraih.

Oleh kebanyakan ahli sejarah Umar juga dianggap khulafaurrasyidin ke-5 atau
kelanjutan khalifah setelah Abu Bakar dan Umar bin Khoththob atau juga disebut Umar
II. Sangatlah pantas predikat ini karena pembaharuan yang dilakukan dapat
mengembalikan mata rantai kekhalifahan yang terputus dari Abu Bakar, Umar bin
Khothob kembali nampak pada masa Umar bin Abdul Aziz.

Maka pada pembahasan ini sangatlah penting untuk membahas masalah


konsolidasi dan pembaharuan politik Umar Ibn Abd Al-’Aziz sebagai pengetahuan dan
pendalaman kita tentang perkembangan peradaban Islam yang merupakan tonggak awal
sejarah baru peradaban setelah khulafaur rosydin.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsolidasi Politik Umar bin Abdul Aziz?

2. Bagaimana Pembaharuan yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui Konsolidasi Politik yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz

2. Mengetahui Pembaharuan yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Umar Ibn Abdul Aziz.

Umar Ibn Abd Al-Aziz adalah khalifah ke-8 setelah Sulaiman Bin Abdul Malik.
Beliau dilahirkan di Hilwan tidak jauh dari kairo, pada tahun 62 H/682 M,ketika kerajaan
sedang berada di tangan khalifah Yazid bin Muawiyah. 1 ketika itu ayahnya adalah
seorang gubernur di mesir. Tetapi menurut Ibnu Abdil hakam meriwayatkan bahwa
Umar dilahirkan di Madinah. Umar adalah putra dari Abd Al-Aziz bin Marwan bin
Hakam dan ibunya adalah Ummu ’Ashim binti ’Ashim bin UmarIbnul-Khathab.

Umar hidup dalam keluarga yang terhormat dan kaya, segala fasilitas kemewahan
hidup melimpah. Selain itu Umar juga sangat terdidik keagamaannya karena bapaknya
adalah seorang yang berjiwa toleran dan dermawan yang sangat terkenal wara’ serta
taqwanya dan senang duduk bersama para sahabat dan para perawi hadits. Ibunya pun
terkenal wanita yang berakhlak mulia dan warak.

Masa kecil Umar banyak belajar bersama paman-pamannya di Madinah dan Umar
kecil telah hafal al-qur’an, disanalah ia banyak belajar ilmu sehingga menjadi faqih
dalam agama dan menjadi perawi hadith. Selain itu beliau juga tekun belajar
kesusasteraan dan syair. Pendidikan yang diperoleh dalam masa tersebut mempunyai
pengaruh besar terhadap sifat-sifatnya yang istimewa dan terpuji.
Selain itu Umar juga berada dibawah pengaruh para teolog dan selama berabad-abad
dikenal dengan kesalehannya dan kezuhudannya, berbeda jauh dengan corak
pemerintahan umayah yang dikenal sekuler. Oleh karena itu, ia dikenal sebagai sufinya
dinasti umayyah.

Setelah ayahnya wafat pada 85 H/704 M Umar dibawa ke Damsik oleh pamannya
yaitu khalifah Abd al-Malik bin Marwan Bin Hakam dan dikawinkan dengan putrinya
fatimah, maka lengkaplah kebahagiaan secara dhohir. Atas sifat kearifan dan kelayakan
yang dimiliki maka pada masa khalifah Al Walid tahun 87 H/705 M beliau diangkat
menjadi gubernur hijjaz.

Kehidupan Umar adalah kehidupan yang penuh bergelimang harta dan tenggelam
dalam kemewahan yang biasa dilakukan oleh bani umayyah. Ia dididik dan dibesarkan
dalam istana yang penuh kenikmatan dan kemakmuran hidup. Harta kekayaan
berlimpah-limpah, sehingga ia memiliki tanah-tanah perkebunan di Hijaz, Syam, Mesir,
Yaman dan Bahrain. Dari sana ia mendapat penghasilan yang besar sebanyak 40.000
dinar dinar setiap tahun.

1
Tarikuddin Bin Haji Hassan,Pemerintahan Kerajaan Bani Umayyah, 287

3
Umar telah mengenal wangi-wangian, pakaian sutera sebagaimana ia mengenal
nyanyi-nyanyian, hal ini tentunya tidak mengherankan Umar sebagai pejabat dan
keluarga khalifah sangatlah wajar jika iapun menikmati segala fasilitasnya. Parfum yang
dipakai sangat mahal seharga 1000 dirham, bahkan mereka tahu bila Umar pernah
melewati suatu jalan hanya karena wangi parfumnya. Ibnu ’Abdil hakam meriwayatkan,
bahwa Umar masih menganggap kasar pakaian yang seharga 800 dirham. Umar juga
memanjangkan rambutnya, kain diturunkannya dan jika dia jalan diperindah jalannya,
sehingga cara Umar berjalan itu di sebut orang ”Umariyah”, yaitu “Lenggang Umar” dan
para dayang-dayang suka menirunya karena indah dan gemulainya cara jalan Umar.
Disamping itu Umar melengkapi istananya dengan perabot-perabot yang paling mewah
dan mahal harganya. Tak heran jika pada masanya Umar adalah sebagai tolok ukur
kehidupan kaum ”jetset” kehidupan yang sangat sempurna dalam pandangan manusia.

Umar berkuasa sebagai gubernur Madinah selama 7 tahun. Pada akhirnya ia dipecat
oleh Al-Walid hal ini disebabkan Umar terlalu lembut menghadapi musuh-musuh bani
Umaiyah. Dalam sumber buku lain disebutkan karena Umar tidak setuju atas sikap al-
walid untuk memecat Sulaiman Ibn Abdil malik dari kedudukannya sebagai putra
mahkota dan di gantikan untuk mengangkat putranya.

Pada masa akhir kekuasaan Sulaiman, Umar ditunjuk untuk menggantikan


kekhalifahan setelah Sulaiman. Pada saat Sulaiman sakit maka dipanggillah Raja’ Ibn
Haiwah untuk berkonsultasi tentang penggantinya kelak. Sulaiman menanyakan
bagaimana sifat Umar kepada Raja’ dan ia menyatakan pujiannya terhadap pribadi Umar.
Dari musyawarah tersebut maka diperoleh kesepakatan untuk mengangkat Umar Ibn Abd
Al-‘Aziz menjadi khalifah sesudahnya dan Yazid Ibn Abd Al-Malik sebagai khalifah
setelah Umar.

Oleh karena itu setelah Sulaiman wafat maka diangkatlah Umar Ibn Abd Al-‘Aziz
sebagai khalifah. Dari sinilah awal sejarah perubahan kehidupan seorang Umar Ibn Abd
Al-‘Aziz yang berubah 180 dari kehidupan bayang-bayang bani Umaiyah. Belaiu dapat
menegakkan keadilan, perdamaian dan kemakmuran keseluruh negeri.
Khalifah Umar Ibn Abd al-‘Aziz wafat di bulan Rajab ( Februari) tahun 101 H/720 M. Di
rumahnya yang sederhana di ibukota kerajaan Islam, Damaskus, dalam usia 40 tahun dan
berkuasa kurang dari dua tahun setengah.

B. Konsolidasi dan Pembaruan Politik Umar Ibn Abdul Aziz


Secara bahasa konsoilidasi 2 adalah perbuatan memperteguh atau memperkuat
(perhubungan, persatuan,dsb). Konsolidasi dan Pembaharuan Politik Umar bin Abdul Aziz
yaitu :

1. Pembaruan yang dimulai dari diri sendiri dan keluarga.

2
Tim penyusun, Kamus Bahasa Indonesia(Jakarta: Pusat Bahasa,2008)803.

4
Dalam buku A Study of Islamic History (186:2009), Ali menyebutkan bahwa
karakter pemerintahan Umar II (Umar Ibn Abd Al-Aziz) diarahkan pada kebijakan
negeri di mana hasilnya adalah luarbiasa mengagumkan. Ia memilih pemimpin-
pemimpin baru di posisi paling penting bukan karena ia memiliki partai atau mewakili
golongan, tetapi karena pendirian dan kejujurannya. Misalnya, di Spanyol ia
menunjuk Samh Bin Malik, orang Yaman, dan di Afrika ia menunjuk Ismail Bin
Abdillah.
Umar Bin Abdul Aziz menyadari dengan baik bahwa ia adalah bagian dari masa
lalu. Ia tidak mungkin sanggup melakukan perbaikan dalam kehidupan negara yang
luas kecuali kalau ia berani memulainya dari dirinya sendiri, kemudian
melanjutkannya pada keluarga intinya dan selanjutnya pada keluarga istana yang lebih
besar. Maka langkah pertama yang harus ia lakukan adalah membersihkan dirinya
sendiri, keluarga dan istana kerajaan. Dengan tekad itulah ia memulai sebuah
reformasi besar yang abadi dalam sejarah.

Setelah Umar dibaiat menjadi khalifah maka dilakukan pemakaman Khalifah


Sulaiman, datanglah pada Khalifah Umar kendaraan raja yang berupa unta
tunggangan dan pengangkut barang yang dipersembahkan, tapi oleh Umar hanya satu
unta yang diambil dan yang lainnya dijual hasilnya diserahkan ke baitul mal. Begitu
juga dengan permadani, alas kaki khalifah juga dijual untuk diberikan pada baitul mal.
Umar juga menyerahkan semua tanah dan harta yang dimiliki ke baitul mal karena
diyakini harta yang diwarisi tersebut bukan haknya tetapi hak rakyat. Begitu juga
sikap ini diberlakukan pada istrinya agar memilih untuk mengikuti jalan Umar atau
meninggalkannya untuk kembali pada keluarganya, karena Umar menyadari bahwa
istrinya adalah orang yang tidak pernah merasakan sengsara kekurangan harta, akan
tetapi fatimah binti malik memilih untuk tetap mendapingi suaminya sampai akhir
hayat. Sehingga harta yang ia miliki diserahkan ke baitul mal dan tinggal menyisakan
sekedarnya.

Umar juga menghindari makan-makanan yang lezat dan tidak mau dilayani,
beliau melayani dirinya sendiri. Pakaian yang ia pakai adalah pakaian yang sangat
sederhana, Ibn ‘Abdil Hakam meriwayatkan pakaian seharga 8 dirham itu masih
sangat halus ini jauh sekali sebelum Umar menjadi khalifah pakaiannya seharga 800
sampai 1000 dirham. Rambut yang tadinya dipanjangkan dipotong dan Umar
membasuh dirinya dari bekas-bekas minyak wangi. Dijualnya semua pakaian dan
wangi-wangian yang ada padanya dan uangnya diserahkan ke baitul mal. Pola
hidupnya berubah secara total, dari seorang pencinta dunia menjadi seorang zahid
yang hanya mencari kehidupan dunia yang abadi.

Umar tidak mau hidup di istana dia hanya menempati sebuah rumah yang
sederhana dekat sebuah masjid. Dari sikap Umar yang berubah sangat jauh dari
kebiasaannya selama ini dapat menunjukkan pada kita bahwa kebanyakan pimpinan
adalah miskin sebelum menjadi pemimpin dan menjadi kaya raya saat memimpin dan

5
ini tidak berlaku bagi Umar, dia kaya sebelum menjadi khalifah dan miskin setelah
menjadi kholifah.

Langkah pembersihan diri, keluarga dan istana ini telah meyakinkan publik
akan kuat political will untuk melakukan reformasi dalam kehidupan bernegara,
khususnya dalam pembersihan KKN. Umar seorang pemimpin telah menunjukkan
tekadnya, dan memberikan keteladanan yang begitu menakjubkan.

2. Pembaharuan Pada Masa Pemerintahannya.

Penekanan bidang politik Umar adalah lebih kepada pembenahan dalam negeri.
Kegiatan peperangan dan penaklukan dihentikan. Semua pasukan yang mengepung
Kostantinopal ditarik begitu juga yang ada di kawasan bekas jajahan Byzantine.
Tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan serta memberi peluang kepada para
tentara untuk istirahat dan pulang bersama-sama keluarga mereka. Umar lebih
memilih damai dalam penyelesaian masalah. Dialog adalah salah satu cara Umar
untuk menghadapi musuh dalam negeri, hal ini dilakukan pada saat dia berdialog
dengan kaun khawarij. Umar meyakinkan kaum khawarij dengan dalil-dalil dan
keterangan-keterangan yang dapat memuaskan hati mereka. Maksudnya adalah
mereka dapat menerima argumentasi yang disampaikan Umar, sehingga pada masa ini
tidak terjadi konflik yang menonjol di negerinya.

Para gubernur yang zhalim dan semena-mena dipecat dan ia benar-benar memilih
para gubernur atau pejabat yang dapat memegang amanah. Bahkan Khalifah Umar
memecat Jarrah bin Abdillah Al-Hukmi gubernur Khurasan, gubernur yang ia pilih
tetapi tidak dapat melaksankan tugas sesuai harapannya. Jarrah bin Abdillah ketahuan
memungut jizyah dari para muallaf. Pada masa ini tidak ada KKN karena Umar
memilih pejabat sesuai dengan kapabilitasnya. Untuk menghindari mereka dari
khianat maka gubernur gajinya dinaikkan 3000 dinar.

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah memantapkan sumber pendapatan


negara melalui yang pertama mengandalkan pajak tanah, pajak tanaman baik muslim
maupun non muslim. Untuk pajak masa Umar tidak membedakan muslim ataupun
non muslim mereka sama-sama mempunyai kwajiban pajak. Yang kedua
membedakan antara pajak jizyah dan pajak kharaj pajak jizyah dihapuskan bagi oang
muslim non Arab, ini menunjukkan pada kita bahwa Umar telah menyamaratakan hak
antara bangsa arab dan non arab yang hanya berpijak pada kesamaan aqidah Islam,
sehingga dengan sendirinya mawalli ini terhapus pada masanya. Sebagai pendukung
penghapusan mawalli maka digalakkanlah asimilasi perkawinan antara arab dan non
arab. Adapun untuk pajak kharaj antara muslim dan muslim atau antara arab dan non
arab sama. Zakat juga dikenakan pada ummat muslim saja. Yang ketiga adalah
menghapus segala perayaan (mahrajan) kebiasaan pesta berfoya-foya dan pemberian

6
hadiah ditiadakan karena hal ini termasuk pemborosan dan menyalahgunakan harta
rakyat.

Pertanian dan perhubungan pada masa Umar juga diperhatikan. Hal ini
dilakukan dengan memperbaiki dan menghidupkan tanah-tanah yang tidak produktif,
sebagai pendukung banyak digali sumur-sumur baru. Untuk mewujudkan
kepeduliannya terhadap transformasi maka dibangunlah jalan-jalan dan penginapan
untuk orang yang melakukan perjalan jauh. Dan tidak ketinggalan pula banyak
dibangun masjid-masjid tetapi Umar tidak mementingkan segi keindahannya.
Keadaan perekonomian dimasa khalifah Umar ini telah masuk kedalam taraf
yang menakjubkan, semua literatur yang ada pada kita menguatkan bahwa
kemiskinan, kemelaratan dan kepapaan diatasi pada masa ini. Boleh dikatakan mereka
yang ingin mengeluarkan zakat sangat sukar untuk memperoleh orang yang mau
menerima.

Langkah yang telah dilakukan adalah redistribusi kekayaan negara secara adil.
Dengan melakukan restrukturisasi organisasi negara, pemangkasan birokrasi,
penyederhanaan sistem administrasi, pada dasarnya Umar telah menghemat belanja
negara, dan pada waktu yang sama, mensosialisasikan semangat bisnis dan
kewirausahaan di tengah masyarakat. Dengan cara begitu Umar memperbesar
sumber-sumber pendapatan negara melalui zakat, pajak dan jizyah.
Dalam konsep distribusi zakat, penetapan delapan objek penerima zakat atau
mustahiq, sesungguhnya mempunyai arti bahwa zakat adalah sebentuk subsidi
langsung. Zakat harus mempunyai dampak pemberdayaan kepada masyarakat yang
berdaya beli rendah. Sehingga dengan meningkatnya daya beli mereka, secara
langsung zakat ikut merangsang tumbuhnya demand atau permintaan dari masyarakat,
yang selanjutnya mendorong meningkatnya suplai. Dengan meningkatnya konsumsi
masyarakat, maka produksi juga akan ikut meningkat. Jadi, pola distribusi zakat
bukan hanya berdampak pada hilangnya kemiskinan absolut, tapi juga dapat menjadi
faktor stimulan bagi pertumbuhan ekonomi di tingkat makro.
Itulah yang kemudian terjadi di masa Umar Bin Abdul Aziz. Jumlah pembayar zakat
terus meningkat, sementara jumlah penerima zakat terus berkurang, bahkan habis
sama sekali. Para amil zakat berkeliling di pelosok-pelosok Afrika untuk membagikan
zakat, tapi tak seorang pun yang mau menerima zakat. Artinya, para mustahiq zakat
benar-benar habis secara absolut. Sehingga negara mengalami surplus. Maka
redistribusi kekayaan negara selanjutnya diarahkan kepada subsidi pembayaran utang-
utang pribadi (swasta), dan subsidi sosial dalam bentuk pembiayaan kebutuhan dasar
yang sebenarnya tidak menjadi tanggungan negara, seperti biaya perkawinan. Suatu
saat akibat surplus yang berlebih, negara mengumumkan bahwa “negara akan
menanggung seluruh biaya pernikahan bagi setiap pemuda yang hendak menikah di
usia muda.”

Yahya Ibn Sa’id membawakan suatu riwayat: Katanya Umar Ibn Abdul ’Aziz
telah mengutus aku ke Afrika Utara untuk membagi-bagikan zakat penduduk di sana.

7
Maka aku laksanakan perintah itu, lalu aku cari orang-orang fakir miskin untuk
kuberikan zakat pada mereka. Tetapi aku tidak mendapatkan seorangpun juga dan
kami tak menemukan orang yang mau menerimanya. Umar benar-benar telah
menjadikan rakyatnya kaya. Akhirnya kubeli dengan zakat itu beberapa orang hamba
sahaya yang kemudian merdeka.

Ulama-ulama kita bahkan menyebut Umar Bin Abdul Aziz sebagai pembaharu
abad pertama hijriyah, bahkan juga disebut sebagai khulafa rasyidin kelima. Mungkin
indikator kemakmuran yang ada ketika itu tidak akan pernah terulang kembali, yaitu
ketika para amil zakat berkeliling di perkampungan-perkampungan Afrika, tapi
mereka tidak menemukan seseorang pun yang mau menerima zakat. Negara benar-
benar mengalami surplus, bahkan sampai ke tingkat dimana utang-utang pribadi dan
biaya pernikahan pun di tanggung pemerintah.

Perbaikan-perbaikan yang dilakukan Umar juga meliputi dinas pos. Dinas pos
tidak hanya berfungsi untuk membawa berita-berita resmi gubernur dan pegawai-
pegawai kepada khalifah saja, akan tetapi juga untuk melayani kepentingan rakyat.
Umar memerintahkan kepada pegawai pos untuk menerima semua surat-surat yang
diserahkan orang padanya untuk disampaikan kepada yang berhak.
Adapun da’wah Islam yang dilakukan Umar kepada golongan-golongan yang tidak
Islam itu dengan menggunakan hikmah-kebijaksaan serta pelajaran yang baik.
Mengirim para guru-guru agama kesegala negara dengan memilih tempat mana yang
ia sukai. Bagi yang belum memeluk Islam diberikan hak dan kebebasan beribadat. Ini
menunjukkan toleransi beragama telah ditanamkan pada masa Umar Ibn Abd
Al_’Aziz. Dan untuk menghadapi kaum khawarij Umar lebih mengandalkan dialog
dengan menyertakan dalil-dalil yang kuat sehingga dapat diterima oleh akal mereka.
Umar Ibn Abd Al-’Aziz juga meniadakan kutukan kepada Ali bin Abu Thalib di atas
mimbar-mimbar sedangkan orang-orang bani umayah mencacinya. Hal ini tidaklah
mengherankan, karena Umar adalah seorang khalifah yang telah mengikuti jejak
ayahnya, Abdul ’Aziz di mesir. Diriwayatkan daripadanya, bahwa mendiang ayahnya
ketika sampai pada penyebutan Amirul Mukminin Ali suka gagap. Pada waktu itu
Umar bertanya: Mengapa ayahanda bersikap demikian? Dia menjawab: Wahai anaku!
Ketahuilah, sekiranya orang-orang awam mengetahui tentang Ali Bin Abu Thalib
seperti yang kita ketahui, niscara mereka akan lari meninggalkan kita dan mereka
pasti akan menggabungkan diri pada anaknya. Oleh karena itu pada masa Umar
bagian yang digunakan untuk mencaci ini digantikan dengan ayat al-qur’an surat an –
nahl : 90.

Umar juga mengeluarkan kebijakan mengembalikan uang pensiunan anak-anak


yatim yang ditinggalkan oleh orangtuanya yang meninggal di medan perang. Pada
awal pemerintahan Dinasti Umayah, banyak uang-uang pensiun para pejuang muslim
yang gugur di medan pertempuran tidak diberikan kepada keluarga mereka. Sehingga
hal ini membuat para keluarga pejuang muslim yang gugur, terutama anak-anak
yatim, merasa tidak puas.

8
Selama ini sebagian umat hanya memahami sosok Khalifah hanya dari
riwayat-riwayat tentang kezuhudannya atau keadilan, kemakmuran atau hal-hal hebat
selama memimpin. Namun sedikit sekali yang mau mengkaji tentang Bagaimana cara
Khalifah Umar bin Abdul Aziz merubah dunia, dari yang sebelumnya penuh dengan
ke dzaliman berubah sedemikian hebat dalam waktu yang sangat singkat, hanya 29
bulan saja, menjadi dunia yang penuh keadilan, kemakmuran dan keberkahan.
Cukupkah dengan keadilan saja semua akan berubah?Ataukah ada aspek-aspek
lainyang juga menopang keberhasilan revolusi peradaban Islam saat itu?3
Menurut Herfi Ghulam Faizi dengan mengutip pendapat Abdullah al-Khar’an
dalam disertasinya menyebutkan ada enam hal yang sangat mendasar dan terlihat dari
konsep kepemimpinan yang diterapkan Khalifah Umar binAbdul Aziz. Keenam hal
tersebut adalah :
1. Memperbaiki orang-orang kepercayaan
2. Semangat dalam mengamalkan Al-Qur’an dan As-sunnah
3. Hati-hati dalam memilih orang yang akan duduk dipemerintahan
4. Mengawasi langsung administrasi Negara dan para pegawai pemerintah
5. Bersikap terbuka terhadap lawan serta memberikan jaminan untuk berpendapat
6. Memperhatikan urusan rakyat sebaik-baiknya.
7. Kontinuitas (bertahap) dalam melakukan kebaikan.

C. Pembaharuan Umar bin Abdul Aziz

Masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, walaupun hanya berumur pendek,
merupakan pemerintahan yang memiliki cirinya tersendiri. Juga pemerintahan Islam
yang memiliki karakteristik Islam yang sangat khusus yang sama sekali berbeda
dengan masa oemerintahan Bani Umayyah seluruhnya. Masa pemerintahannya
diwarnai dengan reformasi dan perubahan dan perbaikan4. Adapun pembaharuan yang
dilakukan Umar bin Abdul Aziz adalah sebagai berikut :

1. Bidang Ekonomi
a. Langkah dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat
1) Pembagian Income dan Kekayaan Negara kepada seluruh Lapisan
Masyarat dengan secara rata
Suatu ketika ia pernah mengkritik ketidakadilan sistem pembagian
kekayaan Negara yang dilakukan oleh khalifah sebelumnya, Sulaiman bin
Abdul Malik, yang tidak lain adalah saudara sepupunya dan sekaligus
kakak iparnya. Umar bin Abdul Aziz berkata kepadanya “ Sungguh aku
melihatmu memberikan lebih kepada orang yang kaya dan membiarkan
orang miskin karena kefakirannya!”. Hasil analisa dalam masalah ini yang
dilakukan nya sebelum menjadi khalifah adalah “ Bahwasannya
3
Ghulam faizi, Umar bin Abdul Aziz, 37.

4
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Hingga Abad XX , 203

9
kecemburuan sosial yang terjadi di masyarakatdisebabkan oleh
ketidakadilan Pemerintahdalam pembagian dan pemanfaatan kekayaan
Negara.
2) Meningkatkan pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial
a. Menciptakan Fasilitas dan Sarana Perekonomian yang Cukup.
Ia pernah menulis sepucuk surat kepada pada para pegawainya yang
diantara isinya “Sesungguhnya diantara bentuk kekuatan yang
diturunkan Allah dalam Kitab-Nya adalah mengajak manusia kedalam
Islam secara totalitas dan membiarkab mereka membelanjakan harta
yang mereka milikidi darat maupun dilaut tanpa dilarang maupun
ditahan.........”.
Maksutnya tanpa perlu dilarang disini adalah selama mereka tidak
melanggar batasan-batasan agama dalam mebelanjakan harta yang
mereka miliki.5
b. Melakukan Trobosan Baru dalam Peningkatan Bidang Pertanian.
“Sesungguhnya penduduk Khufah ditimpa musibah, kekerasan dan
kedzoliman dalam penetapan hukum Allah, karena adnya aturan-aturan
yang melanggarhukum Allah yang ditetapkan oleh para pegawai nakal.
Jangan sekali-kali kalian mengambil pajak kecuali pada harta yang
lenbih dari sepuluh dirham saja.6
2. Bidang Administrasi Negara
1) Memilih Orang-Orang yang duduk di Pemerintah
Hal yang pertama kali Umar bin Abdul Aziz lakukan dalam urusan internal
pemerintahan, yaitu dengan memilih pegawai pemerintahan yang cakap.Cakap
disini bukan hanya sekedar pandai atau keluarga bangsawan melainkan orang
yang dapat dipercaya, baik, berilmu, kuat fisiknya, tawaddu’, adil, berperangai
baik, bersifat kasih sayang, tidak egois, bisa dijadikan tauladan, mampu
melaksanakan jabatan dengan cerdas dan bijaksana.7
2) Menyusun Rencana Aministrasi
Suatu saat Umar bin Abdul Aziz pernah berkata kepada Raja’ bin Haiwah “
Ssungguhnya aku memilih akal yang cerdas yang aku takut Allah akan
mengadzabku karenanya”. Kalimat ini yang menunjukkan tentang kepribadian
Umar bin Abdul Aziz yang melihat urgensi sebuah rencana pemikiran dalam
memutuskan sebuah urusanb. Dalam kesempatan lain Umar bin Abdul Aziz
menyatakan “Barang siapa melakukan sesuatu tanpa menggunakan ilmu maka
kerusakan yang ditimbulkannya lebih banyak dari pada kebaikannya”.8
3) Stuktur Pemerintah Pada Pemerintahan Umar bin Abdul Aziz
Scara organisatoris, maka kita bisa melihat bahwasannya ada empat sendi
utama yang berperan penting dalam menjalankan pemerintahan. Keempat
sendi tersebut yaitu : Khalifah, Gubernur, Penanggung jawab Baitul Mal dan

5
Ibid 85-86
6
Ibid 86-89
7
Ibid 90
8
Ibid 90-91

10
Hakim dibawah kepemimpinan itu dibentuk jabatan-jabatan yang spesifik
dalam mengurusi dan menjalankan roda pemerintahan.
4) Mengantisipasi Ketimpangan Politik
a. Memberi Gaji yang cukup kepada Pegawai Pemerintahan.
Ini adalah langkah preventif yang pertama diambil oleh Khalifah Umar bin
Abdul Aziz dalam mengatasi penghianatan amanah umat oleh para
pehgawainya.Umar bin Abdul Aziz memberikan gaji yang mewadahi
untuk para pegawainya.Meskipun dilain sisi dia tidak mengambil jatah
lebih untuk dirinya dan keluarganya.
b. Membiasakan Transparan Politik
Transparasi politik adalah sebuah bukti bersihnya pemerintahan. Jika
setiap gerak dan langkah poltik itu bersih, mengapa harus ditutup-tutupi .
Diantara bentuk ketidak transparan politik itu diantaranya kebohongan dan
kedustaan dalam melaporkan proses maupun hasil kerja pemerintah.
3. Bidang Hukum9
a. Ijtihad Umar dalam Menentukan Syarat-Syarat Menjadi Hakim
Umar bin Abdul Aziz pernah mengatakan “Tidaklah pantas seorang hakim
menjadi hakim sehinnga dirinya memiliki lima karakter : menjaga kesucian
diri, bijaksana, mengetahui perihal sebelumya, mengajak ahli ilmu untuk
bermusyawarah, tidak meperdulikan celaan manusia.
b. Objektivitas Dalam Menetukan Hukum
Objektif itu melihat sesuatu sesuai kenyataanya. Kaitannya dengan hukum
maka semua orang dipandang sama kedudukannya dalam hukum. Yang
bersalah tetaplah salah meskipun seorang pejabat. Dan yang benar adalah
benar.
c. Solusi disaat Hakim Bingung Menetukan Sesuatu
Dalam masalah ini Umar bin Abdul Aziz pernnah menulis surat kepada
Maimun bin Mahran yang saat itu menjadi hakim.
d. Kesalahan dalam Memaafkan Orang Bersalah Lebih Baik daripada
Menghukum Orang yang tidak Bersalah
Umar bin Abdul Aziz pernah mengeluarkan statment “Tinggalkanlah
hukuman seumpamamu dalam hal yang syubhat(belum jelas). Sesungguhnya
kesalahan seorang pemimpin dalam memaafkan orang yang bersalah itu lebih
baik daripada memvonis hukuman bagi orang yang tidak bersalah”.

BAB III
9
Lembaga peradilan pada Masa Umayyah terutama pada masa pemerintah Umar bin Abdul Aziz merupakan
lembaga yang mandiri, inndependent, tidak menjadi alat penguasa, sehingga keputusan yang diambil benar-
benar mencerminkan keadilan. Husni Thoyar, Peradilan Pada Masa Bani Umayyah (Khalifah Umar bin Abdul
Aziz), koordinat Voll. II., No.2 , (Oktober,2001), 30.

11
KESIMPULAN

Sejarah adalah cermin yang baik, yang selalu mampu memberi kita inspirasi untuk
menghadapi masa-masa sulit dalam hidup kita. Seperti juga saat ini, ketika bangsa kita
sedang terpuruk dalam krisis multidimensi yang rumit dan kompleks, berlarut-larut dan terasa
begitu melelahkan. Ini mungkin saat yang tepat untuk mencari sepotong masa dalam sejarah,
dengan latar persoalan-persoalan yang tampak mirip dengan apa yang kita hadapi, atau
setidak-tidaknya pada sebagian aspeknya, untuk kemudian menemukan kaidah permanen
yang mengatur dan mengendalikan.

Masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, walaupun hanya berumur pendek,
merupakan pemerintahan yang memiliki cirinya tersendiri. Juga pemerintahan Islam yang
memiliki karakteristik Islam yang sangat khusus yang sama sekali berbeda dengan masa
oemerintahan Bani Umayyah seluruhnya. Yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz adalah
mempertemukan keadilan dengan kemakmuran. Ketika pemimpin yang saleh dan kuat
dihadirkan di persimpangan sejarah, untuk menyelesaikan krisis sebuah umat dan bangsa.
Dan itu bisa saja terulang, kalau syarat dan kondisi yang sama juga terulang. Dan inilah
masalah kita, pengulangan sejarah itu tidak terjadi, karena syaratnya tidak terpenuhi.

Untuk menciptakan Negara yang sejahtera dan penuh keadilan maka diperlukan
pemimpin yang memiliki kriteria yaitu, amanah, tidak egois, cerdas, mendahulukan
kepentingan rakyat, tidak memihak kepada siapapun baik rakyat ataupun pejabat,
mempertahankan hukum-hukum Islam dalam menetapkan hukum dalam sebuah Negara.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa


2. Ghulam faizi, Umar bin Abdul Aziz

3. Ibid 85-86
4. Ibid 86-89
5. Ibid 90
6. Ibid 90-91
7. Tarikuddin Bin Haji Hassan, Pemerintahan Kerajaan Bani Umayyah
8. Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Hingga Abad XX

13

Anda mungkin juga menyukai