Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan
dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi. Proses pewarisan dan pengembangan
budaya manusia yang bersumber dan berpedoman pada ajaran Islam sebagaimana termaktub
dalam Al Qur`an dan terjabar dalam Sunnah Rasul bermula sejak Nabi Muhmmad SAW
menyampaikan ajaran tersebut pada umatnya.
Pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dibagi dalam lima
periodisasi, yaitu periode pembinaan pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW,
periode pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung sejak Nabi Muhammad SAW wafat
sampai masa akhir Bani Umayyah, periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam
yang berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sampai jatuhnya Baghdad, periode
kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan
Napoleon yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam dan berpindahnya
pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke dunia Barat dan periode pembaharuan pendidikan
Islam yang berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon sampai masa kini yang ditandai
dengan gejala-gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan Islam.
Dalam makalah ini akan dibahas Sejarah Pendidikan Islam pada masa Al-Mamun yang
berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu
aqliyah dan timbulnya madrasah serta memuncaknya perkembangan kebudayaan Islam.
Pembahasan pada masa ini merupakan rangkaian pembahasan Sejarah Pendidikan Islam, Karena
pada hakikatnya suatu peristiwa sejarah seperti halnya Sejarah Pendidikan Islam selalu berkaitan
dengan peristiwa lainnya yang saling berhubungan yang mengakibatkan terjadinya rentetan
peristiwa serta memberinya dinamisme dalam waktu dan tempat.
Semoga dengan makalah ini pembaca dapat menambah pengetahuan tentang peristiwa sejarah
khususnya Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Al-Mamun.

B. PERUMUSAN MASALAH
Adapun masalah yang akan dibahas adalah seputar pengertian sejarah, pengertian pendidikan,
pengertian Islam, pengertian Sejarah Pendidikan Islam dan Sejarah pendidikan Islam pada masa
Al-Mamun serta sedikit menyinggung tentang peradaban Islam.









2

BAB II
PEMBAHASAN
Al-Amin
Muhammad bin Harun al-Amin (Arab ( ) 787 813) adalah
seorang khalifah dari Bani Abbasiyah. Ia berkuasa selama 4 tahun 8 bulan (809-813)
[1]
.
Pembai'atan[sunting | sunting sumber]
Ketika memasuki kota Thus untuk menangani pergolakan yang dipimpin oleh Rafi' bin Al-Laits
bin Nashar, Khalifah Harun Ar-Rasyid jatuh sakit. Beberapa saat kemudian ia meninggal dunia.
Sebelumnya, Harun ar-Rasyid telah memutuskan pergantian kekuasaan putranya selama haji
ke Makkah. Al-Amin, akan menerima jabatan khalifah dan al-Ma'mun akan menjadi
gubernurKhurasan di Persia Timur. Pada kematian al-Amin, menurut keputusan Harun, al-
Ma'mun akan menjadi khalifah menggantikannya.
Putra termuda sang Khalifah, Shalih bin Harun, segera mengambil baiat dari seluruh pasukan di
tempat itu untuk saudara tertuanya, Muhammad bin Harun di Baghdad. Selanjutnya, ia
mengirimkan utusan ke Baghdad untuk menyampaikan berita kemangkatan sang Khalifah dan
mengirimkan Al-Khatim (stempel kebesaran) dan Al-Qadhib (tongkat kebesaran), serta Al-
Burdah(jubah kebesaran) pada Muhammad bin Harun.
Begitu mendengar berita wafatnya sang ayah, Muhammad bin Harun yang
menjabat gubernur Baghdad segera menuju Masjid Agung Baghdad. Berlangsunglah baiat
secara umum. Muhammad bin Harun Ar-Rasyid menjabat khalifah keenam Daulah
Abbasiyah pada usia 24 tahun. Dalam sejarah, ia dikenal sebagai Khalifah Al-Amin.
Pergolakan-pergolakan[sunting | sunting sumber]
= Serangan dari Imperium Byzantium[sunting | sunting sumber]
Meninggalnya Harun Ar-Rasyid dianggap sebagai peluang emas bagi Kaisar Nicephorus untuk
membantalkan kembali perjanjian damai dengan Daulah Abbasiyah. Ia segera menggerakkan
pasukannya untuk menyerang perbatasan bagian utara Syria dan bagian utara Irak. Khalifah Al-
Amin segera mengirimkan pasukan untuk menghalau serangan itu. Berlangsung pertempuran
cukup lama yang berujung pada tewasnya sang kaisar.
[1]

Pergolakan di Kota Hims
[1]
[sunting | sunting sumber]
Di kota Hims juga terjadi pergolakan. Karena tak mampu memadamkan pemberontakan,
Khalifah Al-Amin memecat Gubernur Ishak bin Sulaiman dan menggantinya dengan Abdullah
bin Said Al-Harsy. Keamanan pun pulih kembali di bawah kendali gubernur baru itu.
Khalifah Baru di Damaskus
[1]
[sunting | sunting sumber]
Pada 195 H muncul seorang tokoh berpengaruh di Damaskus. Ia adalah Ali bin Abdullah bin
Khalid bin Yazid bin Muawiyah bin Abi Sufyan. Karenanya, ia dikenal sebutan As-Sufyani.
Tokoh ini menjadi lebih berpengaruh karena tak hanya merupakan keturunan Bani Umayyah,
tetapi juga Bani Hasyim. Ibunya adalah putri Abdullah bin Abbas bin Ali bin Hasan bin Ali bin
Abi Thalib. Berdasarkan silsilah keturunannya ini, ia sering berkata, "Saya adalah putra dua
3

tokoh yang pernah bertentangan di Shiffin." Maksudnya Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin
Abi Sufyan.
Ia menyatakan berdirinya khilafah baru di Damaskus. Namun masa pemerintahannya tidak
berlangsung lama. Panglima Ibnu Baihas segera mengepung Damaskus dan menaklukkan
penduduk kota itu. Sedangkan tokoh As-Sufyani melenyapkan diri entah kemana.
Suksesi Berdarah[sunting | sunting sumber]
Di antara seluruh Khalifah Abasiyah, hanya Khalifah Al-Amin yang ayah dan ibunya
keturunan Bani Hasyim (Arab). Ayahnya Harun Ar-Rasyid dan ibunya Zubaidah binti Ja'far bin
Manshur masih keturunan Bani hasyim. Sedangkan Al-Makmun, yang menjadi
calon khalifah penggantinya, masih keturunan Iran dari garis ibunya.
Oleh sebab itu, beberapa pihak membujuk Khalifah Al-Amin untuk membatalkan hak
khilafah Al-Makmun, dan menggantinya dengan putranya sendiri, Musa bin Muhammad Al-
Amin. Semula Khalifah Al-Amin menolak.
[1]
Tetapi, karena terus didesak dan dibujuk, ia pun
melakukan pembatalan itu dan mengangkat putranya sebagai calon khalifah dengan gelar An-
Nathiq bil Haq.
Tentu saja tindakan ini memancing amarah Al-Makmun. Saat itu, ia berada di Khurasan di
tengah keluarga besarnya. Permintaan sang Khalifah yang mengundangnya kembali
ke Baghdad tak ia penuhi. Bahkan ia pun diba'iat dan dinyatakan sebagai khalifah.
[1]

Mendengar kejadian tersebut, Khalifah Al-Amin segera mengirimkan pasukan ke Khurasan di
bawah pimpinan Panglima Ali bin Isa bin Mahan. Al-Makmun pun segera menyiapkan
pasukannya di bawah komando Thahir bin Hasan.
Kedua pasukan bertemu di kota Ray (saat ini Teheran). Pertempuran pun tidak berlangsung
lama. Panglima Ali bin Isa tewas. Berita kekalahan itu sangat mengejutkan Khalifah Al-Amin.
Ia pun segera mengirimkan pasukan bantuan di bawah komando Panglima Ahmad bin
Mursyid dan Panglima Abdullah bin Humaid. Dalam perjalanan menuju Khurasan, terjadi
perselisihan sengit antara dua panglima. Pasukan itu pun kembali ke Baghdad sebelum
berhadapan dengan musuh.
Al-Makmun segera memerintahkan pasukan Thahir bin Hasan untuk terus maju ke Baghdad. Ia
menambah pasukannya di bawah pimpinan Hartsamad bin Ain. Hampir satu
tahun Baghdaddikepung. Karena kekurangan persediaan makanan, akhirnya
pertahanan Baghdad pun runtuh.
Khalifah Al-Amin bertahan di Qashrul Manshur yang terletak di pusat kota. Setelah berlangsung
penyerbuan cukup lama, istana yang dibangun oleh Al-Manshur itu pun bisa ditaklukkan.
Al-Amin memohon ibunya Zubaidah, menengahi pergantian kekuasaan dan memperjuangkan
maksudnya sebagaimana yang telah dilakukan Aisyah 2 abad sebelumnya. Zubaida menolak
untuk melakukannya, dan al-Amin mengundurkan diri. Pada 813, Tahir mengambil Baghdad,
dan al-Amin dipenggal.


4

A. Biografi Al-Makmun
Abdullah Al-Makmun dilahirkan pada tanggal 15 Rabi'ul Awal 170 H / 786 M, bertepatan
dengan wafat kakeknya Musa Al-Hadi dan naik tahta ayahnya, Harun Al-Rasyid. Al-Makmun
temasuk putra yang jenius, sebelum usia 5 tahun ia dididik agama dan membaca Al-Qur'an oleh
dua orang ahli yang terkenal bernama Kasai Nahvi dan Yazidi.
Untuk belajar Hadits, Harun Al-Rasyid menyerahkan kedua puteranya Al-Makmun dan Al-
Amin kepada Imam Malik di Madinah. Kedua putranya itu belajar kitab Al-Muwattha, karangan
Imam yang sangat singkat, Al-Makmun telah menguasai Ilmu-ilmu kesusateraan, tata Negara,
hokum, hadits, falsafah, astronomi, dan berbagai ilmu pengetahuaan lainnya. Ia hafal Al-Qur'an
begitu juga menafsirkannya.
Al-Makmun menjadi khalifah setelah saudaranya Al-Amin meninggal dunia, sebagai khalifah
yang ke-8 dari Daulah Abbasiyah, Ia terkenal sebagai seorang administrator yang termasyhur
karena kebijaksanaan dan kesabarannya. Ia mencurahkan perhatiannya yang besar pada tugas
reorganisasi pemerintahan ketika mengalami kemunduran selama pemerintahan Al-Amin. Ia
melakukan peninjauan pengurus rumah tangga istana. Ia mengangkat para administrator yang
ahli unuk menjadi gubernur di berbagai propinsi dan terus mengawasi langkah mereka.
Al-Makmun membentuk sebuah Badan Negara yang anggotanya terdiri dari wakil semua
kalangan masyarakat. Tidak ada perbedaan kelas atau agama, pelayanan masyarakatnya terbuka
untuk siapa saja. Para wakil rakyat mendapat kebebasan penuh dalam mengemukakan pendapat
dan bebas berdiskusi di depan khalifah.
Al-Makmun mempunya banyak dinas rahasia baik di dalam negeri, maupun di luar negeri
terutama di wilayah jajahannya Byzantium. Dengan demikian ia banyak mengetahui berbagai
kejadian. Al-Makmun terkenal sebagai seorang khalifah yang bijaksana dan pemaaf. Ia sering
kali memberikan ampunan kepada para pemberontak, seperti yang dilakukannya terhadap para
pemberontak Yaman. Ibrahim, pamannya pernah mengumumkan dirinya sebagai khalifah di
Bagdad, sewaktu Al-Makmun berada di Marwa. Setelah ditangkap Ibrahim diampuni dan
diberikan kebebasan hidup.
Sikapnya terhadap masyarakat yang bukan agama Islam, sangat toleran sekali. Mereka mendapat
hak dan kewajiban yang sama dalam pembelaan Negara. Mereka diberikan kebebasan
mengeluarkan pendapat. Ia membentuk sebuah Dewan Negara yang anggotanya terdiri dari
berbagai agama, Islam, Kristen, Yahudi, dan Zoroater. Bahkan Sejumlah non muslim pernah
menduduki jabatan penting seperti Gibril bin Bakhtishu, seorang sarjana Kristen yang posisi
penting di kekhalifahannya.
Wilayah kekuasaan Al-Makmun sangat luas sekali, membentang dari pantai Atlantik di Barat
hingga ke Tembok Besar Cina di Timur. Usaha lain yang dilakukan Khalifah Al-Makmun
semasa pemerintahannya adalah mendirikan Bait al-Himkah. Untuk menghindari terjadinya
perselisihan antara sesama umat Islam(Khilafiyah), ia mengadakan Majlis Munadzarah untuk
mendiskusikan persoalan agama yang dianggap sukar dipecahkan. Hasil diskusi itu kemudian
disebarkan kepada masyarakat luas untuk diketahui dan kemudian mengamalkannya sesuai
dengan hukum Islam.

B. SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA AL-MAMUN
Sebelum kita membahas tentang Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Al-Mamun alangkah
baiknya kita mengulas sedikit Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Kejayaan supaya mudah
dimengerti.
Masa kejayaan pendidikan Islam merupakan satu periode dimana pendidikan Islam berkembang
pesat yang ditandai dengan berkembangnya lembaga pendidikan Islam dan madrasah (sekolah-
sekolah) formal serta universitas-universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Lembaga-
lembaga pendidikan sangat dominan pengaruhnya dalam membentuk pola kehidupan dan pola
budaya umat Islam. berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang melalui lembaga pendidikan
5

itu menghasilkan pembentukan dan pengembangan berbagai macam aspek budaya umat Islam.
Pada masa kejayaan ini, Pendidikan Islam merupakan jawaban terhadap tantangan
perkembangan dan kemajuan kebudayaan Islam. kebudayaan Islam telah berkembang dengan
cepat sehingga mengungguli dan bahkan menjadi puncak budaya umat manusia pada masa itu.
Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan pada masa dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa
pemerintahan Harun al Rasyid (170-193 H). Karena beliau adalah ahli ilmu pengetahuan dan
mempunyai kecerdasan serta didukung negara dalam kondisi aman, tenang dan dalam masa
pembangunan sehingga dunia Islam saat itu diwarnai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
(www.haryono10182.10/11/2009).
Kekuasan Bani Umayah berakhir atas pembenrintakan yang dimotori oleh Abu Al-Abbas dari
Bani Abbas yang bekerja sama dengan Abu Muslim Al-Khurasani dari Syiah. Pendiri Dinasti
Abbas itu adalah Abu Al-Abbas (750-754 M). Khalifah yang termasyhur dari Bani Abbas adalah
Harun Al-Rasyid (785-809 M) dan Al-Mamun )813-833), kekayaan Negara dipergunakan
mereka untuk mendirikan rumah sakit, pendidikan kedokteran, sekolah farmasi, menggaji
penerjemah dan pemandian-pemandian umum (Siti Maryam dkk, 2003: 122).
Setelah wafatnya Harun Al-Rasyid, keluarga dari Bani Abbas melanjutkan kekhalifahannya,
yaitu Al-Mamun )813-833). Pada kekhalifahan Al-makmun sangat memperhatikan ilmu
pengetahuan. Hal yang paling menonjol dalam bidang pendidikan pada masa Al-Makmun
adalah menterjemahkan kitab yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, karena beliau
sangat mendukung gerakan penerjemah tersebut dan beliau juga menggaji mahal golongan
penerjemah dengan setara bobot emas supaya keinginan beliau tercapai yaitu mengembangkan
Ilmu Pengetahuan sebagai super power dunia ketika itu (Atang ABD Hakim & Jaih Mubarok,
2003: 142)
Tim penerjemah yang dibentuk Al-Mamun terdiri dari Hunain Ibn Ishaq sendiri dan dibantu
anak dan keponakannya, Hubaish, serta ilmua lain seperti Qusta ibn Luqa, seorang beragama
Kristen Jacobite, Abu Bisr Matta ibn Yunus, seorang Kristen Nestorian, Ibn Adi, Yahya ibn
Bitriq dan lain-lain. Tim ini bertugas menerjemahkan naskah-naskah Yunani terutama yang
berisi ilmu-ilmu yang sangat diperluka seperti kedokteran, bidang astrologi, dan kimia (Siti
Maryam dkk, 2003: 125).
Khalifah Al-Makmun yang berbasis pangikut di Persia mengalami kemajuan di berbagai bidang,
baik ilmu agama maupun ilmu umum. Ketika Al-Makmun memerintah timbul masalah agama
yang pelik, yakni faham apakah Al-Quran itu makhluk atau bukan )Ali Mufrodi, 1997: 96(
Sejak Al-Hadi (paman Al-Mamun( wafat ketika awal pemerintahan Al-Mamun muncul ilmu
Falsafi (Al-Quran( dan munculnya ilmu kedokeran. Ia mewajibkan kepada para ulama
menghapal Al-Quran. Munculnya pemahaman Al-Quran ini makhluk dikemukakan Al-
Mutasyim )saudara Al-Mamun( )Samsul Nizar, 2007: 85(.


C. KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA AL-MAMUN
Pada masa khalifat ke-7 yaitu Al-Mamun ada dua konsep dasar pendidikan, yaitu multikultural
dan intuisi.
1. Konsep Dasar Pendidikan Multikultural
Menurut pakar pendidikan, Azyumardi Azra mendefinisikan pendidikan multicultural sebagai
pendiidkan untuk atau tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demokrafi
dan kultur lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan.
Sedangkan menurut Hariansyah, ditinjau dari sudut psikologi bahwa pendidikan multicultural
memandang manusia memiliki beberapa dimensi yang harus diakomodir dan dikembangkan
secara keseluruhan. Bahwa manusia pada dasarnya adalah pengakuan akan pluralitas )jama(,
heterogenitas (keanekaragaman), dan keberagaman manusia itu sendiri. Keberagaman itu bisa
berupa ideologi, agama, paradigma, pola pikir, kebutuhan, keinginan dan tingkat intelektual
6

(Suwito & Fauzan. 2005: 26).
2. Konsep Dasar Pendidikan Multikultural di Intuisi Pendidikan Islam
Intuisi pendidikan Islam zaman Al-Mamun, termasuk kategori lembaga pendidikan Islam yang
klasik. George Maksidi membagi intuisi pendidikan Islam klasik berdasarkan kriteria materi
pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah Islam, menjadi dua tipe, yaitu: intuisi pendidikan
inkluisif (terbuka) terhadap pengetahuan umum dan intuisi pendidikan eksklusif (tertutup)
terhadap pengetahuan umum (Suwito & Fauzan. 2005: 27).
Berdasarkan penggolongan George Maksidi, Intuisi Pendidikan Islam zaman Al-Mamun dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a) Maktab/kuttab adalah intuisi dasar, maka yang diajarkan di maktab/kuttab adalah khat,
kaligrafi, Al-Quran, akidah, dan syair.
b) Halaqah artinya lingkaran (murid-murid yang melingkari gurunya yang duduk di atas lantai).
Halaqah merupakan intuisi pendidikan Islam setingkat dengan pendidikan tingkat lanjutan.
c) Majelis adalah intuisi pendidikan yang digunakan untuk kegiatan transmisi keilmuan dari
berbagai desiplin ilmu, sehingga majelis banyak ragamnya. Ada 7 macam majelis, yaitu: majelis
Al-Hadits, Al-Tadris, Al-Munazharah, Al-Muzakarah, Al-Syuara, Al-Adab, Al-Fatwa.
d) Masjid merupakan intuisi pendidikan Islam yang sudah ada sejak masa Nabi Muhammad
SAW.
e) Khan berfungsi sebagai asrama pelajar dan tempat penyelenggaraan pengajaran agama satu
diantaranya fiqh
f) Ribath adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan dari kehidupan diniawi
untuk mengonsentrasikan diri beribadah semata.
g) Rumah-rumah ulama digunakan untuk melakukan tranmisi ilmu agama, ilmu umum dan
kemungkinan lain petdebatan ilmiah.
h) Toko buku dan perpustakaan berperan sebagai tempat tranmisi ilmu dan islam.
i) Observatorium dan rumah sakit sebagai konsep Dasar Pendidikan Multikultural di Intuisi
Pendidikan Islam (Suwito & Fauzan. 2005: 27-28).



D. PENGARUH PENDIDIKAN BERBASIS MULTIKUL-TURAL ZAMAN AL-MAMUN
Pada Al-Mamun mengembangkan perpustakaan Bait Al-Hikmah, yang sebelumnya pada masa
Harun Al-Rasyid bernama Khizanah Al-Hikmah (hazanah kebijaksanaan) yang berfungsi
sebagai perpustakaan dan tempat penelitian. Bait Al-Hikmah maju sangat pesat karena terdapat
buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan Etiopia serta India. Pada masa
Al-Mamun Bait Al-Hikmah bukan hanya berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian
saja, tetapi beliau memanfaatkan sebagai pusat kegiatan studi dan riset astronomi serta
matematika (Siti Maryam dkk, 2003: 127).
Kebudayaan bangsa, kondisi sosial-politik, ekonomi, dan pendidikan yang berbasis multikultural
pada zaman Al-Mamun membawa pengaruh yang luar biasa terhadap kemajuan peradaban
bangsa, sebagaiman yang dipaparkan berikut ini.
1. Terjalinnya asimilasi (proses penyusaian sifat dari yang lain) antara bangsa Arab dengan
bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2. Gerakan terjemahan yang dikelola dalam suasana keberagaman, kesederajatan, perbedaan-
perbedaan kebudayaan toleransi terhadap semua kelompok dan agama khususnya agama Kristen
membawa pengaruh pada kemajuan ilmu pengetahuan umum juga ilmu pengetahuan agama.
3. Kebebasan dalam memilih materi dan guru bagi murid dalam proses belajar mengajar dan
hubungan yang harmonis antara guru dan murid serta nilai-nilai toleransi antara keduanya
mempercepat berkembangnya ilmu pengetahuan dan lahirnya imam-imam mazhab, seperti
7

Imam Mazhab Muhammad ibn Idris As-Syafii )767-820 M) dan Imam Mazhab Ahmad ibn
Hambal (780-855 M). demikian pula proses rekrutmen murid yang dilakukan dengan kebebasan,
keterbukaan dan kesetaraan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada murid yang
tidak mampu dan yatim piatu serta beasiswa dari para dermawan, para ulama, dan penguasa
kepada mereka berdampak positif terhadap pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan (Suwito
& Fauzan. 2005: 27-28).

E. TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ZAMAZ AL-MAMUN
Pada masa Al-Makmun ada beberapa tokoh yang turut serta mengembangkan ilmu pengetahuan.
tokoh-tokoh tersebut yaitu:

1. Khalifah Al-Mamun )813-833 M)
Nama lengkap Al-Mamun adalah Abdul Abbas Abdullah Al-Mamun )167-218 H/ 783-833 M).
ia seorang khalifah Abbasiyah, putra Harun Al-Rasyid. Ia memperkarsai kegiatan ilmuan-ilmuan
dan penerjemahan buku karya-karya ilmuan Yunani kedalam bahasa Arab. Ia juga mendirikan
akademik di Baghdad yang bernama Bayt Al-Hikmah (gedung kebijaksanaan) yang didalamnya
terdapat observatorium yang diperintah untuk mengembangan ilmu pengetahuan.
2. Muhammad Ibn Musa Al-Hawarizmi (780-850 M)
Beliau ahli dibidang al-jabar dan astronomi, beliau juga direktur perpustakaan Bayt Al-Hikmah
atau pusat studi dan riset astronomi serta matematika. Beliau seorang nasionalis dan ahli
Pahlevi, dan sebagai tokoh pendidik multikultural karena ikut menciptakan suasana bebas,
terbuka, toleran, dan sederajat dalam mengelola Bayt Al-Hikmah dan upaya menterjemahkan
buku-buku warisan Hellenisme dari Yunani kedalam bahasa Arab.

3. Al-Kindi (809-866 M)
Al-Kindi adalah filsuf muslim pertama. Beliau amat masyur namanya sebagai ilmuan. Al-Kindi
dikelompokkan sebagai tokoh humanis dan ialah yang pertama kali mengajak kaum muslim
untuk hidup saling memahami dan menyelaraskan pemikiran-pemikiran yang berbeda-beda
(Suwito & Fauzan. 2005: 32-33).
Dalam bidang filsafat, membahas tentang persoalan-persoalan umat Islam ynag berkaitan
dengan kepercayaan dan pemikiran baik secara teoritis maupun praktis, kemanusiaan maupun
ketuhanan yang dianggap oleh umat Islam perlu untuk menjawab sebagai pegangan hidup
keseharian maupun untuk keselamatan yang lebih tinggi. Pada masa ini pemikiran filsafat
mencakup bidang keilmuan ynag sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan musik
yang dipergunakan untuk menjelaskan pemikiran abstrak, garis dan gambar, gerakan dan suara
(Siti Maryam dkk, 2003: 127).










BAB III
PENUTUP
8


A. KESIMPULAN
Abdullah Al-Makmun dilahirkan pada tanggal 15 Rabi'ul Awal 170 H / 786 M, bertepatan
dengan wafat kakeknya Musa Al-Hadi dan naik tahta ayahnya, Harun Al-Rasyid. Al-Makmun
temasuk putra yang jenius, sebelum usia 5 tahun ia dididik agama dan membaca Al-Qur'an oleh
dua orang ahli yang terkenal bernama Kasai Nahvi dan Yazidi.
Untuk belajar Hadits, Harun Al-Rasyid menyerahkan kedua puteranya Al-Makmun dan Al-
Amin kepada Imam Malik di Madinah. Kedua putranya itu belajar kitab Al-Muwattha, karangan
Imam yang sangat singkat, Al-Makmun telah menguasai Ilmu-ilmu kesusateraan, tata Negara,
hokum, hadits, falsafah, astronomi, dan berbagai ilmu pengetahuaan lainnya. Ia hafal Al-Qur'an
begitu juga menafsirkannya.
Al-Makmun menjadi khalifah setelah saudaranya Al-Amin meninggal dunia, sebagai khalifah
yang ke-8 dari Daulah Abbasiyah, Ia terkenal sebagai seorang administrator yang termasyhur
karena kebijaksanaan dan kesabarannya. Ia mencurahkan perhatiannya yang besar pada tugas
reorganisasi pemerintahan ketika mengalami kemunduran selama pemerintahan Al-Amin. Ia
melakukan peninjauan pengurus rumah tangga istana. Ia mengangkat para administrator yang
ahli unuk menjadi gubernur di berbagai propinsi dan terus mengawasi langkah mereka.
Khalifah Al-Makmun yang berbasis pangikut di Persia mengalami kemajuan di berbagai bidang,
baik ilmu agama maupun ilmu umum. Ketika Al-Makmun memerintah timbul masalah agama
yang pelik, yakni faham apakah Al-Quran itu makhluk atau bukan. Sejak Al-Hadi (paman Al-
Mamun( wafat ketika awal pemerintahan Al-Mamun muncul ilmu Falsafi )Al-Quran( dan
munculnya ilmu kedokeran. Ia mewajibkan kepada para ulama menghapal Al-Quran.
Munculnya pemahaman Al-Quran ini makhluk dikemukakan Al-Mutasyim )saudara Al-
Mamun(.
Konsep dasar Pendidikan Islam pada masa Al-Mamun adalah konsep dasar Pendidikan Islam
Mutikulrural dan Multikultural di Intuisikan. Sedangkan pengaruh pendidikan multikultural
pada masa itu, yaitu terjalinnya asimilasi anatara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa yang lain,
terjalinnya toleransi terhadap agama, munculnya filsafat Islam dan lain sebagainya. Tokoh-
tokoh Pendidikan Multikultural seperti Khalifah Al-Mamun, Muhammad Ibn Musa Al-
Hawarizmi dan Al-Kindi.

B. SARAN
Diharapkan kepada seluruh mahasiswa pada umumnya. Dan pada mahasiswa/i semester tiga
pada khususnya. Agar lebih belajar dengan giat tentang Sejarah Pendidikan Islam supaya kita
lebih memahami Sejarah Pendidikan Islam yang pada makalah ini dititik beratkan pada Sejarah
Pendidikan dalam Islam.









9

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mufrodi. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Atang Abd. Hakim & Jaih Mubarok. 2003. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Azyumardi. 2002. Pendidikan Islam.PT Logos Wacana Ilmu: Jakarta
Erwin Mahrus & Moh. Haitami Salim. 2008. Pengantar Studi Islam. Pontianak: STAIN
Pomtianak Press
Harun Nasution. 2005. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: PT Universitas
Indonesia
Louis Gottschalk. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI-Press
Samsul Nizar. 2007. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Presada Media
Siti Maryam.2003. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta :
Lesfi Yogyakarta
Suwitno & Fauzan. 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Persada Media
http://haryono10182.wordpress.com/10/11/2009/sejarah-pendidikan-islam
http://hitsuke.blogspot.com/2009/04/daulah-abbasiyah.html

Anda mungkin juga menyukai