Anda di halaman 1dari 25

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

ISLAM DAN BUDAYA BANJAR DRS. MUHRIN, M.PD.I

ISLAM, TRADISI DAN PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT BANJAR


(2)

OLEH :
Kelompok 4

NABILAH RAMADHANI : 220101010143


SISKA WULAN DARI : 220101010141
SITI AISYAH : 220101010133`

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Islam, Tradisi dan
Perubahan Sosial Masyarakat Banjar (2)” ini.
Tak lupa, penyusun haturkan terimakasih kepada Bapak Muhrin M.Pd.I selaku
pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya guna memberikan bimbingan
hingga selesainya penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga demi
penyempurnaan makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran pembaca agar
nantinya makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat penyusun sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Banjarmasin, 15 Oktober 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................Hal


KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
A. Islam dan Perubahan Sosial Budaya dalam Masyarakat Banjar
a. Interaksi Nilai Banjar dan Islam pada Aspek Kepercayaan......... 3
1) ......................................................................................................... 4
2) .......................................................................................................... 5
3) .......................................................................................................... 6
b. Perubahan Sosial dan Budaya Masyarakat Banjar ...................... 7
1) ............................................................................................................. 8
2) ............................................................................................................. 9
3) ............................................................................................................. 9
4) ............................................................................................................. 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................. 13
B. Saran ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perubahan sosial sebagai suatu proses perubahan bentuk yang mencangkup seluruh
aspek kehidupan masyarakat, boleh terjadi secara alami maupun disebabkan oleh
adanya rekayasa sosial. Karenanya, peruahan sosial adalah keniscayaan yang boleh
terjadi kapan dan di mana saja; proses perubahan sosial boleh berlangsung sepanjang
sejarah kehidupan manusia, pada tingkat komunitas lokal, regional, maupun global.
Indonesia dikenal dengan keragamannya. Penduduknya menunjukkan keragaman
budaya, adat istiadat, suku, agama dan bahasa. Keragaman tersebut merupakan
khazanah yang sangat bermakna dan memberikan bahan kajian yang luas, memberi
manfaat untuk kehidupan masyarakat, pembangunan bangsa dan pengembangan dunia
keilmuan.
Salah satu provinsi di Indonesia yang memili kekhassan tersendiri adalah
Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan adalah sebuah provinsi yang terletak di bagian
tenggara pulau Kalimantan, memiliki Kawasan dataran rendah dibagian barat dan pantai
timur, serta dataran tinggi tengah. Kondisi geografis Kalimantan Selatan lainnya banyak
mempunyai rawa serta sungai sedangkan suku terbesar di Kalimantan Selatam adalah
suku Banjar. Urang banjar (orang Banjar) adalah kelompok etnis terbesar yang
mendiami provinsi ini.
Wilayah Kalimantan Selatan mayoritas dihuni oleh Suku Banjar. Suku Banjar asli
adalah beragama Islam. Mereka masih memegang teguh tradisi dari nenek moyang,
namun disesuaikan dengan ajaran Islam jika tradisi tersebut menyimpang dari ajaran
Islam, mereka menggantinya agar tidak menyimpang dari ajaran Islam. Tujuannya agar
tidak terjadi kemusyrikkan pada masyarakat umumnya dan masyarakat Banjarmasin
khususnya. Tradisi atau kebiasaan tersebut merupakan kearifan local yang harus
dilestarikan.
Kultur budaya yang berkembang di Banjarmasin samgat banyak hubungannya
dengan sungai, rawa, dan danau, disamping pegunungan. Budaya dan tradisi orang

1
Banjar adalah hasil asimilasi selama berabad-abad. Budaya tersebut dipengaruhi oleh
kepercayaan Islam yang dibawa oleh pedagang Arab dan Persia.
Orang Banjar mengembangkan system budaya, system sosial danmaterial budaya
yang berkaitan dengan religi, melalui berbagai proses adaptasi akulturasi, dan asimilasi.
Sehingga tampak terjadinya pembauran dalam aspek-aspek budaya. Meskipun
demikian pandangan atau pengaruh Islam lebih dominan dalam kehidupan buadaya
Banjar, hamper identok dengan Islam, terutama seklai dengan pandangan yang
berkaitan dengan Ketuhanan (Tauhid), meskipun dalam kehidupan sehari-hari masih
ada unsur budasa asal, Hindu dan Buddha.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana interaksi nilai banjar dan islam pada aspek kepercayaan
2. Apa saja perubahan sosial dan budaya masyarakat banjar

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi fawatih Suwah
2. Untuk mengetahui sejarah terjadinya fawatih suwah

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Islam dan Perubahan Sosial Budaya dalam Masyarakat Banjar
a. Interaksi Nilai Banjar Dan Islam Pada Aspek Kepercayaan
Kehidupan masyarakat Nusantara sejak runtuhnya suzerinitas kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha akhir abad ke-15 mengalami perubahan dalam berbagai aspek. Aspek
perubahan terpenting adalah terbukanya ruang (locus) perkembangan agama Islam,
yang sejak abad ke-7 telah mulai masuk ke Kawasan Nusantara. Secara formal Isalm
telah membentuk Lembaga politiknya di Samudra Pasai pada abad ke-7 Hijriah (13 M)
dengan rajanya bernama Malik As-Saleh, yang wafat pada bulan Ramadhan 698 Hijriah
(1297 M). Pada akhirnya abad ke-15 berdiri Kesultanan Demak (1518-1550 M) dengan
rajanya yang pertama Raden Patah. Demikian pula halnya dengan Kawasan
Banjarmasin abad ke-15, dengan titik sentral aktivitas ekonominya berada di Muara
Bahan sebagai bandar niaga Kerajaan Negara Daha tentu telah mendapatkan pengaruh
agama Islam, setidak-tidaknya dari pedagang Muslim yang berniaga ke bandar niaga
tersebut.1
Wilayah Kalimantan Selatan mayoritas dihuni oleh Suku Banjar. Suku Banjar asli
adalah beragama Islam. Mereka masih memegang teguh tradisi dari nenek moyang,
namun disesuaikan dengan ajaran Islam. Jika tradisi tersebut menyimpang dari ajaran
Islam, mereka menggantinya agar tidak menyimpang dari ajaran Islam. Tujuannya agar
tidak terjadi kemusyrikkan pada masyarakat umumnya dan masyarakat Banjarmasin
khususnya. Tradisi atau kebiasaan tersebut merupakan kearifan lokal yang harus
dilestarikan.2
Salah satunya kepercayaan religi yang dianut di kalangan masyarakat Banjar
dapat dibedakan menurut asal-usulnya, yaitu kepercayaan Islam dan kepercayaan asal
kebudayaan lokal. Detail detail kepercayaan Islam diperoleh ketika seorang anak

1
Desy Anindia Rosyida, M.Pd.I., Hubungan Agama dan Kearifan Lokal terhadap Perubahan
Sosial Masyarakat Banjarmasin ,… hal 2
2
Desy Anindia Rosyida, M.Pd.I., Hubungan Agama dan Kearifan Lokal terhadap Perubahan
Sosial Masyarakat Banjarmasin ,… hal 3

3
mengaji, secara tidak langsung diajarkan oleh kerabatnya, dan diperoleh di sekolah.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa seorang remajasudah mengetahui pokok-
pokok kepercayaan Isalam seperti yang tercantum dalam kitab perukunan.
Kepercayaan asal local terutama diperoleh oleh adanya dongeng-dongeng yang
beredar dalam masyarakat tentang asal-usul sultan-sultan di Kawasan ini, dan adanya
cerita-cerita orang tua tentang daerah-daerah tertentu dan makhluk-makhluk halus yang
dipercayai menghuninya. Detail tertentu tentang asal-usul suatu bubuhhan mungkin
diceritakan turun-menurun di kalangan kelompok kerabat tertentu, meskipun barangkali
hanya berkenaan dengan hal-hal yang menjadi dasar bagi kelakuan religius tertentu di
kalangan kelompok kerabat tersebut.
Adapun kepercayaan yang dipercaya orang-orang di Kalimantan Selatan, yaitu:
1. Berkenaan dengan Allah dan Takdir-Nya
Detail kepercayaan tentang Allah, nabi (dan rasul), kitab-kitab, malaikat, dan
tentang hari kiamat memang terutama berasal dari kitab perukunan. Tampaknya
kepercayaan tentang takdir hanyalah bersifat global saja. orang Banjar yakin bahwa
segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah sejak mulanya, sedangkan perincian lebih
lanjut atau apa akibat kepercayaan demikian itu bagi kegiatan sehari-hari tidak berhadil
diungkapkan. Allah bagi orang Banjar Maha Kuasa dan Maha Mengetahui dan Ia
mengetahui peristiwa-peristiwa yangtelah lewat maupun yang akan datang. Ia ada sejak
semula (azali) dan sealu akan tetap ada. Ia telah menciptakan ala mini dari tidak ada
menjadi ada, dan sanggup pula menjadikannya dari ada menjadi tidak ada pada hari
kiamat nanti.3 Contoh tindakan keagamaannya seperti orang-orang banjar relatif taat
menjalankan agamanya, sembahyang lima waktu, sembahyang jum’at, puasa dan zakat
ditunaikan dengan teratur, dan ada saat-saat tertentu ketika syahadat secara formal
diucapkan. Bagi orang Banjar segala ibadah dan doa memang ditunjukkan kepada Allah
dan tidak dapat ditujunkkan kepada makhluk-Nya; tidak ada yang dapat mengabulkan

3
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 550-551

4
doa kecuali Allah. Tetapi doa yang diucapkan oleh orang saleh dianggap makbul dan
restu yang diberikannya dengan melakukan sembahyang hajat sangat bermanfaat.4
2. Berkenaan dengan Hidup Sesudah Mati
Uraian dalam sesi ini meliputi pula kepercayaan bersangkutan dengan hari kiamat:
Tidak lama setelah kuburan ditimbuni dengan tanah, Allah mengembalikan ruh
kepada si mati, yang segera akan menyadari bahwa ia telah mati. Ia mendengar petuah-
petuah yang diberikan dalam talkin, meskipun dibaca dalam teks berbahasa Arab. Tidak
lama kemudian datang dua orang malaikat yang akan menanyainya berkenaan dengan
agamanya, dan bila jawabannya salah atau tidak berkenan pada mailay itu, kedua
malaikat itu akan menyiksanya. Hal ini juga banyak tergantung pada aktivitasnya
selama hidupnya.
Pada hari kiamat nanti, manusia dibakitkan dari kuburnya dan semuanya dihalau
(dikumpulkan) ke padang mahsyaruntuk ditimbang amal baik dan buruknya. Kepada
setiap orang diperlihatkan buku berisi catatan amal perbuatan manusia. Semua orang
tidak dapat nerkelit atau membantah isi bukunya, karena setiap anggota tubuhnya yang
berfungsi ketika melakukan suatu amal buruk ikut menyatakan kesaksiannya. Setelah
penimbangan amal semua orang akan berjalan melalui sebuah titian, yang lebih halus
dari sebilah rambut dan lebih tajam dari sembilu, menyeberangi lautan apim menuju ke
surga. Banyak orang-orang yang melwatinya seperti kilat, ada yang berjalan tertatih-
tatih, bahkan banyak diantaranya jatuh, dan du bawahnya telah menanti api yang
bernyala-nyala, semuanya tergantung pada amal perbuatannya ketika hidup di dunia.
Tapi di antaranya ada yang mengatakan, dan ini biasanyaditekankan kepada anak-anak
yang sedang mengaji, bahwa orang yang tekah tamat mengaji Al-Qur’an ketika
menyeberangi lautan api itu dapat menumpang sebuah kapal. Kapal itu sebenarnya ialah
jelmaan dari kitab Al-Qur’an, dan bilah-bilah lidi yang yang digunakan untuk
menyimak ketika mengaji (dinakamakan penunjuk) akan berfungsi sebagai galah yang
berguna untuk mengendalikan atau menjalankan kapal tersebut (dinamakan pananjak).

4
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 559-560

5
Orang beriman yang amal buruknya lebih berat disbanding amal baiknya akan
dimasukkan ke dalam neraka guna menebus dosa-dosanya, sebelum akhirnya juga
dimasukkan ke dalam surge bersama pra muslim yang taat. Di pAdang Mahsyar orang
yang tidak dapat membantu orang lain, masing-masing sibuk dengan urusan dirinya
sendiri. Tetapi bila berhasil penimbangan menunjukkan kelebihan lebih berat amal
buruk yang tidak seberapa, kemungkinan orang tersebut akan memperoleh syafat Nabi
Muhammad, dan memperoleh keringanan sehingga mungkin tidak perlu menjalani
siksaan di neraka.5 Adapun tindakan keagamaannya seperti talkin yang berisi
pengajaran bagaimana seharusnya bersikap dalamalam kubur, cukup baca sekali dan
dalam bahasa arab, tetapi akhir-akhirini dibaca beberapa kali oleh tokoh alim yang
berbeda-beda dan juga dibacakan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Kesaksian
orang banyak bahwa si mati adalah orang yang baik-baik, yang segera dimintakan
setelah selesai disembahyangkan dan setelah selesai penguburan, diharapkan akan
menggolongkan si mati ke dalam kelompok yang baik-baik. Hal ini disebabkan karena
doa orang banyak (pernyataan disamakan dengan doa) selalu makbul.6
3. Berkenaan dengan Malaikat dan Jin
Malaikat diciptakan Allah dari cahaya (nur) dan digambarkan sebagai makhluk
yang selalu taat kepadaNya, dan masing-masingnya mempunyai tugas-tugas khusus.
Bagi orang Banjar, malaikat antara lain bertugas menyampaikan wahyu kepada para
rasul dan para nabi, mencabut nyawa ketika seseorang meninggal dunia, mencatat
perbuatan-perbuatan baik atau jahat seseorang, menanyai ruh seseorang yang baru
dikubur tentang agamanya dan bila jawaban tidak memuaskan menyiksanya,
memelihara al Qur'an dari kemungkinan berubah karena ulah manusia, menjadi
penunggu atau lebih baik penguasa surga, dan juga (yang lain) neraka, dan
menyebarkan rahmat Allah sesuai perintah-Nya. Kehadiran yang terakhir ini konon
antara lain ditandai dengan harum semerbak bau gaharu yang lain dari biasanya di
sekitamya. Konon setiap surah, ayat bahkan setiap huruf al Qur'an ada malaikat yang
5
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 551
6
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 560

6
menjaganya. Malaikat konon dapat mewujudkan dirinya dalam bentuk fisik dan dengan
demikian tampak oleh mata manusia, antara lain dalam bentuk makhluk yang sangat
mengerikan, yang menemui seseorang yang sedang balampah guna memperoleh sahabat
gaib dari kalangan mereka, yaitu saat menjelang akhir kegiatan bertapa itu.
Jin diciptakan dari api dan, berlainan dengan malaikat, ada di antaranya yang taat
dan ada yang durhaka. Jin konon juga dapat mewujudkan dirinya dalam bentuk fisik. Jin
konon dapat membahayakan manusia, menakut-nakuti mereka di tempat sepi, dan dapat
merasuk ke dalam tubuh manusia. Meskipun demikian tidak pemah ada orang yang
dikatakan sebagai kerasukan jin. Nabi Khaidir d kepercayaan orang Khaidir ialah peng
fungsi tersebut, ter khusus diundang tokoh ini dikelon golongan nabi-n Sulaiman diangg
khazanah yang t Bagi kalangan t bumi ini telah di tidak mempuny Berkenaan d
Kepercayaan masyarakat Ba yang diperca bububan. Ba tetapi juga m termasuk to
disebut di si yang berang seorang.7 Contoh tindakan keagamaan bahwa malaikat
digambarkan sebagai makhluk Allah yang taat dan jujur, dan jin digambarkan sebagai
makhluk Allah yang, seperti halnya manusia, kadang-kadang taat dan tidak selalu jujur.
Dengan cara balampah malaikat, khususnya malaikat pemelihara surah al-ikhlas dan al-
mulk, maupun jin konon dapat di jadikan sahabat gaib (bila kepunyaan seorang ulama
dinamakan muwakkal). Sahabat gaib ini dipercayai membantu tuannya ketika meramal,
mendiagnosa sesuatu penyakit dan menentukan obatnya yang tepat. Hanya bersahabat
dengan jin dapat berbahaya, karena pada saat diperlukan mungkin ternyata ia mendustai
kita.8
4. Berkenaan dengan Nabi dan Rasul
Anak-anak biasanya hafal di luar kepala nama-nama ke-25 orang rasul dan nabi
yang penting, meskipun kadang-kadang ada yang terlupa. Berkenaan dengan Nabi
Muhammad, semua orang hafal nama-nama kedua orang tuanya, nama-nama isteri
isterinya (mungkin tidak semuanya) dan beberapa sahabatnya. Nabi Muhammad
dipercayai sebagai menguasai sebuah telaga di padang mahsyar, yang dapat
7
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 552
8
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 561

7
dimanfaatkan oleh umatnya guna memuaskan dahaganya dalam suasana panasnya terik
hari kiamat kelak. Hanya Nabi Muhammad yang diperkenankan Allah memberi syafaat,
yaitu memohonkan kemudahan dan pengampunan serta keringanan azab dari Allah bagi
ummat Muhammad khususnya, tetapi juga bagi umat-ummat lainnya. Bagi orang Banjar
kalimat syahadat melambangkan hubungan khusus Nabi Muhammad dengan Allah,
yang berguna sebagai upaya magis agar seorang warga yang pergi haji selamat bertemu
kembali dengan kerabatnya dan seorang (calon) kekasih merasa terikat dengan
seseorang yang memanfaatkan kalimat kredo tersebut sebagai upaya guna-guna. Bagi
kalangan tertentu beberapa orang nabi dan sahabat Nabi Muhammad akan menjadi
tokoh pendamping seseorang sebagai hasil kegiatan balampah pujidina. Hal-hal ini akan
disinggung kembali dalam pasal berikutnya.
Nabi Khaidir dan Nabi Sulaiman tampak seperti berfungsi khusus di dalam
kepercayaan orang-orang Banjar Bagi orang Banjar, mungkin hanya sebagian, Nabi
Khaida salah penguasa bawah air, meskipun tidak diketahui tokoh ini dipuja dalam
fungs: tersebut, tetapi yang jelas ia termasuk tokoh gaib yang diundang atau secara
khusus diundang ketika upacara bersaji. Dengan demikian mungkin sebaiknya tokoh ini
dikelompokkan ke dalam golongan makhluk halus daripada ke dalam golongan nabe-
nabe atau rasul di dalam kepercayaan masyarakat Banjar. Nabi Sulaiman dianggap
setidak-tidaknya oleh kalangan tertentu, sebagai pemilik segala Khazanah yang
tersimpan dalam bumi atau segala sesuatu berkenaan dengan tanah Bagi kalangan
tertentu konon segala perbendaharaan yang terkandung di dalam bumi ini telah
diwariskan oleh Nabi Sulaiman kepada seorang anaknya yang konon tidak mempunyai
tangan atau kaki sehingga berbentuk bulat seperti semangka".9 Contoh tindakan
keagamaannya seperti merayakan hari lahir Nabi Muhammad Saw., peristiwa Isra
Mi’raj, membaca syair maulud (maulid habsyi), acara doa dan tahlilan, upacara
pemberakatan dan sembahyang hajat.10
5. Berkenaan dengan Wali
9
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 552
10
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 561-563

8
Kepercayaan terhadap wall telah menambah jumlah orang suci di kalangan
masyarakat Banjar, yang semula mungkin hanya terdiri dan tokoh-tokoh mitologis yang
dipercayai menurunkan raja-raja Banjar dan atau menurunkan tokoh-tokoh bububan
Bagi orang Banjar seorang wal ialah orang yang istimewa di sisi Allah, retapi juga
mempunyai berbagai kelebihan daripada manusia lainnya. Di antaranya termasuk tokoh-
tokoh sufi dan para wali di Jawa, tetapi mungkin yang penting disebut di sini ialah wali-
wali asal lokal. Tidak heran bila ada kelompok bubuhan yang beranggapan orang suci
bubuhan di dalam dunianya telah menjelma menjadi seorang wali kunch
Di antara wali lokal ini ada yang dikeramatkan sejak masih hidup, tetapi
kebanyakan dikeramatkan setelah meninggal, yaitu dengan menjadikan kuburannya
sebagai kuburan keramat yang diziarahi untuk hajat-hajat tertentu. Sepanjang
pengetahuan penulis, kuburan keramat yang paling ramai diziarahi di Kalimantan
Selatan ialah kedua kubab di Kalampayan, yaitu kuburan Syekh Arsyad dan kuburan
Haji Zainal Ilmi, seorang ulama keturunan Syekh Arsyad, yang sejak masih hidup sudah
dianggap orang sebagai wali. Tetapi selain itu banyak tersebar kuburan-kuburan
keramat lainnya, yang juga diziarahi, meskipun tidak seramai di Kalampayan
Tidak diketahui orang kategon bagaimana yang dianggap sebagai wali, tetapi di
lapangan diketahui seseorang yang masih hidup dianggap sebagai wali, antara lain
seorang ulama dan seseorang yang umur kecerdasannya kurang dibandingkan umumnya
yang sebenamya, sedangkan kuburan keramat, selain kuburan orang yang selagi masih
hidup sudah dianggap wali, juga busanya ialah ulama-ulama terkemuka atau orang yang
karena kelakuannya setelah meninggal dianggap sebagai orang yang istimewa di sisi
Allah.
Di lapangan tidak diketahui alasan mengapa suatu kuburan dikeramatkan selain
bahwa orang merasa berhasil setelah mengucapkan kaulakan ziarah ke atau akan
memasang langit-langit kuning di atas kuburan tersebut bila hajatnya terpenuhi Wali
yang telah meninggal ini tampak seperti anggap sebagai telah menjelma menjadi
makhluk halus, karena (ruhnya) konon dapat menghukum orang yang mengganggu
ketenangannya dalam kuburannya, meskipun ada juga yang mengatakan bahwa yang

9
bertindak sebenarnya ialah muwakkalnya, yang dengan setia menunggui kuburan
tuannya, bukan ruh yang bersangkutan.11

6. Berkenaan dengan Alam


Orang Banjar percaya tentang adanya alam gaib, dalam arti alam yang tidak dapat
dilihat. Tampaknya bagi mereka alam ini relatif atau, mungkin lebih baik, tumpang
tindih, yaitu apa yang tampak mungkin dalam alam gaib wujudnya berbeda. Pokok
kariwaya, pohon panggang atau rambung tertentu di dalam dunia gaib mungkin adalah
gedung megah tempat tokoh orang gaib tertentu bertempat tinggal, atau sungai kecil di
samping rumah dalam dunia gaib sebenamya ialah jalan orang gaib. Gunung candi,
yaitu mungkin gundukan tanah reruntuhan candi Agung dekat Amuntai, dan gunung
Pamaton, sebuah bukit gundul tidak jauh dari kota Maitapura, di dalam dunia gaib
konon sebenarnya ialah keraton masyarakat gaib asal tokoh-tokoh cikal bakal raja-raja
Banjar yang telah gaib dahulu kala. Berada di daerah rawa-rawa sepanjang kali
Martapura sampai sekitar kota Banjar masin konon harus berhati-hati, karena daerah
tertentu kemungkinan dalam dunia gaib sebenarnya ialah perkampungan masyarakat
gaib, yang asal Biaju. Demikianlah tiap-tiap daerah atau kampung tentu mempunyai
tempat-tempat yang dikenal sebagai wilayah perkampungan, tempat tinggal atau jalan
orang gaib atau sebagai tempat yang ada hantunya (babantu). Belakangan ini daerah
sekitar pemukiman yang dahulu dikenal sebagai dikuasai oleh orang gaib atau ada
hantunya sekarang ini konon tidak berbahaya lagi, mungkin karena dianggap telah
ditinggalkan karena terdesak oleh manusia (diistilahkan sebagai sudah kamanusiaan).
Istilah untuk alam gaib yang tumpang tindih dengan alam yang tampak ini ialah bumi
lamah. Istilah lain lagi ialah bumi rata, yaitu biasanya gua batu, yang dipercayai dihuni
oleh macan gaib, juga ada kepercayaan tentang adanya alam bawah air, yaitu dunia bagi
para buaya, dan alam di atas gunung tertentu (antara lain gunung Pamaton dan gunung
Candi), lokasi keraton gaib, yang istilahnya tidak terungkap di lapangan. Kepercayaan
terhadap keempat jenis alam gaib ini tampak merata di kalangan masyarakat Banjar,

11
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 553-554

10
tetapi istilah bumi lamah dan bumi rata hanya dikenal di kalangan tertentu. 12 Contohnya
tindakan keagamaannya seperti kepercayaan baahwa pokok kariwaya atau pohon lain
disamping rumah adalah Gedung megah milik tokoh orang gaib menjadi alasan untuk
meletakkan atau melemparkan saji di atau ke bawah pohon tersebut (dahulu), tetapi
belakangan ini penganan tersebut cukup ditawarkan kepada orang gaib yang menghuni
pohon tersebut. Pokok-pokok kariwaya atau panggung atau rambung tertentu memamng
bisanya menjadi tempat menggantungkan ancak berisi saji bagi orang-orang yang
berhajat.13
7. Berkenaan dengan Manusia
Berkenaan dengan Manusia Pada zaman dahulu orang hidup sebagai bagian dari
bububan, suatu kelompok kekerabatan ambilinial, yang merupakan unit pemerintahan
yang terendah pada aman sebelum pemerintahan Hindia Belanda. Kekuasaan kepala
bubuhan bersifat kharismatik, dalam arti sebenarnya ia ditopang oleh kekuatan gaib atau
sahabat aib, yang diperolehnya atau diwarisinya dari leluhurnya. Berbagai keterampilan
seniman, bidan, tabib, dan juga ulama) atau jabatan dalam masyarakat dianggap
demikian pula Sampai sekarang seseorang yang menduduki jabatan tertentu (pembekal,
kadi) atau berbakat seni (wayang, nenan topeng, madibin) atau alim tampak seperti
dian, gap telah mewarisinya dari keturunannya generasi yang lampau selalu dicari siapa
di antara keturunannya yang menduduki jabatan demikian, menjadi bidan atau tabib,
menjadi dalang atau seniman lain, atau alim dalam generasi terdahulu, dan dengan
demikian ia dapat dianggap tutus tokoh bububarmya itu. Seseorang yang tutus dianggap
telah menerima "warisan" (ilmu rahasia, kepandaian mendukun, keterampilan
mendalang atau menari) langsung dari tokoh nenek moyangnya.
Di kalangan masyarakat Banjar berkembang kepercayaan bahwa bila ada 40 orang
dalam suatu majelis (biasanya majelis doa atau majelis sembahyang jenazah), pasti
termasuk di dalamnya orang yang saleh. Orang saleh digambarkan sebagai orang yang
taat beribadat dan cara ibadahnya benar, sehingga dekat dengan Allah, dan doa-doanya
12
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 554
13
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 563

11
cenderung untuk dikabulkan oleh Allah Ulama termasuk orang yang saleh, dan di
kalangan masyarakat Banjar cenderung dianggap sebagai mempunyai kekuatan gaib
dalam dirinya atau ditopang oleh sahabat gaibnya dalam berbagai kegiatannya, lebih-
lebih bila ia keturunan ulama yang terkemuka. Tidak jelas apa alasan kelebihan ulama
keturunan ini dibandingkan ulama lainnya, tetapi dapat diduga, meskipun mungkin
ilmunya tidak melebihi ulama lain, tetapi tampaknya ia dianggap telah mewarisi suatu
ilmu rahasia dari orang tuanya yaitu, mungkin, berupa kekuatan gaib atau sahabat gaib.
Berbagai tokoh cikal bakal raja-raja Banjar pada zaman Hindu, tetapi juga
beberapa tokoh sultan zaman Islam, dianggap tidak mati melainkan hanya wapat, yaitu
menjelma menjadi orang gaib dan sampai sekarang masih hidup di dalam dunia gaib.
Sampai sekarang pun kemungkinan untuk wapat masih ada, yaitu konon antara lain
mereka yang melakukan amalan-amalan tertentu: pernah terjadi heboh di Lok Baintan
bahwa seorang tokoh di sana mungkin akan wapat dan tidak mati; dalam masyarakat
orang yang hanyut di sungai atau hilang di hutan dan mayatnya tidak ditemukan di
kalangan keluarganya dan kemudian juga keturunannya adakalanya dianggap sebagai
wapat dan sampai saat ini masih hidup dalam alam gaib. Beberapa kelompok bububan
percaya bahwa pasangan nenek moyangnya dahulu telah menjelma menjadi naga dan
sampai sekarang masih hidup sebagai makhluk bawah air tersebut. Baik nenek moyang
yang gaib maupun naga jelmaan mereka dianggap tetap memperhatikan anak cucu
keturunannya dan dapat meng hukum anak cucunya tersebut bila lalai memperhatikan
adat bubuhan.14 Contoh tindakan keagamaan seperti meminta air doa kepada orang lain
atau yang dianggap alim, dan tidaklah dapat dipahami oleh orang Banjar ada orang yang
tidak dapat atau tidak mau memberikan obat berupa air doa, acara akikah dan batasmiah
(upacara memberi nama), upacara mandi hamil, mandi pengantinm upacara mngayun,
ziarah,15
8. Berkenaan dengan Makhluk Halus

14
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 554-555
15
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 564-565

12
Selain malaikat, jin, iblis dan setan, yang asal kepercayaan Islam, masyarakat
Banjar juga percaya akan adanya makhluk-makhluk halus lain, yaitu orang gaib,
berbagai jenis hantu dan macan gaib. Wali, Nabi Khaidir, anak Nabi Sulaiman, dan
naga jelmaan nenek moyang mungkin lebih baik dikategorikan sebagai makhluk halus
pula
Orang gaib, yang dipercayai sebagai jelmaan manusia yang wapar, konon hidup
berkeluarga dan bermasyarakat dalam perkampungan mereka seperti halnya manusia,
dan beberapa tokoh mengatakan bahwa hidup orang gaib lebih lama ketimbang manusia
(tadudi mati).
Selain menjelma menjadi naga, yang konon hanya terjadi pada nenek moyang
bubuhan tertentu sekitar lima sampai tujuh generasi yang lalu, dan menjadi orang gaib
(wapat), yang konon masih dapat terjadi sampai sekarang, karena alasan tertentu orang
juga dapat menjelma menjadi makhluk halus (hantu) setelah meninggal. Alasan untuk
ini ialah yang bersangkutan konon ketika masih hidup berusaha menunjang hidupnya itu
dengan mengaji ilmu yang salah agar kaya, kebal (tagub) atau kuat perkasa (gancang),
atau dalam usahanya agar kebal atau kuat tubuhnya itu ia telah meminum salah satu
minyak sakti tertentu. Kadang-kadang terjadi heboh bahwa seseorang yang baru
meninggal akan bangkit dari kuburnya sebagai hantu sehingga menimbulkan kepanikan
dalam masyarakat. Wanita yang meminum minyak kuyang, konon dahulunya demi
disayangi suaminya, bila malam konon akan menjelma menjadi kuyang dan mencari
wanita yang baru melahirkan dan bayinya untuk menghisap darahnya.
Takau, agaman, bantu beranak, mungkin memang seasalnya hantu; kedua yang
disebut pertama mungkin fungsinya hanya untuk menakut-nakuti saja, khususnya anak-
anak, dan yang ketiga konon dapat membahayakan wanita yang baru melahirkan dan
bayinya pula, seperti halnya kuyang. Hantu sawan, bantu karungkup, bantu pulasit
dicurigai sebagai menyebabkan penyakit sawan, karungkup (pada bayi dan anak-anak)
dan (disuruh dukun) menyebabkan wanita kesurupan pulasit. Selain infeksi pulasit,
dengan bantuan makhluk halus tertentu, seorang dukun juga dapat mencelakakan
korbannya dengan mengirim sumbiyang, infeksi gantung sarindit, bala seribu, atau
parang maya. Selain itu ada macan gaib yang konon, seperti halnya jin atau orang gaib

13
dapat dijadikan sahabat, yang konon dapat menghilang dan membawa tuannya
menghilang.
Manusia lahir sebagai membawa serta setidak-tidaknya empat makhluk halus,
yaitu saudara-saudara gaibnya yang, mungkin, kesemuanya personifikasi dari benda-
benda yang menyertainya ketika lahir. Berturut-turut konon lahir camariah (tidak jelas
personifikasi dari apa), tubaniah (personifikasi dari tutuban, ketuban), si bayi sendiri,
tambuniab, dan yang paling bungsu uniab, dua yang terakhir ini personifikasi dari
tambuni (tembuni) dan uri (juga tembuni?). Konon saudara saudara gaib si bayi ini
mempunyai peranan terhadap si bayi sepanjang hidupnya, berbagai peranannya akan
dikemukakan dalam pasal berikutnya (lihat hlm 570 dan seterusnya). Berkenaan dengan
Semangat dan Tuah Istilah-istilah sumangat (semangat), ngarun (nama), raja (raja) dan
ngaran raja (nama raja) dalam masyarakat penulis kategorikan sebagai semangat,
meskipun mungkin pengertian istilah-istilah tersebut di lapangan tidak sama. Menurut
pendapat penulis semangat ialah "diri" yang lain dari bendanya atau mungkin "jiwa"
umum dari benda tersebut, karena itu dapat terpisah dari bendanya itu. Tentang akan
dibicarakan lebih lanjut dalam pasal berikutnya (hlm 570). semangat ini Berbagai
benda, sering batu, besi atau senjata pusaka (dinamakan wasi tuba, besi tua), kemala
atau produk binatang tertentu, dan tumbuhan atau binatang tertentu dianggap
mempunyai khasiat tertentu. Khasiat ini yang konon banyak macamnya penulis
kategorikan sebagai tuah, dan konon ada yang dipunyai oleh sesuatu jenis benda
tertentu, sesuatu benda tertentu, berguna bagi siapa saja yang menyimpannya atau
memakainya atau hanya bagi orang yang sesuai (bajodo) dengannya. Berbagai benda
diyakini berkhasiat panas (panasan), berkhasiat dingin (dinginan), menyebabkan
pemakainya tahan terhadap senjata tajam (tagub, kebal) atau kuat perkasa (gancang,
kuat mengangkat atau memukul). Pembicaraan tentang tuah atau khasiat ini meliputi
pula berbagai jimat atau wafak, minyak minyak sakti, dan surah-surah atau ayat-ayat al
Qur'an dan bacaan-bacaan lainnya. Tentang ini akan dibicarakan lebih lanjut dalam
pasal berikutnya (hlm 571 dan seterusnya).16 Contoh tindakan keagamaannya seperti,

16
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 555-556

14
membawa ziarah bayi ke kuburan keramat dan masjid keramat atau candi agung dan
tempat kelainnya., kepuhunan, kasurupan, 17

9. Berkenaan dengan Semangan dean Tuah


Istilah-istilah sumangat (semangat), ngaran (nama), raja (raja) dan ngaran raja
(nama raja) dalam masyarakat penulis kategorikan sebagai semangat, meskipun
mungkin pengertian istilah-istilah tersebut di lapangan tidak sama. Menurut pendapat
penulis semangat ialah "diri" yang lain dari bendanya atau mungkin "jiwa" umum dari
benda tersebut, karena itu dapat terpisah dari bendanya itu. Tentang semangat ini akan
dibicarakan lebih lanjut dalam pasal berikutnya (hlm 570). Berbagai benda, sering batu,
besi atau senjata pusaka (dinamakan wasi tuba, besi tua), kemala atau produk binatang
tertentu, dan tumbuhan atau binatang tertentu dianggap mempunyai khasiat tertentu.
Khasiat ini yang konon banyak macamnya penulis kategorikan sebagai tuab, dan konon
ada yang dipunyai oleh sesuatu jenis benda tertentu, sesuatu benda tertentu, berguna
bagi siapa saja yang menyimpannya atau memakainya atau hanya bagi orang yang
sesuai (bajodo) dengannya.
Berbagai benda diyakini berkhasiat panas (panasan), berkhasiat dingin (dinginan),
menyebabkan pemakainya tahan terhadap senjata tajam (tagub, kebal) atau kuat perkasa
(gancang, kuat mengangkat atau memukul). Pembicaraan tentang tuah atau khasiat ini
meliputi pula berbagai jimat atau wafak, minyak minyak sakti, dan surah-surah atau
ayat-ayat al Qur'an dan bacaan-bacaan lainnya. Tentang ini akan dibicarakan lebih
lanjut dalam pasal berikutnya (hlm 571 dan seterusnya) 18. Contoh tindakan
keagamaannya seperti minyak sakti, yang diolehkan dan berkhasiat sebagai minyak
guna-guna dan minya pelaris berdagang (minyak kukang, minyak bulun parindu,
minyak barencong), diminum dan menyebabkan kebal (minyak rangka-ramgka oramh,
minyak gajah), atau menyebabkan lukis yang bagaimanapun parahnya akan segera
17
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 568-570
18
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 556-557

15
bertaut dan smebuk kembali dia bintang tampak pula untuk mengharapkan minyak
luka.19

b. Islam Dan Perubahan Sosial Budaya Dalam Masyarakat Banjar


Seiring dengan perkembangan zaman, ada beberapa dari adat kebiasaan
Banjar yang tergeser. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan sosial. Masyarakat
yang tinggal di kampung, mereka masih memegang teguh adat istiadat yang
berlaku sejak zaman nenek moyang. Tetapi mereka yang tinggal di kota
mayoritas lebih sibuk dengan rutinitas pekerjaan maupun urusan mereka masing-
masing. Sehingga untuk melaksanakan kegiatan yang masih dijunjung tinggi di
Banjar tersebut tidak ada waktu lagi. Padahal mereka mengetahui bahwa
kegiatan tersebut sakral dan menjadikan sebuah tradisi berbeda dengan daerah
lain di Indonesia.
Menurut Selo Soemardjan, Perubahan Sosial adalah segala perubahan pada
berbagai lembaga masyarakat dalam suatu lingkungan masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosial, termasuk di dalamnya nilai sosial, sikap, pola
perilaku antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Berikut ini ada beberapa perubahan sosial budaya di dalam masyarakat Banjar :

a. Tradisi Baayun Maulid


Latar belakang atau sejarah awal mulanya dilaksanakan upacara Baayun
Maulid di Desa Banua Halat kiri pada prinsipnya tidak lepas dari prosesi
maayun anak dalam acara aruh ganal yang biasa dilaksanakan oleh orang-orang
Dayak sebelum mereka memeluk agama Islam.
Setelah mereka memeluk agama Islam, maka acara ini kemudian
mengalami proses akulturasi dan islamisasi oleh para juru dakwah yang
menyampaikan Islam ke daerah ini. Walaupun sudah mengalami proses

19
Alfani Daid, Islam & Masyarakat Banjar “Diksripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar”, (Jakarta,
Pt RajaGrafindo Persada: 1997) ,… hlm 570-572

16
akulturasi dan islamisasi, namun konsep awal dari kegiatan ini terkadang masih
diyakini oleh sebagian masyarakat yang ada di Desa Banua Halat.
Nilai utama yang hendak ditanamkan oleh para ulama dalam upacara
Baayun Anak dan mengisinya dengan pembacaan syair-syair maulid di Desa
Banua Halat tersebut tidak lain sebagai bagian dari strategi dakwah kultural,
yakni bentuk dakwah yang dilakukan melalui pendekatan aspek penjelasan dan
tindakan yang bersifat sosiokultural dan keagamaan, jadi bukan dengan
pendekatan politik. Bisa juga dimaknai sebagai suatu upaya menyampaikan
ajaran Islam dengan mengakomodir budaya lokal serta lebih menyatu dengan
lingkungan hidup masyarakat setempat.
b. Tradisi Basunat
Sunat merupakan proses perjalanan eksistensi seorang manusia dari anak-
anak menuju tahap selanjutnya yakni dewasa. Makna anak-anak secara
psikologis dipahami sebagai kondisi yang cenderung kepada fantasi dan fokus
pada diri sendiri sedangkan, makna dewasa adalah sebaliknya yakni cenderung
pada realitas dan dapat memperhatikan orang lain.
Bahkan di dalam fikih, seseorang yang belum basunat akan dikategorikan
sebagai “najis” dan tidak layak melaksanakan beberapa aktivitas yang
meniscayakan kesucian diri, seperti shalat, nikah. Kemudian basunat juga sering
diiringi dengan upacara selamatan dengan berbagai hidangan. manusia
diingatkan bahwa posisinya antara sesama manusia adalah sama dan sederajat
baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, hubungan antar individual
memiliki kekuasaan yang sama yang meniscayakan setiap individu untuk saling
menghormati dan tidak merampas hak yang lainnya, tidak merendahkan satu
sama lain. jadi manusia antara sesama hendaknya bersikap adil dan menghindari
kedzaliman. Selanjutnya, upacara selamatan menggambarkan sikap untuk
senang berbagi.
Sikap untuk senang berbagi, memberikan bantuan kepada orang lain adalah
sebuah keniscayaan bagi manusia sebab hanya dengan saling membantu manusia
dapat hidup dalam arti yang sebenarnya. Keberadaan manusia sejak lahirnya

17
menggambarkan ketidakberdayaan. Dari bayi, manusia memerlukan orang-orang
yang menyayangi dan melindunginya, ketika menjadi anak-anak, manusia perlu
orang-orang yang mendidik dan mengarahkannya, ketika menjadi dewasa dan
masa tua, manusia perlu orang-orang yang mendampinginya, bahkan ketika
meninggal dunia, manusia perlu orang-orang yang membantunya untuk
menguburkannya. Oleh karena itu, individu yang mengabaikan sosialnya berarti
telah “membunuh” kemanusiaannya sendiri.
c. Tradisi Bahuma Dayak Bakumpai
Siklus kehidupan petani Dayak Bakumpai untuk menunggu masa panen
yang dilakukan sekali setahun, mereka dapat mengisi waktu dengan melakukan
aktivitas pekerjaan non-pertanian dan bertani adalah mata-rantai kehidupan
petani bakumpai yang saling memiliki keterikatan. Meski terjadi perpaduan
antara sains dan perubahan sosial budaya, ternyata petani tidak menerima begitu
saja. Perpaduan antara sains dan perubahan sosial budaya itu dibatasi oleh
kemampuan petani dalam menerapkannya. Adanya kearifan lokal juga yang
dimiliki petani Bakumpai, misalnya di lahan pasang surut tidak hanya dilihat
pada kemampuan bertani, tetapi juga pemilihan lokasi pertanian. Hal tersebut
karena mengantisipasi lahan pertanian yang selalu terluapi air sebagaimana
karakteristik lahan pasang surut type A.
d. Budaya Jujuran pada Adat Perkawinan Banjar
Jujuran berbeda dengan mahar. Jujuran adalah permintaan dari pihak calon
mempelai perempuan kepada calon mempelai laki-laki, sedangkan
mahar/maskawin adalah kerelaan hati calon mempelai laki-laki untuk
memberikan maskawin/mahar kepada calon mempelai perempuan. Pada
masyarakat Banjarmasin yang berada di kota, mayoritas mereka sudah tidak
menentukan jujuran kepada calon mempelai laki-laki. Namun, pada masyarakat
Banjarmasin di wilayah tertentu masih menggunakan jujuran tersebut sebagai
prasyarat untuk menikah.
e. Pasar Terapung Banjarmasin

18
Keunikan wilayah Kalimantan Selatan yang tidak dijumpai pada wilayah lain di
Indonesia, salah satunya adalah kebiasaan bertransaksi jual-beli di atas air
dengan menggunakan perahu yang sering disebut dengan pasar terapung. Karena
perahu yang digunakan untuk jual-beli mengapung di atas air. Jual-beli yang
dilakukan pun sesuai ajaran Islam yaitu adanya penjual dan pembeli serta adanya
barang yang dijual.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

20
DAFTAR PUSTAKA

21

Anda mungkin juga menyukai