Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Umar lahir di Madinah[2][3] pada tahun 682. Sebagian sumber menyatakan bahwa dia lahir
di Mesir. Ayahnya adalah 'Abdul-'Aziz, putra Khalifah Marwan bin al-Hakam yang
merupakan sepupu Khalifah 'Utsman bin 'Affan. Ibunya adalah Laila, cucu Khalifah
'Umar bin Khattab.[4]
Menurut tradisi Sunni, keterkaitan silsilah antara 'Umar bin Abdul 'Aziz dengan 'Umar
bin Khattab bermula pada suatu malam di masa 'Umar bin Khattab. Saat sedang beronda
malam, 'Umar bin Khattab mendengar percakapan antara seorang gadis dan ibunya dari
keluarga pedagang susu. Sang gadis menolak mencampur susu dengan air sebagaimana
yang diperintahkan ibunya lantaran terdapat larangan dari khalifah mengenai hal tersebut
dan mengatakan bahwa Allah melihat perbuatan mereka meski 'Umar bin Khattab sendiri
tidak mengetahui. Kagum akan kejujurannya, 'Umar memerintahkan salah seorang
putranya, 'Ashim, untuk menikahi gadis tersebut. Dari pernikahan ini, lahirlah Laila,
ibunda 'Umar bin 'Abdul 'Aziz.

'Umar lahir pada saat kekhalifahan dalam kepemimpinan Bani Sufyani, cabang Bani
Umayyah yang merupakan keturunan Abu Sufyan bin Harb. Pada masa Khalifah Yazid,
perasaan tidak suka dari penduduk Madinah terhadap Yazid meluas menjadi sentimen
anti-Umayyah, sehingga semua anggota Bani Umayyah diusir dari Madinah.

Setelah masa kekhalifahan Mu'awiyah bin Yazid berakhir pada 684, kendali Umayyah
atas kekhalifahan sempat runtuh dan banyak pihak berbalik mendukung 'Abdullah bin
Zubair, khalifah pesaing Umayyah yang berpusat di Makkah. Umayyah kembali
menguatkan pengaruhnya saat Marwan diangkat menjadi khalifah di Syria. Putra
Marwan, 'Abdul-Malik, ditetapkan sebagai Gubernur Palestina dan putra mahkota,
sedangkan putra Marwan yang lain, 'Abdul 'Aziz, ditetapkan sebagai Gubernur Mesir dan
wakil putra mahkota.[5] Setelah Marwan mangkat, 'Abdul Malik menjadi khalifah,
sedangkan kedudukan 'Abdul 'Aziz naik menjadi putra mahkota sekaligus masih tetap
mempertahankan kepemimpinannya atas Mesir sebagai gubernur.

Umar bin 'Abdul 'Aziz menghabiskan sebagian masa kecilnya di wilayah kekuasaan
ayahnya di Mesir, utamanya di kota Helwan.[3] Meski begitu, dia menerima pendidikan di
Madinah yang saat itu kepemimpinan kota tersebut sudah diambil alih kembali oleh pihak
Umayyah pada 692. Menghabiskan masa mudanya di sana, 'Umar menjalin hubungan erat
dengan orang-orang saleh dan perawi hadits.[3]

Di penghujung usia, 'Abdul Malik ingin agar takhta kelak diwariskan kepada putranya,
Al-Walid, dan bukan kepada 'Abdul 'Aziz. 'Abdul 'Aziz menolak menyerahkan
kedudukannya sebagai putra mahkota, tetapi perselisihan dapat dihindari lantaran 'Abdul
'Aziz wafat lebih dulu dari 'Abdul Malik. 'Abdul Malik kemudian menobatkan Al-Walid
sebagai putra mahkota. Selain itu, 'Abdul Malik memanggil 'Umar ke Damaskus dan
menikahkannya dengan putrinya sendiri, Fatimah.[3

1.2 Rumusan Masalah


1. Siapakah Umar Bin Abdul Aziz?
2. Bagaimana Usaha – Usaha Umar Bin Abdul Aziz?
3. Apa Jasa – Jasa Umar Bin Abdul Aziz?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Siapakah Umar Bin Abdul Aziz
2. Untuk mengetahui Bagaimana Usaha – Usaha Umar Bin Abdul Aziz
3. Untuk mengetahui Jasa – Jasa Umar Bin Abdul Aziz

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biografi Umar Bin Abdul Aziz

Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz, ya begitulah rakyatnya memanggilnya.


Seorang pemimpin yang saleh, kharimastik, bijaksana, dan dekat dengan rakyatnya.
Sosoknya yang begitu melegenda tentu membuat hati penasaran untuk mengenalnya.
Peristiwa-peristiwa pada pemerintahannya menimbulkan rasa cinta untuk meneladaninya.
Berikut ini bersama kita simak biografi singkat dari sang khalifah yang mulia.

Ia adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Al-Hakam bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin
Abd Syams bin Manaf, seorang imam dalam permasalahan agama dan dunia, penghafal hadis
nawabi, mujtahid, laki-laki yang zuhud, pula ahli ibadah, sosok yang benar-benar layak
digelari pemimpin orang-orang yang beriman. Ia dikenal juga dengan Abu Hafs, nasabnya
Al-Qurasyi Al-Umawi.

Ayahnya adalah Abdul Aziz bin Marwan, salah seorang dari gubernur Klan Umayah. Ia
seorang yang pemberani lagi suka berderma. Ia menikah dengan seorang wanita salehah dari
kalangan Quraisy lainnya, wanita itu merupakan keturunan Umar bin Khattab, dialah Ummua
Ashim binti Ashim bin Umar bin Khattab, dialah ibu Umar bin Abdul Aziz. Abdul Aziz
merupakan laki-laki yang saleh yang baik pemahamannya terhadap agama. Ia merupakan
murid dari sahabat senior Abu Hurairah.

Ibunya Ummu Ashim, Laila binti Ashim bin Umar bin Khattab. Bapaknya Laila merupakan
anak Umar bin Khattab, ia sering menyampaikan hadis nabi dari Umar. Ia adalah laki-laki
dengan perawakan tegap dan jangkung, satu dari sekian laki-laki mulia di zaman tabi’in. Ada
kisah menarik mengenai kisah pernikahannya, kisah ini cukup penting untuk diketengahkan
karena dampak kejadian ini membekas kepada keturunannya, yakni Umar bin Abdul Aziz.

Cerita ini dikisahkan oleh Abdullah bin Zubair bin Aslam dari ayahnya dari kakeknya yang
bernama Aslam. Ia menuturkan, “Suatu malam aku sedang menemani Umar bin Khattab
berpatroli di Madinah. Ketika beliau merasa lelah, ketika beliau merasa lelah, beliau
bersandar ke dinding di tengah malam, beliau mendengar seorang wanita berkata kepada
putrinya, ‘Wahai putriku, campurlah susu itu dengan air.’ Maka putrinya menjawab, ‘Wahai
ibunda, apakah engkau tidak mendengar maklumat Amirul Mukminin hari ini?’ Ibunya
bertanya, ‘Wahai putriku, apa maklumatnya?’ Putrinya menjawab, ‘Dia memerintahkan
petugas untuk mengumumkan, hendaknya susu tidak dicampur dengan air.’ Ibunya berkata,
‘Putriku, lakukan saja, campur susu itu dengan air, kita di tempat yang tidak dilihat oleh
Umar dan petugas Umar.’ Maka gadis itu menjawab, ‘Ibu, tidak patut bagiku menaatinya di
depan khalayak demikian juga menyelesihinya walaupun di belakang mereka.’ Sementara
Umar mendengar semua perbincangan tersebut. Maka dia berkata, ‘Aslam, tandai pintu
rumah tersebut dan kenalilah tempat ini.’ Lalu Umar bergegas melanjutkan patrolinya.

Di pagi hari Umar berkata, ‘Aslam, pergilah ke tempat itu, cari tahu siapa wanita yang
berkata demikian dan kepada siapa dia mengatakan hal itu. Apakah keduanya mempunyai
suami?’ Aku pun berangkat ke tempat itu, ternyata ia adalah seorang gadis yang belum
bersuami dan lawan bicaranya adalah ibunya yang juga tidak bersuami. Aku pun pulang dan
mengabarkan kepada Umar. Setelah itu, Umar langsung memanggil putra-putranya dan
mengumpulkan mereka, Umar berkata, ‘Adakah di antara kalian yang ingin menikah?’

3
Ashim menjawab, ‘Ayah, aku belum beristri, nikahkanlah aku.’ Maka Umar meminang gadis
itu dan menikahkannya dengan Ashim. Dari pernikahan ini lahir seorang putri yang di
kemudian hari menjadi ibu bagi Umar bin Abdul Aziz.”

Diriwayatkan bahwa pada suatu malam Umar bin Khattab bermimpi, dia berkata,
“Seandainya mimpiku ini termasuk tanda salah seorang dari keturunanku yang akan
memenuhinya dengan keadilan (setelah sebelumnya) dipenuhi dengan kezaliman. Abdullah
bin Umar mengatakan, “Sesungguhnya keluarga Al-Khattab mengira bahwa Bilal bin
Abdullah yang mempunyai tanda di wajahnya.” Mereka mengira bahwa dialah orang yang
dimaksud, hingga Allah kemudian menghadirkan Umar bin Abdul Aziz.

Kelahiran dan Wafatnya

Ahli sejarah berpendapat bahwa kelahiran Umar bin Abdul Aziz terjadi di tahun 61 H. Ia
dilahirkan di Kota Madinah An-Nabawiyah, pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah.
Umar bin Abdul Aziz tidak memiliki usia yang panjang, ia wafat pada usia 40 tahun, usia
yang masih relatif muda dan masih dikategorikan usia produktif. Namun, di balik usia yang
singkat tersebut, ia telah berbuat banyak untuk peradaban manusia dan Islam secara khusus.

Ia dijuluki Asyaj Bani Umayah (yang terluka di wajahnya) sebagaimana mimpi Umar bin
Khattab.

Saudara-Saudara Umar bin Abdul Aziz

Abdul Aziz bin Marwan (bapak Umar), mempunyai sepuluh orang anak. Mereka adalah
Umar, Abu Bakar, Muhammad, dan Ashim. Ibu mereka adalah Laila binti Ashim bin Umar
bin Kahttab. Abdul Aziz mempunyai enam anak dari selain Laila, yaitu Al-Ashbagh, Sahal,
Suhail, Ummu Al-Hakam, Zabban dan Ummul Banin. Ashim (saudara Umar) inilah yang
kemudian menjadi kunyah ibunya (Laila Ummu Ashim).

Anak-Anak Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz mempunyai empat belas anak laki-laki, di antara mereka adalah Abdul
Malik, Abdul Aziz, Abdullah, Ibrahim, Ishaq, Ya’qub, Bakar, Al-Walid, Musa, Ashim,
Yazid, Zaban, Abdullah, serta tiga anak perempuan, Aminah, Ummu Ammar dan Ummu
Abdillah.

Pada saat Umar bin Abdul Aziz wafat, ia tidak meninggalkan harta untuk anak-anaknya
kecuali sedikit. Setiap anak laki-laki hanya mendapatkan jatah 19 dirham saja, sementara satu
anak dari Hisyam bin Abdul Malik (khalifah Bani Umayah lainnya) mendapatkan warisan
dari bapaknya sebesar satu juta dirham. Namun beberapa tahun setelah itu salah seorang anak
Umar bi Abdul Aziz mampu menyiapkan seratus ekor kuda lengkap dengan perlengkapannya
dalam rangka jihad di jalan Allah, pada saat yang sama salah seorang anak Hisyam menerima
sedekah dari masyarakat.

Istri-Istrinya

Istri pertamanya adalah wanita yang salehah dari kalangan kerajaan Bani Umayah, ia
merupakan putri dari Khalifah Abdul Malik bin Marwan yaitu Fatimah binti Abdul Malik. Ia
memiliki nasab yang mulia; putri khalifah, kakeknya juga khalifah, saudara perempuan dari

4
para khalifah, dan istri dari khalifah yang mulia Umar bin Abdul Aziz, namun hidupnya
sederhana.

Istrinya yang lain adalah Lamis binti Ali, Ummu Utsman bin Syu’aib, dan Ummu Walad.

Ciri-Ciri Fisik Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz berkulit cokelat, berwajah lembut dan tampan, berperawakan ramping,
berjanggut rapi, bermata cekung, dan di keningnya terdapat bekas luka akibat sepakan kaki
kuda. Ada pula yang mengatakan, ia berkulit putih, berwajah lembut dan tampan,
berperawakan ramping dan berjenggot rapi.

2.2 Usaha – Usaha Khalifah Umar Bin Abdul Aziz

2.2.1 Bidang agama


Berikut usaha khalifah umar bin abdul aziz dalam bidang agama

1. Menghidupkan kembali ajaran al-qur’an dan sunah nabi


2. Mengadakan kerja sama dengan ulama-ulama besar, seperti hasan al basri dan
sulaiman bin umar
3. Menerapkan hukum berdasarkan syariah islam dengan tegas
4. Mengupayakan pegumpulan hadis-hadis untuk dipilih antra hadis sahih dan palsu
yang dikerjakan oleh imam muhammad bin muslim bin syihab az zuhri

2.2.2 Bidang pengetahuan


Di bidang ilmu pengetahuan, khalifah umar bin abdul aziz serius mengadakan
pendalaman berbagai ilmu pengetahuan. Dia memindahkan sekolah kedokteran
iskadariyah (mesir) ke antioksa dan harran (turki)

2.2.3 Bidang sosial Politik


Di bidang sosial politk, khalifah umar bin abdul aziz melaksanakan gebrekaan besar-
besaran antara lain:

 Mengutamakan perilaku politk yang berlandasakan nilai kebenaran dan keadilan

 Mengutus delegasi untuk mengawasi kinerja para gebernur di berbagai daerah


agar tetap menerapkan kebenaran dan keadilan dalam memimpin

 Menggeser kedudukan gebernur yang tidak melaksanakan perintah agama dengan


kaaffah dan menzalimi rakyad

2.2.4 Bidang ekonomi


Upaya yang dilakukan khalifah umar bin abdul aziz di bidang ekonomi antara lain:

5
1. Meringankan pajak bagi rakyat
2. Menerbitkan aturan tentang pelaksanaan timbangan dan takaran
3. Memberantas model kerja paksa
4. Memberdayakan lahan pertanian, irigasi , membangun sumur-sumur dan jalan
raya
5. Memperhatikan fakir miskin dan anak yatim

2.2.5 Bidang militer


Khlalifah umar bin abdul aziz tidak mengutamakan bidang militer dalam
kepemimpinannya, artinya ia tidak memiliki angkatan perang yang kuat. hal itu
disebabkan kepemimpinannya berorintasi pada upaya menciptakan kesejahteraan
rakyat. Sehingga ia lebih cendrung memprioritas pembangunan dalam negeri.

2.2.6 Bidang dakwah dan perluasan wilyah


Sebagaimana orientasi kepemimpinannya, maka khalifah umar bin abdul aziz
berkeyakinan bahwa untuk memperluas wilyah lebih efektif bila dilakukan melalui
dakwah dan penekanan pada amar ma’ruf nahi munkar, bukan menggunakan militer.

Tradisi lama yang mencela ali bin abi thalib beserta keluarganya pada setiap khutbah
shalat jum’at atau tidak lagi dilakukan oleh khalifah umar bin abdul aziz karena
menurutnya hal ini tidak baik. Ia lebih suka membacakan firman allah.swt yang
tercantum dalam al-quran suah An-nahl/16 ayat 90 artinya.

“sesungguhnya allah menyuruh ( kamu ) berlaku adil berbuat kebajikan, memberi


kepada kerabat, dan allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan, dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran”

2.3 Jasa-jasa khlalifah umar bin abdul aziz

Khalifah umar bin abdul aziz benyak sekali meninggalkan jasa, antara lain:

 Menumbuhkan rasa perdamaian berdasarkan pada syariat islam

 Menciptakan kesejahteraan rakyat

 Menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia

 Menerbitkan undang-undang tentang pertahanan berdasarkan keadilan

 Membuka lahan pertanian yang diserta dengan sistem irigasi

 Mendirikan masjid-masjid sebagai sarana dakwah

6
 Menganggarkan dana bagi masyarakat yang kurang mampu

 Membukukan banyak sekali hadist-hadist rasulullah saw

Demikianlah uraian singakat tentang umar bin abdul aziz yang menjadi khalifah dalam waktu
singkat yaitu dua setangah tahun, tetepi prestasi yang telah dilakukan sangat luar biasa.
Pembangunan di segala bidang telah dia hasilkan, terutama kesejahteraan rakyad. Dalam
memimpin ia selalu memberi

contoh : misalnya menerapkan gaya hidup sederhana sebagimana khulafaur rasyidin , tidak
memperkaya diri ataupun korupsi

Segera setalah menjadi khalifah, umar bin abdul aziz meninggalkan kesukaanya yaitu
mengenakan pakaian dari bahan sutera barganti lebih suka mengenakan pakaian dari bahan
yang sederhana.

Ia juga meninggalkan kesukaanya memakai wewangian. Seluruh harta kekayaan miliknya


dan milik istrinya yang berupa tanah perkebunan dan perhiasan di jual kemudian uangnya
diserahkan ke baitul mal. Khalifah umar bin abdul aziz juga mengharmkan dirinya untuk
menggunakan kekayaan negera bagi diri dan keluarganya

Sifat dan sikap kepribadiannya tidak lepas dari kehidupannya pada masa mudanya yang
banyak mempelajari AL-Qur’an dan sunnah nabi saw. Serta dekat dengan para ulama.

7
BAB III
PENUTUP
2.2 Kesimpulan

Demikian itulah keadaan peradaban Islam pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz
yang penuh dengan kebijakan-kebijakan yang dapat mensejahterakan rakyat. Beliau
adalah khalifah yang dianggap datang tepat pada waktunya. Umar bin Abdul Aziz
merupakan seorang khalifah yang dilahirkan oleh orang-orang yang memang
mempunyai sifat mulia yang akhirnya bisa diturunkan pada khalifah tersebutu ini.
Pada waktu terpilihnya beliau menjadi khalifah sebagai pengganti khalifah
sebelumnyapun sudah menunjukan bahwa beliau sebenarnya tidak menginginkan
jabatan yang amat berat itu. Tetapi karena rasa tanggung jawabnya dan kebijakan-
kebijakan serta sifat-sifat yang mulialah beliau mampu mensejahterakan rakyatnya
pada masa itu. Diantara keijakan-kebijakannya pada pemerintahannya yaitu beliau
menempatkan orang-orang yang sesuai pada jabatan-jabatan penting. Karena beliau
lebih memperhatikan kebijakan dalam negerilah yang akhirnya membuat
pemerintahannya lebih menonjol.
Dan yang terpenting adalah bagaimana upaya kita menghadirkan sosok umar bin
abdul Aziz di tengah peradaban saat ini yang gagal dan penuh kekacauan. Dengan
berjuang mewujudkanya di tengah-tengah kehidupan kita. Tentunya butuh semangat
dan keistiqomahan dalam berjuang.
Peradaban Islam telah mmeberi gamabarn jelas aan kejayaan dan yang mampu
melahirkan generasi emas yang menerangi bumi dan segala isinya dengan kemuliaan
islam.

Anda mungkin juga menyukai