Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Shalawat dan salam sejahtera
disamaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya ke jalan yang
benar.
Judul makalah ini ALIRAN MUTAZILAH. Makalah ini sebagai salah satu tugas yang
harus diselesaikan sebagai syarat mengikuti Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) pada Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) CILAMAYA.
Selesainya makalah ini berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1.
2.
3.
4.

Bapak Drs.H.Kusnawan,M.PMat, kepala MAN CILAMAYA.


Ibu Rita Nurmayanti Amas,S.Pd, wali kelas XII IPA2.
Bapak Rakhmat Setiawan,S.Pd, guru bidang study Aqidah Akhlak.
Petugas perpustakaan.
Akhirnya, hanya kepada Allah jualah segalanya diserahkan. Semoga semua pihak
mendapat balasan yang setimpal.
Amin!!
Cilamaya, 26 Oktober 2015
Penulis,

Ratna Dita Ilfana

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................
B. Rumusan Masalah ............................................................................................
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................
D. Metode Penulisan ............................................................................................
E. Sistematika Penulisan ......................................................................................

1
1
1
1
1

BAB II PEMBAHASAN
A. Asal Usul Aliran Mutazilah.............................................................................
B. Penamaan Aliran Mutazilah ...........................................................................
C. Gerakan Aliran Mutazilah ..............................................................................
D. Ajaran Ajaran Pokok Aliran Mutazilah .......................................................

2
2
3
4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Saran ................................................................................................................

7
7

DAFTAR PUSTAKA

........................................................8

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara harifah kata mutazilah barasal dari Itazilah yang berarti berpisah atau
memisahkan diri, yang berarti juga menjauh dan menjauhkan diri. Aliran mutazilah
merupakan aliran teologi islam yang terbesar dan tertua, yang telah memainkan peranan
penting dalam sejarah pemikiran dunia islam. Aliran mutazilah lahir kurang lebih pada
permulaan abad pertama hijrah di kota Basrah (Irak).
Akan tetapi tidak semuanya memeluk aliran ini dengan segala keikhlasan. Ketidak
ikhlasan ini terutama dimulai sejak permulaan masa pemerintahan khilafat Umawi,
disebabkan karena khilafah-khilafah Umawi memonopoli segala kekuasaan negara kepada
orang-orang Islam dan bangsa Arab sendiri. Dalam hal ini maka akan dibahas mengenai
mutazilah lebih luas lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal-usul Aliran Mutazilah?
2. Bagaimana penamaan Aliran Mutazilah?
3. Bagaimana gerakan Aliran Mutazilah?
4. Bagaimana ajaran-ajaran pokok Aliran Mutazilah?
C. Tujuan Penulisan
1. Penulis ingin mengetahui asal-usul Aliran Mutazilah.
2. Penulis ingin mengetahui penamaan Aliran Mutazilah.
3. Penulis ingin mengetahui gerakan Aliran Mutazilah.
4. Penulis ingin mengetahui ajaran-ajaran pokok Aliran Mutazilah.
D. Metode Penulisan.
Karya tulis ini menggunakan metode kepustakaan. Dalam pelaksanaannya penulis
menggunakan buku sebagai referensi.
E. Sistematika Penulisan.
Makalah ini terdiri atas tiga bab. Bab I Pendahuluan berisi : latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II Pembahasan
berisi : asal-usul Aliran Mutazilah, penamaan Aliran Mutazilah, gerakan Aliran Mutazilah,
dan ajaran-ajaran pokok Aliran Mutazilah. Bab III Penutup berisi : kesimpulan dan saran.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Asal Usul Kemunculan Mutazilah

Kaum
Mu`tazilah
merupakan
sekelompok
manusia
yang
pernah menggemparkan dunia Islam selama lebih dari 300 tahun akibat
fatwa-fatwa mereka yang menghebohkan, selama waktu itu pula
kelompok ini telahmenumpahkan ribuan darah kaum muslimin terutama
para ulama Ahlus Sunnah yang bersikukuh dengan pedoman mereka.
Sejarah munculnya aliran Mutazilah oleh para kelompok pemuja aliran
Mutazilah tersebut muncul di kotaBasrah (Iraq) pada abad ke 2 Hijriyah,
tahun 105 - 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul
Malik Bin Marwan dan khalifah Hisyam Bin AbdulMalik. Pelopornya adalah
seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang
bernama Washil bin Atha Al-Makhzumi Al-Ghozzal.
Secara umum, aliran Mutazilah melewati dua fase yang berbeda. Fase
Abbasiyah (100 H - 237 M) dan fase Bani Buwaihi (334 H). Generasi
pertama mereka hidup di bawah pemerintahan Bani Umayah untuk waktu
yang tidak terlalu lama. Kemudian memenuhi zaman awal Daulah
Abbasiyah dengan aktivitas, gerak, teori, diskusi dan pembelaan terhadap
agama, dalam suasana yang dipenuhi oleh pemikiran baru. Dimulai di
Basrah. Kemudian di sini berdiri cabang sampai ke Baghdad. Orang-orang
Mutazilah Basrah bersikap hati-hati dalam menghadapi masalah politik,
tetapi kelompok Mutazilah Baghdad justru terlibat jauh dalam politik.
Mereka ambil bagian dalam menyulut dan mengobarkan api inquisisi
bahwa Al Quran adalah makhluk.
Memang pada awalnya Mutazilah menghabiskan waktu sekitar dua
abad untuk tidak mendukung sikap bermazhab, mengutamakan sikap
netral dalam pendapat dan tindakan. Konon ini merupakan salah satu
sebab mengapa mereka disebut Mutazilah. Mutazilah tidak mengisolir
diri dalam menanggapi problematika imamah sebagai sumber
perpecahan pertama- tetapimengambil sikap tengah dengan mengajukan
teori al manzilah bainal manzilatain. Akan tetapi di bawah tekanan
Asyariah nampaknya mereka berlindung kepada Bani Buwaihi.
B. Penamaan Mutazilah

Mutazilah, secara etimologis bermakna: orang-orang yang memisahkan


diri. Sebutan ini mempunyai suatu kronologi yang tidak bisa dipisahkan
dengan sosok Al-Hasan Al-Bashri, salah seorang imam di kalangan tabiin.
2

Asy-Syihristani berkata: (Suatu hari) datanglah seorang laki-laki kepada


Al-Hasan Al-Bashri seraya berkata: Wahai imam dalam agama, telah
muncul di zaman kita ini kelompok yang mengkafirkan pelaku dosa besar
(di bawah dosa syirik). Dan dosa tersebut diyakini sebagai suatu kekafiran
yang dapat mengeluarkan pelakunya dari agama, mereka adalah kaum
Khawarij. Sedangkan kelompok yang lainnya sangat toleran terhadap
pelaku dosa besar (di bawah dosa syirik), dan dosa tersebut tidak
berpengaruh terhadap keimanan. Karena dalam madzhab mereka, suatu
amalan bukanlah rukun dari keimanan dan kemaksiatan tidak
berpengaruh
terhadap
keimanan
sebagaimana
ketaatan
tidak
berpengaruh terhadap kekafiran, mereka adalah Murjiah umat ini.
Bagaimanakah pendapatmu dalam permasalahan ini agar kami bisa
menjadikannya sebagai prinsip (dalam beragama)?
Al-Hasan Al-Bashri pun berpikir sejenak dalam permasalahan tersebut.
Sebelum beliau menjawab, tiba-tiba dengan lancangnya Washil bin Atha
berseloroh: Menurutku pelaku dosa besar bukan seorang mukmin, namun
ia juga tidak kafir, bahkan ia berada pada suatu keadaan di antara dua
keadaan, tidak mukmin dan juga tidak kafir. Lalu ia berdiri dan duduk
menyendiri di salah satu tiang masjid sambil tetap menyatakan
pendapatnya tersebut kepada murid-murid Hasan Al-Bashri lainnya. Maka
Al-Hasan Al-Bashri berkata:
Washil telah memisahkan diri
dari kita, maka disebutlah dia dan para pengikutnya dengan sebutan
Mutazilah. Pertanyaan itu pun akhirnya dijawab oleh Al-Hasan Al-Bashri
dengan jawaban Ahlussunnah Wal Jamaah: Sesungguhnya pelaku dosa
besar (di bawah dosa syirik) adalah seorang mukmin yang tidak sempurna
imannya. Karena keimanannya, ia masih disebut mukmin dan karena dosa
besarnya ia disebut fasiq (dan keimanannya pun menjadi tidak
sempurna).
Versi lain dikemukakan oleh Al-Baghdadi. Ia mengatakan bahwa Wasil
dan temannya,Amr bin Ubaid bin Bab, diusir oleh Hasan Al Basri dari
majelisnya karena adanya pertikaian diantara mereka tentang masalah
qadar dan orang yang berdosa besar.Keduanya menjauhkan diri dari
Hasan Al Basri dan berpendapat bahwa orang yang berdosa besar itu
tidak mukmin dan tidak pula kafir. Oleh karena itu golongan ini
dinamakanMutazilah.
Versi lain dikemukakan Tasy Kubra Zadah yang menyatakan bahwa
Qatadah bin Damah pada suatu hari masuk mesjid Basrah dan bergabung
dengan majelis Amr bin Ubaid yang disangkanya adalah majlis Hasan Al
Basri. Setelah mengetahuinya bahwa majelis tersebut bukan majelis
Hasan Al Basri, ia berdiri dan meninggalkan tempat sambil berkata,ini
3

kaum Mutazilah. Sejak itulah kaum tersebut dinamakan Mutazilah.AlMasudi memberikan keterangan tentang asal-usul kemunculan Mutazilah
tanpa menyangkut-pautkan dengan peristiwa antara Washil dan Hasan Al
Basri. Mereka diberi nama Mutazilah, katanya, karena berpendapat
bahwa orang yang berdosa bukanlah mukmin dan bukan pula kafir, tetapi
menduduki tempat diantara kafir dan mukmin (al-manzilah bain almanzilatain).
C. Gerakan Kaum Mu`tazilah

Gerakan kaum Mu`tazilah pada mulanya memiliki dua cabang yaitu :


a. Di Basrah (Iraq) yang dipimpin oleh Washil Ibn Atha` dan Amr Ibn Ubaid
dengan murid-muridnya, yaitu Ustman bin Ath Thawil , Hafasah bin Salim
dll. Ini berlangsung pada permulaan abad ke 2 H. Kemudian pada awal
abad ke 3 H wilayah Basrah dipimpin oleh Abu Huzail Al-Allah (wafat 235),
kemudian Ibrahim bin Sayyar (211 H) kumudian tokoh Mu`tazilah lainnya.
b. Di Bagdad (iraq) yang dipimpin dan didirikan oleh Basyir bin AlMu`tamar salah seorang pemimpin Basrah yang dipindah ke Bagdad
kemudian mendapat dukungan dari kawan-kawannya, yaitu Abu Musa AlMusdar, Ahmad bin Abi Daud dll. Inilah imam-imam Mu`tazilah di sekitar
abad ke 2 dan ke 3 H. Di Basrah dan di Bagdad, khalifah-khalifah Islam
yang terang-terangan menganut dan mendukung aliran ini adalah:
1. Yazid bin Walid (Khalifah Bani Umayyah yang berkuasa pada tahun 125126 H)
2. Ma`mun bin Harun Ar-Rasyid (Khalifah Bani Abbasiah 198-218 H)
3. Al- Mu`tashim bin Harun Ar-Rasyid (Khalifah Bani Abbasiah 218-227 H)
4. Al- Watsiq bin Al- Mu`tashim (Khalifah Bani Abbasiah 227-232 H)
Diantara golongan ulama Mu`tazilah lainya adalah :
1) Utsman Al- Jahidz, pengarang kitab Al- Hewan (wafat 255 H)
2) Syarif Radhi (406 H)
3) Abdul Jabbar bin Ahmad yang terkenal dengan sebutan Qadhi`ul
Qudhat.
4) Syaikh Zamakhsari pengarang tafsir Al- Kasysyaf (528 )
5) Ibnu Abil Hadad pengarang kitab Syarah Nahjul Balaghah (655)
D. Ajaran-ajaran pokok aliran mu,tazila
Abu Hasan Al- Kayyath berkata dalam kitabnya Al- Intisar Tidak ada
seorang pun yang berhak mengaku sebagai penganut Mu`tazilah sebelum
ia mengakui Al- Ushul Al- Khamsah ( lima landasan pokok ) yaitu Tauhid, Al
- Adl, Al- Wa`du Wal Wai`id, Al- Manzilah Baina Manzilatain, dan Al Amr bi
Al Maruf wa Al Nahi an Al Munkar.
1. At- Tauhid (ke-Esaan)
At-tauhid (pengesaan Tuhan) merupakan prinsip utama dan intisari
ajaranmutazilah. Sebenarnya, setiap mazhab teologis dalam islam
4

memegang doktrin ini.Namun bagi mutazilah ,tauhid memiliki arti yang


spesifik. Tuhan harus disucikan dari segala sesuatu yang dapat
mengurangi arti kemahaesaannya.Untuk memurnikan keesaan Tuhan,
Mutazilah menolak konsep Tuhan memiliki sifat-sifat. Konsep ini bermula
dari founding father aliran ini, yakni Washil bin Atho. Ia mengingkari
bahwa mengetahui, berkuasa, berkehendak, dan hidup adalah termasuk
esensi Allah. Menurutnya, jika sifat-sifat ini diakui sebagai kekal-azali, itu
berarti terdapat pluralitas yang kekal dan berarti bahwa kepercayaan
kepada Allah adalah dusta belaka. Namun gagasan Washil ini tidak mudah
diterima. Pada umumnya Mutaziliyyah mereduksi sifat-sifat Allah menjadi
dua, yakni ilmu dan kuasa, dan menamakan keduanya sebagai sifat-sifat
esensial. Selanjutnya mereka mereduksi lagi kedua sifat dasar ini menjadi
satu saja, yakni keesaan.
Doktrin tauhid Mutazilah lebih lanjut menjelaskan bahwa Tuhan dapat
dilihat dengan mata kepala. Juga,keyakinan tidak ada satupun yang dapat
menyamai Tuhan, begitupula sebaliknya, Tuhan tidak serupa dengan
makhluk-Nya. Tegasnya Mutazilah menolak antropomorfisme. Penolakan
terhadap paham antropomorfistik bukan semat-mata atas pertimbanagan
akal, melainkan memiliki rujukan yang yang sangat kuat di dalam Al
quran yang berbunyi (artinya) : tidak ada satupun yang
menyamainya . ( Q.S.Assyura : 9 ).

2. Al Adl (keadilan Tuhan)


Ajaran dasar Mutazilah yang kedua adalah al-adl, yang berarti Tuhan
Maha Adil. Adil ini merupakan sifat yang paling gamblang untuk
menunjukkan kesempurnaan, karena Tuhan Maha sempurna dia pasti
adil.Faham ini bertujuan ingin menempatkan Tuhan benar-benar adil
menurut sudut pandang manusia. Tuhan dipandang adil apabila bertindak
hanya yang baik dan terbaik. Begitupula Tuhan itu adil bila tidak
melanggar janjinya.
Dengan demikian Tuhan terikat dengan janjinya. Merekalah golongan
yang mensucikan Allah daripada pendapat lawannya yang mengatakan:
bahwa Allah telah mentaqdirkan seseorang itu berbuat maksiat, lalu
mereka di azab Allah, sedang Mutazialah berpendapat, bahwa manusia
adalah merdeka dalam segala perbuatan dan bebas bertindak, sebab itu
mereka di azab atas perbuatan dan tindakannya. Inilah yang mereka
maksud keadilan itu.
Ajaran tentang keadilan berkaitan dengan beberapa hal, antara lain :
a. Perbuatan manusia. Manusia menurut Mutazilah melakukan dan
menciptakan perbuatannya sendiri, terlepas dari kehendak dan
5

kekuasaan Tuhan. Manusia benar-benar bebas untuk menentukan


pilihannya. Tuhan hanya menyuruh dan menghendaki yang baik.
Konsep ini memiliki konsekuensi logis dengan keadilan Tuhan, yaitu
apapun yang akan diterima manusia di akhirat merupakan balasan
perbuatannya di dunia.
b. Berbuat baik dan terbaik Maksudnya adalah kewajiaban Tuhan untuk
berbuat baik, bahkan terbaik bagimanusia. Tuhan tidak mungkin jahat
atau aniaya karena itu akan menimbulkan persepsi bahwa Tuhan tidak
maha sempurna. Bahakan menurut Annazam, salah satu tokoh
mutazilah konsep ini berkaiatan dengan kebijaksanaaan, kemurahan
dan kepengasihan Tuhan.
c. Mengutus Rasul. Mengutus Rasul kepada manusia merupakan
kewajiaban Tuhan karena alasan berikut ini :
1) Tuhan wajib berbuat baik kepada manusia dan hal itu tidak dapat
terwujud kecuali dengan mengutus Rasul kepada mereka.
2) Al quran secara tegas menyatakan kewajiban Tuhan untuk belas kasih
kepada manusia .Cara terbaik untuk maksud tersebut adalah dengan
pengutusan rasul.
3) Tujuan di ciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepadaNya
dengan jalan mengutus rasul.
3. Al-Waad wa al-Waid (Janji dan ancaman)
Ajaran ini berisi tentang janji dan ancaman. Tuhan yang Maha Adil
tidak akan melanggar janjinya dan perbuatan Tuhan terikat dan di
batasi oleh janjinya sendiri. Ini sesuai dengan prinsip keadilan. Ajaran
ketiga ini tidak memberi peluang bagi Tuhan selain menunaikan janjinya
yaitu memberi pahala orang yang taat dan menyiksa orang yang
berbuat maksiat, ajaran ini tampaknya bertujuan mendorong manusia
berbuat baik dan tidak melakukan perbuatan dosa.
4. Al-Manzilah bain Al-Manzilatain (tempat diantara kedua tempat)
Inilah ajaran yang mula-mula menyebabkan lahirnya mazhab mutazilah.
Ajaran ini terkenal
dengan status orang mukmin yang melakukan dosa besar, seperti dalam
sejarah, khawarij
menganggap orang tersebut kafir bahkan musyrik, sedangkan murjiah
berpendapat bahwa
orang itu tetap mukmin dan dosanya sepenuhnya di serahkan kepada
Tuhan.
Menurut pandangan Mutazilah orang islam yang mengerjakan dosa besar
yang sampai
matinya belum taubat, orang itu di hukumi tidak kafir dan tidak pula
mukmin, tetapi

diantara keduanya. Mereka itu dinamakan orangg fasiq, jadi mereka di


tempatkan di suatu
tempat diantara keduanya.
5. Al Amr bi Al Maruf wa Al Nahi an Al Munkar (Menyuruh kebaikan dan
melarang
keburukan)
Ajaran ini menekankan keberpihakan kepada kebenaran dan kebaikan. Ini
merupakan konsekuensi logis dari keimananan seseorang. Pengakuan
keimanan harus dibuktikan dengan perbuatan baik, diantaranya dengan
menyuruh orang berbuat baik dan mencegahnya dari kejahatan.
Perbedaan mazhab Mutazilah dengan mazhab lain mengenai ajaran
kelima ini terletak pada tata pelaksanaanya. Menurut Mutazilah jika
memang diperlukan kekerasan dapat ditempuh untuk mewujudkan ajaran
tersebut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
1. Asal-usul munculnya Aliran Mutazilah adalah aliran ini muncul dikota Basrah (Iraq) ada
abad ke-2 Hijriyah. Pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan
khalifah Hisyam Bin Abdul Malik.
2. Penamaan Aliran Mutazilah yaitu yang berarti orang yang memisahkan diri.
3. Gerakan Aliran Mutazilah yaitu di Basrah dan Baghdad.
4. Ajaran-ajaran pokok Aliran Mutazilah yaitu At-Tauhid (ke-Esaan), AlAdl (keadilan
Tuhan), Al-Waad wa al-Waid , . Al-Manzilah bain Al-Manzilatain, Al Amr bi
Al Maruf wa Al Nahi an Al Munkar.
B. Saran.
Semoga pembahasan yang sedikit ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saya pribadi juga
sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang dapat membangun rasa untuk
berfikir positif agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Avdich, Kamil Y. 1987. Meneropong Doktrin Islam. Bandung : Al-Maarif


Sudarsono. 2004. Filsafat Islam. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Supiana dan Karman, M. 2004. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Zaini, Syahminan. 1983. Kuliah Aqidah Islam. Surabaya : Al-Ikhlas

Anda mungkin juga menyukai