Anda di halaman 1dari 15

1

PENGERTIAN SUNNAH, HADTS, KHABAR, DAN ATSAR A. Pengertian Sunnah Kata Sunnah adalah salah satu kosa kata bahasa Arab (sunnah). Secara bahasa, kata ( al-sunnah) berarti ( perjalanan hidup yang baik atau yang buruk). Pengertian di atas didasarkan kepada Hadts Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Muslim sebagai berikut: . .)Ibn Manzhr, :/716( . Artinya: Barangsiapa membuat sunnah yang baik maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun. Barang siapa membuat sunnah yang buruk maka dia akan memperoleh dosanya dan dosa orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun. Para ahli Hadts (muhadditsn), ahli ushl (ushliyyun), dan ahli fiqh (fuqah') berbeda pendapat dalam memberikan batasan makna atau pemakaian istilah hadis dan sunnah. Menurut ahli hadis, sunnah, sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad 'Ajjj al-Khathb, adalah: ( 'Ajjj al-. ... Khathb, 1989: 19)

Artinya: Setiap perkataan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik, akhlak, atau perjalanan hidup yang diriwayatkan dari Nabi Saw baik sebelum menjadi rasul atau sesudahnya. Diantara persoalan yang menonjol yang diangkatkan dari pengertian sunnah di atas adalah masuknya unsur sebelum kenabian kedalam pengertian sunnah. Didasarkan pada sejarah kehidupan Muhammad, maka diperoleh fakta bahwa sikap dan perilaku Muhammad sebelum diangkat menjadi Nabi/rasul sangat baik, hal ini dapat diperhatikan dari informasi berikut: Perjalanan hidup Nabi Saw, merupakan bagian dari perjalanan hidupnya yang harum, seperti pertapaannya di gua hira dan perjalanan hidupnya yang baik dan perbuatannya yang mulia sebelum kenabian. Karena sejarahnya sebelum kenabian termasuk keimanan kepada keberadaan Nabi Saw dan membenarkannya dalam klaim rislah. Sayyidah Khadjah Ra menunjukkan perjalanan hidupnya yang baik dan perbuatannya yang mulia sebelum kenabian, bahwa Muhammad menduga Allh akan menghinakannya ketika dia kembali ke Khadijah dari Gua Hir' yang menggetarkan jantung setelah didatangi Malaikat. (Muhammad) berkata kepadanya: "Aku takut pada diriku. Al-Sayyidah Khadjah berkata: " . Artinya: Tidak, Allh tidak akan menghinakanmu selamanya. Karena engkau menyambung shilaturrahmi, menanggung kesulitan, mencari yang hilang, memuliakan tamu dan menolong dalam mewakili kebenaran. Dalam riwayat al-Bukhriy dalam Kitb al-Tafsr ( ) demikian pula dalam riwayat Muslim.

Ini merupakan sejarah seorang yang dikreasikan Allh sendiri dan mempersiapkannya untuk mengemban risalah penutup ini, maka Nabi Saw harus memelihara Nabi Saw sebelum risalah, dan mencegahnya dari sesuatu yang hina, sehingga sejarahnya sebelum risalah tidak menjadi sebab berpalingnya masyarakat darinya dan berpaling dari dakwahnya. Raslullh Saw memilih untuk mengemban risalah orang yang layak untuk mengembannya dan yang bias melaksanakan kewajibannya sebagaimana firman Allh SWT: .)Q. S. Al-Hajj/23: 75( Dan sebagaimana firman Allah SWT ( Q. S. al-An'm/6: 124). Allh SWT tidak memilih untuk mengembannya orang yang menjadi sebab berpalingnya masyarakat dari risalahnya. Justru itu, sejarahnya dapat dijadikan bukti pengakuan risalahnya, bahwa dia jujur tidak berdusta selamanya, pada haris dia mendaki bukit dan menyeru kaumnya kemudian bertanya kepada mereka: "Bagaimaa pendapat kamu sekalian, jika aku mengatakan bahwa kuda berada di balik lembah ini ingin merubah kamu sekalian, apakah kamu membenarkanku? Mereka menjawab: "Ya, kami belum pernah mendengarmu berdusta". Dengan demikian Raslullh Saw sudah memberikan bukti kepada mereka dan mereka sendiri bersaksi bahwa dia jujur dan dipercaya. Dan inilah rahasia kegusaran orang-orang kafir Makkah terhadapnya. Jika tidak demikian, maka mereka tidak merisaukannya dan meragukannya dan dakwahnya dari peristiwa sejarah sebelumnya. Riwayat dari Ibn 'Abbs Ra, dia berkata: : " . ." : " ". : " : " ". : " ". : " ". : " ". " .)al-Bukhriy, 2007: VIII/737( " Artinya: Ketika ayat [] Raslullh Saw keluar dan mendaki bukit al-Shaf, kemudian dia berkata: "Wahai hari shubuh! Mereka

bertanya: "Apa ini?" maka mereka berkumpul di sekelilingnya. Dia bertanya: "Bagaimana pendapat kamu sekalian: "Jika aku mengkhabarkan bahwa kuda keluar dari lembah bukit ini, apakah kamu mempercayaiku? Mereka menjawab: "Kami belum pernah mendengarmu berdusta". Nabi Saw berkata: "Sesungguhnya aku adalah pember kabar buruk bagi kamu sekalian dihadapan kamu sekalian ada azab yang pedih". Ab Lahab berkata: "Celakalah kamu, kamu mengumpulkan kami hanya untuk ini, kemudian dia berdiri. Kemudian turun ayat: "Cealakalah kedua tangan Abiy Lahab, sungguh dia celaka". Dan "Dan sungguh dia telah celaka". Demikian al-A'masy membacanya. Heraklius Raja Romawimenjadikan sifatnya, perjalanan hidupnya yang baik sebelum kenabian sebagai bukti kebenaran kenabiannya dan kebenaran ajaran yang dibawanya. Dia mengetahuinya dari Ab Sufyn ibn Harb pemimpin orang-orang musyrik ketika itu, dan Ab Sufyn tidak bisa berdusta dalam ceritanya. Didalam riwayat Heraklius dari Abd Allh ibn Abbs, bahwa Heraklius bertanya kepada Ab Sufyn ibn Harb dari Raslullh Saw, diantara hal yang ditanya Heraklius kepada Ab Sufyn: Artinya: Apakah kamu menuduhnya berdusta sebelum dia mengatakan apa yang dikatakannya sekarang? Aku menjawab: "Tidak". apakah dia ? Aku menjawab: "Tidak". Heraklius bertanya kepada Ab Sufyan: "Aku bertanya kepadamu: "Apakah kamu menuduhnya berdusta sebelum dia mengatakan apa yang dikatakannya sekarang? Kamu mengaku "tidak". Maka aku tahu bahwa dia tidak akan mengajak manusia kepada kebohongan dan berdusta kepada Allh". Aku bertanya: "Apakah dia curang?" kamu mengaku: "Tidak" demikian pula para rasul, mereka tidak akan berlaku curang.

Disamping itu, kita harus mengetahui bahwa Allh berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia, bahwa Nabi Saw telah dididik diatas standar nilai akhlak yang agung, dalam surat Makkiyah dalam surat Alquran yang awal turun, yakni surat alQalam, dimana Allh SWT berfirman: .)Q. S. Al-Qalam/4( . [dan sesungguhnya kamu berada dalam akhlak yang agung]. Allah menetapkannya dalam akhlak yang baik dalam bentuk malu, kemuliaan, kesantunan, lapang dada, berani dan lainnya. Demikianlah diantara sikap dan tingkah laku Muhammsd prakenabian. Menurut ahli ushul, antara lain, al-Sythibiy (ahli Ushl al-Fiqh dari Madzhab Mlikiy) mengemukakan tiga pengertian untuk penggunaan kata sunnah. Pertama, (Al-Sythibiy, [t. th.]: II/IV/3). Artinya: Sesuatu yang berasal dari Nabi Saw secara khusus yang tidak ditegaskan dalam al-Kitb al-'Azz, tetapi ditegaskan dari Nabi Saw, sebagai penjelas (ajaran) yang terdapat dalam al-Kitb atau bukan (penjelas). Kedua, .)ibid.(. Artinya: Anonim bid'ah. Ungkapan ( si Fulan melaksanakan sunnah) dikemukakan apabila dia beramal sesuai dengan amal Nabi Saw dan ungkapan ( si Fulan melakukan bid'ah) dikemukakan apabila dia beramal tidak sesuai dengan amal Nabi Saw.

Yang dipandang dalam penggunaan ini adalah amal Nabi Saw, penggunaan kata sunnah terkait dengan aspek ini, walaupun amal tersebut merupakan tuntutan al-Kitb. Ketiga, .)ibid.( . Artinya: Sesuatu yang diamalkan oleh para shahbiy, baik yang ditemukan dalam Kitb Allh atau sunnah maupun tidak. Amal shahbat dikelompokkan ke dalam sunnah karena, antara lain, ia mengikuti sunnah yang shahh pada mereka yang belum sampai kepada kita atau ijtihad yang mereka sepakati atau yang disepakati oleh para Khalfah mereka, karena ijm' mereka diakui dan amal para Khalfah pada hakikatnya merujuk ke ijm', dari segi menggiring masyarakat memenuhi tuntutan kemashlahatan. Pengertian ini didukung oleh sabda Nabi Saw: .)( ... ... Artinya: Hendaklah kamu sekalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah para khalfah yang cerdas lagi diberi bimbingan (oleh Allh). Apabila ketiga pengertian tersebut di atas dihimpun maka diperoleh empat elemen sunnah: Perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Saw semuanya itu adakalanya diterima dengan wahyu atau dengan ijtihad (didasarkan bahwa kebenaran ijtihad merupakan haknya) dan sesuatu yang berasal dari para shahbiy atau khalfah. Demikianlah perngertian sunnah menurut al-Sythibiy.

Al-midiy (ahli Ushl al-Fiqh dari Madzhab Syfi'iy) mengemukakan dua pengertian untuk penggunaan kata sunnah: Pertama, Al-midiy, [t. th.]: ( . .)I/145. Artinya: Ibadah sunat yang diriwayatkan dari Nabi Saw. Kedua, .) Al-midiy, loc. cit.(. Artinya: Dalil-dalil syar'iyah yang bersumber dari Nabi Saw yang tidak dibacakan (oleh Allh melalui Jibril), bukan mukjizat dan tidak termasuk kelompok mukjizat. Yang dimaksud dengan sunnah menurut ahli ushl alfiqh untuk pengertian pertama adalah pengertian yang pertamanya sedangkan untuk pengertian kedua adalah adalah pengertian yang keduanya. Dari kedua pengertian tersebut ditemukan persamaan: keduanya sama-sama mengemukakan bahwa ajaran yang terdapat dalam sunnah tidak terdapat nashnya dan atau penjelasannya dalam Alquran dan keduanya sama-sama menyatakan bahwa sesuatu disebut sunnah hanyalah sesuatu yang berasal dari Nabi Saw yang dapat dijadikan dalil hukum syar'iy. Muhammad 'Ajjj al-Khathb (Ahli Hadts di Universitas Damaskus) menyimpulkan pengertian sunnah menurut ahli Ushl al-Fiqh, dimana definisi yang dikemukakannya mencakup kedua pengertian di atas sebagai berikut:

Ajjj al-Khathb, ( . .)1989: 19. Artinya: Setiap perkataan, perbuatan, dan persetujuan selain Alquran yang bersumber dari Nabi Saw yang pantas dijadikan dalil hukum syar'iy. Menurut ahli Fiqh, sunnah sebagaimana dikemukakan oleh al-midiy adalah: Al-midiy, ( . .)[t. th.]): I/145. Artinya: Ibadah sunat yang diriwayatkan dari Nabi Saw. Muhammad 'Ajjj al-Khathb menyimpulkan bahwa istilah sunnah mereka pakai untuk menunjukkan salah satu bentuk atau sifat hukum, sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad 'Ajjj al-Khathb, adalah: .)Ajjj al-Khathb, ibid.( . Artinya: Setiap sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Saw dan tidak termasuk fardh dan wjib. Perbedaan pendapat di kalangan ahli di atas dilatarbelakangi oleh perbedaan spesialisasi dan objek kajian mereka, sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka tekuni. Objek kajian ahli hadits adalah diri Nabi Saw dari segala aspeknya sebagai imam yang membimbing, mengarahkan, dan member nasehatdimana Allah mengkhabarkan bahwa dia merupakan contoh yang baik dan ikutan bagi orang Islam. Maka mereka meliput segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi Saw, baik yang bermuatan hukum dan tidak.

Objek kajian ahli ushul adalah Nabi Saw sebagai pembuat syari'at yang menjelaskan kepada manusia aturan kehidupan, membuat kaidah-kaidah buat para mujtahid sesudahnya, maka mereka meliput segala sesuatu yang berasal dari Nabi Saw yang bermuatan dalil hukum. Sementara objek kajian ahli fiqh adalah perbuatan Nabi Saw yang bermuatan hukum syar'iy -- wujub, nadab, karahah, haram, ibhah-- maka mereka meliput perbuatan Nabi Saw yang bermuatan hukum tersebut. Anonim kata adalah kata ( bid'ah). Kata bid'ah adalah kosa kata bahasa Arab. Ia adalah mashdar dari kata .Kata berarti ( persoalan yang baru). Asal makna kata ini adalah membuat sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya. Pengertian ini didasarkan pada ayat 9 surat alAhqaf. . Maksudnya, aku bukanlah orang yang pertama membawa risalah dari Allah kepada manusia, tetapi sudah terdapat para rasul sebelumku. Secara istilah, para ahli berbeda pendapat dalam memberikan pengertian bid'ah. Al-Syathibiy mengemukakan dua pengertian bid'ah. pertama: . Kedua, .)Al-Syathibiy, al-I'tisham, I/37.( .

10

Menurut Ibn Taymiyah, bid'ah adalah: . .)Ibn Taymiyah, Majmu' Fatawa Ibn Taymiyah, XVIII/346.( 'Ajjaj al-Khathib, Ushul al-( . .)Hadits, op. cit.: 23. Artinya: Perkataan dan perbuatan dalam agama dan syi'arnya yang diadakan manusia yang tidak bersumber daru Rasul Saw dan shahabatnya. Pengertian bid'ah yang pertama yang dikemukakan oleh al-Syathibiy adalah pengertian yang dikemukakan oleh ahli yang tidak memasukkan adat dalam makna bid'ah dan hanya mengkhususkannya untuk ibadah. Pengertian bid'ah yang kedua adalah pengertian yang dikemukakan oleh ahli yang memasukkan adat dalam makna bid'ah. Berdasarkan hal ini, bid'ah dibatasi pada sesuatu yang keluar dari gambaran Syari'. Setiap yang baru yang berhubungan dengan agama, seperti ilmuilmu yang membantu memahami syari'ah, tidak termasuk bid'ah. Pembatasan pengertian bid'ah dengan keyakinan, perkataan, perbuatan yang diadakan manusia dalam agama, baik dengan melakukan atau tidak melakukannya, dalam pengertian keempat, dimaksudkan agar tidak masuk di dalamnya perbuatan yang diadakan manusia sebagai tuntutan kemaslahatan dan perbuatan yang sejalan dengan prinsip syari'ah yang tidak terdapat pada masa Rasulullah Saw. Sebagian ahli, misalnya al-'Izz ibn 'Abd al-Salam, mempergunakan kata bid'ah untuk sesuatu yang diadakan

11

manusia dalam selain agama, baik dengan melakukan atau tidak melakukannya sebagai tuntutan kemaslahatan dan perbuatan yang sejalan dengan prinsip syari'ah yang tidak terdapat pada masa Rasulullah Saw. Maka dia membagi bid'ah menjadi wajibah, muharrimah, mandubah, makruhah, dan mubahah. Menurut al-'Izz, diantara contoh bid'ah wajibah adalah menekuni ilmu nahu yang dipegunakan untuk memahami firman Allah dan Rasul-Nya Saw, menghafal kata-kata gharib dalam alQur'an dan al-Sunnah, dan kodifikasi ushul al-fiqh dan lainnya. (Abd al-Salam, : 173.). Bid'ah yang dipandangnya wajib termasuk bagian mashlahat. Diantara contoh bid'ah muharramah adalah bid'ah yang dilakukan oleh aliran Qadariyah dan Mujassimah. Diantara contoh bid'ah yang makruhah adalah membaca Alquran dengan lahn dimana lafazh Alquran berubah dari peruntukan kata dalam bahasa Arab. Diantara contoh bid'ah dalam keyakinan adalah antropomorpisme; dalam perbuatan adalah bernadzar puasa dibawah terik matahari, dan; dalam perkataan adalah zikir dengan suara yang sama dengan berjama'ah. Diantara bid'ah yang terjadi dengan meninggalkan yang mubah tanpa udzur syar'iy dan sangat berlebihan dalam ibadah adalah mengharamkan tidur, tidak menikah, tidak berbuka puasa dan senantiasa berpuasa. Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda: .... Dalam hal ini, al-Syathibiy berpendapat: "Setiap orang yang mengharamkan dirinya untuk memperoleh sesuatu yang dihalalkan Allah tanpa uzur syar'iy maka ia keluar dari sunnah Nabi Saw, dan orang yang beramal tanpa didasarkan sunnah dan

12

menganggap dirinya mengamalkan agama maka pelakunya disebut mubtadi'. (Al-Syathibiy, al-I'tisham. I/44). B. Pengertian Hadts Kata Hadts ( (adalah salah satu kosa kata bahasa Arab. Kata secara bahasa berarti: lawan dari kata ;dan juga berarti atau ( .Ibn Manzhr, : ). Secara istilah, terdapat perbedaan para ahli dalam memberikan pengertian Hadts. Menurut ahli Hadts, Hadts tidak sama dengan sunnah, karena yang dimaksudkan ialah riwayat-riwayat yang berasal dari Raslullah Saw setelah menjadi rasul (() Ajjj alKhathb, op. cit.: 19). Jadi, dari segi kandungan makna, sunnah mengandung makna yang lebih luas darip pada Hadts. Menurut ahli ushl al-fiqh, Hadts tidak sama dengan sunnah, karena yang dimaksud adalah sunnah qawliyyah. (Ajjj al-Khathb, 1989: 19). Jadi, dari segi kandungan makna, sunnah juga mengandung makna yang lebih luas dari pada Hadts. C. Pengertian al-Khabar Kata ( al-Khabar) adalah salah satu kosa kata bahasa Arab. Jamaknya adalah ( al-akhbr). Secara bahasa kata al-khabar berarti ( al-naba'; berita yang besar) (Ibn Manzhr, op. cit., II/109). Para ahli berbeda pendapat dalam memberikan batasan makna al-khabar. Sementara ahli berpendapat, bahwa al-khabar

13

sinonim dengan Hadts. Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh al-'Asqalniy. Pendapatnya, al-kabar adalah: ( ( Ibn Hajar, :3) Artinya: Sinonim dengan Hadts. Sementara ahli lain berpendapat, bahwa al-khabar adalah sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Saw. Pendapat ini, antara lain, dikemukakan oleh ahli fiqh Khurasn. Pendapatnya, al-khabar adalah: . Artinya: Sesuatu yang diriwayatkan dari Rasul Saw. D. Pengertian al-Atsar Kata al-Atsar ( )adalah salah satu kata bahasa Arab. Jamaknya adalah ( tsr). Secara bahasa kata berarti: ( bekas sesuatu) (Ibn Manzhr, op. cit.: : ). Para ahli berbeda pendapat dalam memberikan batasan makna al-atsr. Menurut al-Nawawiy, al-atsar adalah: . Artinya: Sesuatu yang diriwayatkan secara muthlaq baik yang berasal dari Raslullah Saw atau dari shahbiy. Pendapat yang mirip dikemukakan oleh al-Sakhwiy, menurutnya al-atsar adalah: .)al-Syakhwiy, : ( Pendapat ini, menurut al-Nawawiy dipilih oleh para ahli Hadts dan selain mereka dan juga diperpegangi oleh ulama salaf dan mayoritas khalaf. Diantara argument penggunaan kata al-atsar untuk sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Saw dan selainnya antara

14

lain, Ab Ja'far al-Thahwiy menamakan kitabnya dengan . Kitab ini memuat Hadts marf', mawqf, dan maqth'. Pengertian ini sejalan dengan makna bahasa, karena kata al-atsar terambil dari ungkapan yang berarti ( saya meriwayatkannya). Menurut ahli fiqh Khurasn, antara lain Ab al-Qsim al-Fawrniy, sebagaimana dikutip oleh al-Khasy'iy alKhasy'iy Muhammad al-Khasy'iy, al-atsar adalah: .)al-Khasy'iy, 1424 H./2004: 31.( Artinya: Sesuatu yang diriwayatkan dari shahbiy. Jadi menurut ahli fiqh Khurasn, al-atsar adalah sesuatu yang diriwayatkan dari selain Nabi Saw. Berdasarkan hal ini, maka kata al-atsar dipergunakan untuk Hadts mawqf dan maqth' dan tidak dipergunakan untuk Hadts marf'. Diantara argumen penggunaan kata al-atsar untuk sesuatu yang diriwayatkan dari selain Nabi Saw, antara lain, alBayhaqiy menamakan kitabnya dengan . Kitab ini memuat Hadts marf' dan selainnya. Perbedaan tingkatan dalam pengungkapan, pertama ( )dan kedua () mengindikasikan bahwa yang pertama tidak sama dengan yang kedua, yang pertama adalah Hadts marf' sedangkan yang kedua adalah Hadts mawqf dan maqth'. DAFTAR KEPUSTAKAAN Ajjj al-Khathb, Muhammad. Ushl al-Hadts Ulmuhu wa Mushthalahuhu . Bairt: Dr al-Fikr. 1989.

15

Al-midiy, Aliy ibn Abiy 'Aliy ibn Muhammad Ab al-Hasan. al-Ihkm fiy Ushl al-Ahkm Bairt: Dr al-Kutub al'Ilmiyyah. [t. th.]. Al-Khasy'iy, al-Khasy'iy Muhammad. Ghayat al-dhh fiy 'Ulm al-Ishthilh. Al-Qhirah: Jmi'at al-Azhar. 1424 H./2004. Al-Sythibiy, Ibrhim ibn Ms al-Lakhmiy al-Gharnthiy alMlikiy Ab Ishq. Al-Muwfaqt fiy Ushl al-Syar'ah. Bairt: Dr al-Kutub al-'Ilmiyyah. [t. th.]. Ibn 'Abd al-Salam, Al-Izz. Qawa'id al-Ahkam. Ibn Hajar, Ahmad ibn 'Aliy al-'Asqalniy. Syarh Nukhbat alFikr fiy Mushthalah Ahl al-tsr (Syarh Nukhbat). Ibn Manzhr, Muhammad ibn Mukarram. Lisn al-'Arab. AlQhirah: Dr al-Hadts. Ibn Taymiyah, Majmu' Fatawa Ibn Taymiyah. XVIII/346. Muslim, Abu al-Husayn ibn al-Hajjj al-Qusyayriy alNaysbriy. Shahh Muslim. Bairt: Dr al-Fikr. t. th.

Anda mungkin juga menyukai