Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


‘’biografi, model pengangkatan, dan strategi khalifah umar bin
khattab’’

Disusun Oleh :
1.aini mabakotawasih
2.fauzan r. rumaday
3. Irma sumarudin
4.nayla siwasiwan
5.marni rumeon
6. salsabila kotabanda
7. samsudin agoha

Madrasah aliyah negeri 2 sbt


Kabupaten seram bagian timur
Tahun pelajaran 2023/2024

BAB I
PENDAHULUAN
Maju dan mundurnya sebuah pemerintahan akan sangat bergantung kepada pemegang kekuasaan.
Peradaban suatu bangsa pun pasti tak akan pernah terlepas dari kebijakan yang ada pada bangsa itu sendiri.
Kerapkali kemunduran bahkan kehancuran suatu bangsa bermula dari salah kaprahnya kebijakan yang diterapkan.
Namun tak jarang juga, arus kemajuan dan kejayaan suatu bangsa bermuara dari kebijakan. Kebijakan sangat
menentukan haluan suatu bangsa, kemana nohkoda bangsa hendak berlayar. Oleh karena itu, kebijakan merupakan
hal yang sangat esensial dalam menentukan pengembangan sebuah bangsa dalam rangka membangun satu
peradaban dan menorehkan kemajuan. Pendek kata, maju mundurnya suatu bangsa sangat tergantung pada
kebijakan yang diterapkan.
Sebagai terminal akhir suatu kebijakan, maka kemampuan seorang pemimpin sangat menentukan. Tercatat
dalam lembaran sejarah, Islam pernah memiliki pemimpin-pemimpin (khalifah) yang namanya masih acapkali
dibicarakan, baik di kalangan akademisi maupun non-akademisi, bahkan menjadi rujukan dalam memformulasikan
suatu tindakan berupa kebijakan yang menyentuh wilayah politik, sosial, dan ekonomi.
Di tangan merekalah kejayaan Islam pernah diraih. Kala itu, kemajuan Islam sungguh berada pada
puncaknya, baik dari aspek politik, sosial, ekonomi dan budaya. Kemajuan di bidang politik dibuktikan dengan
meluasnya ekspansi Islam ke berbagai negara sekitarnya. Kekuatan politik menyumbang dampak positif terhadap
kesejahteraan sosial masyarakat, dengan diterapkannya berbagai kebijakan berdasarkan dengan tuntutan realitas dan
kesejahteraan yangberlandaskan perintah yang termaktub dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
Berkaitan dengan itu, Umar bin Khattab adalah salah satu khalifah yang pernah menorehkan tinta emas
pada lembaran sejarah peradaban umat Islam. Pada masanya, pemerintahan Islam semakin kuat, yang didukung
dengan formulasi kebijakan yang sangat fenomenal. Banyak perubahan yang dilakukan, bukan saja di ranah ritual
keagamaan, tetapi juga meliputi aspek sosial budaya, terutama pada ranah kebijakan ekonomi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI UMAR BIN KHATTAB


1. Kelahiran dan Nasab Umar bin Khattab
Nama Lengkap Umar adalah Umar bin Khattab Ibn Nufail Ibn Abd al-‘Uzza Ibn Riyah Ibn Qurth Ibn Razah Ibn ‘Adiy Ibn
Ka’ab Ibn Lu’aiy al-Qurasyiy al-‘Adawiy.1 Umar dilahirkan tiga belas tahun setelah tahun Gajah (tahun kelahiran Nabi
Muhammad).2 Ini berarti Umar radhiyallahu‘anhu lebih muda tiga belas tahun dari Nabi Muhammad Shalaullah Alaihi
Wasallam.
Sedangkan Ibunya bernama Hantamah binti Hasyim bin Mughiroh bin Abdullah bin Umar bin Makhzum.3 Nasab
Umar radhiyallahu‘anhu bertemu dengan nasab Nabi Muhammad Shalaullah Alaihi Wasallam pada Ka’ab Ibn Luay.4 Umar
berasal dari kalangan keluarga terpandang suku ‘Adiy yang termasuk rumpun Quraisy. Umar memiliki kecerdasan yang luar
biasa, bahkan dikatakan mampu memprakirakan hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang.5 Umar radhiyallahu‘anhu
menjadi orang yang dipilih sebagai duta dari kabilahnya pada masa Jahiliyyah. Jika terjadi perselisihan di antara para kabilah,
maka Umar lah orang yang diutus untuk melerai dan mendamaikan. Hal ini menandakan bahwa Umar memiliki kecerdasan,
keadilan, serta kebijaksanaan.
Meskipun memiliki keturunan dan nasab serta kedudukan yang terhormat di keluarganya, tetapi pada masa jahiliyyah
Umar radhiyallahu‘anhu dikenal memiliki sifat yang kejam, bengis, dan suka minum minuman keras. Pada masa jahiliyyah dia
menikahi banyak wanita, dan memiliki anak yang banyak. Akan tetapi sebagian besar isterinya tersebut meninggal dunia.
Diantara anak-anaknya yang menonjol adalah Abdullah bin Umar dan Ummul Mukminin Hafshah.
Anak-anaknya yang lain adalah Fathimah, ‘Ashim, Abdurrahman al-Akbar, Abdurrahman al-Ausath, dan Abdurrahman al
Ashghar. Setelah menjadi khalifah , Umar juga menikah dengan Ummu Kultsum putri Ali bin Abi Thalib, dan Fatimah az-Zahra
saudara Hasan dan Husain, cucu Nabi Muhammad Shalaullah Alaihi Wasallam.

2. Umar Masuk Islam


Sebelum masuk Islam, Umar radhiyallahu‘anhu dikenal sebagai salah satu tokoh yang paling menentang seruan Nabi
Muhammad Shalaullah Alaihi Wasallam. Umar baru masuk Islam pada tahun ke enam kenabian. Pada waktu itu Umar
radhiyallahu‘anhu berusia dua puluh tujuh tahun.8 khalifah Umar bin Khattab ke Islam. Akan tetapi diantara banyak riwayat itu,
yang paling terkenal adalah riwayat yang berasal dari Anas bin Malik.9 Pada suatu hari Umar mendapat berita bahwa adiknya,
Fatimah beserta suaminya telah masuk Islam. Seketika itu juga Umar mendadak menjadi marah dan geram. Umar segera
bertandang ke rumah adiknya. Sesampainya di sana kontan kemarahannya diluapkan pada adiknya, Umar pun menampar
Fatimah dan suaminya. Di puncak kemarahannya, Umar lalu melihat sebuah lembaran yang bertuliskan ayat Al-Qur’an. Menurut
sebagian riwayat, ayat itu adalah permulaan surat Taha. Umar kemudian mengambil lembaran tersebut dan membaca ayat
tersebut. Setelah membacanya, Umar radhiyallahu‘anhu pun merasakan damai dan tenang di hatinya. Lantas Umar
radhiyallahu‘an ingin menemui Nabi Muhammad Shalaullah Alaihi Wasallam di rumah al-Arqam.
Waktu itu Nabi Muhammad Shalaullah Alaihi Wasallam sedang melaksanakan dakwah secara sembunyi-sembunyi di rumah
Al-Arqam. Sesampainya di sana, para sahabat yang berada di dalam rumah Al-Arqam pun menjadi ketakutan, kecuali Hamzah
bin Abdul Muttalib, paman Nabi Muhammad Shalaullah Alaihi Wasallam . Akan tetapi dengan tetap tenang dan berwibawa,
Nabi Muhammad Shalaullah Alaihi Wasallam menerima kedatangan Umar, dan dengan sikap yang ditunjukkan oleh Nabi
tersebutlah Umar menjadi lunak dan takut. Nabi kemudian memerintahkan Umar untuk masuk Islam. Dan seketika itu juga Umar
kemudian menyatakan masuk Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Masuknya Umar bin Khattab ke dalam Islam merupakan kekuatan yang sangat besar dan berharga bagi dakwah Islam. Umar
memberikan masukan kepada Nabi Muhammad Shalaullah Alaihi Wasallam untuk melakukan syi’ar Islam secara terang-
terangan, bukan secara diam-diam seperti yang selama ini dijalankan oleh Nabi Muhammad Shalaullah Alaihi Wasallam .
Sehingga sejak itulah Islam disebarkan secara terang-terangan.11 Semenjak Umar masuk Islam, Nabi Muhammad Shalaullah
Alaihi Wasallam memberikan sebutan kepada Umar radhiyallahu‘anhu dengan julukan “al-Faaruq” yang artinya pembeda.
Karena dengan Umarlah Allah membedakan antara yang haq dan yang bathil.
Umar bin Khattab juga menjadi penasihat terdekat Nabi Muhammad Shalaullah Alaihi Wa sallam. Dan begitulah
dilakukannya sepanjang umur Nabi Muhammad Shalaullah Alaihi Wasallam.

3. Umar radhiyallahu‘anhu menjadi Khalifah


Setelah Khalifah Abu Bakar radhiyallahu‘anhu memerintah selama kurang lebih dua tahun, Abu Bakar jatuh sakit. Kondisi
demikian menyebabkan muncul kecemasan pada Umar apabila tidak segera menunjuk atau menentukan orang yang akan
menggantikan jabatannya sebagai khalifah Abu Bakar radhiyallahu‘anhu kemudian bermusyawarah dengan para sahabat guna
mempertimbangkan siapa yang pantas menggantikan Abu Bakar menjadi khalifah. Abu Bakar mengungkapkan beberapa kriteria
yang harus dimiliki oleh seorang khalifah. Berdasarkan masukan-masukan yang diterima, Abu Bakar kemudian memilih Umar
bin Khattab untuk menggantikannya menjadi khalifah. Abu Bakar pun lalu membuat bai’at yang berisi penunjukan Umar bin
Khattab sebagai penggantinya, dan dengan demikian orang-orang mukmin harus patuh terhadapnya
Pengangkatan Umar bin Khattab sebagai Khalifah dengan cara demikian memang terkesan ada tendensi rekayasa dan
rencana dari khalifah sebelumnya. Akan tetapi keadaan demikian tidak menimbulkan permasalahan di kalangan umat Islam
waktu itu.Umar diangkat menjadi khalifah dengan dibai’at pada bulan Jumada al-Akhirah tahun Hijriyah. Az-Zuhri berkata
bahwa Umar diangkat menjadi khalifah pada hari Abu Bakar wafat, delapan hari sebelum bulan Jumada al-Akhirah
Umar bin Khattab memerintah umat Islam selama kurang lebih sepuluh tahun, yaitu pada tahun 634-644 Masehi. Umar bin
Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan memimpin shalat Subuh. Fairuz adalah salah
seorang warga Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam
pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara
digdaya. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 Masehi.

B. STRATEGI DAKWAH KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB


1. Pengembangan Wilayah Islam Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab,
Usaha pengembangan Wilayah Islam terus dilanjutkan. Kemenangan dalam perang Yarmuk pada masa Abu
Bakar, membuka jalan bagi Umar untuk menggiatkan lagi usahanya. Dalam pertempuran di Ajnadin tahun 16
H/636 M, tentara Romawi dapat dikalahkan. Selanjutnya beberapa kota di pesisir Syiria dan Pelestina, seperti
Jaffa, Gizar, Ramla, Typus, Uka (Acre), Askalon dan Beirut dapat ditundukkan pada tahun 18 H/638 M dengan
diserahkan sendiri oleh Patrik kepada Umar bin Khatab. Khalifah Umar bin Khatab melanjutkan perluasa dan
pengembangan wilayah Islam ke Persia yang telah dimulai sejak masa Khalifah Abu Bakar. Pasukan Islam yang
menuju Persia ini berada di bawah pimpinan panglima Saad bin Abi Waqas. Dalam perkembangan berikutnya,
berturut-turut dapat ditaklukan beberapa kota, seperti kadisia tahun 16 H/636M, kota Jalula tahun 17 H/638 M.
Madain tahun 18 H / 639 M dan Nahawand tahun 21 H / 642 M. Khalifah Umar bin Khatab juga
mengembangkan kekuasaan Islam ke Mesir. Pada saat itu penduduk Mesir, yaitu suku bangsa Qibti (Qopti)
sedang mengalami penganiayaan dari bangsa Romawi dan sangat mengaharapkan bantuan dari orang-orang
Islam. Setelah berhasil menaklukkan Syiria dan Palestina, Khalifah Umar bin Khatab memberangkatkan
pasukannya yang berjumlah 4000 orang menuju Mesir di bawah pimpinan Amr bin Ash. Sasaran pertama
adalah menghancurkan pintu gerbang al Arisy, lalu berturut-turut al Farma, Bilbis, Tendonius (Ummu Dunain),
Ain Sams, dan juga berhasil merebut benteng babil dan Iskandariyah.
2. Mengeluarkan Undang-Undang
Di antara jasa dan peninggalan Umar bin Khatab selama ia menjabat khalifah adalah menertibkan
pemerintahan dengan mengeluarkan undang-undang. Diadakan kebijakan peraturan perundangan mengenai
ketertiban pasar, ukuran dalam jual beli, mengatur kebersihan jalan dan lain-lain.
3. Membagi Wilayah
Pemerintahan Khalifah Umar bin Khatab juga membagi daerah menjadi beberapa daerah pemerintahan,
yaitu pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Khalifah bertindak sebagai pemimpin pemerintahan pusat,
sedangkan di daerah dipegang oleh para gubernur yang membantu tugas pemerintahan khalifah di daerah-
daerah.
4. Membentuk beberapa dewan,
Khalifah Umar bin Khatab juga membentuk beberapa dewan, diantarannya Dewan Perbendaharaan
Negara, dan Dewan Militer. Ia juga membentuk utusan kehakiman, di mana hakim yang terkenal pada waktu itu
adalah Ali bin Abu Thalib.

C. KEBIJAKAN-KEBIJAKAN UMAR BIN KHATTAB RA


1. PERLUASAN DAN PENGELOLAAN WILAYAH
Pada periode Khalifah Umar (634-644 M), peta Islam meluas di Timur sampai perbatasan India dan sebagian
Asia Tengah di Barat sampai Afrika Utara. Setelah memangku jabatan kekhalifahan, Umar melanjutkan kebijakan
perang yang telah dimulai oleh Abu Bakar untuk menghadapi tentara Sasania maupun Byzantium baik di front Timur
( Persia ), Utara (Syam) maupun di Barat (Mesir). Ada beberapa sebab ekspansi Umar Bin Khattab ke wilayah-
wilayah tersebut di antaranya :
a. Letak geografis Persia, Syam, Iraq maupun Mesir adalah wilayah perbatasan dengan pemerintahan Islam. Daerah
Byzantium terletak sebelah barat laut dari Arab terdiri dari Syiria, Palestina, Yordania, dan Mesir. Mereka, sejak awal,
memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan bangsa Arab.
b. Pada saat itu, Sungai Nil (Mesir) dan Mesopotamia merupakan lahan yang subur. Jika dibandingkan dengan keadaan
di Arab yang gersang dan tandus, maka hal ini menarik keinginan para prajurit Islam untuk menguasai wilayah
tersebut sebagai sentrum perjuangan dakwah di luar Jazirah Arab.
c. Damaskus pada saat itu merupakan kota penting. Damaskus dijadikan kota dan jalur perdagangan internasional.
Adapun sebab-sebab yang membuat ekspansi Islam berhasil dengan cepat adalah:
a. Ajaran-ajaran Islam mencakup kehidupan didunia dan akhirat.
b. Keyakinan yang mendalam di hati para sahabat tentang kewajiban menyampaikan ajaran-ajaran Islam ke seluruh
daerah.
c. Kekaisaran Persia dan Byzantium dalam keadaan lemah
d. Islam tidak memaksa rakyat di wilayah perluasan untuk mengubah agamanya.
e. Rakyat di wilayah tersebut memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada Byzantium
f. Wilayah perluasan adalah daerah yang subur.
Untuk pengelolaan wilayah perluasan, Umar membawa transformasi penakluk arab menjadi sebuah
kelompok elite militer untuk bertugas menjalankan penaklukan berikutnya, dan untuk membentengi wilayah-wilayah
yang telah ditundukkan. Mereka sama sekali tidak terlihat sebagai pekerja atau profesi dari pekerjaan penduduk
setempat, juga tidak sebagai pemilik tanah atau sebagai petani untuk mencegah penyerbuan Badui secara semena-
mena.
Upaya lain yang ditempuh Umar adalah warga taklukan tidak diganggu, artinya muslim Arab tidak boleh
memaksakan agar mereka masuk Islam. Khalifah Umar juga mengirimkan gubernur untuk menangani pengumpulan
pajak upeti, untuk mengawasi distribusi dari pendapatan pajak sebagai gaji tentara, dan untuk memimpin orang Arab
dalam peperangan dan dalam pelaksanaan shalat berjama’ah.
Satu keterkaitan antara perluasan dan pengelolaan wilayah kekuasaan dengan masuk Islamnya penduduk di
wilayah-wilayah tersebut adalah sikap toleransi dari kaum Muslimin dan mereka mendapatkan perlakuan yang baik.
Mereka hidup lebih aman dan damai di bawah perlindungan pemerintahan Islam dibandingkan ketika mereka hidup
dibwah tekanan kekuasaan hegemoni Byzantium dan Sasania, sehingga mereka masuk Islam dengan kemauan
sendiri tanpa adanya paksaan dari kaum muslimin.
2. PENGELOLAAN KAS NEGARA

Pada masa Rasulullah SAW dan Abu Bakar, kekuasaan bersifat sentral (eksekutif, legislatif, dan yudikatif
terpusat pada pemimpin tertinggi), sedangkan pada masa Umar, lembaga yudikatif dipisahkan dengan didirikannya
lembaga pengadilan.
Diantara kebijakan yang dilakukan umar adalah menata pemerintahan dengan membentuk departemen-departemen
(diwan), mengadopsi model persia. Misalnya untuk menjaga keamanan dan ketertiban dibentuk jawatan kepolisian
dan juga jawatan pekerjaan umum. Tugas diwan adalah menyampaikan perintah dari pemerintah pusat ke daerah-
daerah dan menyampaikan laporan tentang perilaku dan tindakan-tindakan penguasa daerah kepada khalifah.
Wilayah negara pada masa pemerintahannya dibagi menjadi delapan provinsi, yaitu : Mekkah, Madinah, Syria,
Jazirah, Bashrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Tujuannya adalah untuk melancarkan hubungan antar daerah.
Pada masa Umar ini pulalah mulai diatur dan ditertibkan tentang pembayaran gaji dan pajak tanah.
Terkait dengan masalah pajak, Umar membagi warga negaranya dalam dua kelompok yaitu muslim dan non muslim
(dzimmy). Bagi muslim diwajibkan untuk membayar zakat, sedangkan bagi non muslim dipungut kharaj (pajak
tanah) danjizyah (pajak kepala). Bagi muslim diberlakukan hukum islam, bagi non muslim diperlakukan hukum
menurut agama atau adat mereka masing-masing. Untuk mengelola keuangan negara didirikan Baitul Mal. Mata
uang telah ditempa sendiri pada masanya. Kemudian untuk mengenang peristiwa hijrah ditetapkan peristiwa
tersebut sebagai awal tahun hijriah. Seluruh kebijakan yang dilaksanakan, pada hakekatnya merupakan upaya
mengkonsolidasikan bangsa Arab dan melebur suku-suku Arab ke dalam satu bangsa.
Kebijakan Umar yang lain dalam hal pengelolaan kas negara adalah Umar menerapkan pajak perdagangan
(bea cukai) yang bernama al-‘Ushur, Ia mengadopsi sistem ini ketika ia mendapat laporan bahwa apabila pedagang
Arab datang ke Byzantium, maka pedagang tersebut ditarik pajak 10% dari barang yang dijual. Sementara itu
bagi dzimmiyang berada di dalam negeri dikenakan sebesar 5%, sedangkan bagi orang Islam membayar 2,5% dari
harga barang dagangan. Umar juga mengeluarkan beberapa kebijakan yang inovatif yang tidak terdapat pada periode
sebelumnya, misalnya demi keamanan, menjaga kualitas/mutu tentara Arab, produksi panen yang memadai,
menghindari negara dari kerugian pajak 80%, keadilan, menghindari diskriminasi Arab dan non-Arab, khalifah
melarang transaksi jual beli tanah bagi orang Arab di luar Arab. al-Mal al-Ghanimahselama pemerintahannya
dibagikan kepada kepala negara sebesar 20% dan tentara 80%, Umar memasukkannya ke kas negara.

3. PENATAAN BIROKRASI PEMERINTAHAN


Masa Khalifah Umar lembaga yudikatif sudah berdiri sendiri, terpisah dari eksekutif dan legislatif. Ia
memisahkan kekuasaan yudikatif di Madinah dari kekuasaannya, dan untuk itu ia mengangkat Abu ad-Darda’ yang
diberi gelar Qadi(Hakim). Dalam pemerintahan Umar terjadi banyak perubahan, ia membangun jaringan
pemerintahan sipil yang sempurna tanpa memperoleh contoh sebelumnya, sehingga ia pantas mendapatkan julukan
“Peletak Dasar/Pembangun Negara Modern”.Hal-hal penting sebagai prasyarat bagi suatu bentuk pemerintahan yang
demokratis sudah mulai diletakkan. Dalam masa pemerintahannya terdapat dua lembaga penasehat, yaitu majelis
yang bersidang atas pemberitahuan umum dan majelis yang hanya membahas masalah-masalah yang penting.
Wilayah negara terdiri dari provinsi-provinsi yang berotonomi penuh, kepala pemerintahan provinsi
bergelar Amir. Di setiap provinsi tetap berlaku adat kebiasaan setempat selama tidak bertentangan dengan aturan
pemerintah pusat. Para Amir(gubernur) provinsi dan para pejabat distrik sering diangkat melalui pemilihan.
Pemerintahan Umar menjamin hak setiap orang dan orang-orang menggunakan kemerdekaannya dengan seluas-
luasnya. Khalifah tidak memberikan hak istimewa tertentu. Tidak seorangpun memperoleh pengawal, tidak ada
istana dan pakaian kebesaran, baik untuk khalifah sendiri maupun bawahan-bawahannya. Tidak ada perbedaan
antara penguasa dan rakyat, setiap waktu mereka dapat dihubungi oleh rakyat.
Agar mekanisme pemerintahan berjalan lancar, dibentuk organisasi negara Islam yang pada garis besarnya
sebagai berikut :
a. An-Nidham As-Siyasy (Organisasi Politik), yang mencakup :
· Al-Khilafat : terkait dengan cara memilih khalifah
· Al-Wizariat : para wazir (menteri) yang bertugas membantu khalifah dalam urusan pemerintahan.
· Al-Kitabat : terkait dengan pengangkatan orang untuk mengurusi sekretariat negara.
b. An-Nidham Al-Idary : organisasi tata usaha/administrasi negara, saat itu masih sangat sederhana.
c. An-Nidham Al-Maly : organisasi keuangan negara, mengelola masalah keluar masuknya uang negara. Untuk itu
dibentuk Baitul Mal.
d. An-Nidham Al-Harby : organisasi ketentaraan yang meliputi susunan tentara, urusan gaji tentara, urusan
persenjataan, pengadaan asrama-asrama dan benteng-benteng pertahanan.
e. An-Nidham Al-Qadla’i : organisasi kehakiman yang meliputi masalah-masalah pengadilan.[10]
Pengembangan sistem birokrasi pemerintahan yang dihasilkan oleh pemikiran keras Umar bin Khattab ini
diperoleh setelah berhasil memadukan sistem yang ada di daerah perluasan dengan kebutuhan masyarakat yang
sudah mulai berkembang pada saat itu.

4. PEMBERLAKUAN IJTIHAD
Pada saat agama Islam telah meluas hingga ke Syam, Mesir dan Persia, agama Islam banyak menjumpai
kebudayaan baru yang hidup di negeri-negeri itu, sehingga timbullah berbagai macam kesulitan dan masalah-
masalah yang belum pernah ditemui oleh kaum muslim.
Umar bukan saja menciptakan peraturan-peraturan baru, tetapi juga memperbaiki dan mengadakan
perubahan terhadap peraturan yang telah ada, bilamana peraturan itu memang harus diperbaiki dan diubah.
Misalnya peraturan yang telah berlaku bahwa kaum muslim diberi hak menguasai tanah dan segala sesuatu yang
didapat dengan berperang, Umar mengubah-nya bahwa tanah itu harus tetap di tangan pemiliknya semula tetapi
dikenai pajak tanah (kharaj).
Di antara ijtihadnya di bidang hukum yang cukup spektakuler yaitu:
a. tidak melaksanakan hukuman potong tangan terhadap pencuri yang terpaksa mencuri demi membebaskan dirinya
dari kelaparan.
b. menghapuskan bagian zakat bagi para muallaf (orang yang dibujuk hatinya karena baru masuk Islam).
c. menghapuskan hukum mut’ah (kawin kontrak) yang semula diperbolehkan dan sampai sekarang masih diakui oleh
orang-orang Syi’ah Itsna ‘Asyariyah.
Dengan melaksanakan ijtihad, Umar hanya ingin memberikan tuntunan dan pengertian bahwa ajaran Islam
itu tidak kaku, tapi bisa lentur dan luwes sesuai dengan perkembangan zaman dan permasalahan yang dihadapi
dengan tetap mengacu pada substansi ajaran yang ada dalam al-Qur’an dan al-Hadits. [11]
BAB III

KESIMPULAN

1. Pada periode Khalifah Umar (634-644 M), peta Islam semakin meluas, di Timur sampai perbatasan India dan

sebagian Asia Tengah di Barat sampai Afrika Utara. Setelah memangku jabatan kekhalifahan, Umar dengan strategi

kebijakannya setelah mempertimbangkan bahwa wilayah kekuasaan Islam semakin luas, maka di buatlah sistem

pemerintahan dengan sistem desentralisasi yang menyerahkan wewenang pemerintahan sepenuhnya kepada daerah

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan sendiri, dengan tidak terlepas dari pertanggungjawaban kepada

khalifah.

Anda mungkin juga menyukai