Nama Kelompok 2:
1. Arin Faradina
2. Meysia Mivia Carlin
3. Tampan Jaya Pribadi
4. Ales
5. Renaldi
6. Dodit
Umar lahir dari keturunan yang mulia, Ia berasal dari suku Quraisy. Nasabnya bertemu
dengan Rasulullah pada leluhur mereka yang kesembilan. Pohon keturuan Umar dapat
ditelusuri sebagai berikut: Umar adalah putra Khattab, putra Nufail, putra Abd
al-‘Uzza, putra Riya, putra Abdullah, putra Qarth, putra Razah, putra ‘Adiy, putra
Ka’ab, putra Lu’ay, putra Ghalib al-‘Adawi al-Quraisyi. Nasab Umar bertemu dengan
nasab Nabi Muhammad SAW pada Ka’ab. Sementara itu, ibunda Umar adalah
Hantamah putri Hasyim, putra al-Mughirah al-Makhzumiyah.
Umar bin Khattab memeluk agama Islam pada tahun kelima dari kenabian. Sebelum
menjadi muslim, beliau termasuk pemimpin Quraiys yang sangat gigih menentang
Islam. Oleh karena itu dengan masuknya beliau kedalam agama Islam sangat
berpengaruh terhadap kaum Quraiys. Apalagi Umar adalah salah seorang yang disegani
di kalangan kaum Quraiys.
Setelah Islam, Umar menjadi salah seorag sahabat Nabi Muhammad SAW. yang
terdekat. ia digelari oleh Nabi Muammad SAW. dengan al-Faruq, artinya
pembeda/pemisah. Maksudnya ,Allah telah memisahkan dalam dirinya antara yang hak
dan yan bathil. Hanya Umar yang begitu berani mengemukakan pikiran-pikiran dan
pendapatnya di hadapan NAbi SAW.
Namun, sebagian kalangan mengartikan al-Faruq sebagai penjaga Rasulullah dan
pencerai berai barisan kaum kafir, musuh yang senantiasa membangkan dan melawan
dakwah Rasul. Pada masa-masa awal memeluk Islam, Umar bertanya Kepada Rasul,
“wahai Rasulullah, bukankah hidup dan mati kita dalam kebenaran?” Rasul Menjawab,
“Ya, demi Allah, hidup dan mati kita dalam kebenaran.” Kemudian kembali Umar
berkata,”jika demikian mengapa kita sembunyi-sembunyi dalam mendakwakan ajaran
agama kita? Demi zat yang mengutusmu atas nama kebenaran, sudah saatnya kita
keluar.
Umar juga dicatat sebagai orang yang pertama kali digelari Amir al-Mu’minin-
pemimpin orang beriman. Seorang utusan dari Irak datang menghadap kepada Umar
untuk memberitakan keadaan wilayah pemerintahan Irak. Saat tiba di Madinah, utusan
itu masuk ke masjid dan bertemu dengan Amr bin Ash. Ia bertanya tentang Khalifah
Umar, “wahai Amr , maukah kau mengantarku menghadpa Amirul Mukminin?” Amr
balik bertanya, “mengapa engkau memanggil Khalifah dengan Amirul Mukminin?”
utusan itu menjawab , “ya, karena Umar adalah pemimpin (amir), sementara kita
adalah orang-orang beriman (mu’minin).” Amr menilai panggilan itu sangat baik.
“Demi Allah, tepat sekali engkau mnyebutkannya.” Sejak itu, gelar Amirul Mukminin
lekat pada Umar dan para khalifah sesudahnya.
Diantara kelebihan Umar bin Khattab ialah beliau memiliki sifat yang tegas yang ia
warisi dari bapaknya, selain itu beliau adalah seorang pemimpin yang shaleh, adil, jujur
dan sederhana serta selalu mendahulukan kepentingan dan kemaslahatan orang
banyak. Karakter-karakter tersebut menjadi modal utama beliau dalam mensukseskan
politik pemerintahannya .
Melihat kondisi umat Islam waktu itu, penunjukan Abu Bakar terhadap Umar sebagai
penggantinya merupakan pilihan yang sangat tepat. Umar adalah seorang yang
berkharisma tinggi, dan mempunyai sifat yang adil amat disegani terutama terhadap
orang yang mengenalnya. Salah satu bukti atas besarnya kharisma dan keadilan Umar
dihadapan pengikutnya adalah kebijaksanaannya ketika memecat Khalid bin Walid
yang digelari Rasulullah saw dengan gelar pedang Allah yang amat dikagumi kawan
maupun lawan. Pemecatan itu sendiri dilakukan sewaktu umat Islam sangat
membutuhkan seorang panglima perang sehebat Khalid bin Walid. Tunduknya Khalid
kepada kebijakan Umar itu menunjukkan betapa hebatnya kharisma Umar bin Khattab
di mata kaum muslimin.
Umar yang namanya dalam tradisi Islam adalah yang terbesar pada masa awal Islam
setelah Muhammad SAW. telah menjadi idola para penulis Islam karena keshalehan,
keadilan dan kesederhanaannya. Mereka juga mengannggapnya sebagai personifikasi
semua nilai yang harus dimiliki oleh seorang khalifah. Wataknya yang yang terpuji
menjadi teladan bagi para penerusnya.[10]
Para ilmuwan Barat pun mengakui ketokohan Umar bin Khattab dalam panggung
sejarah Islam. Michael H. Hart menempatkannya pada urutan ke-51 dari seratus tokoh
yang dianggap sangat berpengaruh di dunia.
Meskipun pengangkatan Umar bin Khattab sebagai khalifah merupakan fenomena
yang baru yang menyerupai penobatan putra mahkota, tetapi harus dicatat bahwa
proses peralihan kepemimpinan tersebut tetap dalam bentuk musyawarah yang tidak
memakai sistem otoriter. Sebab Abu Bakar tetap meminta pendapat dan persetujuan
dari kalangan sahabat Muhajirin dan Anshar.
Seiring dengan berkembang dan meluasnya wilayah kekuasaan Islam pada masa
Khalifah Umar bin Khattab mengharuskan ia mengatur adminstrasi pemerintahannya
dengan cermat. Dalam sejarah umat Islam, Umar bin Khattab dipandang sebagai
Khalifah yang cukup berhasil mengembangkan dan mewujudkan tata pemerintahan dan
sistem adminstrasi kenegaraan yang baik. Baik dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, politik, hukum maupun ekonomi.
Adapun sistem yang beliau terapkan dalam keihidupan sosial kemasyarakatan ialah
menerapakan perlunya menghargai hak-hak individu dalam kehidupan masyarakat. Hal
itu tampak pada masyarakat yang ditaklukkannya. Beliau memberikan kelonggaran
dalam menjalankan ibadah menurut ajaran agamanya masing-masing.
Lebih jauh lagi, Umar berhasil menghapuskan sistem feodal Roma yang diterapkan di
Suria, dan kemudian membagi-bagikan tanah di situ kepada penggarap yang asli, yang
memang penduduk Suriah.
Wilayah kekuasaan yang sangat luas itu mendorong Umar untuk segera mengatur
administrasi negara. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah
propinsi, yaitu: Mekah, Madinah, Syiriah, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina dan Mesir,
dan yang menjadi pusat pemerintahannya adalah Madinah. Sehingga dapat dikatakan
bahwa Umar bin Khatab telah menciptakan sistem desentralisasi dalam pemerintahan
Islam.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar juga telah didirikan pengadilan, untuk
memisahkan antara kekuasaan eksekutif dan yudikatif yang pada pemerintahan Abu
Bakar, khalifah dan para pejabat adminstratif merangkap jabatan sebagai qadhi atau
hakim. Awalnya konsep rangkap jabatan trersebut juga diadopsi pemerintahan Umar.
Tetapi, seiring dengan perkembangan keukasaan kaum muslimin, dibutuhkan
mekanisme administraif yang mendukung terselenggaranya sistem pemerintahan yang
baik
1. faktor militer
Penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar adalah fakta yang tak dapat
difungkiri. Beliau menaklukan Irak, Syiria, Mesir, Armenia dan daerah-daerah yang ada
di bawah kekuasaan Romawi dan Persia.[20] Untuk mewujudkan dan menyiapkan
pasukan profesional, Umar menciptakan suatu sistem militer yang tidak pernah dikenal
sebelumnya yaitu seluruh personil militer harus terdaptar dalam buku catatan negara
dan mendapat tunjangan sesuai dengan pangkatnya. Pembentukan militer secara resmi
menuntut untuk melakukan mekanimisme baru yang sesuai dengan aturan-aturan
militer.
2. faktor ekonomi
Dengan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam, tentu membawa dampak pada
pendapatan negara. Sumber-sumber ekonomi mengalir ke dalam kas negara, mulai dari
kharaj (pajak tanah), jizyah (pajak perlindungan), ghanimah (harta rampasan perang),
Fai’ (harta peninggalan jahiliyah), tak ketinggalan pula zakat dan harta warisan yang
tak terbagi[21]. Penerimaan negara yang semakin bertumpuk, mendorong Umar untuk
merevisi kebijakan khalifah sebelumnya (Abu Bakar). Umar menetapkan tunjangan
yang berbeda dan bertingkat kepada para rakyat sesuai dengan kedudukan sosial dan
kontribusinya terhadap Islam. Padahal sebelumnya, tunjangan diberikan dalam porsi
yang sama.
3. faktor demografis
Faktor ini juga sangat berpengaruh pada kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Umar.
Jumlah warga Islam non-Arab semakin besar setelah terjadi penaklukan sehingga
kelompok sosial dalam komunitas Islam semakin beragam dan kompleks sehingga
terjadi asimilasi antara kelompok. Terlebih lagi setelah kota Kufah dijadikan sebagai
kota pertemuan antarsuku baik dari utara maupun selatan. Perbauran inilah yang
membawa pada perkenalan institusi baru.
Dalam surah Taubah ayat 60, Allah telah menjelaskan bahwa ada delapan kelompok
yang berhak menerima zakat. Diantaranya adalah muallaf yaitu orang yang masih
lemah imannya, agar mereka tetap memeluk Islam dan orang yang dibujuk hatinya agar
bergabung dengan Islam atau menahan diri untuk tidak mengganggu umat Islam.
Namun pada masa pemerintahan Umar, orang-orang kafir tidak lagi mendapatkan zakat
sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah dan Abu Bakar dengan alasan bahwa
kondisi umat Islam pada masanya telah kuat dan stabilitas pemerintahan sudah mantap.
Menurut Umar, muallaf dari kelompok kafir hanya berhak menerima zakat di kala
Islam masih lemah, akan tetapi jika alasan itu sudah tidak ada (Islam sudah kuat) maka
mereka tidak berhak lagi. Keputusan Umar ini berdasarkan penalaran ijtihad tahqiq al-
manath (memperjelas dan merealisasikan alasan hukum syariat) yang tidak bersentuhan
langsung dengan teks.[22] Keputusan ijtihad Umar tidaklah bertentangan dengan nash
al-Qu’ran dan tidak menggugurkan hukum muallaf dari kelompok penerima zakat,
melainkan hanya merupakan penerapan hukum untuk suatu kondisi dan pada saat
tertentu karena ada maslahah yang perlu dicapai. Sedangkan muallaf dari golongan
Islam tetap mendapatkan zakat.[23]
Dalam hukum Islam, pencurian yang dilakukan oleh seseorang akan dihukum dengan
hukuman potong tangan.[24] Namun terkadang sebagian umat Islam tidak memahami
model-model pencurian yang mendapat hukuman potong tangan, bahkan terkadang
arogan untuk menvonis semua pencuri dihukum dengan hukuman potong tangan,
sehingga menimbulkan imej bahwa hukum Islam itu tidak manusiawi. Sebagaimana
yang telah diketahui bahwa Umar pernah tidak memberlakukan hukum potong tangan
terhadap pencurian di kala umat Islam terbelit krisis ekonomi. Umar tidak menentang
hukum potong tangan akan tetapi memperketat kriteria seorang pencuri dijatuhi
hukuman yang sangat berat ini.
Oleh karena itu, kasus pencurian perlu difahami dan diteliti secara menyeluruh, bukan
saja menyangkut objek, materi curian akan tetapi juga memahami penyebab terjadinya
kejahatan itu sendiri dan sudah barang tentu pelakunya. Pada akhirnya hukuman potong
tangan tidak semudah yang dipahami oleh sebagian umat Islam saat ini, sehingga
tidaklah layak mengatakan bahwa Islam tidak mengenal HAM. Dan sangat perlu diingat
bahwa menjaga keamanan masyarakat itu lebih penting, meskipun dengan cara
mengorbankan seseorang yang sudah menjadi sampah masyarakat.
3. Kasus ghanimah
Sejarah Islam telah menjelaskan kepada umat Islam bahwa harta yang dihasilkan dari
kontak senjata dengan non-Islam, seperlimanya dialokasikan sesuai ketentuan yang
telah ditetapkan dalam al-Qur’an. Sedang empat perlima dibagikan kepada pasukan
yang ikut dalam peperangan. Namun Umar yang menjadi khalifah kedua tidak
memberlakukan hukum di atas dengan berbagai pertimbangan.
Pertimbangan Umar dapat disimpulkan dari sidang musyawarah yang diadakan oleh
beliau dengan para sahabat-sahabatnya sebagai berikut:
Pemaparan dan penjelasan berikut contoh-contoh keputusan Umar yang tertera di atas
dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam memahami teks-teks al-Qur’an dan
Sunnah sekaligus dijadikan sebagai metode dalam mencetuskan hukum. Beberapa point
penting yang terkait dengan alasan perubahan hukum yang dilakukan oleh Umar
sebagai berikut :
Selain membentuk lembaga peradilan negara dalam upaya penegakan hukum, Umar
juga membentuk lembaga-lembaga negara lain, guna menunjang tugas-tugas
pemerintahan. lembaga-lembaga yang dibentuk itu antara lain Lembaga Pendaftaran
dan pencatatan penduduk yang bertugas melakukan sensus penduduk. Sebuah lembaga
yang pernah ada sebelumnya. Disamping itu Umar juga membentuk Dinas (kantor) pos,
Kas Negara (baitul mall), percetakan negara yang bertugas untuk mencetak uang resmi
pemerintah, lembaga-lembaga pemasyarakatan, dan markas-markas tentara. Lembaga-
lembaga tersebut tersebar disetiap wilayah dan ditangani oleh orang-orang atau
penduduk setempat.
Dalam pemerintahan Umar seluruh pejabat dan pegawai pemerintahan harus mampu
melaksnakan tugas dengan baik, karena Umar juga menggunakan petugas intelejen
untuk mengawasi mereka, serta selalu mencari keterangan tentang kemungkinan
penyalahgunaan wewenang atau tindakan yang tidak adil terhadap penduduk.
Umar adalah seorang khalifah yang bersikap keras dan tegas kepada kepada para
gubernurnya (pembantunya). Dia begitu khawatir mereka akan bertindak dengan
tindakan yang akan membuat rakyat takut kepada mereka, mau menghinakan diri dan
dengan demikian berarti mereka telah dididik menjadi pengecut dan berkarakter tidak
baik. Untuk itu ia selalu membuka diri untuk menerima berbagai keluhan dari para
pembantunya, lalu hal tersebut disampaikan kepada masyarakat luas dalam khutbanya.
Dan hal yang paling penting juga bahwa pada masa pemerintahan Umar bin Khattab
penetapan kalender Hijriah dimulai sebagai kalender Islam, dengan peristiwa hijrah
sebagai titik awal penghitungan sistem kalender dalam Islam.
Khalifah Umar bin Khattab memerintah selama 10 tahun (13-23 H/634-644 M), beliau
dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’luah.[30] Tidak diketahui
latar belakang dan tujuan utama pembunuhan itu. Tetapi para ahli sejarah mengatakan,
bahwa terdapat permusuhan yang meningkat antara bangsa Persia dengan Khalifah
Umar bin Khattab. Permusuhan itu antara lain disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya:
1. Dimasa Umar negara Persia dibuka oleh Islam dan bangsa Arab masuk ke daerah itu.
Kemungkinan hal itu dianggap bangsa Persia sebagai penjajahan, sedangkan Persia
adalah satu negara besar yang tidak pernah dijajah atau ditundukkan oleh siapapun.
2. Banyak pembesar Persia seperti raja, menteri-menteri dan lain-lainnya yang
kehilangan jabatan. Hal ini menimbulkan rasa kesal dan tidak puas, apalagi sebelumnya
kekuasaan mereka sangat luas dan memiliki banyak hamba sahaya dan pengikut.
Demikianlah gambaran singkat tentang Umar bin Khattab, seorang pemimpin yang
agung dengan segudang prestasi yang gemilang telah dicapai dalam pemerintahannya,
eksapansi-eksapansi yang dilakukan dan penataan administrasi pemerintah yang tepat
dan cermat sehingga dalam jangka waktu kurang lebih 10 tahun kepemimpinannya
telah mampu membawa umat Islam kesituasi yang gemilang yang belum pernah dicapai
sebelumnya.