Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UMAR BIN KHATTAB R.A

Nama Kelompok 2:
1. Arin Faradina
2. Meysia Mivia Carlin
3. Tampan Jaya Pribadi
4. Ales
5. Renaldi
6. Dodit

SMP NEGERI 1 PEDAMARAN TIMUR


OGAN KOMERING ILIR – SUMATERA SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2015 - 2016
Sejarah Sahabat Umar bin Khattab ra.

Umar lahir dari keturunan yang mulia, Ia berasal dari suku Quraisy. Nasabnya bertemu
dengan Rasulullah pada leluhur mereka yang kesembilan. Pohon keturuan Umar dapat
ditelusuri sebagai berikut: Umar adalah putra Khattab, putra Nufail, putra Abd
al-‘Uzza, putra Riya, putra Abdullah, putra Qarth, putra Razah, putra ‘Adiy, putra
Ka’ab, putra Lu’ay, putra Ghalib al-‘Adawi al-Quraisyi. Nasab Umar bertemu dengan
nasab Nabi Muhammad SAW pada Ka’ab. Sementara itu, ibunda Umar adalah
Hantamah putri Hasyim, putra al-Mughirah al-Makhzumiyah.

Ath-Thabari meriwayatkan bahwa Umar dilahirkan di Makkah kira-kira empat tahun


sebelum perang Fijar dan dia telah tumbuh dengan sehat. Sedangkan Ibnu al-Atsir
dalam Usul al-Ghabah meriwayatkan bahwa Umar dilahirkan tiga belas tahun sesudah
kelahiran Rasulullah SAW. Umar adalah figur kefasihan dalam berbicara dan dalam
balaghah, juga merupakan figur ketegasan dalam menyatakan dan membela hak.
Semasa kecil dia suka menggembala kambing milik ayahnya, kemudian aktif berdagang
ke Syam. Dia adalah seorang yang berasal dari keluarga dimana kemuliaan pada zaman
jahiliah bermuara kepada mereka, disamping sebagai duta besar bagi puaknya pada
masa itu.

Umar bin Khattab memeluk agama Islam pada tahun kelima dari kenabian. Sebelum
menjadi muslim, beliau termasuk pemimpin Quraiys yang sangat gigih menentang
Islam. Oleh karena itu dengan masuknya beliau kedalam agama Islam sangat
berpengaruh terhadap kaum Quraiys. Apalagi Umar adalah salah seorang yang disegani
di kalangan kaum Quraiys.

Setelah Islam, Umar menjadi salah seorag sahabat Nabi Muhammad SAW. yang
terdekat. ia digelari oleh Nabi Muammad SAW. dengan al-Faruq, artinya
pembeda/pemisah. Maksudnya ,Allah telah memisahkan dalam dirinya antara yang hak
dan yan bathil. Hanya Umar yang begitu berani mengemukakan pikiran-pikiran dan
pendapatnya di hadapan NAbi SAW.
Namun, sebagian kalangan mengartikan al-Faruq sebagai penjaga Rasulullah dan
pencerai berai barisan kaum kafir, musuh yang senantiasa membangkan dan melawan
dakwah Rasul. Pada masa-masa awal memeluk Islam, Umar bertanya Kepada Rasul,
“wahai Rasulullah, bukankah hidup dan mati kita dalam kebenaran?” Rasul Menjawab,
“Ya, demi Allah, hidup dan mati kita dalam kebenaran.” Kemudian kembali Umar
berkata,”jika demikian mengapa kita sembunyi-sembunyi dalam mendakwakan ajaran
agama kita? Demi zat yang mengutusmu atas nama kebenaran, sudah saatnya kita
keluar.

Kelebihan Sahabat Umar bin Khattab ra.

Umar juga dicatat sebagai orang yang pertama kali digelari Amir al-Mu’minin-
pemimpin orang beriman. Seorang utusan dari Irak datang menghadap kepada Umar
untuk memberitakan keadaan wilayah pemerintahan Irak. Saat tiba di Madinah, utusan
itu masuk ke masjid dan bertemu dengan Amr bin Ash. Ia bertanya tentang Khalifah
Umar, “wahai Amr , maukah kau mengantarku menghadpa Amirul Mukminin?” Amr
balik bertanya, “mengapa engkau memanggil Khalifah dengan Amirul Mukminin?”
utusan itu menjawab , “ya, karena Umar adalah pemimpin (amir), sementara kita
adalah orang-orang beriman (mu’minin).” Amr menilai panggilan itu sangat baik.
“Demi Allah, tepat sekali engkau mnyebutkannya.” Sejak itu, gelar Amirul Mukminin
lekat pada Umar dan para khalifah sesudahnya.

Diantara kelebihan Umar bin Khattab ialah beliau memiliki sifat yang tegas yang ia
warisi dari bapaknya, selain itu beliau adalah seorang pemimpin yang shaleh, adil, jujur
dan sederhana serta selalu mendahulukan kepentingan dan kemaslahatan orang
banyak. Karakter-karakter tersebut menjadi modal utama beliau dalam mensukseskan
politik pemerintahannya .

Kekhalifaan Umar bin Khattab (13-23 H / 634-644 M)


Sebelum Abu Bakar meninggal, ditunjuklah Umar bin Khattab sebagai penggantinya.
Menurutnya hanya Umar bin Khattablah yang mampu untuk meneruskan tugas
kepemimpinan umat Islam yang waktu itu berada pada saat-saat yang paling
menentukan dalam sejarahnya yang akan mempengaruhi keberadaan Islam dan
umatnya yang masih muda usianya, khususnya dengan banyaknya penaklukan-
penaklukan umat Islam.
Sebelum Abu Bakar memutuskan untuk menetapkan Umar bin Khattab sebagai
penggantinya, terlebih dahulu beliau berkonsultasi dengan tokoh-tokoh masyarakat
yang datang menjenguknya, antara lain : Abd al-Rahman bin Auf, Usman bin Affan,
Usaid bin Hudlair al-Anshary, Said bin Zaid dan lain-lain dari kaum Muhajirin dan
Anshar. Ternyata mereka tidak keberatan atas maksud Khalifah untuk mencalonkan
Umar bin Khattab sebagai penggantinya.

Melihat kondisi umat Islam waktu itu, penunjukan Abu Bakar terhadap Umar sebagai
penggantinya merupakan pilihan yang sangat tepat. Umar adalah seorang yang
berkharisma tinggi, dan mempunyai sifat yang adil amat disegani terutama terhadap
orang yang mengenalnya. Salah satu bukti atas besarnya kharisma dan keadilan Umar
dihadapan pengikutnya adalah kebijaksanaannya ketika memecat Khalid bin Walid
yang digelari Rasulullah saw dengan gelar pedang Allah yang amat dikagumi kawan
maupun lawan. Pemecatan itu sendiri dilakukan sewaktu umat Islam sangat
membutuhkan seorang panglima perang sehebat Khalid bin Walid. Tunduknya Khalid
kepada kebijakan Umar itu menunjukkan betapa hebatnya kharisma Umar bin Khattab
di mata kaum muslimin.

Umar yang namanya dalam tradisi Islam adalah yang terbesar pada masa awal Islam
setelah Muhammad SAW. telah menjadi idola para penulis Islam karena keshalehan,
keadilan dan kesederhanaannya. Mereka juga mengannggapnya sebagai personifikasi
semua nilai yang harus dimiliki oleh seorang khalifah. Wataknya yang yang terpuji
menjadi teladan bagi para penerusnya.[10]

Para ilmuwan Barat pun mengakui ketokohan Umar bin Khattab dalam panggung
sejarah Islam. Michael H. Hart menempatkannya pada urutan ke-51 dari seratus tokoh
yang dianggap sangat berpengaruh di dunia.
Meskipun pengangkatan Umar bin Khattab sebagai khalifah merupakan fenomena
yang baru yang menyerupai penobatan putra mahkota, tetapi harus dicatat bahwa
proses peralihan kepemimpinan tersebut tetap dalam bentuk musyawarah yang tidak
memakai sistem otoriter. Sebab Abu Bakar tetap meminta pendapat dan persetujuan
dari kalangan sahabat Muhajirin dan Anshar.

Perkembangan Islam Sebagai Kekuatan Politik Masa


Umar bin Khattab

Setelah Abu Bakar menyelesaikan tugas kekhalifaannya dan menyusul kepergian


Rasulullah SAW. Kehadirat Allah SWT. Umar meneruskan langkah-langkahnya untuk
membangun kedaulatan Islam sampai berdiri tegak. Kemmpuannya dalam
melaksanakan pembangunan ditandai dengan keberhasilannya diberbagai bidang.

Pemerintahan dibawah kepemimpinan Umar dilandasi prinsip-prinsip musyawarah.


Untuk melaksanakan prinsip musyawarah itu dalam pemerintahannya, Umar senantiasa
mengumpulkan para sahabat yang terpandang dan utama dalam memutuskan sesuatu
bagi kepentingan masyarakat. Karena pemikiran dan pendapat mereka sangat
menentukan bagi perkembangan kehidupan kenegaraan dan pemerintahan. Umar
menempatkan mereka dalam kedudukan yang lebih tinggi dari semua pejabat negara
lainnya. Hal ini tidak lain karena dilandasi rasa tanggung jawab kepada Allah SWT.

Di zaman Umar gelombang ekspansi secara besar-besaran pertama terjadi, ibukota


Syiria, Damaskus ditaklukkan dan setahun kemudian (636 M), setelah tentara
Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syiriah jatuh ke bawah
kekuasaan Islam. Dengan memakai Syiria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir
di bawah pimpinan Amr bin Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqash.
Iskandaria ditaklukkan pada tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh di bawah
kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah ibukota dekat Hirah di Irak, ditaklukkan pada
tahun 637 M, dari sana serangan dilanjutkan ke ibukota Persia, al-Madain ditaklukkan
pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Musol dapat dikuasai. Pada masa
kepemimpinan Umar bin Khattab ra, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi jazirah
Arabiah, Palestina, Syiriah, sebagian besar wilayah Persia dan Mesir.
Umar mengajak dunia memeluk Islam dengan ajakan yang baik dan penuh hikmah.
Setelah pasukan muslim menaklukkan Persia, Umar berwasiat kepada Sa’ad ibn Abi
Waqash, ”kuperintahkan engkau untuk mengajak mereka memeluk Islam; ajakla
mereka dengan cara yang baik, sebelum memulai pertempuran. Umar juga berwasiat
kepada para pemimpin pasukan agar tidak memaksa penduduk setempat untuk
mengganti agama mereka dengan Islam. Umar justru berwasiat agar umat Islam dapat
memuliakan mereka dan tidak mengganggu praktik-praktik ibadah mereka.

Seiring dengan berkembang dan meluasnya wilayah kekuasaan Islam pada masa
Khalifah Umar bin Khattab mengharuskan ia mengatur adminstrasi pemerintahannya
dengan cermat. Dalam sejarah umat Islam, Umar bin Khattab dipandang sebagai
Khalifah yang cukup berhasil mengembangkan dan mewujudkan tata pemerintahan dan
sistem adminstrasi kenegaraan yang baik. Baik dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, politik, hukum maupun ekonomi.

Adapun sistem yang beliau terapkan dalam keihidupan sosial kemasyarakatan ialah
menerapakan perlunya menghargai hak-hak individu dalam kehidupan masyarakat. Hal
itu tampak pada masyarakat yang ditaklukkannya. Beliau memberikan kelonggaran
dalam menjalankan ibadah menurut ajaran agamanya masing-masing.

Dalam bidang pemerintahan, kemasyarakatan dan kenegaraan, Umar menyelesaikan


tiap permasalahan yang dihadapi tidak cukup dengan pengamatan fisik semata-mata.
Semua diselesaikan dengan peelitian yang cermat, teliti dan seksama. Kebijakan ini
diberlakukan ke seluruh wilayah yang menjadi tanggung jawab kekhalifaannya.

Lebih jauh lagi, Umar berhasil menghapuskan sistem feodal Roma yang diterapkan di
Suria, dan kemudian membagi-bagikan tanah di situ kepada penggarap yang asli, yang
memang penduduk Suriah.

Wilayah kekuasaan yang sangat luas itu mendorong Umar untuk segera mengatur
administrasi negara. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah
propinsi, yaitu: Mekah, Madinah, Syiriah, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina dan Mesir,
dan yang menjadi pusat pemerintahannya adalah Madinah. Sehingga dapat dikatakan
bahwa Umar bin Khatab telah menciptakan sistem desentralisasi dalam pemerintahan
Islam.

Sejak pemerintahan Umar, telah dilengkapi adminstrasi pemerintahan dengan beberapa


jawatan yang diperlukan sesuai dengan perkembangan negara pada waktu itu. Jawatan-
jawatan penting itu antara lain adalah; Dewan al-Kharaj (jawatan pajak) yang
mengelolah adminstrasi pajak tanah di daerah-daerah yang telah ditaklukkan. Dewan al-
Hadts (jawatan kepolisian) yang berfungsi untuk memelihara ketertiban dan menindak
pelanggar-pelanggar hukum yang nantinya akan diadili oleh qadhi. Beliau juga telah
merintis jawatan pekerjaan umum (Nazarat al-Nafiah), Jawatan ini bertangung jawab
atas pembangunan dan pemeliharaan gedung-gedung pemerintah, saluran-saluran
irigasi, jalan-jalan, rumah-rumah sakit dan sebagainya.

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar juga telah didirikan pengadilan, untuk
memisahkan antara kekuasaan eksekutif dan yudikatif yang pada pemerintahan Abu
Bakar, khalifah dan para pejabat adminstratif merangkap jabatan sebagai qadhi atau
hakim. Awalnya konsep rangkap jabatan trersebut juga diadopsi pemerintahan Umar.
Tetapi, seiring dengan perkembangan keukasaan kaum muslimin, dibutuhkan
mekanisme administraif yang mendukung terselenggaranya sistem pemerintahan yang
baik

Setidaknya ada 3 faktor penting yang ikut andil mempengaruhi kebijakan-kebijakan


umar dalam bidang hukum yaitu militer, ekonomi dan demografis (multi suku)

1. faktor militer

Penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar adalah fakta yang tak dapat
difungkiri. Beliau menaklukan Irak, Syiria, Mesir, Armenia dan daerah-daerah yang ada
di bawah kekuasaan Romawi dan Persia.[20] Untuk mewujudkan dan menyiapkan
pasukan profesional, Umar menciptakan suatu sistem militer yang tidak pernah dikenal
sebelumnya yaitu seluruh personil militer harus terdaptar dalam buku catatan negara
dan mendapat tunjangan sesuai dengan pangkatnya. Pembentukan militer secara resmi
menuntut untuk melakukan mekanimisme baru yang sesuai dengan aturan-aturan
militer.
2. faktor ekonomi

Dengan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam, tentu membawa dampak pada
pendapatan negara. Sumber-sumber ekonomi mengalir ke dalam kas negara, mulai dari
kharaj (pajak tanah), jizyah (pajak perlindungan), ghanimah (harta rampasan perang),
Fai’ (harta peninggalan jahiliyah), tak ketinggalan pula zakat dan harta warisan yang
tak terbagi[21]. Penerimaan negara yang semakin bertumpuk, mendorong Umar untuk
merevisi kebijakan khalifah sebelumnya (Abu Bakar). Umar menetapkan tunjangan
yang berbeda dan bertingkat kepada para rakyat sesuai dengan kedudukan sosial dan
kontribusinya terhadap Islam. Padahal sebelumnya, tunjangan diberikan dalam porsi
yang sama.
3. faktor demografis

Faktor ini juga sangat berpengaruh pada kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Umar.
Jumlah warga Islam non-Arab semakin besar setelah terjadi penaklukan sehingga
kelompok sosial dalam komunitas Islam semakin beragam dan kompleks sehingga
terjadi asimilasi antara kelompok. Terlebih lagi setelah kota Kufah dijadikan sebagai
kota pertemuan antarsuku baik dari utara maupun selatan. Perbauran inilah yang
membawa pada perkenalan institusi baru.

Dari uraian faktor-faktor yang ikut andil mempengaruhi kebijakan-kebijakan Umar di


atas, dapat dipahami dan disimpulkan bahwa metodologi Umar dalam menetapkan
hukum dipengaruhi oleh dua sikap yaitu beradaptasi dengan kemajuan zaman dengan
kreatif dan berorientasi pada sejarah secara kontekstual

Hasil Karya Umar bin Khattab ra


1. Kasus Mauallaf

Dalam surah Taubah ayat 60, Allah telah menjelaskan bahwa ada delapan kelompok
yang berhak menerima zakat. Diantaranya adalah muallaf yaitu orang yang masih
lemah imannya, agar mereka tetap memeluk Islam dan orang yang dibujuk hatinya agar
bergabung dengan Islam atau menahan diri untuk tidak mengganggu umat Islam.
Namun pada masa pemerintahan Umar, orang-orang kafir tidak lagi mendapatkan zakat
sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah dan Abu Bakar dengan alasan bahwa
kondisi umat Islam pada masanya telah kuat dan stabilitas pemerintahan sudah mantap.

Menurut Umar, muallaf dari kelompok kafir hanya berhak menerima zakat di kala
Islam masih lemah, akan tetapi jika alasan itu sudah tidak ada (Islam sudah kuat) maka
mereka tidak berhak lagi. Keputusan Umar ini berdasarkan penalaran ijtihad tahqiq al-
manath (memperjelas dan merealisasikan alasan hukum syariat) yang tidak bersentuhan
langsung dengan teks.[22] Keputusan ijtihad Umar tidaklah bertentangan dengan nash
al-Qu’ran dan tidak menggugurkan hukum muallaf dari kelompok penerima zakat,
melainkan hanya merupakan penerapan hukum untuk suatu kondisi dan pada saat
tertentu karena ada maslahah yang perlu dicapai. Sedangkan muallaf dari golongan
Islam tetap mendapatkan zakat.[23]

2. Kasus potong tangan bagi pencuri

Dalam hukum Islam, pencurian yang dilakukan oleh seseorang akan dihukum dengan
hukuman potong tangan.[24] Namun terkadang sebagian umat Islam tidak memahami
model-model pencurian yang mendapat hukuman potong tangan, bahkan terkadang
arogan untuk menvonis semua pencuri dihukum dengan hukuman potong tangan,
sehingga menimbulkan imej bahwa hukum Islam itu tidak manusiawi. Sebagaimana
yang telah diketahui bahwa Umar pernah tidak memberlakukan hukum potong tangan
terhadap pencurian di kala umat Islam terbelit krisis ekonomi. Umar tidak menentang
hukum potong tangan akan tetapi memperketat kriteria seorang pencuri dijatuhi
hukuman yang sangat berat ini.

Oleh karena itu, kasus pencurian perlu difahami dan diteliti secara menyeluruh, bukan
saja menyangkut objek, materi curian akan tetapi juga memahami penyebab terjadinya
kejahatan itu sendiri dan sudah barang tentu pelakunya. Pada akhirnya hukuman potong
tangan tidak semudah yang dipahami oleh sebagian umat Islam saat ini, sehingga
tidaklah layak mengatakan bahwa Islam tidak mengenal HAM. Dan sangat perlu diingat
bahwa menjaga keamanan masyarakat itu lebih penting, meskipun dengan cara
mengorbankan seseorang yang sudah menjadi sampah masyarakat.
3. Kasus ghanimah

Sejarah Islam telah menjelaskan kepada umat Islam bahwa harta yang dihasilkan dari
kontak senjata dengan non-Islam, seperlimanya dialokasikan sesuai ketentuan yang
telah ditetapkan dalam al-Qur’an. Sedang empat perlima dibagikan kepada pasukan
yang ikut dalam peperangan. Namun Umar yang menjadi khalifah kedua tidak
memberlakukan hukum di atas dengan berbagai pertimbangan.

Pertimbangan Umar dapat disimpulkan dari sidang musyawarah yang diadakan oleh
beliau dengan para sahabat-sahabatnya sebagai berikut:

1. Penaklukkan tidak selamanya terjadi terus menerus dan penghasilan negara


Islam tentunya akan berkurang.
2. Menjaga ekonomi dan keuangan negara
3. Kecenderungan umat Islam untuk berperang bukan lagi atas dasar kejayaan
Islam akan tetapi karena harta rampasan.
4. Belanja negara yang semakin besar dan membengkak seperti biaya operasional
penjaga perbatasan dan perlengkapan militer serta santunan janda-janda dan
anak-anak.

Pemaparan dan penjelasan berikut contoh-contoh keputusan Umar yang tertera di atas
dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam memahami teks-teks al-Qur’an dan
Sunnah sekaligus dijadikan sebagai metode dalam mencetuskan hukum. Beberapa point
penting yang terkait dengan alasan perubahan hukum yang dilakukan oleh Umar
sebagai berikut :

1. Memperhatikan dan mengkaji alasan hukum (illat al-ahkam)


2. Hikmah dan kemashlahatan manusia di dunia dan akhirat
3. Perkembangan masyarakat yang terus berkembang dan berubah
4. Kondisi kehidupan masyarakat

Selain membentuk lembaga peradilan negara dalam upaya penegakan hukum, Umar
juga membentuk lembaga-lembaga negara lain, guna menunjang tugas-tugas
pemerintahan. lembaga-lembaga yang dibentuk itu antara lain Lembaga Pendaftaran
dan pencatatan penduduk yang bertugas melakukan sensus penduduk. Sebuah lembaga
yang pernah ada sebelumnya. Disamping itu Umar juga membentuk Dinas (kantor) pos,
Kas Negara (baitul mall), percetakan negara yang bertugas untuk mencetak uang resmi
pemerintah, lembaga-lembaga pemasyarakatan, dan markas-markas tentara. Lembaga-
lembaga tersebut tersebar disetiap wilayah dan ditangani oleh orang-orang atau
penduduk setempat.

Dalam pemerintahan Umar seluruh pejabat dan pegawai pemerintahan harus mampu
melaksnakan tugas dengan baik, karena Umar juga menggunakan petugas intelejen
untuk mengawasi mereka, serta selalu mencari keterangan tentang kemungkinan
penyalahgunaan wewenang atau tindakan yang tidak adil terhadap penduduk.

Umar adalah seorang khalifah yang bersikap keras dan tegas kepada kepada para
gubernurnya (pembantunya). Dia begitu khawatir mereka akan bertindak dengan
tindakan yang akan membuat rakyat takut kepada mereka, mau menghinakan diri dan
dengan demikian berarti mereka telah dididik menjadi pengecut dan berkarakter tidak
baik. Untuk itu ia selalu membuka diri untuk menerima berbagai keluhan dari para
pembantunya, lalu hal tersebut disampaikan kepada masyarakat luas dalam khutbanya.

Dan hal yang paling penting juga bahwa pada masa pemerintahan Umar bin Khattab
penetapan kalender Hijriah dimulai sebagai kalender Islam, dengan peristiwa hijrah
sebagai titik awal penghitungan sistem kalender dalam Islam.

Khalifah Umar bin Khattab memerintah selama 10 tahun (13-23 H/634-644 M), beliau
dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’luah.[30] Tidak diketahui
latar belakang dan tujuan utama pembunuhan itu. Tetapi para ahli sejarah mengatakan,
bahwa terdapat permusuhan yang meningkat antara bangsa Persia dengan Khalifah
Umar bin Khattab. Permusuhan itu antara lain disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya:

1. Dimasa Umar negara Persia dibuka oleh Islam dan bangsa Arab masuk ke daerah itu.
Kemungkinan hal itu dianggap bangsa Persia sebagai penjajahan, sedangkan Persia
adalah satu negara besar yang tidak pernah dijajah atau ditundukkan oleh siapapun.
2. Banyak pembesar Persia seperti raja, menteri-menteri dan lain-lainnya yang
kehilangan jabatan. Hal ini menimbulkan rasa kesal dan tidak puas, apalagi sebelumnya
kekuasaan mereka sangat luas dan memiliki banyak hamba sahaya dan pengikut.

Demikianlah gambaran singkat tentang Umar bin Khattab, seorang pemimpin yang
agung dengan segudang prestasi yang gemilang telah dicapai dalam pemerintahannya,
eksapansi-eksapansi yang dilakukan dan penataan administrasi pemerintah yang tepat
dan cermat sehingga dalam jangka waktu kurang lebih 10 tahun kepemimpinannya
telah mampu membawa umat Islam kesituasi yang gemilang yang belum pernah dicapai
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai