Anda di halaman 1dari 8

Makalah peradaban islam

Umar bin khattab & Utsman bin affan

M. Zaki Rainur Hakim 3120220063


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika islam diperkenalkan sebagai pola dasar, kaum Muslim telah dijanjikan oleh Al–Quran
akan menjadi komunitas terbaik dipanggung sejarah bagi sesama umat manusia lainnya.
Akibatnya diterimanya dorongan ajaran seperti ini, secara tidak langsung telah memberikan
produk pandangan bagi mereka sendiri untuk melakukan permainan budaya sebaik mungkin.
Terdapat banyak perspektif dalam membaca banyak fakta sejarah, terutama terhadap sejarah
peradaban umat Islam. Perbedaan cara pandang tersebut sebagai akibat dari khazanah
pengetahuan tentang sejarah yang berbeda. Hal itu dipicu dari keberagaman teori sejarah. Lebih–
lebih sejarah islam yang sebagian besar adalah sejarah tentang polotik dan kekuasaan yang
berujung pada kepentingan kelompok maupun individual semata. Pemimpin yang sukses adalah
pemimpin yang dicintai oleh yang dipimpinnya, sehingga pikirannya selalu didukung,
perintahnya selalu di ikuti dan rakyat membelanya tanpa diminta terlebih dahulu. Figur
kepemimpinan yang mendekati penjelasan tersebut adalah Rasulullah beserta para sahabatnya
(khulafaur Rasyidin). Wafatnya Nabi Muhammad sebagai pemimpin agama maupun Negara
menyisakan persoalan pelik. Nabi tidak meninggalkan wasiat kepada seorangpun sebagai
penerusnya. Akibatnya terjadilah perselisihan, masing-masing kelompok mengajukan wakilnya
untuk dijadikan sebagai penerus serta pengganti Nabi Muhammad untuk memimpin umat.
Akhirnya muncullah kholifah rasyidiyah, yang terdiri dari Abu bakar, Umar, Ustman, dan Ali
yang memimpin secara bergantian. Dalam prosesnya banyak sekali peristiwaperistiwa yang
terjadi dan patut dipelajari sebagai landasan sejarah peradaban islam.

B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Riwayat Singkat Utsman bin Affan
2 Kebijaksanaan Utsman ketika menjadi khalifah
3. Riwayat Singkat Ummar Bin Khattab
4. Kemajuan-kemajuan yang Dicapai Umar Bin Khattab

C. Tujuan
Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui riwayat utsman bin affan
2. Untuk mengetahui kebijaksanaan utsman ketika menjadi khalifah
3. Untuk mengetahui riwayat ummar khattab
4. Untuk mengetahui kemajuan kemajuan yang di capai ummar bin khattab
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peradaban Islam Masa Khalifah Umar bin Khattab

Islam Periode Umar Bin Khattab

Riwayat Singkat Ummar Bin Khattab

Umar bin Khatab (583-644) memiliki nama lengkap Umar bin Khathab bin Nufail bin Abd Al-
Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin razail bin ‘Adi bin Ka’ab bin Lu’ay, adalah khalifah
kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Umar bin khattab lahir di Mekkah pada tahun 583 M, dua belas tahun lebih muda dari Rasulullah
Umar juga termasuk kelurga dari keturunan Bani Suku Ady (Bani Ady). Suku yang sangat
terpandang dan berkedudukan tinggi dikalangan orang-orang Qurais sebelum Islam. Umar
memiliki postur tubuh yang tegap dan kuat, wataknya keras, pemberani dan tidak mengenal
gentar, pandai berkelahi, siapapun musuh yang berhadapan dengannya akan bertekuk lutut. Ia
memiliki kecerdasan yang luar biasa, mampu memperkirakan hal-hal yang akan terjadi dimasa
yang akan datang, tutur bahasanya halus dan bicaranya fasih.

Umar bin Khatthab adalah salah satu sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah Nabi
Muhammad SAW. Peranan umar dalam sejarah Islam masa permulaan merupakan yang paling
menonjol kerena perluasan wilayahnya, disamping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain.
Adanya penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui
kebenarannya oleh para sejarahwan. Bahkan, ada yang mengatakan, bahwa jika tidak karena
penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Isalm belum tentu bisa berkembang
seperti zaman sekarang.

Khalifah Umar bin Khatab dikenal sebagai pemimpin yang sangat disayangi rakyatnya karena
perhatian dan tanggungjawabnya yang luar biasa pada rakyatnya. Salah satu kebiasaannya adalah
melakukan pengawasan langsung dan sendirian berkeliling kota mengawasi kehidupan
rakyatnya.

Dalam banyak hal Umar bin Khatthab dikenal sebagai tokoh yang sangat bijaksana dan kreatif,
bahkan genius. Beberapa keunggulan yang dimiliki Umar, membuat kedudukannya semakin
dihormati dikalangan masyarakat Arab, sehingga kaum Qurais memberi gelar ”Singa padang
pasir”, dan karena kecerdasan dan kecepatan dalam berfikirnya, ia dijuluki ”Abu Faiz”.

Pengangkatan Kahlifah Ummar Bin Khattab

Pada musim panas tahun 364 M Abu Bakar menderita sakit dan akhirnya wafat pada hari senin
21 Jumadil Akhir 13 H/22Agustus 634 M dalam usia 63 tahun. Sebelum beliau wafat telah
menunjuk Umar bin Khatab sebagai penggantinya sebagai khalifah. Penunjukan ini berdasarkan
pada kenangan beliau tentang pertentangan yang terjadi antara kaum Muhajirin dan Ansor. Dia
khawatir kalau tidak segera menunjuk pengganti dan ajar segera datang, akan timbul
pertentangan dikalangan umat islam yang mungkin dapat lebih parah dari pada ketika Nabi wafat
dahulu.

Dengan demikian, ada perbedaan antara prosedur pengangkatan Umar bin Khatab sebagai
khalifah dengan khalifah sebelumnya yaitu Abu Bakar. Umar mendapat kepercayaan sebagai
khalifah kedua tidak melalui pemilihan dalam system musyawarah yang terbuka, tetapi melalui
penunjukan atau watsiat oleh pendahulunya (Abu Bakar).

Pada saat itu pula Umar di bai’at oleh kaum muslimin, dan secara langsung beliau diterima
sebagai khalifah yang resmi yang akan menuntun umat Islam pada masa yang penuh dengan
kemajuan dan akan siap membuka cakrawala di dunia muslim. Beliau diangkat sebagai khlifah
pada tahun 13H/634M.

Kemajuan-kemajuan yang Dicapai Umar Bin Khattab

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil
alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri
masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan
Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan
Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan islam pada jaman Umar. Sejarah mencatat banyak
pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di
dekat Damaskus. 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu
dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan.

Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan
publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga
memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia
memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid
Nabawi di Madinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam. Umar dikenal dari gaya
hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di
zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan


keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.

Ada beberapa perkembangan peradaban Islam pada masa khalifah Umar bin Khtthab, yang
meliputi Sistem pemerintahan (politik), ilmu pengetahuan, sosial, seni, dan agama.

Perkembangan Politik

Pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik islam dalam keadaan stabil, usaha perluasan
wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat,
Umar Radhiallahu ‘anhu segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi
yang sudah berkembang terutama di Persia. Perluasan penyiaran Islam ke Persia sudah dimulai
oleh Khalid bin Walid pada masa Khalifah Abu Bakar, kemudian dilanjutkan oleh Umar. Tetapi
dalam usahanya itu tidak sedikit tantangan yang dihadapinya bahkan sampai menjadi
peperangan.

Kekuasaan Islam sampai ke Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari
Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria,
Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Administrasi pemerintahan
diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah,
Palestina, dan Mesir. Pada masa Umar bin khatab mulai dirintis tata cara menata struktur
pemerintahan yang bercorak desentralisasi. Mulai sejak masa Umar pemerintahan dikelola oleh
pemerintahan pusat dan pemerintahan propinsi.
Karena telah banyak daerah yang dikuasai Islam maka sangat membutuhkan penataan
administrasi pemerintahan, maka khalifah Umar membentuk lembaga pengadilan, dimana
kekuasaan seorang hakim (yudikatif) terlepas dari pengaruh badan pemerintahan (eksekutif).
Adapun hakim yang ditunjuk oleh Umar adalah seorang yang mempunyai reputasi yang baik dan
mempunyai integritas dan keperibadian yang luhur. Zaid ibn Tsabit ditetapkan sebagai Qadhi
Madinah, Ka’bah ibn Sur al-Azdi sebagai Qadhi Basrah, Ubadah ibn Shamit sebagai Qadhi
Palestina, Abdullah ibn mas’ud sebagai Qadhi kufah.

Islam periode masa Utsman bin affan

Sejarah Peradaban Islam Masa Utsman bin Affan

Riwayat Singkat Utsman bin Affan


Nama lengkapnya Utsman bin Affan bin Abu al-Ash bin Umayah bin Abd al-Syams bin Abd al-
Manaf bin Qushai. Lahir pada tahun kelima dari kelahiran Rasulullah s.a.w. Tapi ada yang
mengatakan dia lahir pada tahun keenam sesudah tahun gajah.

Utsman masuk Islam melalui Abu Bakar dan dinikahkan Nabi dengan puterinya Rukaiyah bin
Muhammad s.a.w. Utsman tercatat sebagai orang yang pertama memimpin hijrah bersama
isterinya ke Habsyi untuk kemudian hijrah pula ke Madinah.[1]

Perlu dicatat bahwa Utsman selalu ikut dalam berbagai perang, kecuali perang Badar, karena dia
sibuk menemani dan merawat isterinya Rukaiyah yang sedang sakit sampai wafat dan
dimakamkan pada hari kemengan kaum muslimin. Kemudian Utsman dinikahkan Rasulullah
dengan puterinya Ummu Kalsum, itulah sebabnya dia digelari Dzunnurain.

Utsman terkenal orang yang pandai menjaga kehormatan diri, pemalu, lemah lembut, budiman,
penyabar, dan banyak berderma, pada waktu perang Tabuk, atas ajakan Rasulullah, dia berderma
sebanyak 950 kuda dan bahan logistik, ditambah uang sebanyak 1000 dinar. Dia sanggup
membeli sumur seorang Yahudi seharga 20.000 dirham dan disedekahkan kepada kaum
muslimin.
Umar Terbunuh
Tetapi sungguh suatu ironi, pribadi yang mengagumkan dan mempesona itu akhirnya terbunuh di
tangan budak Persia, bernama Abu Lu’lu’ (Abd Mughiroh). Karena orang-orang Persia sangat
merasa dendam kepada Umar yang menaklukkan dan telah menghancurkan negeri mereka, dan
sebab itu mereka mempergunakan budak tersebut untuk membunuhnya. Umar meninggal dunia
dalam usia 63 tahun, setelah memerintah selama sepuluh tahun.

Kebijaksanaan Utsman
Kepemimpinan Utsman sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Utsman mengambil
beberapa kebijaksanaan yang menimbulkan keresahan masyarakat yang berlanjut pada
kerusuhan.

Pertama, dia mengangkat kaum kerabatnya pada jabatan-jabatan tinggi negara atau yang dikenal
dengan politik nepotisme, yaitu sebagai gubernur dan sekretaris negara;
Saudara sesusuannya Abdullah bin Sa’ad diangkat menjadi gubernur Mesir menggantikan Amr
bin Al-Ash.
Saudara sepupunya Walid bin Uqbah diangkat menjadi gubernur Kufah menggantikan Mughirah
bin Syu’bah. Walid bin Uqbah kemudian diganti pula dengan saudara sepupunya Sa’ad bin al-
Ash.
Anak bibinya Abdullah bin Amir diangkat menjadi gubernur Basrah menggantikan Abu Musa al-
Asy’ari.
Muawiyah bin Abi Sofyan yang masih sama-sama keturunan Bani Umaiyah dikukuhkan menjadi
gubernur Syria dan ditambah dengan wilayah Hims, Yordania, Libanon dan Palestina, semuanya
berada di tangannya.
Saudara sepupunya sekaligus menantunya Marwan bin Hakam diangkat menjadi sekretaris
Negara menggantikan Zaid ibn Tsabit. Sehingga terkumpullah seluruh kekuasaan di tangan satu
keluarga saja
Akibat dari politik nepotisme tersebut menyebabkan muncul protes-protes dan kecaman-
kecaman dari rakyat. Sebab meskipun mereka terdiri dari orang-orang yang telah menunjukkan
kemampuan militer yang tinggi dan administrator kelas utama, namun mereka belum memiliki
moral yang baik, karena baru masuk Islam waktu penakhlukkan kota Makkah, sehingga Islam
belum meresap dalam hati sanubari mereka. Abdullah bin Sa’ad misalnya pernah murtad,
demikian juga Walid bin Uqbah dikenal sebagai seorang pemabuk.

Kedua, membubarkan dewan pengelola Baitul Mal yang dulu dibentuk pada masa khalifah
Umar dan dijabat oleh Abdullah ibn Arqam yang terkenal sangat jujur dan berpotensi mengelola
Baitul Mal. Kini badan itu dihapuskan sehingga pengelola Baitul Mal langsung berada di tangan
khalifah. Akibatnya orang yang dulu mendapat tunjangan dari negara, kini tidak ada lagi.

Pengangkatan Marwan ibn Hakam menjadi ketua sekretaris Negara dan pencopotan Abdullah
ibn Arqam dari ketua Baitul Mal mendapat kecaman pedas dari tokohtokoh masyarakat. Sebab
mereka mengetahui bahwa Marwan dan ayahnya Hakam keduanya adalah orang yang berbahaya
bagi daulah Islamiyah, kalau tidak mengapa dulu Rasulullah, Abu Bakar dan Umar melarang
kedua orang itu pindah dari Thaib ke Madinah. Justru Utsman meminta Marwan datang ke
Madinah untuk diserahi jabatan penting Negara. Sementara Abdullah Ibn Arqam terkenal sangat
jujur dan profesional dalam mengelola Baitul Mal.

Ketiga, tanah-tanah rampasan perang atau ditinggalkan pemiliknya pada waktu perluasan
wilayah di masa khalifah Umar dulu dijadikan milik negara. Tanah itu diolah rakyat, dan negara
memperoleh bagian dari hasil tanah itu.

Kini, di masa Usman tanah-tanah itu diperjual-belikan. Seperti tanah negara yang ada di Basrah
dan Kufah dijual kepada Talhah dan zubeir. Juga memberikan tanah Fadak di Persia kepada
Marwan ibn Hakam dan membolehkan Muawiyah mengambilalih tanah-tanah negara di seluruh
wilayah Syiria, suatu hal yang dilarang keras oleh Khalifah Umar sebelumnya.[5]

Akibatnya, banyak keluarga Bani Umaiyah dan sahabat-sahabat tertentu yang kaya mendadak
yang hidup mewah melimpah berkecukupan, sebaliknya sangat banyak pula rakyat yang menjadi
miskin mendadak karena lahan kehidupan mereka terputus, hilang mata pencaharian.

Dari tiga macam kebijaksanaan yang dilakukan khalifah Utsman di atas menimbulkan
kekecewaan dan kemarahan rakyat, terutama di Kufah, Basrah dan Mesir.

Bahkan Abu Zar Al-Qhiffari mengecam para gubernur dan ketimpangan ekonomi pemerintah. Ia
dielu-elukan rakyat, tetapi dia ditangkap Muawiyah dan dikirim ke Madinah. Akhirnya dia
meninggal dalam kemiskinan.

Sementara itu Abdullah bin Saba’- seorang munafik dan bekas penganut agama Yahudi-
memprovokasi kekecewaan rakyat itu, sehingga ia berhasil menggalang rakyat di Kufah, Basrah
dan Mesir supaya memberontak. Mereka datang ke Madinah meminta Ali agar bersedia menjadi
khalifah pengganti Utsman, tetapi ditolaknya. Demikian juga Talhah dan Zubeir. Dengan rasa
kecewa mereka kembali ke daerah masing-masing.

Dalam perjalanan pulang, rakyat dari Mesir menangkap seorang yang dicurigai. Ia ternyata
membawa surat yang hendak disampaikan kepada gubernur Mesir. Surat itu mengatasnamakan
khalifah, berisi perintah agar pemimpin kaum pemberontak dari Mesir, yaitu Muhammad bin
Abu Bakar ditangkap dan dibunuh.

Mereka kembali ke Madinah membawa surat itu kepada khalifah, tetapi khalifah Utsman
menyangkal membuat surat itu dengan mengatakan: “Demi Allah aku tidak menulisnya, tidak
mendiktekannya dan tidak tahu menahu tentang isinya, dan bahkan stempel tersebut adalah
palsu”.

Mereka meminta agar khalifah Utsman lengser dari jabatannya, tapi ditolak Utsman dengan
berucap “Demi Allah saya tidak akan melepaskan baju yang dipakaikan Allah kepadaku”.

Utsman Terbunuh
Para pemberontak mengepung rumah Utsman selama 40 hari, dalam pada itu salah seorang di
antara mereka terkena panah yang datang dari kediaman khalifah. Mereka mendesak agar si
pemanah diserahkan kepada mereka. Namun tidak juga dipenuhi khalifah. Akhirnya mereka
menyerbu kediaman khalifah dan membunuhnya dalam usia sekitar 82 tahun.
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai