Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW,

sehingga membawa bangsa Arab dari masa keterbelakangan, bodoh dan lainnya

menjadi bangsa yang maju dan terkenal sampai sekarang ini. Pada masa

perkembangannya, Islam mengalami beberapa kali pergantian khalifah untuk

meneruskan perjuangan menegakkan agama Allah, meskipun ada beberapa tahapan-

tahapan pemerintahan yang ada, Islam mengalami kemajuan dan juga mengalami

kemunduran. Akan tetapi hal ini tidak menyurutkan Islam berkembang dan dianut

oleh banyak manusia di muka bumi ini. Setelah Nabi wafat maka dakwah Islamiyah

diteruskan oleh Khulafaurrasyidin, yaitu sahabat-sahabat Nabi yang di pandang

bijaksana, dapat mempimpin jalannya pemerintahan dan mampu memberikan

pengarahan terhadap dakwah Islam, meneruskan dakwah Rasulullah untuk

menyebarkan agama Allah.

Di antara sahabat-sahabat Rasulullah yang diangkat menjadi khalifah ada 4

orang, yaitu yang pertama Abu Bakar As-Sidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin

Affan, dan yang terakhir adalah Ali bin Abi Thalib. Setelah sebelumnya telah dibahas

mengenahi khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab, maka kali ini akan dibahas

mengenai khalifah Utsman bin Affan.

Pada masa pemerintahan beliau, bangsa Arab berada pada posisi permulaan

zaman perubahan. Hal ini ditandai dengan perputaran dan percepatan pertumbuhan

1
ekonomi disebabkan aliran kekayaan negeri-negeri Islam ke tanah Arab seiring

dengan semakin meluasnya wilayah yang tersentuh syiar agama.

Pada manajemen pemerintahannya Utsman menempatkan beberapa anggota

keluarga dekatnya menduduki jabatan publik strategis. Hal ini memicu penilaian

untuk menekankan telah terjadinya proses dan motif nepotisme dalam tindakan

Utsman tersebut. Pada sisi lain Khalifah dituduh sebagai koruptor dan nepotis dalam

kasus pemberian dana khumus (seperlima harta dari rampasan perang) kepada

Abdullah Bin Sa’ad Bin Abu Sarah, kepada Mirwan bin Al Hakkam, dan kepada Al

Harits Bin Al Hakam.

Dengan beberapa kebijakan itulah sehingga banyak kalangan yang menilai

kepemimpinan khalifah berbau nepotisme yang kemudian berkembang melakukan

langkah konspirasi untuk menjatuhkan khalifah Utsman bin Affan, hingga akhirnya

sampai pada tahap pembunuhan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah :

1.      Bagaimana biografi Usman Bin Affan?

2.      Bagaimana keistimewaan Usman Bin Affan?

3.      Bagaimana prestasi Usman Bin Affan?

4.      Bagaimana proses pengangkatan Usman Bin Affan?

2
C. Tujuan Penulisan

Adapun rumusan masalahnya adalah :

1.      Untuk mengetahui biografi Usman Bin Affan

2.      Untuk mengetahui keistimewaan Usman Bin Affan

3.      Untuk mengetahui prestasi Usman Bin Affan

4.      Untuk mengetahui proses pengangkatan Usman Bin Affan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Khalifah Utsman bin Affan

Nama beliau adalah Usman bin Affan bin Abil’Ash bin Umayyah bin Abdisy

Syams bin Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Murroh bin Ka’ab bin Luay bin

Gholib. Nasab beliau bertemu dengan Rosulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pada

kakek ke lima yaitu Abdul Manaf dari jalur ayahnya. Beliau menisbatkan dirinya

kepada bani Umayyah, salah satu kabilah Quraisy.[1] Beliau dilahirkan di Thoif,

sebagian pendapat ada yang mengatakan di Mekah. Beliau lahir pada tahun 567 M,

yakni enam tahun setelah tahun gajah, beliau lebih muda dari Rosul SAW selisih

enam tahun. Ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin Robi’ah bin Hubaib bin ‘Abdi

syams bin ‘Abdi Manaf . Beliau tumbuh diatas akhlak yang mulia dan perangai yang

baik. Beliau sangat pemalu, bersih jiwa dan suci lisannya, sangat sopan santun,

pendiam dan tidak pernah menyakiti orang lain. Beliau suka ketenangan dan tidak

suka keramaian, kegaduhan, perselisihan, teriakan keras. Dan beliau rela

mengorbankan nyawanya demi untuk menjauhi hal-hal tersebut. Dan karena kebaikan

akhlak dan mu’amalahnya, beliau dicintai oleh Quraisy, Nama panggilannya Abu

Abdullah dan diberi gelar Dzunnurrain (yang mempunyai dua cahaya). Sebab digelari

Dzunnuraian karena beliau menikahi dua putri rasulullah yaitu: Roqqoyah dan Ummu

Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata ; Sekiranya kami punya

anak perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu. Dari pernikahannya

dengan Ruqoyyah lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal

4
ketika berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriah. Beliau wafat pada tahun 35 Hijriah

berumur 82 tahun. Menjabat sebagai khalifah ketiga selama 12 tahun.

Beliau mempunyai 9 anak laki-laki yaitu Abdullah al-Akbar, Abdullah al-

Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Uban, Said dan Abdul Muluk dan 6 anak

perempuan[2]. Utsman bin’Affan Radhiyallahu‘anhu hidup ditengah orang-orang

musyrikin Quraisy yang menyembah berhala-berhala, namun beliau tidak menyukai

kesyirikan, animisme dinamisme serta adat istiadat yang kotor. Beliau menjauhi

segala bentuk kotoron jahiliyah yang mereka lakukan, beliau tidak pernah berzina,

membunuh, ataupun meminum khamer. Perjuangannya dalam membela Islam tidak

hanya dengan hartanya saja. Tapi juga raga dan nyawanya. Beliau sangat senang

mengeluarkan hartanya demi kepentingan Islam. Hingga pernah mengirimkan

setengah pasukan ke medan perang dengan hartanya. Pernah mendermakan 300 unta

dan 50 kuda tunggangan.[3] Begitu juga mendermakan 1000 dinar yang diserahkan

langsung kepada Rasulullah. Rasulullah pun berkata; “Apa yang diperbuat pada hari

ini, Utsman tidak akan merugi (di akhirat)” (HR.Tirmidhi). Pada waktu orang-orang

membutuhkan air untuk keperluan dirinya dan hewan ternaknya, Utsman membeli

sumber mata air dari Raimah,[4]seorang Yahudi, untuk diwakafkan kepada umum.

Mengenai kedermawannya, Abu Hurairah berkata; “Utsman bin Affan sudah membeli

surga dari Rasulullah dua kali; pertama ketika mendermakan hartanya untuk

mengirimkan pasukan ke medan perang. Kedua ketika membeli sumber air (dari

Raimah)” (HR.Tirmidhi).

Beliau termasuk 10 orang yang dikabarkan akan masuk surga. Dalam

menjalani hidupnya, beliau sangat takut dengan azab dan siksa Allah. Hingga suatu

5
ketika berkata; Sekiranya diriku berada di antara surga dan neraka dan saya tidak tahu

mana diantara dua itu saya akan masuk, niscaya saya akan pilih menjadi abu sebelum

aku tahu ke mana saya dimasukkan. Rasulullah pernah mengkabarkan bahwa dirinya

termasuk ahli surga karena sabar dan tawakal menghadapi cobaan dan derita dari

Allah. Begitu fitnah yang menimpa dirinya hingga akhirnya terbunuh secara kejam

dan dholim. Pada waktu perang Uhud, beliau berdiri bersama Rasulullah, Abu Bakar

dan Umar. Tiba-tiba gunung itu bergetar, kemudian Rasulullah berkata; Mohon

jangan lari, tetap berada di Uhud. Jangan takut, kamu bersama nabi, Abu Bakar dan

dua orang syahid (HR.Bukhori).

B. Kebijakan dan Prestasi Utsman Ketika Menjabat Sebagai Khalifah

Masa kekhalifahan Utsman bin Affan merupakan masa yang paling makmur

dan sejahtera. Ada yang menyebutkan dalam ceritanya sampai rakyatnya melakuakan

haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat

timbangannya. Beliau adalah khalifah yang pertama kali melakukan perluasan masjid

al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam

yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi

keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan

mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Abu

Bakar dan Umar bin Khotthob biasanya mengadili suatu perkara di masjid. Pada masa

Utsman khutbah Idul fitri dan Idul adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga

adzhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu

itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan

6
pertanian. Pada masa Utsman juga, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk

pertama kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu

Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada

itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di

Laut Tengah.

Adapun prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain bagai

berikut:[5]

1. Perluasan wilayah Islam

Perlu diketahui bahwa setelah Kholifah Umar RA wafat ada beberapa daerah

yang membelot terhadap pemerintahan Islam. Sebagaimana yang di lakukan oleh

Yazdigard yang berusaha menghasut kembali masyarakat Persia agar melakukan

perlawanan terhadap penguasa Islam, akan tetapi pemerintah Islam berhasil

memusnahkan gerakan pemberontakan sekaligus melanjutkan perluasan ke negeri –

negeri Persi lainnya, sehingga beberapa kota besar seperti Hisrof, Kabul, Turkistan

jatuh pada kekuasaan Islam. Juga terdapat daerah lain yang membelot dari

pemerintahan Islam, seperti Khurosan dan Iskandaria, adapun Iskandaria bermula dari

kedatangan kaisar Konstan II dari Roma Timur atau Bizantium yang menyerang

Iskandaria dengan mendadak, sehingga pasukan Islam tidak dapat menguasai

serangan . Panglima Abdullah bin Abi Sarroh yang menjadi wali di daerah tersebut

meminta pada kholifah Utsman untuk mengangkat kembali panglima ‘Amru bin ‘ash

yang telah di berhentikan untuk menangani masalah di Iskandaria. Dan permohonan

tersebut di kabulkan, selain itu ,kholifah Utsman bin ‘Affan juga mengutus Salman

Robi’ah Al-Baini untuk berdakwah ke Armenia. Ia berhasil mengajak kerjasama

7
penduduk Armenia. Perluasan Islam memasuki Tunisia ( Afrika Utara ) di pimpin

oleh Abdullah bin Sa’ad bin Abi Zarrah, yang mana Tunisia sudah lama sebelumnya

di kuasai Romawi. Tidak hanya itu saja pada saat Syiria bergubernurkan Mu’awiyah,

ia berhasil menguasai Asia kecil dan Cyprus. Dimasa pemerintahan Utsman, negeri –

negeri yang telah masuk ke dalam kekuasaan Islam antara lain : Barqoh, Tripoli

Barat, bagian selatan negeri Nubah, Armenia dan beberapa bagian Thabaristan

bahkan telah melampui sungai Jihun ( Amu Daria ), negeri Balkh ( Baktaria ) Hara,

Kabul, Gaznah di Turkistan.

2. Pembentukan Armada laut Islam

Pembangunan angkatan laut bermula dari adanya rencana Kholifah Utsman

untuk mengirim pasukan ke Afrika, Mesir, Cyprus. Untuk sampai ke daerah tersebut

harus melalui lautan. Pada saat itu, Muawiyah, gubernur di Syiria harus menghadapi

serangan angkatan laut Romawi di daerah pesisir provinsinya. Untuk itu, ia

mengajukan permohonan kepada khalifah Utsman untuk membangun angkatan laut

dan di kabulkan oleh kholifah. Itulah pembangunan armada yang pertama dalam

sejarah Dunia Islam. Selain itu, keberangkatan pasukan ke Cyprus yang melalui

lautan, juga ummat Islam agar membangun armada angkatan laut. Pada saat itu

pasukan di pimpin oleh Abdullah bin Qusay Al-Harisi yang di tunjuk sebagai Amirul

Bahr atau panglima angkatan laut. Di samping itu, serangan yang di lakukan oleh

bangsa Romawi ke Mesir melalui laut, juga memaksa ummat Islam agar segera

mendirikan angkatan laut. Bahkan pada tahun 646 M, bangsa Romawi telah

menduduki Alexandria dengan penyerangan dari laut. Atas perintah kholifah

8
‘Utsman, Amr bin Ash dapat mengalahkan bala tentara bangsa Romawi dengan

armada laut yang besar pada tahun 651 M di Mesir.

3. Kodifikasi al-Qur’an

Pemerintahan Islam semakin meluas, beberapa negara telah di taklukkan dan

para Qori’ pun tersebar di berbagai daerah, sehingga perbedaan bacaan pun terjadi

yang di akibatkan berbedanya qiro’at dari qori’ yang sampai pada mereka. Sebagian

kaum muslimin tidak mempermasalahkan perbedaan tersebut, karena perbedaan-

perbedaan tersebut di sandarkan pada Rasul SAW. Sebagian yang lain khawatir akan

menimbulkan keraguan pada generasi berikutnya yang tidak langsung bertemu Rasul

SAW. Ketika terjadi peperangan di Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk Irak,

Hudzaifah melihat banyak perbedaan dalam bacaan al-Qur’an. Melihat hal tersebut

beliau melaporkannya kepada kholifah Utsman. Para sahabat khawatir kalau

perbedaan tersebut akan membawa perpecahan pada kaum muslimin. Mereka sepakat

menyalin lembaran pertama yang telah di lakukan oleh kholifah Abu Bakar yang di

simpan oleh istri Rosul SAW, sayyidah Hafshoh RA. Dan menyatukan umat Islam

dengan satu bacaan. Selanjutnya Kholifah ‘Utsman mengirim surat pada Sayyidah

Hafsoh agar mengirimkan lembaran-lembaran yang bertuliskan al-Qur’an, kemudian

Sayyidah Hafshoh mengirimkannya kepada kholifah Utsma. Kholifah ‘Utsman

memerintahkan para sahabat antara lain ; Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair,  Sa’ad

bin Al-‘Ash, dan Abdurrohman bin Harits bin Hisyam,untuk menyalin mushaf .

Kholifah ‘Utsman berpesan bila anda berbeda pendapat tentang hal al-Qur’an maka

tulislah dengan ucapan lisan Quraisy karena al-Qur’an diturunkan di Quraisy. Setelah

9
mereka menyalin ke dalam beberapa mushaf, kholifah ‘Utsman mengembalikan

lembaran mushaf asli kepada Sayyidah Hafshoh.Selanjutnya ia menyebarkan mushaf

yang telah di salinnya ke seluruh daerah dan memerintahkan agar semua bentuk

lembaran mushaf yang lain di bakar. Mushaf ditulis sebanyak lima buah, empat buah

di kirimkan ke daerah-daerah Islam supaya di salin kembali , satu buah di simpan di

Madinah untuk Kholifah ‘Utsman sendiri dan mushaf ini di sebut mushaf al-Imam

atau mushaf ‘Utsmani.

Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa motif pengumpulan mushaf oleh

Kholifah Abu Bakar dan Kholifah ‘Utsman berbeda. Pengumpulan mushaf yang di

lakukan oleh Kholifah Abu Bakar dikarenakan danya kekhawatiran akan hilangnya

al-Qur’an karena banyak huffadz yang meninggal pada peperangan, sedangkan motif

pengumpulan mushaf oleh Kholifah ‘Utsman dikarenakan banyaknya perbedaan

bacaan yang di khawatirkan timbulnya perpecahan. 

C. Periwayatan Hadits Pada Masa Utsman bin Affan

Secara umum, kebijakan pemerintahan Utsman ibn Affan tentang periwayatan

tidak berbeda dengan apa yang telah ditempuh oleh kedua khalifah sebelumnya.

Namun, langkah yang diterapkan tidaklah setegas langkah khalifah Umar ibn al-

Khattab. Dalam sebuah kesempatan, Utsman meminta para sahabat agar tidak

meriwayatkan hadits yang tidak mereka dengar pada zaman Abu Bakar dan Umar.

[6] Namun pada dasarnya, periwayatan Hadits pada masa pemerintahan ini lebih

banyak daripada pemerintahan sebelumnya. Sehingga masa ini disebut dengan ‫عصر‬

‫إكثار رواية الحديث‬.

10
Keleluasaan periwayatan hadits tersebut juga disebabkan oleh karakteristik

pribadi Utsman yang lebih lunak jika dibandingkan dengan Umar Selain itu, wilayah

kekuasaan Islam yang semakin luas juga menyulitkan pemerintah untuk mengontrol

pembatasan riwayat secara maksimal.

Pada masa ini juga belum ada usaha secara resmi untuk menghimpun hadist dalam

suatu kitab halnya Al-Qur’an, hal ini disebabkan karena:

1. Agar tidak memalingkan perhatian umat Islam dalam mempelajari Al-Qur’an.

2. Para sahabat yang banyak menerima hadist dari Rasul SAW sudah tersebar ke

berbagai daerah kekuasaan Islam.

Dalam perkembangannya, periwayatan hadits yang dilakukan para sahabat berciri

pada 2 tipologi periwayatan.

1. Dengan menggunakan lafal haduts asli, yaitu menurut lafal yang diterima dari

Rasulullah.

2. Hanya maknanya saja. Karena mereka sulit menghafal lafal redaksi hadits

persis dengan yang disabdakan Nabi.

Pada masa pembatasan periwayatan, para sahabat hanya meriwayatkan hadits

jika ada permasalahan hukum yang mendesak. Mereka tidak meriwayatkan hadits

setiap saat, seperti dalam khutbah. Sedangkan pada masa pembanyakan periwayatan,

banyak dari sahabat yang dengan sengaja menyebarkan hadits. Namun tetap dengan

dalil dan saksi yang kuat. Bahkan jika diperlukan, mereka rela melakukan perjalanan

jauh hanya untuk mencari kebenaran hadits yan diriwayatkannya.

11
D. Pengangkatan Utsman Bin Affan , Sebagai Khalifah

            Seluruh kaum muslimin Anshor, Muhajirin, dan seluruh orang-orang yang ada

di Madinah dimintai untuk hadir dalam majelis syuro yang di adakan pada setelah

sholat shubuh pada akhir bulan Dzulhijah 23 h, yang mana pada saat itu yang menjadi

imam sholat shubuh adalah Ar-Rumi. Abdurrahman bin Auf datang dengan

menggunakan sorban pemberian dari Rasulullah, dan juga dihadiri beberapa

pemimpin pasukan diantaranya : Muawiyah bin Abu Sufyan, Umar bin sa’ad, amir

Homsh dan “Amr bin Al Ash yang kebetulan melaksanakan Haji bersama Umar dan

mengikuti Umar ke Madinah. Ketika semuanya berkumpul Abdurrahman bin Auf

membaca sahadat dan berkata : “Wahai Ali, sesungguhnya aku telah memperhatikan

urusan manusia, aku melihat mereka tidak berpindah dari mendukung Utsman. Maka

janganlah kamu bersedih akan hal itu, Lalu Abdurrahman bin Auf berkata kepada

Utsman, “Aku membaiatmu di atas sunnah Allah dan Rasulnya dan kedua khalifah

setelahnya., dan semua kaum Muslimin mengikuti langkah Abdurrahman bin Auf.

Ada beberapa Langkah yang dilakukan Abdurrahman bin Auf dalam musyawarah

pemilihan khalifah :

 Menyelenggarakan musyawarah bersama dengan majelis Syura dalam waktu

yang telah di tetapkan khalifah Umar. Dengan cara ini masing-masing

anggota majelis syura dapat mengemukakan pendapat, arah dan tujuannnya

 Mundur dari daftar khilafah agar terhindar dari prasangka-prasangka.

12
 Berusaha mengetajui pendapat akhir masing-masing anggota majelis syuro

sehingga seperti pemilihan parsial yang di menangkan oleh Utsman dengan

dukungan suara dari Saad bin Abu Waqqash dan Zubairbin Al awwam

 Berusaha mengetahui pendapat masing-masing dua tokoh besar Utsman bin

Affan daan Ali bin Abi Thalib.

 Mengetahui pendapat masyarakat di belakang majelis syuro, dari orang

orang khusus  (para cendekia), masyarakat awam, dan Kaum dhyafa.Yang

hasilnya mayoritas memilih Utsman.

Para sahabat Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka yaitu

Ahlussunnah wal jamaah besepakat bahwa Utsman bin Affan adalah orang yang

paling berhak menjabat khalifah setelah Umar bin Al khattab . tidak ada seorang pun

yang menentang hal ini.

Banyak Ulama dari kalangan ahli hadits dan lainnya menukil Ijma’ tersebut

antara lain:

- Apa yang diriwayatkan Ibnu Abi dengan sanadnya yang sampai pada Harits

bin Madhrab , ia berkata , “ Aku pergi Haji pada masa khalifah Umar. Orang-

orang tidak ragu bahwa kekhalifahan setelahya adalah untuk Utsman.

- Abu Nuaim Al Ashbahani meriwayatkan dengan sanadnya keada Abu

Hudzaifah , ia berkata : “ Sesungguhnya aku berdiri bersama Umar lututku

menyentuh lututnya. Umar bertanya, “ Siapakah yang dipilih kaummu untuk

menjadi pemimpin? “ Ia menjawab “ sesungguhnya kaummu untuk menjadi

13
pemimpin” Ia menjawab : “Sesungguhnya orang-orang yang telah

menyerhkan urusan mereka kepada Ibnu Affan.”

- Al Hafidz adz zahabi menukil daril Qadhi bahwa ia berkata : “ Rasulullah

wafat . Lalu kaum muslimin mengangkatAbu Bakar sebagai khalifah. Jika

mereka mengetahui bahwa ada seseorang yang lebih utma dari Abu Bakar

,Maka mereka telah berbuat curang. Kemudian Abu Bakar mengangkat Umar

sebagai kahlifah. Ia menegakkan kebenaran dan keadilan. Ketika ajalnay

hampir tiba , ia menetapkan enam orang untuk melakukan musyawarah.

Mereka bersepakat untuk menjadikan Utsman sebagai khalifah. Andaikala

mereka mengetahui ada yang lebih Utama darpada Utsman, merati mereka

berbuat curang kepada kita.

Nukilan-nukilan tersebut menyampaikan keterangan jelas bahwa keutamaan

Utsman bin Affan untuk menjadi Khalifah telah masyhur di kalangan para sahabat

Nabi hingga ketika Utsman bin Affan masih hidup. Hal itu karena mereka

mengetahui Nash-nash yang mengisyaratkan urutan kekhalifahan setelah Nabi dan

mereka mengetahui bahwa Utsman  adalah orang yang paling utama secara mutlak

setelah Abu Bakar dan Umar.

E. Keistimewaan Utsman bin Affan

“Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang

paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu

adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Muadz bin

Jabal, yang paling hafal tentang Alquran adalah Ubay (bin Ka’ab), dan yang paling

14
mengetahui ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mempunyai seorang yang

terpercaya, dan orang yang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah bin

al-Jarrah.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya 3:184)

F. Utsman Bin Affan Khalifah Rasyid Yang Ketiga.

Ia dianggap sosok paling kontroversial dibanding tiga khalifah rasyid yang

lain. Mengapa dianggap kontroversial? Karena ia dituduh seorang yang nepotisme,

mengedepankan nasab dalam politiknya bukan kapasitas dan kapabilitas. Tentu saja

hal itu tuduhan yang keji terhadap dzu nurain, pemiliki dua cahaya, orang yang

dinikahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan dua orang putrinya.

Pada kesempatan kali ini penulis tidak sedang menanggapi tuduhan-tuduhan

terhadap beliau. Penulis akan memaparkan keutamaan-keutamaan beliau yang

bersumber dari ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tujuannya agar kita

berhati-hati dan mawas diri ketika mendengar hal-hal negatif tentang Utsman, kita

lebih bisa mengontrol lisan kita dan berprasangka baik di hati kita.

1. Nasab dan Sifat Fisikinya

Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdu asy-

Syam bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwai bin

Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah

bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan (ath-Thabaqat al-Kubra, 3:

53).

Amirul mukminin, dzu nurain, telah berhijrah dua kali, dan suami dari dua

orang putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibunya bernama Arwa binti

Kuraiz bin Rabiah bin Hubaib bin Abdu asy-Syams dan neneknya bernama Ummu

15
Hakim, Bidha binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah. Dari sisi nasab, orang Quraisy

satu ini memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa

sallam. Selain sebagai keponakan Rasulullah, Utsman juga menjadi menantu

Rasulullah dengan menikahi dua orang putri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dengan keutamaan ini saja, sulit bagi seseorang untuk mencelanya, kecuali bagi

mereka yang memiliki kedengkian di hatinya. Seorang tokoh di masyarakat kita saja

akan mencarikan orang yang terbaik menjadi suami anaknya, apalagi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentulah beliau akan memilih orang yang

terbaik untuk menjadi suami putrinya.

Utsman bin Affan termasuk di antara sepuluh orang sahabat yang dijamin

masuk surga, beliau juga menjadi enam orang anggota syura, dan salah seorang

khalifah al-mahdiyin, yang diperintahkan untuk mengikuti sunahnya.

Utsman adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai janggut yang

lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendirian yang besar, berbahu

bidang, rambutnya lebat, dan bentuk mulutnya bagus.

Az-Zuhri mengatakan, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus,

berbahu bidang, berdahi lebar, dan mempunyai telapak kaki yang lebar.”

Amirul mukminin Utsman bin Affan terkenal dengan akhlaknya yang mulia,

sangat pemalu, dermawan, dan terhormat. Terlalu panjang untuk mengisahkan

kedermawanan beliau pada kesempatan yang sempit ini. Untuk kehidupan akhirat,

menolong orang lain, dan berderma seolah-olah hartanya seringan buah-buah kapuk

yang terpecah lalu kapuknya terhembus angin yang kencang.

16
2. Penduduk Surga Yang Hidup di Bumi

Dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam masuk ke sebuah kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun

tersebut. Kemudian datang seorang lelaki untuk masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia

masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata laki-laki

tersebut adalah Abu Bakar. Setelah itu datang laki-laki lain meminta diizinkan masuk,

beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk

surga.” Ternyata lelaki itu adalah Umar bin al-Khattab. Lalu datang lagi seorang

lelaki meminta diizinkan masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan ia

masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan cobaan

yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin Affan.

3. Kedudukan Utsman Dibanding Umat Islam Lainnya

Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda, “Sesungguhnya aku melihat bahwa aku di letakkan di sebuah daun

timbangan dan umatku diletakkan di sisi daun timbangan lainnya, ternyata aku lebih

berat dari mereka. Kemudian diletakkan Abu Bakar di satu daun timbangan dan

umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata Abu Bakar lebih berat dari umatku.

Setelah itu diletakkan Umar di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi

yang lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman di sebuah

daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi lainnya, ternyata dia lebih berat dari

mereka.” (al-Ma’rifatu wa at-Tarikh, 3: 357). Hadis yang serupa juga diriwayatkan

oleh Imam Ahmad dari jalur Umar bin al-Khattab.

17
Hadis ini menunjukkan kedudukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman

dibandingkan seluruh umat Nabi Muhammad yang lain. Seandainya orang-orang

terbaik dari umat ini dikumpulkan, lalu ditimbang dengan salah seorang dari tiga

orang sahabat Nabi ini, niscaya timbangan mereka lebih berat dibanding seluruh

orang-orang terbaik tersebut.

4. Kabar Tentang Kekhalifahan dan Orang-orang Yang Akan

Memberontaknya

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah pernah mengutus

seseorang untuk memanggil Utsman. Ketika Utsman sudah datang, Rasulullah

menyambut kedatangannya. Setelah kami melihat Rasulullah menyambutnya, maka

salah seorang dari kami menyambut kedatangan yang lain. Dan ucapan terakhir yang

disampaikan Rasulullah sambil menepuk pundak Utsman adalah

“Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan memakaikanmu sebuah pakaian

(mengamanahimu jabatan khalifah), dan jika orang-orang munafik ingin melepaskan

pakaian tersebut, jangalah engkau lepaskan sampai engkau bertemu denganku

(meninggal).” Beliau mengulangi ucapan ini tiga kali. (HR. Ahmad).

Dan akhirnya perjumpaan yang disabdakan Rasulullah pun terjadi. Dari

Abdullah bin Umar bahwa Utsman bin Affan berbicara di hadapan khalayak, “Aku

berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam di dalam mimpi, lalu beliau

mengatakan, ‘Wahai Utsman, berbukalah bersama kami’.” Maka pada pagi harinya

beliau berpuasa dan di hari itulah beliau terbunuh. (HR. Hakim dalam Mustadrak, 3:

103).

18
Katsir bin ash-Shalat mendatangi Utsman bin Affan dan berkata, “Amirul

mukminin, keluarlah dan duduklah di teras depan agar masyarakat melihatmu. Jika

engkau lakukan itu masyarakat akan membelamu. Utsman tertawa lalu berkata,

‘Wahai Katsir, semalam aku bermimpi seakan-akan aku berjumpa dengan Nabi

Allah, Abu Bakar, dan Umar, lalu beliau bersabda, ‘Kembalilah, karena besok engkau

akan berbuka bersama kami’. Kemudian Utsman berkata, ‘Demi Allah, tidaklah

matahari terbenam esok hari, kecuali aku sudah menjadi penghuni akhirat’.” (Ibnu

Saad dalam ath-Thabaqat, 3: 75).

19
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pada masa Khalifah Utsman bin Affan  Pembai’atan dirinya dilakukan

melalui pemilihan salah satu di antara 6 orang Ahlu Syuro yaitu Ali bin abi thalib,

Utsman bin affan, Sa’at bin abi Waqosh, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan

dan Tholhah bin Ubaidillah , merupakan kejadian pertama dalam sejarahkekhalifahan

umat Islam. Khalifah Abu Bakar r.a. dibai’at langsung oleh kaum muslimin. Khalifah

Umar bin Khattab r.a. ditetapkan berdasarkan wasiyat Kahlifah Abu Bakar r.a.

Utsman bin Affan adalah khalifah ke 3 setelah Umar bin Khattab. Saat dia menjadi

khalifah usianya 70 tahun dan dia menjadi khalifah selama 12 tahun. Prestasi yang

dicapai pada masa ini adalah kodifikasi Mushaf Al-Qur’an, renovasi masjid Nabawi,

pembentukan angkatan laut, dan peluasan wilayah. Gaya kepemimpinanya Utsman

bin affan dikenal sebagai seorang pemimpin yang familier dan mhumanis.  Namun

gaya kepimimpinan yang familier berdampak kurang baik, yaitu munculnya

nepotisme.

B.     Saran

Kita harus mempelajari tentang masalah sejarah Islam, dimana kita harun

mengetahui kepemimpinan setelah Rasulullah, agar ilmu kita akan bertambah. Jika

ada salah dalam penulisan kami mohon maaf, saran dan kritik sangat kami perlukan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, N. Wahid, Suranto.2013.Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam.Surakarta:Tiga

Serangkai.

Darsono, H. T.Ibrahim.2009.Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam.solo:Tiga

Serangkai.

Murodi, H.2009.Sejarah Kebudayaan Islam Madraah Aliyah Kelas

XII.Semarang:Toha Putra.

http://mynewirmasulyanimakalahutsmanbinaffan.blogspot.com/2015/09/usman-bin-

affan.html

https://kisahmuslim.com/4066-keutamaan-utsman-bin-affan.html

21

Anda mungkin juga menyukai