BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Musfah Usman merupakan kado terbesar yang dipersembahkan oleh Usman bin
Affan, Khalifah ke-3, bagi ummat Islam. Kalaulah jasa Abu Bakar mengenai al-Qur’an
adalah ketika ia mengumpulkannya atas usul Umar bin Khattab karena dikahawatirkan
akan banyak yang hilang setelah para sahabat pengahafal Qur’an banyak yang wafat dan
syahid di medan perang, maka Usman membuat langkah penting
mengenai qiraat(pembacaan) al-Qur’an.
Setelah Islam tersebar semakin luas, ternyata orang-orang membaca al-Qur’an denga cara
mereka masing-masing dan berbeda satu dengan yang lainnya, disana sini sering terjadi
perdebatan sekitar qira’at. Bahkan perdebatan yang terjadi menjurus kearah perpecahan dan
pertikaian antar kelompok. Pada saat itu Usman sebagai Khalifah memandang ini sebagai suatu
yang berbahaya dan mengancam integritas ummat, memangil para ahli kemudian
bermusyawarah mencari jalan keluar terbaik.
Setelah bermusyawarah dengan para ahli, Usman kemudian mengambil langkah
penyatuan qira’at, langkah inilah yang kemudian menghasilkan Mushaf Usman dan yang dipakai
umat Islam diseluruh dunia hingga sekarang.
Usman merupakan sosok sahabat yang sangat dekat dengan Nabi, beliau termasuk salah
seorang yang memeluk Islam awal. Setelah terpilih dan dibaiat menjadi khalifah, ia segera
melakukan berbagai kebijakan dalam rangka melanjutkan perjuang menegakkan daulah Islam
sebagai kelanjutan dari apa yang telah dilakukan oleh dua khalifah sebelumnya.
Ketika menjabat khalifah Usman banyak mendapatkan pujian atas berbagai prestasi yang
diraihnya, akan tetapi is juga banyak mendaptkan cacian karena kebijakannya yang bertentangan
dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh khalifah sebelumnya. Terutama ia banyak
mengangkat keluarganya menjadi pejabat di berbagai daerah,sehingga ia dianggap sebagai
khalifah yang lebih mengutamakan keluarga dan kurang melihat kemampuan yang dimiliki oleh
sahabat yang lainnya. Sehingga banyak terjadi pergolakan yang mewarnai masa
pemerintahannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas penulis kemudian akan memfokuskan pembahasan pada
permasalahan:
1. Apa indikasi terjadinya praktek nepotisme di masas pemerintahan Usman?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya pemberontakan di masa Usman?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Singkat Usman Bin Affan (576-656)
1. Kelahiran dan Sebab ia Masuk Islam
Nama lengkapnya Usman bin Affan bin Abi ‘Ash bin Umayyah bin Abdu Syamsi bin
Abdu Manaf bin Qashy al-Qurasy. Ia dilahirkan di Mekkah pada tahun 576 M. tahun
keenam tahun Gajah. Ia enam tahun lebih muda dari nabi Muhammad SAW. Silsilah
keluarga Usman dan keluarga Muhammad SAW bertemu pada Abdu Manaf.[1] Di
masa kanak-kanak dan masa remaja ia hidup berkecukupan sebagaimana orang-
orang Kuraisy pada umumnya, khususnya Banu Umayyah. Sebalum masuk Islam
Usman merupakan seorang yang kaya, pedagang besar dan terpandang. Sesudah
Muhammad diproklamirkan sebagai nabi dan rasul oleh Allah SWT, ia termasuk
orang yang mula-mula memperyacai risalah Muhammad dan masuk Islam. Ia
memeluk Islam atas ajakan Abu Bakar as-Shiddiq.[2]
Ada beberapa sumber yang menerangkan tentang sebab-sebab keIslaman Usman. Diantaranya
Ibnu Hasyim menyebutkan bahwa sesudah Abu Bakar masuk Islam, orang-orang dari
masyarakatnya sendiri yang mempercayainya dan yang suka mengunjunginya dan duduk-duduk
dengan dia, diajaknya beriman kepada Allah dan masuk Islam. Diantara sahabat yang diajaknya
yaitu Usman bin Affan, Zubair bin Awwam dan Talhah bin ‘Ubaidillah. Oleh Abu Bakar mereka
yang sudah memenuhi ajakannya tersebut diajak untuk menemui Rasulullah dan menyatakan
masuk Islam.[3]
Sumber lain Ibn Sa’d menerangkan bahwa Usman bin Affan dan Talhah bin Ubaidillah pergi
mengikuti Zubair bin Awwam menemui Rasulullah SAW. Ia menawarkan Islam kepada
keduanya dan membacakan beberapa ayat Qur’an serta memberitahukan kepada mereka tentang
ketentuan-ketentuan Islam dan menjanjikan kemuliaan Allah bagi mereka. Usman dan Talhah
kemudian beriman dan masuk Islam.[4]
2. Perawakan dan Sifatnya
Usman tergolong orang yang terpandang karena ia termasuk golongan pedagang yang kaya
serta dermawan. Pada perang Tabuk melawan kerajaan Bizantium, Usman pernah
memberikan sepertiga dari kekayannya untuk kepentingan kaum muslimin.[5] Ketika beliau
dibaiat menjadi khalifah sepeninggal Umar bin Khattab, pada saat itu umur Usman telah
mencapai 70 tahun. Menurut beberapa catatan Usman berperawakan sedang, tidak tinggi dan
tidak pendek, berwajah tampan, berkulit cerah dengan warna sawo matang.[6] Janggutnya
lebat dengan tulang-tulang persendian yang besar. Ia senantiasa mengenakan pakaian yang
indah, bagus dan bermutu tinggi karena ia memang salah seorang Arab Kuraisy yang kaya
pada waktu itu.[7]
Sifat yang paling menonjol dari seorang Usman adalah dia sangat pemalu. Dalam sebuah riwayat
disebutkan:
ح=د ثن=ا, ح=د ثن=ا أب=و معم=ر, حد ثن=ا عم=ر بن أي=وب,حد ثنا محمد بن على جيش
ق==ال رس==ول هللا ص==لى: عن ابن عمر ق==ال, عن نافع, عن الكوثر بن حكيم,هشيم
]8[ أشد أمتى حياء عثمان ابن عفان:هللا عليه وسلم
Dalam riwayat di atas disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW. telah bersabda yang artinya :
“diantara ummatku yang paling pemalu adalah Usman bin Affan”.
Rasa malu yang Usman miliki semakin bertambah pada waktu ia dilihat oleh orang lain.
Sehingga terkadang sifat pemalunya itu membuat orang lain juga malu kepadanya. Bersumber
dari Aisyah Ummulmukminin disebutkan: bahwa ketika Rasulullah sedang duduk-duduk dan
pahanya terbuka, Abu Bakar meminta izin akan masuk diizinkan tanpa mengubah posisi
duduknya, ketika Umar datang meminta izin Nabi pun mengizinkan tanpa merubah posisi
duduknya. Tetapi ketika Usman meminta izin, maka Nabi segera merubah posisi duduk beliau
dan memperbaiki pakaiannya. Sesudah ketiganya pergi Aisyah bertanya: “Ya Rasulullah, Anda
mengizinkan Abu Bakar dan Umar masuk dengan keadaan anda tetap begitu, tetapi ketika
Usman yang meminta izin Anda menurunkan pakaian anda”. Rasulullah menjawab kepada
Aisyah, Ya Aisyah:
Karena sifat pemalu itulah Usman takut berbicara. Dikisahkan bahwa diantra sekian
sahabat Rasulullah tak ada seorang pun yang cara bicaranya lebih baik dan lebih sempurna
daripada Usman. Hanya saja ia takut (baca: berhati-hati) untuk berbicara. Karena takutnya
berbicara ini ia segan berdialog dan berdebat berpanjang-panjang. Kalau ia sudah mengambil
sebuah keputusan ia gigih mempertahankan dan tidak mudah menyerah.[10]
Usman adalah orang yang sangat jujur, dermawan dan murah hati. Dia berasal dari
keluarga Banu Umayyah, kalangan suku Kuraisy yang terbanyak jumlah dan yang terkuat. Tetapi
keenggananya berbicara yang terbawa oleh perasaan malu membuatnya menjadi sangat lemah
lembut. Kedermawanan dan kelembutannya membuat ia disenangi banyak orang. Di samping itu
karena percaya diri dan rasa bangga kepada kerabat, ia sangat dihormati dan dihargai. Usman
memiliki tulisan tangan yang indah. Oleh karenanya Rasulullah menunjuk ia menjadi salah
seorang penulis wahyu.[11]
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001.
Az-Fahami, Imam al-Hafids Abi Nuaim Ahmad bin Abdullah, Hilyah al-Auliya wa Tabaqatul as-Fhiya,
Bairut: Darul Qutub, 2002
Haikal, Muhammad Husain, Usman bin Affan, terj. Ali Audah Usman bin Affan,Jakarta: Litera
AntarNusa, 2007
Hasan, Abdillah F., Tokoh-Tokoh Mashur Dunia Islam, Surabaya: Jawara, 2004
-------------------------------, Men Around the Messenger, Kuala Lumpur: Islammic Book Trust, 2005
As-Salus, Ali Ahmad, Imamah dan Khilafah, terj. Asmuni Salihin Zamaksyari, Jakarta: Gema Insani
Press, 2001
[2] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001,
h.,141.
[3] Muhammad Husain Haikal, Usman bin Affan, terj. Ali Audah Usman bin Affan, Jakarta: Litera
AntarNusa, 2007, h.,35
[4] Ibid.
[5] Abdillah F. Hasan, Tokoh-Tokoh Mashur Dunia Islam, Surabaya: Jawara, 2004, h., 83.
[6] Jalaluddin as-Suyuti, Tarikh Islam, Bairut: Darul Qutub al-Ilmiyah, h., 119.
[8] Imam al-Hafids Abi Nuaim Ahmad bin Abdullah az-Fahami, Hilyah al-Auliya wa Tabaqatul as-Fhiya,
Bairut: Darul Qutub, 2002, h., 92.
[9] Khalid Muhammad Khalid, Khulafa ar-Rasul, Bairut: Daar Tsabit, 1997, h.,234.
[11] Khalid Muhammad Khalid, Men Around the Messenger, Kuala Lumpur: Islammic Book Trust, 2005,
h., 29.
[15]. Ali Ahmad as-Salus, Imamah dan Khilafah, terj. Asmuni Salihin Zamaksyari, Jakarta: Gema
Insani Press, 2001, h., 28.
[18] Ibid.
[21] Ahmad Amin, Islam Dari Masa ke Masa, Bandung: CV Rusyda, 1987, h., 87.
[26] Ibid.
[30] Ibid.
[32] Ibid.
[33] Ibid.
[34] Muhammad Husain Haikal, op. cit., h., 142