PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw,
sehingga membawa bangsa Arab dari masa keterbelakangan, bodoh dan lainnya
menjadi bangsa yang maju dan terkenal sampai sekarang ini. Pada masa
perkembangannya, Islam mengalami beberapa kali pergantian khalifah untuk
meneruskan perjuangan menegakkan agama Allah, meskipun ada beberapa
tahapan-tahapan pemerintahan yang ada, Islam mengalami kemajuan dan juga
mengalami kemunduran. Akan tetapi hal ini tidak menyurutkan Islam berkembang
dan dianut oleh banyak manusia di muka bumi ini. Setelah Nabi wafat maka
dakwah Islamiyah diteruskan oleh Khulafaurrasyidin, yaitu sahabat-sahabat Nabi
yang di pandang bijaksana, dapat mempimpin jalannya pemerintahan dan mampu
memberikan pengarahan terhadap dakwah Islam. Yang pada kenyataannya inilah
nanti, akan meneruskan dakwah Rasulullah untuk menyebarkan agama fitrah ini
dan selanjutnya yang memegang amanah dakwah Islamiyah.
B. Rumusan Masalah
1. Proses Pengangkatan Khalifah Usman Ibn Affan
2. Pembangunan armada angkatan laut
3. Pendewaan dan penetapan mushaf usmani
4. Konflik dan Kemelut Politik Islam Hingga Akhir Hayatnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Pengangkatan Khalifah Usman Ibn Affan
Seperti janji yang dikatakan khalifah Umar dalam pidato inagurasinya
sebagai khalifah, dia telah membentuk majlis khusus untuk pemilihan khalifah
berikutnya. Majelis atau panitia pemilihan itu terdiri dari enam sahabat dari
berbagai kelompok social yang ada. Mereka adalah Ali bin Abi thalib, Usman bin
Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair, Saad bin Abi waqas, dan Thalhah. Namun
pada saat pemilihan berlangsung, Thalhah tidak sempat hadir, sehingga lima dari
enam anggota panitia yang melakukan pemilihan.1
Menjelang wafatnya Umar bin khattab, ia membuat tim formatur untuk
memilih calon khalifah. Akhirnya Usman ibn Affan terpilih menjadi khalifah III
dari al-Khulafa al-Rasyidin pengganti Umar. Dalam sebuah riwayat menyebutkan
bahwa Abd al-Rahman ibn Auf sebagai ketua tim pelaksanaan pemilihan
khalifah, pasca wafatnya Umar ibn Khattab, berkata kepada Usman ibn Affan
disuatu tempat sebagai berikut:
Jika saya tidak membayarmu (usman) maka siapa yang kau usulkan? Ia
(usman) berkata Ali. Kemudian ia (Abd al-Rahman bin Auf) berkata kepada
Ali, jika saya tidak membaiatmu, maka siapa yang kau usulkan untuk dibaiat?
Ali berkata, Usman. Kemudian Abd al-Rahman bin Auf bermusyawarah dengan
tokoh-tokoh lainnya, ternyata mayoritas memilih Usman sebagai khalifah.
Memperhatikan percakapan dari dua sahabat tersebut, maka tampaklah
bahwa sesungguhnya Usman dan Ali tidak ambisius menjadi khalifah, justru
keduanya
saling
mempersilahkan
untuk
menentukan
khalifah
secara
musyawarah.2
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Abdurrahman bin Auf berkata
kepada Ali sambil memegang tangannya,engkau punya hubungan kerabat
1 Abu Suud, ISLAMOLOGI Ajaran, dan peranannya dalam Peradaban Umat Manusia,
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003, hlm. 60
2 Amin Abdullah, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2007, hlm.89-90
dengan Rosulullah dan sebagaimana diketahui, engkau lebih dulu masuk islam.
Demi Allah jika aku memilihmu, engkau mesti berbuat adil. Dan jika aku memilih
Usman, engkau mesti patuh dan taat. Kemudian Ibn Auf menyampaikan hal yang
sama kepada lima sahabat lainnya. Setelah itu ia berkata kepada Usman, aku
membaiatmu atas nama sunnah Allah dan Rosul-Nya, juga dua khalifah
sesudahnya. Usman berkata, baiklah.
Abdurrahman langsung membaiatnya saat itu juga diikuti oleh para
sahabat dan kaum muslim. Orang kedua yang membaiat Usman adalah Ali bin
Abi Thalib. Dengan demikian kaum muslim bersepakat menerima Usman sebagai
khalifah setelah Umar bin Khattab. Haris bin Mudhrab berkata,aku berjanji pada
masa Umar, kaum muslim itu tidak merasa ragu bahwa khalifah berikutnya adalah
Usman.3
B. Pengembangan Angkatan Laut
Di Mesir pasukan muslim di instruksikan untuk memasuki Afrika Utara.
Salah satu pertempuran terpenting disini adalah Zatis Sawari (peperangan tiang
kapal) yang terjadi di Laut Tengah dekat kota Iskandariyah, antara tentara
Romawi yang dipimpin oleh Constantin dengan tentara Muslim yang dipimpin
oleh Abdullah bin Sarah. Dinamakan perang kapal karena banyaknya kapal-kapal
perang yang digunakan dalam peperangangan tersebut. Disebutkan terdapat 1.000
buah kapal, dan 200 buah kapal milikm kaum muslim sedangkan sisanya milik
tentara Romawi. Pasukan Islam berhasil mengusir pasukan Romawi dan ini
merupakan kemenangan pertama tentara muslim pertempuran dilaut.4
Pembangunan angkatan Laut bermula dari adanya rencana Khalifah
Usman untuk mengirim pasukan ke Afrika Mesir, Cyprus dan Konstatinopel
Cyprus. Untuk sampai ke daerah tersebut harus melalui lautan. Oleh karena itu
atas dasar usul gubernur di daerah, Usman pun menyutujui pembentukan armada
laut yang di lengkapi dengan personil dan saran yang memadai.
3 Musthafa Murad, Kisah Kehidupan Usman Ibn Affan, Jakarta: Zaman, 2007, hlm.51-52
4 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta : Rajawali Press,
2000), hal. 105
Pada saat itu, Muawiyah, Gubernur di Syiria harus menghadapi seranganserangan Angkatan Laut Romawi di daerah-daerah pesisir provinsinya. Untuk itu,
ia mengajukan permohonan kepada Khalifah Usman untuk membangun Angkatan
Laut dan di kabulakan oleh Khalifah. Sejak itu Muawiyah berhasil menyerbu
Romawi.
Mengenai pembangunan armada itu sendiri, Muawiyah tidaklah
membutuhkan tenaga asing sepenuhnya, karena bangsa Kopti, begitupun juga
penduduk pantai Levant yang berdarah punikia itu, ramai-ramai menyediakan
dirinya untuk membuat dan memperkuat armada tersebut. Itulah pembangunan
armada yang pertama dalam sejarah Dunia Islam.
Selain itu, keberangkatan pasukan ke Cyprus yang melalui Lautan, juga
mendesak umat islam agar membangun armada angkatan laut. Pada saat itu,
pasukan di pimpin oleh Abdullah bin Qusay Al-harisy yang di tunjuk sebagai
Amirul Bahr atau Panglima Angkatan Laut. Istilah ini kemudian di ganti menjadi
Admiral atau Laksamana. Ketika sampai di Amuria dan Cyprus pasukan islam
mendapat perlawanan yang sengit, tetapi semuanya dapat di atasi hingga sampai
di kota Konstatinopel dapat di kuasai pula.5
Di samping itu, serangan yang di lakukan oleh bangsa Romawi ke Mesir
melalui Laut juga memaksa umat islam agar segera mendirikan angkatan laut.
Bahkan pada tahun 646 M , bangsa Romawi telah menduduki Alexandria dengan
penyerangan dari laut. Penyerangan itu mengakibatkan jatuhnya Mesir ke tangan
kekuasaan bangsa Romawi. Atas perintah Khalifah Usman, Amr bin Ash dapat
mengalahkan bala tentara bangsa Romawi dengan armada laut yang besar pada
tahun 651 M di Mesir
Berawal dari sinilah Khalifah Usman bin Affan perlu di ingat sebagai
Khalifah pertama kali yang mempunyai angkatan laut yang cukup tangguh dan
dapat membahayakan kekuatan lawan.
5 Prof. Dr. Ahmad Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1987)
hal.266
7 Abu Ala Al Maududi.Khilafah dan Kerajaan. Terj. Al Baqir. (Mizan, Bandung, 1984).
Hal. 120-130
al- Quran dengan tujuan supaya tidak terjadi kesimpangsiuran telah mengundang
kecaman melebihi dari apa yang tidak diduga.
Oleh karenanya Lawan-lawan politiknya menuduh Ustman bahwa ia sama
sekali tidak punya otoritas untuk menetapkan edisi al-Quran yang ia bukukan.
Mereka mendakwa Ustman secara tidak benar telah menggunakan kekuasaan
keagamaan yang tidak dimilikinya. Mereka tidak sadar bahwa kepentingan umat
lebih besar ketimbang polotik kekuasaan yang didambakannya. Hal ini tidak
cukup hanya kepentingan pribadi dan kelompok, lebih dari itu mereka lakukan
dengan suatu konspirasi yang rapi dan terencana.
Tentang tuduhan pemborosan uang negara antara lain pembangunan
rumah mewah lengkap dengan peralatan untuk Ustman, istrinya dan anakanaknya ditolak keras oleh Ustman. Demikian pula terhadap tuduhan keji tentang
pemborosan dan korupsi uang negara untuk dibagi-bagikan pada saudaranya.
Tuduhan lain terhadap Ustman yaitu mengambil harta baitul maal adalah tidak
benar, karena beliau dan keluarga hanya makan dari hasil gajinya saja. Semua
tuduhan tersebut di bantah oleh Ustman sendiri: Ketika kendali pemerintahan
dipercaya kepadaku, aku adalah pemilik unta dan kambing paling besar di Arab.
Sekarang aku tidak mempunyai kambing atau unta lagi, kecuali dua ekor unta
untuk menunaikan haji. Demi Allah tidak ada kota yang aku kenakan pajak di luar
kemampuan penduduknya sehingga aku dapat disalahkan. Dan apapun yang telah
aku ambil dari rakyat aku gunakan untuk kesejahteraan mereka sendiri .
Penyebab utama dari semua protes terhadap Khalifah Ustman adalah
diangkatnya Marwan ibnu Hakam, karena pada dasarnya dialah yang menjalankan
semua roda pemerintahan, sedangkan Ustman hanya menyandang gelar Khalifah.
Rasa tidak puas memuncak ketika pemberontak dari Kufah dan Basrah bertemu
dan bergabung dengan pemberontak dari Mesir. Wakil-wakil mereka menuntut
diangkatnya Muhammad Ibnu Abu Bakar sebagai Gubernur Mesir. Tuntutan
dikabulkan dan mereka kembali. Akan tetapi di tengah perjalanan mereka
menemukan surat yang dibawa oleh utusan khusus yang isinya bahwa wakil-wakil
itu harus dibunuh ketika sampai di Mesir. Yang menulis surat tersebut menurut
mereka adalah Marwan ibn Hakam.
Mereka meminta Khalifah Ustman menyerahkan Marwan, tetapi ditolak
oleh Khalifah. Ali bin Abi Tholib mencoba mendamaikan tapi pemberontak
berhasil mengepung rumah Ustman dan membunuh Khalifah yang tua itu ketika
membaca al-Quran pada 35 H/17 Juni 656 M. Pembunuhan ini menimbulkan
berbagai gejolak pada tahun-tahun berikutnya, sehingga bermula dari kejadian ini
dikenal sebutan al-bab al-maftukh (terbukanya pintu bagi perang saudara).
Sebenarnya kronologi pembunuhan Ustman yang bermotif politik itu
lebih berpengaruh terhadap lembaran sejarah Islam dibandingkan dengan sejarahsejarah Islam yang lainnya. Kesatuan umat Islam yang baru terbentuk oleh dua
Khalifah pendahulunya mulai sirna dan keruwetan muncul di tengah-tengah umat
Islam. Selanjutnya masyarakat Muslim terpecah menjadi dua golongan yaitu
Umaiyah dan Hasyimiyah. Golongan Umaiyah menuntut pembalasan atas darah
Ustman sepanjang pemerintahan Ali hingga terbentuknya Dinasti Umaiyah.
BAB III
PENUTUP
A. Latar Belakang
Umar bin khattab, ia membuat tim formatur untuk memilih calon khalifah.
Akhirnya Usman ibn Affan terpilih menjadi khalifah III dari al-Khulafa alRasyidin pengganti Umar. Dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa Abd alRahman ibn Auf sebagai ketua tim pelaksanaan pemilihan khalifah, pasca
wafatnya Umar ibn Khattab, berkata kepada Usman ibn Affan disuatu tempat
sebagai berikut:
Jika saya tidak membayarmu (usman) maka siapa yang kau usulkan? Ia
(usman) berkata Ali. Kemudian ia (Abd al-Rahman bin Auf) berkata kepada
Ali, jika saya tidak membaiatmu, maka siapa yang kau usulkan untuk dibaiat?
Ali berkata, Usman. Kemudian Abd al-Rahman bin Auf bermusyawarah dengan
tokoh-tokoh lainnya, ternyata mayoritas memilih Usman sebagai khalifah.
Memperhatikan percakapan dari dua sahabat tersebut, maka tampaklah
bahwa sesungguhnya Usman dan Ali tidak ambisius menjadi khalifah, justru
keduanya saling mempersilahkan untuk menentukan khalifah secara musyawarah.
Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman menjadi dua
periode, yaitu pada periode kemajuan dan periode kemunduran sampai ia
terbunuh.
Pemerintahan Ustman berlangsung selama 12 tahun. Pada masa awal
pemerintahannya, beliau berhasil memerintahan Islam dengan baik sehingga
Islam mengalami kemajuan dan kemakmuran dengan pesat. Namun pada paruh
terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tak puas dan kecewa umat Islam
terhadapnya. Khalifah Ustman adalah pemimpin yang sangat sederhana, berhati
lembut dan sangat shaleh, sehingga kepemimpinan beliau dimanfaatkan oleh
sanak saudaranya dari keluarga besar Bani Umayah untuk menjadi pemimpin di
daerah-daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Suud, 2003, ISLAMOLOGI Ajaran, dan peranannya dalam Peradaban Umat
Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta
Abu Ala Al Maududi. 1984, Khilafah dan Kerajaan. Terj. Al Baqir. Mizan, Bandung
Amin Abdullah, 2007, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher,
Badri Yatim, 2000, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta : Rajawali
Press
Musthafa Murad, 2007, Kisah Kehidupan Usman Ibn Affan, Jakarta: Zaman,
Manna Khalil al-Qattan, 2001, Studi Ilmu-Ilmu Quran Jakarta: Lintera Antar Nusa:
Prof. Dr. Ahmad Syalabi, 1987, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka Alhusna