Anda di halaman 1dari 12

Munasabah

Oleh: Saniatun Tiningsih


Pengertian Munasabah
• Secara etimologi,
”munasabah” semakna
dengan “musyakalah”
dan “muraqobah”,
yang berarti serupa
dan berdekatan.
• Secara istilah,
“munasabah” berarti
hubungan atau
keterkaitan dan
keserasian antara ayat-
ayat al- Qur’an.
ASUMSI DASAR MUNASABAH

•ialah selalu ada •talazun dzihni ialah •talazum kharijy ialah

pikiran)
Segi tala`zun dzihny (kebiasaan dalam

luarnya)
Segi Makna

Segi talazum kharijy (kebiasaan pada


hubungan antara ayat adanya hubungan adanya hubungan
yang satu dengan ayat antara ayat yang satu antara ayat-ayat atau
yang lain atau antara dengan ayat lain atau surah-surah al-Qur’an,
surah yang satu antara surah yang satu Hal ini dapat dillihat
dengan yang lain dengan surah yang lain dari segi susunan kata-
dilihat dari yang dapat diungkap katanya.
kandungannya. secara jelas dengan
•Sementara makna menggunakan pikiran,
tersebut dapat seperti adanya
berbentuk umum, hubungan sebab
khusus, `aqli (masuk akibat, adanya illah
akal). Hissy` (dapat dan ma`lul
diterima panca indra), (sifat/sebab dan yang
khayali (dalam bentuk disifatkan), adanya dua
imajiner) atau dalam hal yang berlawanan
bentuk lainnya. dan lain sebagainya.
 Memperhatikan tujuan yang dibahas dalam
surat.
 Memperhatikan uraian-uraian dari ayat-ayat
sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam
surat.
 Menentukan tingkat uraian-uraian itu;apakah
ada hubungannya atau tidak ada.
 Ketika menarik kesimpulan dari uraian-uraian
tersebut harus memperhatikan ungkapan
bahasanya dengan benar dan tidak berlebih-
lebihan.

Cara Memahami Munasabah


Macam-Macam Munasabah
1. Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya
Munasabah antarsatu surat dengan surat sebelumnya berfungsi menerangkan atau
menyempurnakan ungkapan pada surat sebelumnya.
Contoh Qur’an surat Al-Baqarah ayat 2
dengan berkorelasi dengan surat Ali
Imran ayat 3 Artinya : inilah kitab yang tidak ada
keraguan padanya.

Artinya: Dia menurunkan Al-Kitab


kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah
diturunkan sebelumnya dan
menurunkan Taurat dan Injil.
2. Munasabah Antar nama Surat dan Tujuan Turunnya
Setiap surat mempunyai tema pembicaraan yang menonjol. Hal itu tercrmin pada
namanya masing-masing. Misalnya Surat Al-Baqarah (sapi betina) bercerita tentang
Nabi Musa dan kaumnya tentang sapi betina yang harus disembelih oleh Bani Isra’il
(Al-Baqarah ayat 67-71).
Cerita tentang sapi betina dalam ayat
tersebut dapat diambil tujuan turunnya
surat, yaitu kekuasaan Tuhan
membangkitkan orang mati. Dengan kata
lain tuajuannya adalah menyangkut
keimanan pada hari kemudian dan
menyangkut kekuasaan Tuhan.

Artinya:
67. dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan Kami buah
ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".
68. mereka menjawab: " mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina Apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi
betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".
69. mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia menerangkan kepada Kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu
adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."
70. mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia menerangkan kepada Kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena Sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi Kami
dan Sesungguhnya Kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)."
71. Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak
bercacat, tidak ada belangnya." mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak
melaksanakan perintah itu.
3. Munasabah Antar Bagian Suatu Ayat (antar kata dalam satu ayat)
Munasabah antar bagian suatu ayat sering berbentuk pola munasabah perlawanan.
Contohnya pada Surat Al-Hadid ayat 4:

Artinya :...Dia mengetahui apa yang


masuk ke dalam bumi dan apa yang
keluar darinya dan apa yang turun dari
langit dan apa yang naik kepadanya...
4. Munasabah Atar ayat yang letaknya berdampingan
Munasabah antarayat yang letaknya berdampingan sering terlihat dengan jelas, namun sering pula tidak jelas.
munasabah antarayat yang terlihat jelas umumnya menggunakan pola ta’kid (penguat), tafsir (penjelas),
i’tiradh (bantahan), dan tasydid (penegasan).
• Pola Tafsir Contoh Qur’an surat al-Baqarah ayat 2 sampai 3
Munasabah antar ayat yang menggunakan pola tafsir yang mana kata ‫متّقين‬pada ayat kedua
apabila suatu ayat ditafsirkan maknanya oleh ayat di ditafsirkan oleh ayat ke tiga. Dengan demikian
sampingnya. pengertian orang yang bertakwa adalah orang
yang mengimani hal gaib, mengerjakan sholat,
dan menginfakkan sebagian rizkinya. (Ayat lihat
makalah)
• Pola Ta’kid Contohnya surat Al-Fatihah ayat 1-2. (Ayat lihat
Apabila salah satu ayat atau bagian ayat memperkuat makna makalah)
bagian ayat yang terletak disampingnya.
• Pola I’tiradh Contoh dalam surat An-Nahl ayat 57. (Ayat lihat
Apabila pada satu kalimat atau lebih tidak ada makalah). Kata ‫ سبحنه‬pada ayat di atas
kedudukannya dalam i’rab (struktur kalimat), baik di merupakan bentuk i’tiradh dari dua ayat yang
pertengahan kalimat ataupun diantara dua kalimat yang mengantarinya. Kata itu merupakan bantahan
berhubungan maknanya. bagi klaim orang-orang kafir yang menetapkan
anak perempuan bagi Allah.
• Pola Tasydid Contohnya pada surat al-Fatihah ayat 6 sampai
Apabila satu ayat atau bagian ayat mempertegas ayat yang 7. (Ayat lihat makalah). Munasabah antar ayat
terletak di sampingnya. yang tidak jelas dapat dilihat melaui qara’in
ma’nawiyyah (hubungan makna) yang dapat
terlihat dalam pola munasabah at-Tanzir
(perbandingan), al-mudhad (perlawanan),
istithrad (penjelasan lebih lanjut) dan at-
takhalush (perpindahan).
5. Munasabah Antar Suatu Kelompok Ayat dengan Kelompok Ayat di Sampingnya.
Dalam surat al-Baqarah ayat 1 sampai 3,misalnya, Allah memulai penjelasan-Nya
tentang kebenaran dan fungsi al-Qur’an bagi orang-orang yang bertakwa. Dalam
kelompok ayat-ayat berikutnya dibicarakan tiga kelompok manusia dan sifat
merekayang berbeda-beda, yaitu mukmin, kafir, dan munafik. (Ayat lihat makalah)

6. Munasabah Antar Fashilah (pemisah) dan Isi Ayat


Macam munasabah ini mengandung tujuan tertentu. Diantaranya adalah menguatkan
makna yang terkandung dalam suatu ayat.
Contoh surat an-Naml ayat 80

Artinya: Sesungguhnya kamu tidak dapat


menjadikan orang-orang yang mati
mendengar dan (tidak pula) menjadikan
orang-orang yang tuli mendengar
panggilan, apabila mereka telah berpaling
membelakang.
7. Munasabah Antar Awal Surat dengan Akhir Surat yang Sama
Tentang munasabah ini, as-Suyuti mengarang sebuah buku yang berjudul Marasid al-
Mathali fi Tanasub al-Maqti wa al- Mathali. Contoh munasabh ini terdapat dalam surat
al-Qashas yang bermula dengan menjelaskan perjuangan Nabi Musa dalam
menghadapi kekejaman Fir’aun.Atas perintah dan pertolongan Allah, Nabi Musa
berhasil keluar dari Mesir dengan penuh tekanan. Di akhir surat, Allah menyampaikan
kabar gembira kepada Nabi Muhammad yang menghadapi tekanan dari kaumnya dan
jajni Allah atas kemenangannya. Di awal surat dikemukakan bahwa Nabi Musa tidak
akan menolong orang kafir. Munasabah di sini terletak dari sisi kesamaan kondisi yang
dihadapi oleh kedua Nabi tersebut.
PENAFSIRAN MUNASABAH
DALAM AL-QUR’AN
 Penafsiran Munasabah Dalam Al-
Qur’an sangat berkaitan erat dengan sistem
penertiban ayat dan surat dalam Al-Qur’an.
 Al-Qur’an terdiri atas surat-surat dan ayat-
ayat, baik yang pendek maupun yang panjang.
◦ Ayat adalah sejumlah kalam Allah yang terdapat
dalam sebuah surat dalam Al-Qur’an,
◦ dan surat adalah sejumlah ayat Al-Qur’an yang
mempunyai permulaan dan kesudahan.
◦ Tertib dan urutan ayat-ayat Al-Qur’an adalah
taufiqi, ketentuan dari Rasulullah saw dan atas
perintahnya”.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai