Anda di halaman 1dari 17

Munasabah

Al-Qur’an
Kelompok 5
Amalia Setya dan Aminah Nur Humairoh
Pengertian
Al-Munasabah
Kata munasabah secara etimologi, menurut As-Suyuthi
berarti al- musyakalah (keserupaan) dan al-muqarabah
(kedekatan). Az-Zarkaysi memberi contoh sebagai
berikut: fulan yunasib fulan, berarti si A mempunyai
hubungan dekat dengan si B dan menyerupainya. Dari
kata itu, lahir pula kata "an-nasib," berarti kerabat yang
mempunyai hubungan seperti dua orang bersaudara dan
putra paman. Istilah munasabah digunakan dalam 'illat
dalam bab qiyas, dan berarti Al-wasf Al-muqarib li Al-
hukm (gambaran yang berhubungan dengan hukum).
Istilah munasabah diungkapkan pula dengan kata rabth
(pertalian).
Menurut Para Ulama

1. Az-Zarkasyi
‫ػهًَ ْانؼُقُى ِل ت َ ْهقَتْهُ ِت ْانقَثُىل‬
َ ‫ض‬ ُ ‫انًُاسثح أ َ ْي ُش َي ْؼقُى ُل إرا‬
َ ‫ػ ِش‬
Artinya : "Munasabah adalah suatu perkara yang dapat dipahami. Tatkala dihadapkan kepada
akal, pasti akal itu akan menerimanya.

2. Manna Al-Qaththan
‫احذَجِ أ َ ْو تٍََُْ اََِ ِح َو ْاََِ ِح فٍِ ْاََِ ِح ْان ًَتَؼَ ِذّدَج‬
ِ ‫وجه االستثاط تٍََُ ان َح ًَهَ ِح َوان ُح ًْهَ ِح فٍِ ْاََِ ِح ْان َى‬
‫ىسج‬َ ‫س‬ُّ ‫ىس ِج وان‬
َ ‫س‬ُّ ‫أَو َتٍَُْ ان‬
Artinya: "Munasabah adalah sisi keterikatan antara beberapa ungkapan di dalam satu
ayat, atau antarayat pada beberapa ayat, atau antar surat (di dalam Al-Quran)."
3. Ibn Al-’Arabi
‫ض‬
ٍ ‫ض َها تِثَ ْؼ‬ ِ ‫ط أٌَ ْانقُ ْش‬
ِ ‫آٌ تَ ْؼ‬ ُ ‫استَثَا‬
ْ ‫َحتًَّ ت َ ُكىٌَ َكان َك ِه ًَ ِح‬
Artinya: "Madah adalah keterikan ayat-ayat Al-Quran sehingga seolah-olah
merupakan satu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan redaksi.
Munasabah merupakan ilmu yang sangat agung“.

4. Al-Biqa’i
"Munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-
alasan di balik susunan atan urutan bagian-bagian Al-Quran, baik ayat
dengan ayat, atau surat dengan surat."
Awal munculnya ilmu munasabah
Ilmu munasabah muncul dan disusun pada awal abad ke empat hijriyah melalui karya
tangan Abu Bakar al-Naisaburi (wafat 324 H). Beliau adalah orang yang pertama
menampakkan ilmu munasabah di kota Baghdad. Apabila dibacakan kepada beliau
ayat-ayat dan surat al-Qur‟an, beliau berkata : “Mengapa ayat ini diletakkan
disamping ayat ini dan apa rahasia dan hikmah surat ini diletakkan disamping surat
ini?” Beliau sering mengkritik ulama Baghdad karena mengabaikan ilmu
munasabah.12 Menunjukkan betapa istimewanya kemampuan Abu Bakar al-
Naisaburi dalam menemukan korelasi dan keterkaitan antara ayat / surat satu dengan
ayat / surat lainnya. Langkah yang dilakukan beliau saat itu cukup fenomenal karena
tidak banyak bahkan tidak ada para mufassir yang berkenan menulis dan menyusun
ilmu ini terlepas adanya pro dan kontra terhadap keberadaan disiplin ilmu
munasabah. Atas dasar itu, bisa dikatakan bahwa Abu Bakar al-Naisaburi adalah
Bapak Ilmu Munasabah.
Cara Mengetahui Munasabah
Untuk meneliti keserasian susunan ayat dan surat (munasabah) dalam Al- Quran diperlukan
ketelitian dan pemikiran yang mendalam. As-Suyuthi menjelaskan ada beberapa langkah yang
perlu diperhatikan untuk menemukan munasabah ini, yaitu:

1. Harus diperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek pencarian.

2. Memerhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat.

3. Menentukan tingkatan uraian-uraian itu, apakah ada hubungannya atau tidak.

4. Dalam mengambil kesimpulannya, hendaknya memerhatikan ungkapan- ungkapan


bahasanya dengan benar dan tidak berlebihan.
Macam-macam Munasabah

01 04
Munasabah antar surat
dengan surat sebelumnya
Munasabah antar ayat yang
letaknya berdampingan
07
Munasabah antar-awal

02 05 surat dengan akhir surat


yang sama
Munasabah antar nama Munasabah antar suatu
surat dan tujuan turunnya kelompok ayat dan kelompok

08
ayat di sampingnya

03 06 Munasabah antar-penutup
Munasabah antar bagian Munasabah antar fashilah suatu surat dengan awal
suatu ayat (pemisah) dan isi ayat surat berikutnya
1. Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya
As-Suyuthi menyimpulkan bahwa munasbah antar satu surat dengan surat sebelumnya
berfungsi untuk menerangkan atau menyempurnakan ungkapan pada surat sebelurnnya.
Sebagai contoh: Dalam surat Al-Fatihah ayat 1 ada ungkapan “alhamdulilah”.
ungkapan ini berkaitan dengan surat Al-Baqarah ayat 152 serta 186.

۟ ‫فَٱ ْر ُك ُشوًَِ أ َ ْر ُك ْش ُك ْى َوٱ ْش ُك ُش‬


ِ ‫وا ِنً َو َال ت َ ْكفُ ُش‬
ٌ‫و‬ ٓ
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,
dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mendustakan (nikmat)-Ku”.
(QS. Al-Baqarah: 152).

۟ ُُ‫ُىا ِنً َو ْنُُؤْ ِي‬


‫ىا ِتً نَ َؼهَّ ُه ْى‬ ۟ ‫اٌ ۖ فَ ْه َُ ْست َ ِجُث‬
ِ ‫ػ‬ ُ ‫َة ۖ أ ُ ِج‬
َ َ‫ُة دَػ َْىج َ ٱنذَّاعِ ِإرَا د‬ َ ‫سأَنَ َك ِػ َثادِي‬
ٌ ‫ػ ًُِّ فَئ ِ ًَِّ قَ ِش‬ َ ‫َو ِإرَا‬
ُ ‫ََ ْش‬
ٌَ‫شذ ُو‬

Artinya: “Dan bila hamba-hamba-Ku mempertanyakan kepadamu berkaitan dengan


aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia meminta kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu
melengkapi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, supaya
mereka selalu berada dalam ijazah (kebenaran)”. (QS. Al-Baqarah: 186).
2. Munasabah antar nama surat dan tujuan turunnya

Nama satu surat pada dasarnya bersifat tauqifi (tergantung pada petunjuk Allah dan
Nabi-Nya. Namun beberapa bukti menunjukkan bahwa suatu surat terkadang memiliki
satu nama dan terkadang dua nama atau lebih. Tampaknya ada rahasia dibalik nama
tersebut. Para ahli tafsir sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Sayuthi melihat
adanya keterkaitan antara nama-nama surat dengan isi atau uraian yang dimuat dalam
suatu surat. Kaitan antara nama surat dengan isi ini dapat di identifikasikan sebagai
berikut :

a. Nama diambil dari urgensi isi serta kedudukan surat. Nama surat al-Fatihah disebut
dengan umm al-Kitab karena urgensinya dan disebut dengan al-Fatihah karena
kedudukannya.

b. Nama diambil dari perumpamaan , peristiwa, kisah atau peran yang menonjol, yang
dipaparkan pada rangkaian ayat-ayatnya; sementara di dalam perumpamaan,
peristiwa, kisah atau peran itu sarat dengan ide. Di sini dapat disebut nama-nama
surat : al-„Ankabut, al-Fath, al-Fil, al-Lahab dan sebagainya.
3. Munasabah Antar Bagian Suatu Ayat

Munasabah antara bagian surat selalu membentuk pola munasabah Al-tadhadat


(perlawanan) seperti terlihat dalam surat Al-Hadid ayat 4.

‫ض َو َيا‬ِ ‫ػهًَ ْٱن َؼ ْش ِش ۚ ََ ْؼهَ ُى َيا ََ ِه ُج فًِ ْٱْل َ ْس‬ َ ‫ض فًِ ِست َّ ِح أََ ٍَّاو ث ُ َّى ٱ ْست َ َى َٰي‬
َ ‫خ َو ْٱْل َ ْس‬ َّ ‫ُه َى ٱنَّزِي َخهَقَ ٱن‬
ِ ‫س َٰ ًَ َٰ َى‬
‫ُش‬
ٌ ِ َّ ‫س ًَا ٓ ِء َو َيا ََ ْؼ ُش ُج فُِ َها ۖ َو ُه َى َي َؼ ُك ْى أٍَََْ َيا ُكُت ُ ْى ۚ َو‬
ِ َ‫ٱَّللُ ِت ًَا ت َ ْؼ ًَهُىٌَ ت‬ َّ ‫ُز ُل ِيٍَ ٱن‬ ِ ََ ‫ََ ْخ ُش ُج ِي ُْ َها َو َيا‬
Yang artinya: “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Lalu dia
bersemayam di atas arsy dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang
keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan
dia bersama kamu di mana saja kamu tinggal. Dan Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan”. (QS. Al-Hadid: 4).
Antara kata “yaliju” (masuk) dan kata “yakhruju” (keluar), serta kata
“yanzilu” (turun) dengan kata “ya‟ruju” (naik) terdapat hubungan pertawanan. Contoh
lainnya yaitu kata “Al-„adzab‟ dan Ar-rahmah” dan janji baik setelah ancaman.
Munasabah seperti ini dapat ditemukan dalam surat Al-Baqarah, An-Nisa dan Surat Al-
Mai‟dah.
4. Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan

Munasabah antar ayat yang letaknya sejajar sering tampak dengan jelas, tapi sering
pula tidak jelas. Munasabah antar ayat yang tampak dengan jelas umumnya rnemakai
pola ta‟kid (penguat), tafsir (penjelas), i‟tiradh (bantahan), serta tasydid (penegasan).
Munasabah antar ayat yang memakai pola ta‟kid yaitu apabila salah satu ayat atau
bagian ayat memperkuat arti ayat atau bagian ayat yang terletak di sampingnya.
Contoh firman Allah, yang Artinya: Dengan menyebut nama Allah yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

(٢) ًٍَُِ ‫( ْٱن َح ًْذ ُ ِ ََّّللِ َسبّ ِ ْٱن َٰ َؼ َه‬١) ‫ٱنش ِح ُِى‬
َّ ٍِ ًَ َٰ ‫ٱنش ْح‬ َّ ‫ِتس ِْى‬
َّ ِ‫ٱَّلل‬

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” (QS. Al-Fatihah: 1-2).
5. Munasabah antar suatu kelompok ayat dan kelompok ayat
di sampingnya

Dalam QS. Al-Baqarah ayat 1 sampai ayat 20, contohnya Allah memulai
penjelasan-Nya tentang kebenaran dan fungsi Al-Quran bagi orang-orang yang
beriman. Dalam kelompok ayat-ayat berikutnya membicarakan tiga kelompok
manusia dan sifat-sifat mereka berbeda-beda, yaitu mukmin, kafir, dan munafik.
6. Munasabah antar fashilah (pemisah) dan isi ayat
Munasabah ini mengandung tujuan-tujuan tertentu. Di antaranya ialah untuk menguatkan
(tamkin) makna yang terkandung dalam suatu ayat. Contohnya, dalam QS. Al-Ahzab ayat 25
diungkapkan sebagai berikut. Artinya: “Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu
yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan
apapun. dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. dan ialah Allah
Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (QS. Al-Ahzab: 25). Dalam ayat ini, Allah menghindarkan
orang-orang mukmin dari peperangan, tidak karena lemah, melainkan karenaAllah Maha
kuat dan Maha perkasa. Jadi, adanya fashilah diantara kedua penggalan ayat di atas
dimaksudkan agar pemahaman terhadap ayat tersebut menjadi lurus serta sempurna. Tujuan
lain dari fashilah, yaitu memberi penjelasan tambahan, yang meskipun tanpa fashilah
sebenamya, makna ayat sudah jelas.

ً ‫ػ ِز‬
‫َزا‬ َّ ٌَ‫ٱَّللُ ْٱن ًُؤْ ِيٍَُُِ ْٱن ِقتَا َل ۚ َو َكا‬
َ ‫ٱَّللُ قَ ِىََعا‬ ۟ ُ‫وا ِتغَُ ِْظ ِه ْى نَ ْى َََُان‬
َّ ًَ‫ىا َخُ ًْشا ۚ َو َكف‬ ۟ ‫ٱَّللُ ٱنَّزٍََِ َكفَ ُش‬
َّ َّ‫َو َسد‬

Artinya: Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh
kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. Dan Allah
menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha Kuat lagi
Maha Perkasa. (QS. Al-Ahzab: 25)
7. Munasabah antar-awal surat dengan akhir surat yang sama
Tentang munasabah ini, As-suyuthi telah mengarang sebuah buku yang berjudul
Marasid Al-Mathali fi Tanasub Al-Maqati „wa Al-Mathali‟. Contoh munasabah ini
terdapat dalam QS. Al-Qashas yang bermula dengan menjelaskan perjuangan Nabi
Musa dalam berhadapan dengan kekejaman Firaun. Atas perintah dan pertolongan
Allah, Nabi Musa berhasil keluar dari Mesir dengan banyak tekanan. Di akhir surat
Allah menyampaikan kabar gembira kepada Nabi Muhammad yang menghadapi
tekanan dari kaumnya dan janji Allah atas kemenangannya. Kemudian, jika di awal
surat dijelaskan bahwa Nabi Musa tidak akan menolong orang kafir. Munasabah di
sini terletak dari sisi kesamaan kondisi yang dihadapi oleh kedua Nabi tersebut.

‫ط ٓس ٓى‬
Artinya: Thaa Siin Miim

َ ‫ال ِإ َٰنَهَ ِإ َّال ُه َى ۚ ُك ُّم‬


ٌَ‫ش ًْءٍ هَا ِنكٌ ِإ َّال َو ْج َه ۥهُ ۚ نَهُ ْٱن ُح ْك ُى َو ِإنَ ُْ ِه ت ُ ْش َجؼُى‬ ٓ َ ۘ ‫ٱَّللِ ِإ َٰنَ ًها َءاخ ََش‬
َّ ‫َو َال ت َ ْذعُ َي َغ‬

Artinya: Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang
lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti
binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah
kamu dikembalikan.
8. Hubungan antar-penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya

Apabila diperhatikan pada setiap pembukaan surat, akan dijumpai munasabah dengan
akhir surat sebelumnya, sekalipun tidak mudah untuk mencarinya. Misalnya, pada
permulaan surat Al-Hadid diawali dengan tasbih. Artinya: Semua yang berada di langit
dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan
dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Hadid Ayat 1). Ayat tersebut
bermunasabah dengan akhir surat sebelumnya. Al-Waqiah yang memerintahkan
bertasbih. Artinya: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) Nama Rabbmu yang Maha
besar (QS. AL-Waqiah Ayat 96).

Surat Al-Waqi’ah Ayat : 96


‫س ِثّ ْح تِٱس ِْى َس ِتّ َك ْٱنؼَ ِظ ُِى‬
َ َ‫ف‬
Artinya: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar.

Surat Al-Hadid Ayat : 1


‫َز ْٱن َح ِكُ ُى‬
ُ ‫ض ۖ َو ُه َى ْٱن َؼ ِز‬
ِ ‫خ َو ْٱْل َ ْس‬
ِ ‫س َٰ ًَ َٰ َى‬
َّ ‫سثَّ َح ِ ََّّللِ َيا فًِ ٱن‬
َ
Artinya: Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah
(menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Referensi Buku :
Ulum Al-Qur’an, karya : Prof. Dr. Rosihon Anwar M.Ag
Munasabah Dalam Al-Qur’an, karya : Cece Abdulwaly
Diskusi Munasabah Al-Qur’an dalam Tafsir Al-Mishbah, karya : Hasani Ahmad Said
Menggali Khazanah Ilmu Munasabah, karya : Syaari Ab Rahman & Dzul Khairi Mohd Noor
TERIMAKASIH
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai