Anda di halaman 1dari 120

BAB II

AL-MUSYTARAK AL-LAFẒĪ DALAM STUDI AL-QUR’AN

A. Pengertian al-Musytarak al-Lafẓī


Al-musytarak al-lafẓī adalah suatu istilah dalam bahasa Arab yang terbentuk dari dua
kata yaitu kata al-musytarak dan al-lafẓī. Dalam Kamus al-Munjid disebutkan bahwa
kata musytarak secara bahasa merupakan bentuk isim maf’ul yang berasal dari akar
kata ‫شَت˚ ِإ‬.‫( شَتِ رُك˚ َي – ََرك‬isytaraka – yasytariku) yang memiliki arti sesuatu yang
menjadi milik bagiannya seseorang dengan yang lainnya seperti jalanan umum,
pendapat umum, dan perintah umum atau bersama.32 Bisa juga berarti bersekutu atau
berserikat
‫ُؤم˚ َل‬ ِ
َ ‫شَت˚ إ‬.‫َرك‬
seperti dalam ungkapan yang berarti kaum yang
‫ق˚ا‬ bersekutu.

Musytarak berarti sesuatu yang dipersekutukan.33


Sedangkan kata isytirāk atau masyārikah menurut Ahmad Warson
Munawwir sebagaimana disebutkan dalam Kamus al-Munawwir (Kamus
Arab-Indonesia) merupakan bentuk isim masdar dari akar kata yang sama
sebagaimana telah disebutkan di atas yang berarti persekutuan. Al-
musytarak al-lafẓī berarti lafal yang memiliki beberapa makna yang
banyak, seperti mata dan yang semisal dengannya.34 Mata yang secara
bahasa dapat berarti mata untuk melihat, mata air dan mata-mata.

32
Louis Ma’luf, Bernard Tottel, Kamus Al-Munjid Fī al-Lughah wa al-A’lām (Beirut:
Dār33al-Masyrik, 2002), 384-385.
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Ciputat: PT. Mahmud Yunus Wa
Dzurriyah, 2010), 196.
34
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia, cet. 14
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 715. Lihat juga Abi al-Fadl Jamāluddin Muḥammad
bin Makram ibn Manẓūr al-Afrīqīy al-Miṣrīy, Lisan al-‘Arab, jilid 10 (Beirut: Dār Ṣādir,
1990), 449.

1
Definisi al-musytarak al-lafẓī secara istilah tidak berbeda jauh dengan
definisi secara bahasa. Kata tersebut diartikan dengan lafal yang memiliki
dua arti atau lebih yang berbeda-beda dengan penggunaan yang beragam
yang menunjukkan maknanya secara bergantian, artinya makna yang
terkandung dalam lafal musytarak tidak dapat digunakan secara
bersamaan.
Namun, harus menggunakan salah satunya saja secara bergantian.35

‫َب َا دِ ل‬.‫ر بِو ˚ض َعلَي الَت‬.‫ي ِن َأ و َأ ˚كَث‬. ‫ي‬.‫َالل ˚ي َعلَي م ˚عَن‬


َ ˚ َ˚ َ
‫ّ˚ ف ُظ يَُ د ُّل‬
36
‫ٍع مُ ˚ختَلِف‬
‫ال‬
‫ّ ِذ‬
“Suatu lafal yang menunjukkan atas dua makna atau lebih dengan
peletakkan yang berbeda-beda atas dasar badal (bergantian).”

‫َسِب˚ي ِل ا˚لَب‬
.‫م˚ن‬¹ ِ ‫ل‬¹ ٍ ‫الل َعلَى ُك‬
.37‫َدِ ل‬ ‫ُه َما َعلَى‬ ,‫ر‬.‫ي ِن َفَأ ˚كَث‬.˚‫ي ِن ُم ˚خت َلِ فَت‬.˚‫َ قَت‬.‫ع لِ َحِ ق˚ي‬ ُ ‫ّ˚ ف ُظ ال˚ َم˚ و‬
ُ ‫ض˚ و‬
‫َو َُي د ُّل‬
“Lafal yang diletakkan untuk dua makna yang berbeda atau lebih, dan
kata tersebut menunjukkan kepada maknanya atas dasar badal atau
berganti-ganti.”
Al-musytarak al-lafẓīy merupakan lafal yang ditetapkan untuk dua
makna atau lebih yang beragam dengan penetapan dan peletakkan yang
beragam pula, dimana lafal tersebut menunjukkan kepada suatu makna
yang telah ditetapkan secara bergantian, lafal tersebut bisa bermakna a
atau
bermakna b. Maksudnya adalah lafal tersebut memiliki penunjukkan makna
َ
yang banyak pada tempat yang berbeda, sebagaimana lafal ‫ ن‬yang berarti
‫ةس‬
tahun. Kata tersebut bisa berarti tahun hijriyah atau tahun masehi. Lafal ‫ي د‬
e
yang memiliki arti tangan kanan dan tangan kiri. Kemudian lafal
e
‫ي عْ ن‬
(mata),

lafal tersebut memiliki beberapa makna, salah satu anggota badan yaitu

35
Rahmawati, Istinbath Hukum Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, ed. 1, cet.
1 (Yogyakarta: Deepublish. 2015), h. 52.
36
Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh (al-Qāhirah: Dār al-Fikr al-‘Arabī, 1958), 132.
37
Totok Jumatoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih (Jakarta: Penerbit
Amzah, 2009), 236.
mata (alat penglihatan), sumber air (mata air), essensi (zat), juga mata-mata
(intel).38 Kata tersebut semuanya merupakan kata yang berlainan yang tidak
dapat dicakup oleh satu pengertian saja, karena setiap penggunaan katanya
sebatas menunjukkan satu pengertian tertentu dari beberapa pengertian. Hal
tersebut adalah yang dimaksud dengan digunakan secara bergantian.
Al-Syafi’i memasukkan lafal musytarak ke dalam kategori lafal ‘am,39
meskipun jelas perbedaanya. Lafal musytarak adalah suatu lafal yang
menunjukkan arti banyak yang berdeda dan berdiri sendiri. Setiap
maknanya bisa berdiri sendiri sesuai dengan konteksnya secara bergantian,
tidak sekaligus secara umum.40
Al-musytarak al-lafẓī adalah suatu kata yang berpotensi untuk memiliki
dua makna yang berbeda atau lebih, atau dikatakan pula kata yang
mengintegrasikan gaya dan beragam makna.41 Dalam bahasa Arab, al-
musytarak al-lafẓīy tidak hanya terjadi pada suatu kata. Akan tetapi, bisa

juga dalam sebuah kalimat. Misalnya, )‫(وامرأة رجال عش رين أطعمت‬


kalimat

tersebut memiliki makna yang banyak, yaitu: “aku memberi makan 10


orang pria dan 10 wanita”, “aku memberi makan 5 pria dan 15 wanita”,
atau “aku memberi makan seorang pria dan 19 wanita”, dan seterusnya.42

38
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih, terj. Moh. Zuhri, Ahmad Qarib, cet. 1
(Semarang:
39
Toha Putra Group. 1994), 272.
Lafal ‘am adalah lafal yang diletakkan untuk satu makna dan makna tersebut
mencakup satuan-satuan makna yang tidak terbatas, meskipun dalam kenyataannya dapat
terbatas. Contoh ṭalabah yang berarti mahasiswa-mahasiswa. Makna ṭalabah meliputi
semua mahasiswa yang ada di perguruan tinggi dengan tanpa batasan jumlah tertentu,
padahal dalam kenyataannya dapat terbatas. Lihat M. Abu Zahrah Ushul Fiqih, 185.
Lihat juga M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir; Syarat, Ketentuan dan Aturan yang Patut
Anda Ketahui dalam Memahami Ayat-Ayat al-Qur’an, cet. 1 (Ciputat: Penerbit Lentera
Hati, 2013), 179.
40
Abu Zahrah, Ushul Fiqih, 236.
41
Yasir Rajab ‘Izzuddin Abdullah, Al-Musytarak al-Lughawi Bi Ittifāq al-Mabānīy
Wa Iftirāqi al-Ma’ānīy Fī Kitāb al-Tarjumān ‘An Gharīb al-Qur’ān Li al-Yamānīy
(Mesir: Universitas Al-Azhar), 663.
42
Baiq Tuhfatul Unsi, “al-Mushtarāk al-Lafẓī (Homonimi) dalam Bahasa Arab”,
Tafaqquh; Vol. 1, No. 2, 2013, 97.
Al-musytarak al-lafẓī merupakan bagian dari ilmu yang membahas
tentang mufradāt al-Qur’an, yaitu sebuah metode dalam menjelaskan
pengertian suatu lafal yang terdapat pada ayat-ayat al-Qur’an dari segi
bahasa, memaparkan makna suatu lafal dengan pemaknaan yang sangat
luas dan komprehensif. Suatu lafal yang disebutkan secara berulang dalam
al- Qur’an dengan berbagai derivasinya, ia memungkinkan mempunyai
pengertian dan maksud yang beragam sesuai dengan siyāq al-jumlah dan
konteks dari suatu teks atau ayat tersebut.43
Dalam kajian ilmu balaghah, al-musytarak al-lafẓīy dikenal dengan
kata jinas,44 yaitu dua kata yang hampir sama, namun memiliki makna
yang berbeda. Dengan kata lain, satu kata yang diletakkan pada tempat
tertentu memiliki makna yang berdeda dengan kata yang sama namun
diletakkan di
tempat yang lain. Contoh firman Allah SWT dalam QS. Al-Rūm/30: 55;

ِ‫ر سا ع »ة َك َٰ ََذل‬.‫ ۡق ِس م ٱۡ ل مجرِموَ ن ما َِلبثوا˚ َغۡ ي‬.‫ قوم ٱل َّسا عُة ي‬.ُ ‫ ۡوم َت‬.‫وي‬
َ َ َ ُ َ ُ ُ ُ ُ َ ُ َ َ َ
ۡ
‫ُ ؤَف ُكوَ ن‬.‫َك َكاُنوا˚ ي‬
“Dan pada hari terjadiya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang
berdosa; ‘mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat
(saja)’. Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari
kebenaran).” (QS. Al-Rūm/30: 55).

Pada ayat di atas, terdapat lafal yang sama dalam pengucapannya, yaitu
lafal al-sā’ah yang disebut sebanyak dua kali. Dari segi makna keduanya
memiliki arti yang berbeda. Pertama, bermakna hari kiamat. Sedangkan
yang kedua, bermakna waktu sesaat saja. Pengungkapan suatu lafal yang
disebut pada tempat yang berbeda sehingga memiliki dua makna tersebut,

43
Abdul Ali Salim, Gharīb al-Qur’ān fī ‘Aṣri al-Rasūl wa al-Ṣaḥābah wa al-Tābi’īn
(Beirut: Muassasah al-Risalah, 1417), 14
44
Jinas adalah dua lafal yang memiliki persamaan dalam pengucapannya, namun
berbeda dalam maknanya (tasyābuh al-lafẓaini fī al-nuṭqi wa ikhtilāfuhumā fī al-ma’nā),
lihat Sayyid Ahmad al-Hasyimi, al-Jawāhir al-Balāghah fī al-Ma’ānīy wa al-Bayān wa
al-Badī’ (Beirut: Dār al-Fikr, 1978), 396.
di dalam ilmu balaghah dikenal dengan jinas.45 Sedangkan dalam ilmu
semantik pengertian tersebut dikenal dengan homonimi. 46 Menurut para
linguistik Arab klasik homonimi adalah:

‫مت شابِ هٍ ة فِي ُم ˚خت َلِفٌة ِف ˚ي ال َّد‬ ِ‫ِعبا رةٌ ع ن َكل‬


َ ََ ُ ˚ َ ََ
47 ِ
‫للَ ة‬¹َ ‫ال ن‬ ‫َ ما ٍ ت‬
َ‫ّط˚ِ ق َوا˚ل ِكَتاَبِة َول‬
‫ِكن‬
‫ َها‬.ّ
“Al-musytarak al-lafẓī (homonimi) adalah beberapa kata yang
sama baik pelafalannya, maupun bentuk tulisannya. Akan tetapi,
maknanya berlainan.”
Pada dasarnya lafal atau kata yang berhomonimi adalah kata-kata yang
berbeda, yang secara tidak sengaja bentuknya sama.
Dalam ilmu al-Qur’an isytirāk al-lafẓī disebut juga dengan istilah al-
wujūh wa al-naẓāir, yaitu satu kata yang di ulang pada beberapa tempat di
dalam ayat-ayat al-Qur’an yang berasal dari satu akar dan tanda baca yang
sama, namun masing-masing ayat (yang berbeda) memiliki maksud dan
makna yang berbeda, dari segi makna, isi kandungan dan penafsirannya.
Ilmu ini adalah komponen yang sangat penting dalam menafsirkan dan
memahami maksud yang hendak disampaikan dari ayat-ayat al-Qur’an,
sehingga dengannya dapat membantu para mufassir untuk mencapai
makna yang tepat pada lafal-lafal yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an
yang sesuai dengan konteksnya.48

45
Mardjoko Idris, Ilmu Balaghah Antara al-Bayan dan al-Badi’ (Yogyakarta: Teras,
2007),
46
60.
Homonimi adalah relasi makna antar kata yang ditulis dan dilafalkan sama (baik
berupa kata, frase atau kalimat), namun maknanya berbeda. Lihat Setiawati
Darmojuwono, “Semantik” dalam Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik,
Ed. Kushartanti, dkk. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), 116. Lihat Verhaar J.
W. M, Asas-Asas Linguistik Umum (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996),
124. Lihat juga Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1995), 93- 94.
47
Taufiqurrahman, Leksikologi Bahasa Arab (Malang: UIN-Malang Press, 2008), 67.
48
Ahmad Sarwat, al-Wujuh wa an-Nazhair dalam al-Qur’an; Satu Kata Banyak
Makna, Satu Makna Banyak Kata, cet. 1 (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2019), 11-15.
M. Quraish Shihab memberikan penjelasan mengenai definisi al-wujūh
wa al-naẓāir secara lebih rinci dalam karyanya Kaidah Tafsir. Al-wujuh
yaitu kata yang memiliki kesamaan pada bentuk dan hurufnya, yang
terdapat pada berbagai redaksi ayat al-Qur’an, namun makna yang
dikandungnya berbeda. Sedangkan al-nadzā’ir adalah dua kata yang
berbeda yang digunakan dalam ayat-ayat al-Qur’an, namun memiliki
makna yang sama. Contohnya seperti insān dan basyar yang sama-sama
diartikan dengan pengertian manusia, qalb dan fuād yang dimaknai
dengan hati. Dengan demikian, al-wujūh bisa diartikan dengan kesamaan
lafal dan perbedaan makna atau sama dengan musytarak. Sedangkan, al-
nadzā’ir adalah lafal-lafal yang berbeda dengan makna yang sama, sama
dengan istilah mutarādif.49
Al-musytarak al-lafẓīy sangat penting keberadaannya dalam ilmu tafsir,
ilmu ini merupakan standarisasi kedalaman ilmu seorang mufassir.
Penggunaannya bagi seorang mufassir yaitu agar lebih teliti lagi dalam
memahami sebuah teks agar tidak terperangkap ke dalam pemaknaan
secara tekstual yang sangat sempit. Keberadaannya juga memberikan
kontribusi dalam memahami dan menganalisa berbagai makna yang
dikandung dalam sebuah ayat, menguasai kata-kata yang memiliki
wawasan kata yang luas dalam al-Qur’an dengan berbagai macam
persoalannya. Keagungan mukjizat bahasa al-Qur’an dapat terproyeksikan
dari disiplin ilmu ini.50

B. Sebab-sebab Terjadinya al-Musytarak al-Lafẓī


Ada banyak hal yang menjadi sebab terjadinya suatu lafal menjadi
musytarak dalam Bahasa Arab. Secara garis besar beberapa sebab yang
paling mempengaruhi di antaranya yaitu:

51
Al-Zarkasyi, al-Burhān fī ‘Ulūm al-Qur’an, jilid 1 (Maktabah al-Syāmilah: Pustaka
Ridwana, 2008), 120.
52
Sriwahyuningsih R Saleh dan Berti Arsyad, ‘A Jamiy Jurnal Bahasa dan Sastra
Arab, Volume 08, No. 2, September 2019, 156-157.
1. Perbedaan Dialek

Hal ini merupakan faktor pengaruh yang sangat besar terjadinya


isytirāk pada suatu lafal, yaitu penggunaan suatu kata untuk
menunjukkan satu makna di dalam kabilah-kabilah Arab.53 Kata
tersebut oleh suatu suku bangsa (kabilah) digunakan untuk makna
tertentu, sedangkan suku bangsa yang lain menggunakan kata tersebut
untuk makna yang lainnya juga,54 sehingga kemudian sampai kepada
kita kedua makna tersebut tanpa adanya keterangan perbedaan makna
yang dimaksudkannya. Contoh sebagian kabilah memutlakkan lafal َ ‫ي‬
R‫ د‬pada seluruh hasta, sebagian kabilah memutlakkannya pada lengan
dan telapak tangan, dan sebagian kabilah lagi telapak tangan secara
khusus;55

2. Majaz
Majaz ini merupakan faktor pengaruh yang sangat penting dalam
pertumbuhan lafal musytarak. Suatu kata dimaksudkan menurut
hakikatnya untuk satu makna, kemudian digunakan juga untuk makna
lain secara majazi atau kiasan. Contoh seperti firman Allah SWT:
ۡ
ِ ‫ا ٓل »ر كََِٰت ٌب َأ َن زلََٰنُه ِإَلۡ ي َك ِلُت‬
‫خ َر ج‬
َ‫ٱلن‬
‫ّا َس ِم َن‬ ۡ
‫ٱلُظ‬
‫ُّل َٰ ََم ِت َِإلى‬
‫ٱلُن‬ ۡ
‫ه ۡم ِإَل َٰ َى ََِِٰرِ ط‬¹ِ‫ّوِر بِإ ذ ِن َرب‬
‫ٱ َل عِ زيِ ز ٱل َح ِمي ِد‬
”Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan
kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap
gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan
mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi
Maha Terpuji.” (QS. Ibrāhīm/14: 1).

11
53
Yasir Rajab, Al-Musytarak al-Lughawi, 669.
54
Miftah Faridl, Agus Shihabudin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam Yang Pertama,
cet. 1 (Bandung: Pustaka, 1989), 187.
55
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, 273.

12
Lafal zhulumāt (ُ ُ‫الظ‬
‫ت‬ ‫ّ) َُل ما‬ secara hakikat bermakna “gelap”,

kemudian dalam ayat tersebut


digunakan secara majazi dengan

makna kesesatan. Dan lafal nūr (


‫َاالُن‬. ˚‫ُور‬

)ّ yang hakikatnya bermakna


“pelita atau cahaya”, kemudian
digunakan secara majazi dengan
makna petunjuk atau iman.
Penggunaan makna majazi juga
masyhur, sehingga banyak yang
menyangka bahwa makna yang
kedua adalah makna yang hakiki
dan bukan majazi;

3. Perkiraan makna

Adanya pengertian yang


diperkirakan antara pengertian hakiki
dan istilah sehingga menyebabkan
adanya perubahan makna satu kata
dari pengertian bahasa ke dalam
pengertian istilah. Suatu kata pada
awalnya dimaksudkan pada satu
pengertian bahasa kemudian
dialihkan menjadi pengertian dalam
13
istilah syar’i. Seperti lafal ‫استدام‬ yang memiliki arti
lafal shalat yang
berkelanjutan juga dapat berarti
dalam pengertian
bahasa berarti doa, ‫ استدمي‬yang berarti
sedangkan dalam
definisi istilah syara 56
Ali As-Sahbuny, ”Kamus al-Qur’an: Quranic
Explorer,” h. 466.
berarti dimaksudkan
kepada ibadah
tertentu sebagaimana
kita ketahui;56

4. Perubahan dari segi


pelafalan

Hal ini terjadi


pada pergantian
posisi huruf dari sisi
shorof dan pergantian
huruf atau ibdal.
Contohnya,
pertukaran huruf pada

shigat wazan ‫اش فت عل‬


pada lafal ‫ دام‬maka
akan menjadi ‫اس تدام‬,
dan dari lafal ‫دمي‬

akan menjadi ‫استدمي‬.


Akan tetapi,

dikatakan bahwa
14
berdarah. Hal ini disebabkan oleh kesalahan sang penutur, namun
dapat dipahami oleh yang lainnya sehingga kemudian banyak
digunakan oleh orang lain.57

C. Kaidah-kaidah al-Musytarak al-Lafẓī


Berikut ini beberapa kaidah yang telah dirumuskan oleh para ulama
dalam pengambilan hukum, apabila dalam nash-nash al-Qur’an dan
al- Sunnah terdapat terdapat isytirāk pada suatu lafal, yaitu:
1. Apabila al-musytarak al-lafẓī terdapat pada nash syar’i, musytarak
antara makna kebahasaan dan makna terminologis secara syar’i.
Maka, makna yang harus ditetapkan adalah makna yang dimaksud
oleh istilah syar’i,58 kecuali jika terdapat indikasi yang
menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah arti dalam istilah
bahasa.59 Misalnya, kata thalaq ditetapkan dalam pengertian
bahasa yaitu melepaskan ikatan apa saja, sedangkan dalam
pengertian syar’i berarti pelepasan ikatan perkawinan yang sah.
Contoh dalam
firman Allah SWT:
‫ال ط‬
‫َّال ُق َ َمّرَتا ِن‬
“Thalaq adalah dua kali”

Maka yang dikehendakinya adalah makna secara syar’i, bukan


makna secara kebahasaannya.
2. Apabila al-musytarak al-lafẓī yang ada dalam nash syar’i adalah
musytarak antara dua arti atau lebih menurut makna bahasa, maka

57
Baiq Tuhfatul Unsi, al-Mushtarak al-Lafẓī (Homonimi) dalam Bahasa Arab, 95.
58
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih, 274. Lihat juga Totok Jumantoro dan
Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih, 237.
59
Rahmawati, Istinbath Hukum Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, 54.
cara untuk menentukan satu makna yang dikehendaki dari
beberapa makna dalam lafal musytarak yaitu wajib melakukan
ijtihad dengan melihat dalil-dalil dan qarinah60 (indikator) yang
menerangkan dan menguatkan salah satu pengertian tersebut, baik
dari segi konteks kalimatnya atau dengan menggunakan dalil dari
luar.61 Contoh yang menggunakan indikator dari segi konteks
kalimatnya adalah
perkataan yang menyatakan:

‫و‬¹ ِ ‫و ن َِل ِع ر ِش ا˚ َل ع ُد‬. ‫ث ت ا˚ل عي‬.‫ َّث‬.‫ب‬


َ ˚ َ َ ˚ُ ُ ُ َ
‫ف م و ِض ع ج‬
‫َ ˚ي‬ ˚َ َ

”Telah saya sebarkan para intel untuk mengetahui pangkalan


tentara musuh.”
Dalam kalimat tersebut yang dimaksud dengan kata ‘ain adalah
jasus (intel/mata-mata) dengan melihat konteks kalimatnya.
Contoh lain yaitu firman Allah SWT:

‫˚ُ ب ِ ُصر˚ َو ن َبِ ها‬.‫َُل ه ˚م َا ˚عيُ ٌن ََل ي‬


“Mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk
melihat tanda-tanda kekuasaan Allah.” (QS. al-A’rāf/7: 179)
Dilihat dari segi konteks kalimatnya, bahwa kata a’yun (jamak
dari ‘ain) menunjukkan kepada makna mata sebagai alat
penglihatan. Selain itu, untuk mengetahui makna apa yang
dikehendaki oleh lafal musytarak tersebut, bisa juga dengan
melihat dalil yang lain, bukan dari segi konteksnya. Apabila dalil
tersebut berupa nash maka kemungkinan terjadinya perbedaan
pendapat
60
Qarinah memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan maksud yang
hendak disampaikan. Lafal musytarak yang disertai dengan qarinah akan lebih mudah
dipahami dibandingkan dengan ayat yang tidak memiliki qarinah. Lihat Noor Anida
Awang & Tasnim Mohd Annuar, “al-Musytarak al-Lafẓīy Menurut Perspektif Ilmuan
Linguistik Arab”. Jurnal Islam dan Masyarakat Kontemporari, jilid. VI, (2013), Jilid. VI,
29.29.
61
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih, 275.
dalam memahaminya tidak begitu besar. Akan tetapi, jika dalil
tersebut tidak berupa nash maka kemungkinan terjadinya
perbedaan pendapat menjadi cukup besar.62 Dalam al-Qur’an dapat
ditemukan beberapa contoh lafal musytarak, dimana para ahli fikih
berbeda pendapat dalam menafsirkannya. Hal tersebut akan
dibahas pada pembahasan selanjutnya.
Contoh musytarak antara sejumlah makna kebahasaan yaitu pada

kata ‫( ي د‬tangan) dalam firman Allah SWT:
َ ‫ر‬
‫وال سا ِر ُق ِ فا ط ُعوا أ ْي ِد َيُه َما‬
ْ
‫َ َق ُة ق‬
‫وال‬
‫سا‬
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya......“ (QS. al-Māidah [5]: 38)

Kata tersebut adalah musytarak antara bagian dan batasan


tangannya. Jumhur mujtahid beristidlal dengan sunah amaliyah
dan menentukan makna dari ayat tersebut, yaitu dari ujung jari
sampai dengan pergelangan tangan.
3. Jika terdapat tiga kemungkinan makna dari satu kata yaitu antara
makna kebahasaan, makna pengertian sehari-hari (‘urfiyah) dan
makna syar’iyyah, maka yang harus didahulukan dalam memahami
al-Qur’an dan Sunnah adalah makna syar’iyyah. Jika makna teks
tidak sesuai dengannya, maka untuk memahaminya diarahkan
kepada makna ‘urfiyah. Jika ini pun tidak dapat dipahami, baru
kemudian pikiran diarahkan kepada makna kebahasaannya.63
62
Abu Zahrah, Ushul Fiqih, 186.
63
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, 115-116.
D. Pandangan Para Ulama Mengenai al-Musytarak al-Lafẓī
Para ulama berbeda pendapat mengenai terjadinya isytirāk al-lafẓī
dalam al-Qur’an, sebagian golongan melarang terjadinya isytirāk al-lafẓī
dan sebagian golongan lain berpendapat bahwa hal tersebut wajib adanya,
dengan alasan bahwasanya makna-makna itu tidak akan habis (tidak
terbatas) sedangkan lafal-lafal itu terbatas, sehingga sangat
memungkinkan adanya beberapa makna yang dapat dihendaki dari suatu
lafal.64
Sebagian besar ulama seperti Khalil Ashmā’īy, Sibawaih, Abu
Ubaidah, Abu Zaid al-Anshari, Ibn Faris, Tsa’labi, al-Mubarrid, dan al-
Suyuthi berpendapat bahwa al-musytarak al-lafẓī itu memungkinkan
terjadi. Mereka membolehkan meletakkan salah satunya, dengan
meletakkan satu lafal untuk satu makna, dan meletakkan lafal lain untuk
makna yang lain. Lafal tersebut masyhur di antara dua bagian dalam
kegunaan dua makna.65 Tha’lab, al-Abhari, dan al-Balkhi berpendapat
bahwa adanya musytarak
al-lafẓī itu mustahil, karena suatu kata yang diklaim sebagai musytarak al-
lafẓī yang memiliki makna dua atau lebih adakalanya salah satunya adalah
makna hakiki sedangkan yang lainnya makna majaz. Contohnya, seperti
lafal ‘ain yang hakikatnya berarti mata sedang makna yang lainnya berarti
majaz. Di samping itu, suatu lafal dan peletakkan maknanya bertujuan
untuk memberi pemahaman pada suatu pembahasan. Sedangkan
pembahasan dengan menggunakan lafal isytirāk tidak akan menghasilkan
suatu pemahaman.
Mayoritas ulama dari golongan Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah,
Hambaliyah dan sebagian ulama Mu’tazilah memperbolehkan penggunaan
lafal musytarak menurut arti yang dikehendaki dengan alasan bahwa

64
Jalāluddīn Abd Raḥmān bin Abī Bakr al-Suyūṭī, (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyah,
2013), cet. 2, h. 99. Lihat juga A. Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih: Satu & Dua Edisi
Revisi cet. 1 (Jakarta: Kencana. 2010), 118.
65
Yasir Rajab, Al-Musytarak al-Lughawi, 664-665.
peletakan suatu lafal bergantung kepada tujuan mutakallim. Adakalanya
mutakallim menyebutkan sesuatu dengan rinci, adakalanya dengan global.
Pendapat tersebut merujuk pada Q.S. al-Ḥajj/22: 18 yaitu:

‫ِض َوال َّش ˚م َس َوا˚ َل ق َ َ ُموالرن‬ ‫َر َأ َّن‬.‫َأَل˚ م َت‬


‫ّ ُج˚ ومُ َوال˚ ِجَبا ُل‬
‫ال‬
‫َّه يَ ˚س ُج ُد َلُه َم ˚ن فِي ال َّس َماَ وا ِت ََوم ˚ن فِي ا˚َْل˚ر‬
‫ٌر ِم َن‬.‫جر َو ال َّ َد وا ُّب ََوكثِ˚ي‬
َ َ ‫َوال َّش‬
‫الن‬
‫ٌر َح َّق َعَل˚يِ ه ا˚ل َع َذا ُب ََوم ˚ن ُيِه ِن‬.‫ّا ِس ََوكثِ˚ي‬
‫ال‬
‫ُّه ََف ما َلُه ِم ˚ن ُم ˚كِ رٍم‬
‫ِإ َّن‬
َ‫ا ل‬
‫َ˚ َف عُل َما يَ َشاُء‬.‫َّه ي‬
“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud
apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung,
pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar
daripada manusia? dan banyak di antara manusia yang telah
ditetapkan azab atasnya. dan Barangsiapa yang dihinakan Allah
Maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya
Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (Q.S. al-Hajj/22: 18).
Lafal yasjudu pada ayat di atas merupakan musytarak antara
meletakkan dahi di atas tanah dan ketundukkan pada sunnah Allah. Kedua
makna tersebut seperti sama-sama makna dikehendaki oleh teks yang
dimaksud. Jika yang dimaksud adalah sujud dalam makna yang pertama
saja, maka perbuatan tersebut hanya bisa dilakukan oleh makhluk yang
berakal saja, akan tetapi tidak bisa dilakukan oleh makhluk seperti
matahari, bulan dan lain sebagainya. Begitupun dengan diartikan oleh
makna yang kedua saja, karena tidak tepat ditujukan kepada Tuhan.66
Menurut M. Quraish Shihab mayoritas para pakar bahasa mengakui
adanya isytirāk pada suatu lafal. Namun, beberapa ulama al-Qur’an juga
tidak menerima keberadaannya. Menurut mereka jika di dalam al-Qur’an
terdapat kata tersebut, maka yang pertama, tentunya harus memiliki
qarinah yang menunjukkan makna yang dikehendaki.67 Selain itu, juga

66
67
Ali As-Sahbuny, ”Kamus al-Qur’an: Quranic Explorer,” h. 469.
Qarinah memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan maksud yang hendak
disampaikan. Lafal musytarak yang disertai dengan qarinah akan lebih mudah dipahami
membuat pembahasan menjadi bertele-tele, dan ini merupakan bukan sifat
bahasa yang baik. Kedua, jika tidak diikuti indikator, maka tujuan
memberikan pemahaman pesan yang disampaikan Allah kepada manusia
tidak mungkin terpenuhi. Pada dasarnya, menyatakan bahwa tidak ada
lafal isytirāk (dan mutaradif) pada ayat-ayat al-Qur’an.
Argumen tersebut ditolak oleh mayoritas ulama al-Qur’an, karena pada
dasarnya bahasa al-Qur’an menggunakan bahasa Arab, sedangkan dalam
bahasa Arab menggunakan dua kalimat tersebut (musytarak dan
mutaradif) sehingga sangat memungkinkan jika al-Qur’an
menggunakannya pula.68

E. Al-Musytarak al-Lafẓī dalam Nash al-Qur’an


Lafal yang bersekutu atau musytarak terkadang berbentuk isim (kata
benda), atau terkadang berbentuk fi’il (kata kerja) seperti shigat amar atau
perintah bagi wajib dan sunah, atau berupa huruf seperti “wawu” untuk
‘athaf (kata sambung) dan menyatakan keadaan.69
Beberapa contoh lafal musytarak dapat ditemukan di dalam ayat-ayat
al- Qur’an di antaranya adalah:
1. Lafal qurū’ dalam Q.S. al-Baqarah/2: 228;

‫ُرٓو »ء ََوَل يَ ِح ُّل َُل ه‬.‫ََٰلَثَة ُق‬.‫ص َن َب ِأ ُن ف ِس ِه َّن ث‬ ۡ


ۡ ‫َوٱ ل‬
‫َّن َأن َي كُت ۡم َن َما َخَل َق‬ ‫ُمَطل‬
َ‫ٱ ل‬ ‫ََّٰق ُت‬
‫ُّه ِف ٓي‬ .َ‫ي‬
‫َت‬
‫َ ر ب‬.
ّ
‫د ِه َّن‬¹ ِ‫ ُه َّن َأ َح ُّق َبِر‬.‫ُ عو َُلت‬.‫َوب‬ ‫ِف‬
ۡ ۡ ۡ
‫ي ََٰٰ َذلِ َك ِإ ن‬ ‫ ۡوِم ٱ‬.َ‫ُ ؤِم َّن َوٱ لي‬.‫َأۡ َر حاِ م ِه َّن ِإن ُك َّن ي‬
ۡ ِ
ِ ‫بٱ ل ْٓل ِخ‬
‫»ر‬
‫ِّ ه‬

dibandingkan dengan ayat yang tidak memiliki qarinah. Lihat Noor Anida Awang &
Tasnim Mohd Annuar, “al-Musytarak al-Lafẓīy Menurut Perspektif Ilmuan Linguistik
Arab” Jurnal Islam dan Masyarakat Kontemporari, jilid. VI (2013), h. 29.
68
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 110.
69
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih, h. 274.

‫َعِ زٌيز‬ ۡ »
‫ َعَلۡ ي ِه َّن َ َد َر ج‬¹ِ ‫َعَلۡ ي ِه َّن ِبٱ ل ِف َولِل‬ ‫ِٰ ََلح ا َو َُل ه َّن ِم‬ ‫ِكيٌ م‬
‫ة‬ ‫م ۡ ع ر و ر َ جا ِ ل‬ ۡ
‫َوٱ ل‬ ُ َ ‫ثُل‬ ˚‫ََأرا ُدٓوا‬
‫ٱل‬
‫ُّه‬ ‫إ ِ َح‬
‫ّ ِ ذي‬
"Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu)
tiga kali quru'. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada
Allah dan Hari Akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya
dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki
ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami,
mempunyai satu tingkatan lebih daripada istrinya. Dan Allah
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (Q.S. al-Baqarah/2: 228)
Lafal qurū’ adalah jamak dari qur’un. Lafal qurū’ di dalam
pemakaian bahasa Arab memiliki dua kemungkinan makna yang
sama- sama hakikat, yaitu bisa berarti masa suci dan bisa pula berarti
masa haid.70 Lafal tersebut merupakan salah satu lafal musytarak yang
terdapat dalam al-Qur’an, para ahli fiqih berbeda pendapat dalam
menafsirkannya. Untuk menentukan kemungkinan makna yang
dimaksud, diperlukan kajian dan pemikiran mendalam berupa ijtihad.
Ulama Hanafiyah dan sekelompok mujtahid lainnya menafsirkan lafal
qurū’ dengan makna haid, sedangkan ulama Syafi’iyah
menafsirkannya dengan makna suci (al-thuhur). Setiap penafsiran dari
kedua pendapat tersebut didasarkan pada dalil, yang memang lafal itu
dapat menerima kedua makna tersebut dengan masing-masing
qarinah dan dalil lainnya.71

2. Lafal shalat juga merupakan lafal musytarak dalam al-Qur’an.


Contoh firman Allah SWT:

70
Abu Yasid, Metodologi Penafsiran Teks; Memahami Ilmu Ushul Fiqh Sebagai
Epistemologi Hukum (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), 71.
71
Abu Zahrah, Ushul Fiqh, 186.
˚‫َوأِ قَ ي ُموا˚ ٱل َّصلََٰوة َوَءاُتوا˚ ٱ َلّزَك َٰ ََوة َوٱ َۡرك ُعوا‬
‫َم َع‬
ٰ‫ٱل‬
‫ّركِعِي َن‬

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku´lah


beserta orang-orang yang ruku´” (QS. Al-Baqarah/2: 43)
Lafal shalat mengandung arti dalam istilah bahasa yang berarti
doa dan bisa pula berarti ibadah yang memiliki syarat-syarat dan
rukun tertentu dalam istilah syara’.

3. Lafal yad (tangan), dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman:

‫َح ِكيٌ م‬ َ َۢ ۡ
‫م َن‬¹ ِ ‫َ َجزٓا ءَ َبِ ما َك َسَبا َن َٰ ََكً ال‬ ‫َوٱل َّسا ِر ُق َوٱل َّسا ِرَقُة َفٱ قطَ ُٓعوا˚ َأۡ ي‬
‫ٱ لل‬ ‫َ ُه َما‬.‫ِدي‬
‫ّ ِه‬
‫َوٱ ل‬
‫ُّه َعِ زٌيز‬
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa
yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Al-
Māidah/5: 38)

Kata tersebut adalah musytarak antara dzira (dari ujung jari


hingga bahu), antara telapak tangan dan lengan (dari ujung jari
sampai dengan siku), telapak tangan (dari ujung jari sampai
pergelangan tangan) dan antara tangan kanan dan tangan kiri.

4. Lafal al-maḥīdh dalam QS. al-Baqarah/2: 222 yaitu:


.َ‫ِض ََوَل ت‬
ۡ ِ ِ ۡ ۡ ‫ۡ ِض ق‬
‫َويَ ۡسلُوَن َك َع ِن ٱ ل‬
‫َقرُب ُوه َّن‬ َ‫ َسٓاء‬¹ ‫ه و ًَأ ذى َفٱ عَت زُلوا˚ ۡٱلن‬
َ ُ ‫ل‬ ُ
‫فِي ٱ ل َم ِحي‬ ‫َم ِحي‬

‫ُي ِح ُّب‬ ۡ ۡ ۡ ِِۖ ۡ


ِ
‫َف أُت ُوه َّن م ن َح ي ُث ََأ َمُرك ُم‬ ِ
‫َحت يَط ُه ر َن َفإ َذا‬
‫ٱ لت‬
‫ٱل ل‬ ‫ّ َٰ َى‬
.ّ » ‫َتَطّه ۡ َر ن‬
‫ّ ُه ِإ َّن‬
‫ّوبِي َن‬ ‫ٱل‬
‫َّه‬
ۡ
‫هِ ري َن‬¹ ِ‫َوُي ِح ُّب ٱ ل ُمَتَط‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah:
"Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah
kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.”
(Q.S. al-Baqarah/2: 222).
Lafal al-mahīḍ di dalam ayat tersebut merupakan musytarak
antara masa atau waktu haid (zaman) dan tempat keluarnya darah
haid (makan). Para ulama mengartikannya dengan tempat
keluarnya darah haid, karena adanya qarinah haliyah yaitu bahwa
orang-orang Arab pada masa turunnya ayat tersebut tetap
menggauli istri-istrinya pada waktu haid. Sehingga yang
dimaksud dengan lafal al-mahīḍ adalah bukanlah waktu haid,
melainkan larangan untuk istimta’ pada tempat keluarnya darah
haid (qubul).72

72
Wahbah Zuhaily, Ushul Fiqh (ttp: Mansyurat Kuliah Da’wah Islamiyah, 1990), 181
mengutus beberapa orang sahabatnya seperti Ali Ibn Abī Thālib,
‘Ammār Ibn Yāsir, Thalhah, Zubair, Abu Martsad al-Ghanawi dan
yang lainnya157 untuk menemui seorang wanita (Sarah) yang
membawa surat dari Hāṭib yang ditujukan kepada orang-orang
musyrik. Mereka diminta untuk mengambil suratnya dan
membebaskan orangnya. Akan tetapi, jika ia tidak memberikan
suratnya maka akan dipenggal kepalanya. Pada mulanya, ia tidak
mau mengaku, dan mereka (para sahabat utusan nabi) tidak
menemukan surat tersebut saat pemeriksaan terhadap barang-
barangnya dilakukan. Saat mereka berniat untuk kembali, namun
‘Ali bin Abi Thalib bersikeras sambil mengancam akan membunuh
dan memenggal leher wanita tersebut. Melihat keseriusan Ali
tersebut, Sarah kemudian mengaku dan mengeluarkan surat
tersebut dari ubun-ubunnya (celah rambut). Mereka kemudian
melepaskan wanita tersebut dan kembali kepada Rasulullah dengan
membawa surat tersebut.158

Kemudian Rasulullah memanggil Hatib dan menanyakan


kenapa ia mengirimkan surat itu. Hatib memohon kepada Rasul
agar tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan sambil
bersumpah bahwa ia tidak murtad, tidak juga berkhianat. Tetapi, ia
hanya ingin memberi jasa kepada mereka dengan harapan mereka
tidak mengganggu keluarganya. Allah memaafkannya dan Rasul
memahami motif tindakannya tersebut.159

Pada akhir ayat Allah memberi penegasan bahwa siapa saja


yang menjalin kasih sayang dan hubungan dekat dengan orang-
orang

157
158
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Miṣbāḥ, vol. 13, 585.
Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, jilid. 18, 338-341
31
159
al-Thabari, Jāmi’ al-Bayān, jilid 7, 271-272.

32
kafir dan musyrik serta menjadi penolong bagi mereka, maka
orang tersebut disebut dengan ḍalla; telah melakukan kesalahan
dan penyimpangan dalam menyusuri jalan (yang lurus).

a. Orang-orang yang membunuh anaknya

Lafal ḍalāl dengan makna ini terdapat pada QS. Al-An’ām/6:


140 yaitu:

ۡ َّ َ َ َ َ َ ُ َ َ َّ َ ۡ
‫ٱل ق د‬ ‫و ح ما َر ز ق ُه ُم ٱل ل‬ ‫ق د خ ِس ر ٱ ل ِذي ن ق ت ل ِب غ ۡي‬

َ
ٓ ۡ ُ
‫ه ٱ ف ِت َ را ًء‬ َ ‫ٓوْا َأ ۡوَٰل َد ُه ۡم ر س َف‬
ْ ُ ّ ِ
n ّ ‫ا‬ ‫رمو‬
‫ض‬ ‫لِ ه‬
ۡ ‫ها‬s
َ ‫ع ل ٖم‬
‫ُّلوْ ا‬ ‫ع لى‬
َ
‫و َما كا م ۡه ت ِدي َن‬
ْ ُ
‫نو ا‬

“Sungguh rugi mereka yang membunuh anak-anaknya karena


kebodohan tanpa pengetahuan, dan mengharamkan rezeki yang
dikaruniakan Allah kepada mereka dengan semata-mata
mebuat-buat kebohongan terhadap Allah. Sungguh mereka
telah sesat dan tidak mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’ām/6:
140)

Ayat ini merupakan sebuah penegasan bahwa orang-orang


yang membunuh anak-anak mereka karena alasan tidak jelas dan
mengharamkan rezeki yang telah dikaruniakan oleh Allah,160
mereka ini adalah orang-orang yang sesat dan tidak mengikuti
petunjuk yang diberikan kepada mereka.

Apabila seseorang beranggapan bahwa membunuh anak itu


lebih baik daripada membiarkannya hidup, karena takut terhadap
33
sesuatu hal yang belum terjadi; takut akan kemiskinan, maka
sungguh ia telah mengingkari nikmat dan karunia tuhan yang
sangat

160
Lihat QS. Al-An’ām/6: 138 dan 139. Penetapan hukum halal dan haram menjadi
salah satu hak khusus Allah dalam penetapan hukum syariat. Perkara halal adalah yang
dihalalkan oleh Allah. Begitu pula perkara haram adalah yang diharamkan oleh Allah
swt.

mereka
berada
dalam

34
kesesatan. Apa yang dikatakan oleh Nabi Nuh tidak benar.164

109

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Isytirāk atau musytarak dalam al-Qur’an adalah setiap lafal yang


mengandung homonimi. Lafal ḍalāl disebut dengan lafal isytirāk atau
musytarak, karena lafal tersebut memiliki makna yang beragam sesuai
dengan konteks penggunaan katanya di dalam al-Qur’an. Perbedaan
makna lafal ḍalāl dalam setiap ayat bisa diketahui melalui dua faktor.
Pertama, redaksi ayatnya sendiri yang mengindikasikan maknanya
demikian. Kedua, faktor konteks turunnya masing-masing ayat yang di
dalamnya terdapat lafal ḍalāl

Lafal ḍalāl dan derivasinya di dalam al-Qur’an terulang sebanyak 191


kali; 1). ḍalla dan jenisnya yakni sebanyak 41 kali, 2). Aḍalla dan jenisnya
sebanyak 17 kali, 3). Yaḍillu dan jenisnya sebanyak 11 kali, 4). Yuḍillu
dan
jenisnya sebanyak 48 kali, 5). ḍalālan sebanyak 38 kali, 6). ḍalālatan
sebanyak 9 kali, 7). Taḍlīl sebanyak 1 kali, 8). ḍāllan dan jenisnya sebanyak
14 kali, 9). Muḍillun sebanyak 3 kali, dan 10). Aḍallu sebanyak 9 kali.

Perbedaan makna lafal ḍalāl dalam setiap ayat bisa diketahui melalui
dua faktor. Pertama, redaksi ayatnya sendiri yang mengindikasikan
maknanya demikian. Kedua, faktor konteks turunnya masing-masing ayat

35
yang di dalamnya terdapat lafal ḍalāl. Berdasarkan kitab tafsir Jāmi’ al-
Bayān karya Ibnu Jarir al-Thabari lafal ḍalāl dan derivasinya di dalam al-
Qur’an memiliki makna; 1). Sesat (sebagai lawan dari hidayah); yakni
menyimpang dari jalan agama Allah, 2). Tersesat dari suatu arah dan
tujuan, 3). Tidak mengetahui suatu hukum, 4). Bingung, 5). Hilang dan
lenyap, 6). Hancur, 7). Sia-sia, 8). Salah dan keliru, serta 9). Lupa.

36
B. Saran-saran

Setelah melalui proses dan menyelesaikan penelitian ini, penulis sangat


menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak kesalahan
dan kekurangan serta jauh dari kata cukup apalagi sempurna. Karena itu,

penelitian ini dapat dikaji dengan lebih mendalam lagi, di antaranya yaitu
mengenai konsep al-musytarak al-lafẓi dalam al-Qur’an dengan mengingat
masih banyaknya lafal-lafal di dalam al-Qur’an yang memiliki makna ganda
bahkan lebih.
111

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yasir Rajab ‘Izzuddin. Al-Musytarak al-Lughawi Bi Ittifāq al-


Mabānīy Wa Iftirāqi al-Ma’ānīy Fī Kitāb al-Tarjumān ‘An Gharīb
al- Qur’ān Li al-Yamānīy. Mesir: Universitas Al-Azhar, tth.

Abidu, Yunus Hasan. Tafsir al-Qur’an; Sejarah Tafsir dan Metode Para
Mufassir, cet. 1. Ciputat: Gaya Media Pratama, 2007.

Aḥmad, Abū al-Husein bin Fāris bin Zakariyyā. Mu’jam Maqāyis fī al-
Lughāh. Beirut: Dār al-Fikr, 1994.

Amrullah, Abdul Malik Karim. Tafsir al-Azhar; Juz ‘Amma, cet. 1.


Depok: Gema Insani, 2015.

al-‘Arabiyyah, Majma’ al-Lughah. Mu’jam al-Wasīṭ. Kairo: Maktabah al-


Syurūq al-Dauliyyah, 2003.

al-Aṣfahānī, Abī al-Qāsim al-Husain bin Muhammad bin al-Mufaḍḍal al-


Ma’rūf bi al-Rāghib. al-Mufradāt fī Gharīb al-Qur’ān. Beirut: Dār
al-Kutub al-Ilmiyyah, 2003.

Awang, Noor Anida. Tasnim Mohd Annuar, “al-Musytarak al-Lafẓīy


Menurut Perspektif Ilmuan Linguistik Arab”, jilid. VI. Malaysia:
Jurnal Islam dan Masyarakat Kontemporari, 2013.
al-Baghdadi, Abu Bakar Ahmad ibn Ali al-Khatib. Tārikh Baghdād, juz II.
Cairo: Dār al-Fikr, tth.

Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka


Cipta, 1995.
Darmojuwono, Setiawati. “Semantik” dalam Pesona Bahasa: Langkah
Awal Memahami Linguistik, Ed. Kushartanti, dkk. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2007.

Djalil, A. Basiq. Ilmu Ushul Fiqih: Satu & Dua Edisi Revisi, cet. 1. Jakarta:
Kencana, 2010.

al-Dzahabi, Muhammad Husein. Ensiklopedi Tafsir, cet. 1, jilid 1. Terj.


Nabhani Idrus. Jakarta: Kalam Mulia, 2010.

. Tafsīr wa al-Mufassirūn, jilid I. al-Qāhirah: Dār


al-Hadīth, 2012.

Farid, Ahmad. 60 Biografi Ulama Salaf. Terj: Masturi Ilham dan Asmu’I
Tamam. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006.

Faridl, Miftah. Agus Shihabudin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam Yang


Pertama, cet. 1. Bandung: Pustaka, 1989.

al-Farmawi, Abdul Hayy. Metode Tafsir Maudhu’i dan Cara


Penerapannya, cet. 2. Terj. Rosihon Anwar. Bandung: Pustaka
Setia, 2002.
Ghofur, Saiful Amin. Profil Para Mufassir al-Qur’an. Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2008.

al-Hasyimi, Sayyid Ahmad. al-Jawāhir al-Balāghah fī al-Ma’ānīy wa al-


Bayān wa al Badī’. Beirut: Dār al-Fikr, 1978.

Idris, Mardjoko. Ilmu Balaghah Antara al-Bayan dan al-Badi’.


Yogyakarta: Teras, 2007.

IMZI, A. Husnul Hakim. Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir: Kumpulan


kitab- Kitab Tafsir dari Masa Klasik sampai Masa Kontemporer,
cet. 1. Depok: Lingkar Studi al-Qur’an, 2013.
Ismail, Muhammad Bakr. Ibnu Jarīr al-Ṭabarī wa Manhajuhu fī al-Tafsīr,
cet. 1. Cairo: Dār al-Manār, 1991.

Ismatulloh, A.M. “Konsepsi Ibnu Jarir al-Ṭabarī tentang al-Qur’an, Tafsir,


dan Ta’wil”. Fenomena, vol. IV, no. 2, 2012.

Iyāzīy, Muhammad ‘Alī. Al-Mufassirūn Hayātuhum wa Manhajuhum, jilid


II. Teheran: Muassasah al-Ṭabā’ah wa al-Nasyr Wizāratu al-
Thaqāfah wa al-Irsyād al-Islāmīy, 1386.

Izzan, Ahmad. Metodologi Ilmu Tafsir, Cet. 3. Bandung: Tafakur, 2011.


Ja’farian, Rasul. “al-Thabari dan Masa Hidupnya”. al-Hikmah IX (Syawal-
Dzulhijjah 1413 H/April-Juni, 1993.

Jumatoro, Totok. Samsul Munir Amin. Kamus Ilmu Ushul Fikih. Jakarta:
Penerbit Amzah, 2009.
Khallaf, Abdul Wahab. Ilmu Ushul Fikih, terj. Moh. Zuhri, Ahmad Qarib.
cet. 1. Semarang: Toha Putra Group, 1994.
Kurdi, Muliadi. Ushul Fiqh: Sebuah Pengenalan Awal, cet. 2. Banda
Aceh: Lembaga Naskah Aceh, 2015.
Ma’luf, Louis. Bernard Tottel. Kamus Al-Munjid Fī al-Lughah wa
al- A’lām. Beirut: Dār al-Masyrik, 2002.
Manzūr, Ibnu. Lisān al-‘Arab, jilid XI, cet. 1. Beirut: Dār al-Ṣadr, 1990.

al-Miṣrīy, Abi al-Fadl Jamāluddin Muḥammad bin Makram Ibn Manẓūr al-
Afrīqīy. Lisan al-‘Arab, jilid 10. Beirut: Dār Ṣādir, 1990.
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia, cet.
14. Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.
al-Qaṭṭān, Mannā Khalīl. Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, cet. 16. Penerjemah:
Mudzakir AS. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2013.
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, jilid 18. Terj. Dudi Rosyadi,
Fathurrahman, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Rahmawati. Istinbath Hukum Teungku Muhammad Hasbi As-Shiddieqy, ed.


1, cet. 1. Yogyakarta: Deepublish, 2015.
Rusyd, Ibnu. Bidayah al-Mujtahid, jilid 1. Semarang: Usaha Keluarga, tth.
Salim, Abdul Ali. Gharīb al-Qur’ān fī ‘Aṣri al-Rasūl wa al-Ṣaḥābah wa
al-
Tābi’īn. Beirut: Muassasah al-Risālah, 1417.
Sarwat, Ahmad. al-Wujuh wa an-Nazhair dalam al-Qur’an; Satu Kata
Banyak Makna, Satu Makna Banyak Kata, cet. 1. Jakarta: Rumah
Fiqih Publishing, 2019.

al-Shabuny, Ali. Kamus al-Quran: Quranic Explorer. Ttp.: Shahih, 2016.

Sherif, Faruq. al-Quran Menurut al-Quran, terj. MH Assaf dan Nur


Hidayah. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001.

Shidiq, Sapiudin. Ushul Fiqh, ed. 1, cet. 3. Jakarta: Kencana, 2017.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Qur’an al-Karīm: Tafsir atas Surat-surat


Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu, cet. 1. Bandung:
Pustaka Hidayah, 1997.
. Kaidah Tafsir; Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang
Patut Anda Ketahui dalam Memahami Ayat-Ayat al-Qur’an, cet. 2.
Tangerang: Lentera Hati, 2013.
Srifariyati, “Manhaj Tafsir Jami’ al-Bayan Karya Ibnu Jarir at-Thabari”.
Jurnal Madaniyah, vol. 7, 2017.

Suharjito, Didik. Pengantar Metodologi Penelitian, cet. 1. Bogor: IPB


Press, 2014.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, cet. 21. Bandung: Alfabeta, 2015.
Syibromalisi, Faizah Ali. Jauhar Azizy. Membahas Kitab Tafsir Klasik-
Modern, cet. 1. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011.

Taufiqurrahman, Leksikologi Bahasa Arab. Malang: UIN-Malang Press,


2008.

Umar, Nasaruddin. ed., Ensiklopedi al-Qur’an: Kajian Kosa Kata. Jakarta:


Lentera Hati, 2007.

Unsi, Baiq Tuhfatul. “al-Mushtarāk al-Lafẓī (Homonimi) dalam Bahasa


Arab”, Tafaqquh; vol. 1, No. 2, 2013.
Ushama, Thameem. Metodologi Tafsir al-Qur’an; Kajian Kritis, Objektif,
dan Komprehensif. Terj: Hasan Basri & Amroeni, cet. 1. Jakarta:
Riora Cipta, 2000.

Verhaar J. W. M, Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press, 1996.

Yasid, Abu. Metodologi Penafsiran Teks; Memahami Ilmu Ushul Fiqh


Sebagai Epistemologi Hukum. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Ciputat: PT. Mahmud Yunus


Wa Dzurriyah, 2010.
Yusuf, Muhammad., dkk. Studi Kitab Tafsir; Menyuarakan Teks yang Bisu.
Yogyakarta: TERAS, 2004.

Zaidan, Abdul Karim. Al-Wajiz. Beirut: Muassasah al-Risālah, 1996.


Zahrah, Muhammad Abu. Ushul al-Fiqh. al-Qāhirah: Dār al-Fikr
al-‘Arabī,
1958.
Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan, cet. 1. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2008.
LAFAL-LAFAL ḌALĀL DALAM AL-QUR’AN
(AYAT, MAKNA DAN KONTEKSNYA)

No Surah Ayat Makna Konteks


َ َ ۡ َ َّ َ َٰ
1 ‫َِص َر ۡ ط ۡٱ ل ِذي َن أ ن َعَ ۡم ت َع ل ۡ ِي ه ۡم‬ Sesat Penyebutan terhadap salah satu sifat orang-orang
QS. Al-Fātiḥah [1]: 7

‫غ ۡي ِر ٱ ل َم غ ُضو ِب َع ل ۡيِ ه ۡم‬ Nasrani.


َ ˛ ٓ َ
٧ ‫َوَل ٱل َّض ا ِ لي ن‬

َ َ َ َٰ َ ُ ۡ َ َ َ َٰ َّ ْ ُ َ َ ۡ َ َّ َ ََٰ ْ ُ
ِ ِ ِ
2 ِ
‫أولئك ٱلذين ٱشتروا ٱلض لة بٱلهدى فما ربحت‬ Sesat Penegasan akan perbuatan dan kebodohan orang
QS. Al-Baqarah [2]: 16

ْ ُ َ َ َٰ ˛ munafik yang menukarkan hidayah (petunjuk)


‫ِت ج َرتُ ه ۡم َو َما كا نوا ُم ۡه‬ dengan ḍalālah (kesesatan) sehingga mereka
َ
١٦ ‫ت ِدي َن‬ kehilangan petunjuk dan memperoleh kesesatan.
َ َ َ َ َّ َّ
3 ‫۞ إ ن َٱل ُ ل ه ََل َيٗ ۡس ت ۡح ِۦٓي أن َي ۡض ِر َب َم‬ ِ َٗ Sesat Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan

QS. Al-Baqarah [2]: 26


‫ث َل َّما ب عو ض ة‬ yang paling kecil dan hina dalam kebenaran,
ْ ُ َّ َ َ n َ َ َ
‫ف َما ف ۡو ق َه ا ف أ َّما ٱ ل ِذي َن َءا َم نوا‬ sebagai jawaban bagi orang munafik yang
ۡ ُ َّ َ َ َ َ mengingkari perumpamaan yang dibuat-Nya. Bagi
‫ف َي ۡع ل ُمو ن أ ن ه ٱ ل َح ُّق‬ mereka perumpamaan tersebut seperti menyalakan
َ ْ َ َ َّ َ ۖ
‫ِمن َِّر˛ ِب ه ۡم َوأ َّما ٱ ل ِذي َن ك ف ُرو ا ف َي‬ api ketika hujan turun dari langit.

ۘ َٗ َ ُ َّ َ َ ٓ َ َ ُ ُ
‫قو لو ن َما ذ ا أ َرا د ٱل ل ه ذا َم ث َل ُي ِض‬
n َ َ
‫ُّل ِب ِهۦ ك ِثي ٗرا َوَ يۡ ه ِدي ِب ِۦه ك ِثي ٗ را َو َما‬
َ َٰ
‫ِبه‬
َ َ َٰ ۡ َّ
١٦ ‫ُي ِض ُّل ِب ِهۦٓ ِإ َل ٱ ل ف ِس ِقي ن‬
َ ُ َ ْ ُ َ َ َ ُ ُ َ
4 ‫ُ أ ۡ َم ت ُِري َدو ن أن ت ۡس لوا َر ُسو ل ك ۡم ك َما‬ Sesat Permintaan kaum musyrik Mekah kepada Nabi
QS. Al-Baqarah [2]: 108

‫ى ِمن‬Sٰ َ‫س ِئ ل مو س‬ Muhammad saw di luar ketentuan hukum yang


َ َٰ ۡ ۡ ُ ۡ َ ِِۗ َ
‫ق ۡب ُل َو َمن َي ت َب َّد ِل ٱ ل ك ف َر ِبٱ لۡ ي م ِن‬
berlaku. Mereka meminta Rasulullah untuk
memperluas kota mereka dan menjadikan Bukit
ٓ َ ۡ َ َ
‫ف ق د ض َّل َس َوا َء‬ Safa sebagai sebuah bukit emas (sebagaimana
pengingkaran yang dilakukan umat Nabi Musa
١٠٦ ‫ٱل َّس ِبي ِل‬ dahulu).
َ َ َ َٰ ْ َ ۡ َّ َ َ َٰ ُ
5 ‫ۡأ ُْو َل ِئَٰ َ ك َ ٱ ل ۡ ِ َذي ََن َٱ ش ت َر ُوا ٱل َّض ل ل ة‬ Sesat Perbuatan para pendeta Yahudi yang

QS. Al-Baqarah [2]: 198 175 QS. Al-Baqarah [2]:


‫ِبٱ ل ه د ى وٱ ل ع ذا ب‬ menyembunyikan berita tentang kenabian
َ َ ٓ َ n ۡ ۡ Muhammad saw. Padahal, mereka menemukannya
‫ِبٱ ل َم غ ِف َ ِر ة ف َم ا أ ۡص َب َر ُه ۡم َع لى‬ tertulis dalam kitab sucinya. Mereka
َّ menyembunyikannya dengan cara mengambil uang
١٧٦ ‫ٱل نا ِر‬ sogokan lalu merubah ayat-ayat Allah dan
mengganti makna-maknanya.

ٗ َ ْ ُ َ َ َ َ ُ َ
6 ‫ ٓح َأ ۡن ت ۡب ت غوا ف ۡض َل‬e َ ‫م ُ َج نا‬nۡ ‫َ˛س ََّع ˛ل ۡ ُي ۡك‬ Tidak Keragu-raguan orang islam pada saat permulaan
‫ِمن ِر ب ك م ف ِإ ذ ا ل ي‬ mengetahui islam datang dalam hal mencari rezeki. Banyak
ْ ُ ُ ۡ َ َ َٰ ُ َ َ
‫َّ َ أ ف ۡ َض تم ۡ ِ˛م ۡ ۡن َ َع َر ف ٖت فٱ ذ ك رو ا ٱل‬ diantara mereka yang menutup toko-tokonya saat
‫ل ه ِعن د ٱ ل َم ش ع ِر‬ musim haji, karena takut berdosa.
ُ َٰ َ َ َ ُ ۡ ۡ
‫َٱ ل َ ُح َر ُا ِ ۖم˛ َوٱ َذ ۡك ُرو ُه ك َما ه د َى ك ۡم‬
‫ِوإن كن تم ِمن ق ب ِل ِهۦ‬
َ ˛ ٓ َ
‫ل ِم َن ٱل َّض ا ِ لي ن‬
‫ُ ْ َ َ َ ُ‬ ‫َّ‬ ‫ٓ َ‬
‫َٰ‬
‫‪7‬‬ ‫َي أ ُّيَ ه ا ٱ َ ل ِذي َ َن َءا َم ن ٓوا ِإ ذا ت دا َين تم‬ ‫‪Lupa‬‬ ‫‪Bermuamalah; perintah mencatat transaksi utang‬‬

‫‪QS. Al-Baqarah [2]: 282‬‬


‫َ‬
‫ِب د ۡي „ن ِإ ل َٰ َٓى أ َج ٖل‬ ‫‪piutang agar jika terjadi kelupaan di antara salah‬‬
‫َف ٱ ۡك ُت ُب و ُ‪n‬ه َوۡ ل َي ۡك ُتب َّب ۡي َن ُك ۡم َك ا ِت ُ‬ ‫‪satu dari kedua pihak yang bertransaksi, maka salah‬‬
‫‪satu yang lainnya bisa mengingatkan.‬‬
‫ۡ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ۡ ۡ‬ ‫‪s‬‬
‫ب ِب ٱ ل َع د ِ ‪n‬ل َ وَل ِت ‪e‬ب أن َي ك ت َب‬
‫َّ ُ َّ ُ‪ُ ۡ ۡ َ n‬‬ ‫َ‬
‫ك َما َع ل َم ه ٱل ل ه ف ل َي ك ت ۡب ُّم َس‬
‫˛ٗ َ ۡ َ َ‬
‫ا‬‫ك‬ ‫مى ي أ ب‬
‫َوۡ ل ُي ۡم ل ل ٱ َّل ذي َع ل ۡي ه ٱ ل َح ُّق َو ل يَ‬
‫ۡ‬ ‫ۡ‬ ‫َ‬
‫ِ‬ ‫ُِ َ‬ ‫َّ َِ ِ‬ ‫َّ‬
‫ت ِق ٱل ل ه َ َّرب هۥ َوَل‬
‫َ َّ‬ ‫َ‬ ‫ۡ ُ َ ‪َ n‬‬ ‫َ‬
‫َي ۡب خ ۡس ِم ن ه ش ۡي ا ف ِإن ك ا ن ٱ ل‬
‫ۡ‬ ‫َ‬
‫ِذي َع ل ۡي ِه ٱ ل َح ُّق َس ِفيً ها‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ً َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫أ ۡو ض ِعي ف ا أ ۡو َل َي ۡس ت ِطي ُع أن ُي ِم َّل‬
‫ُ‬ ‫َ ۡ‬
‫ُه َو ف ل ُي ۡم ِل ۡل َ ِو ل ُّي هۥ‬
‫َ‬ ‫َ ۡ ُ ْ َ‬ ‫ۡ ۡ‬
‫ل َع د ِ ‪n‬ل َوٱ ۡس ت ش ِه دوا ش ِهي د ۡي ِن‬
‫َ‬ ‫َّ ُ َ‬ ‫ُ ۖ َ‬
‫ِمن ِ˛ ر َجا ِل ك ۡم ف ِإن ل ۡم كو ن ا َر ُج ل ۡي ِن‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬
‫ف َر ُج ّ‪ّٞ‬ل َوٱ ۡم َ رأ تا ِن ِم َّمن ت ۡر َض ۡو ن‬
‫ٱ‬ ‫ِم َن ِب‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ّل ِإ ۡح د‬
‫ٰ‬
‫َ‬ ‫َ ُ َ ˛‬
‫ه َما ف ت ذ ِ ك َر ِإ ۡح د‬ ‫َىُ‬
‫ٰ‬
‫ْ‬ ‫ْ‪َ َ n‬‬ ‫َ‬
‫َىُ ه َما َي ذا َم ا ُد ُع و ا َوَل ت ۡس ُم ٓوا ٱل‬
‫ُ‬
‫ََٰ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ ٓ‬ ‫ّ‬
‫ش َه د ا ِء أن ت ِض أ َج ِل ِۦه‪ n‬ذ ِل ك ۡم‬
‫ُّ‬ ‫ُ ۡ ۡ ‪ۡ َ n‬‬ ‫َ ۡ‬
‫أ ق َس ط ٱ َل خ َر َٰ َ ى َوَل َي أ َب ٱل ش َه‬
‫ْ َّ ٓ َ َ َ ۡ‬ ‫َ َ َّ َ َ‬ ‫َ ٓ‬
‫د ا ُء ِإ ۡد ن َٰ َٓى أ َل ت ۡ رت ا ُب ٓوا ِإ َل أن أن ت ك‬
‫َ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫ُ‬
‫ت ُب و ُه َص ِغي ًرا أ ۡو ك ِبي ًرا ِإ ل َٰ َٓى َب ۡي ن ك ۡم‬
‫َ ۡ‬ ‫َ َّ‬ ‫َ ُ‬ ‫َ َ‬
‫ف ل ۡي َس َع ل ۡي ك ۡم ِعن د ٱل ل ِه َو أ ق َو ُم‬
‫َ ٓ َ‬ ‫ُ ‪َ n‬‬ ‫َ َ‬ ‫َّ َٰ َ‬
‫ِلل ش َه د ِة َو أ ت َبا َي ۡع ت ۡ م َ وَل ُي ض ا َّر ت‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ٗ ُ‬ ‫ُ َ َٰ َ ً‬
‫كو ن ِت ج َر ة َحا ِض َر ة ت ِدي ُرو نَ ه ا ُج ن ا ‪e‬ح‬
‫ْ َ‬ ‫ِِۗ َ‬ ‫َ َّ ۡ‬
‫َّ ُأ َل ّ‪َ ّٞ‬تُ ك ُ َ ُتَ ُب ُو َ‪َ s‬ه ا َو ُأ ّ‪nِِۗۡ ۡ ٞ‬ش ِ َه َ ُد ٓو ا َ ِإ ۡ ذا َ ُ ْ َ‬
‫نِ ۥته بف سووَل قش ِ ِبهيك مد كا ِو إن ت ف ع ل وا ف ِإ‬
ُ َّ ُِِۗ َّ ُ ˛ َۖ َّ ْ ُ َّ
‫َوٱل ل ه ِب‬
‫ت قوا ٱل ل ه َوُ ي َع ِ ل ُم ك ُم ٱل ل ه‬
ّٞ َ ُ
‫َع ِلي ّم َوٱ‬
‫ ۡي „ء‬S‫ك ِ ˛ل ش‬
َ َٰ ۡ َ ۡ ˛ ّّٞ َ ٓ َّ ٦١٦
8 ‫َ َۡو َّ ُدت ُّطَ ا ُ ِئ ۡف َة َ ِم ن أ ه ِل ٱ ل ِك ت ِب‬
ۡ Sesat Sekelompok ahli kitab dari Yahudi dan Nasrani
QS. Āli ‘Imrān [3]: 90 QS.Āli ‘Imrān[3]:

‫ل و ي ِض لو ن ك م و ما‬ ingin menyesatkan orang-orang yang beriman dan


ۡ َ ٓ َّ َ ُّ menghalanginya dari agama islam serta
‫ُي ِض لو ن ِإ َل أن ُف َس ُه ۡم َو َما َي ش ُع ُرو‬
69

mengembalikannya pada kekufuran.


َ
٦١ ‫ن‬
ُ َ َٰ َ ْ َ َ َّ َّ
9 ‫ِإي ِم ِن ه ۡم ث َّم‬ ‫ِإ َن ُٱ ل ْ ِذ ُي َ ۡن ك َّف ُر وا َب ۡع د‬ Sesat Orang-orang kafir yang mengingkari Nabi
ٓ ‫ٱ ۡز دا دوا ك ف ٗرا لن‬ Muhammad saw. Padahal, sebelumnya mereka
telah beriman.
ٓ َ َٰ ُ َ ۡ ُ
‫ُه ُم ٱل َّض ا‬ ‫ت ق َب َل ت ۡوَ ب ُهُ ه ۡم َو أ ْو ل ِئ ك‬
َ ُّ
٠٦ ‫لو ن‬

َ ۡ َ َ َ ۡ َ ۡ ُ ۡ َ َ ُ َّ َّ َ ۡ َ َ
ِِ ِ ِِ
10
‫ُملقد من ٱ له على ٱلمؤمنين إذ بعث فيهم رسوَل‬ Sesat Informasi bahwa Allah telah mengutus seorang
QS. Āli ‘Imrān [3]: 164

َ َٰ َ ْ ُ ۡ ُ َ Nabi kepada orang-orang yang beriman dari bangsa


‫ۡن أن ف ِس ِه ۡم َي ت ل وا َع ل ۡيِ ه ۡم َءا ي ِت ِۦه َوُ ي‬ mereka dengan bahasa yang sama agar mereka
َ ۡ ۡ َ َٰ ˛ ˛
‫َ ِز كيِ ه ۡم َوُ ي َع ِ ل ُم ُه ِك ت َب َوٱ ل ِح ك َم ة‬ keluar dari kegelapan menuju cahaya, memberi
َ َٰ َ petunjuk ke jalan yang lurus dengan mengajarkan
ۡ َ َ ْ ُ َ
‫َ ِوإن كا نوا ِمن ق ۡب ُل ل ِفي ض ل ٖل ِ˛م ٱ ل‬ kitāb Allāhkepada mereka.

‫„ن‬ ‫ِبي‬
١١٦
‫ُ‬
‫ّم‬
َ ْ ُ ُ َّ َ َ َ َ
11 ‫ۡ أ َٰ َل ۡم ت َ َر ۡ ِإ ل َى ُٱ ل ِ َذي َن أو توا ن ِصي ٗبا ِ˛م َن ٱ‬ Sesat Menjelaskan sifat orang Yahudi yang telah menukar

QS. Al-Nisā [4]: 60 QS. Al-Nisā [4]: 44


‫ل ِك ت ِ ب ي ش ت ر و ن‬ kesesatan dengan cara mendustakan Nabi
ْ ُّ َ َ َ ُ َ َ َ َٰ Muhammad saw dan tidak beriman kepadanya.
‫ٱل َّض ل ل ة َوُ ي ِري دو ن أن ت ِض لوا ٱل َّس ِبي‬ Padahal, mereka tahu bahwa jalan yang benar
adalah dengan mengimaninya sebagaimana tertera
١١ ‫َل‬ dalam kitab mereka.
َ َ َّ َ َ َ َ
12 ‫َ َأ ل ُ ۡ ْم ت َ َر ِٓإ ل ُى ٱ ل َ ِذي َن َي ۡز ُع ُمو ن أ َّنُ ه ۡم‬ Sesat Setan yang mengajak kepada kesesatan sehingga
‫ءا م نوا ِب م ا أن ِز ل‬ orang-orang yang mengaku dirinya beriman tetapi
ُ َ َ ُ ٓ َ َ
‫ِإ ل ۡي ك َو َم ا أن ِز َل ِمن ق ۡب ِل ك ُي ِري دو‬
bertahkim kepada Thagut.
َ ْ ٓ ُ َ َ َ َ َ َ
‫ى‬‫ل‬ ‫ن َٰ َأن ي ت حا ك م وا إ‬
ُ ۡ َ َ ْ‫َ َ ۡ ِ ُ ُ ٓ و‬ ُ َّ
‫ُٱل ْ ط غو ِ َت ُ و ُق د أ ِم ر ا أن ي ك ف‬
‫رو ا ِب ِهۖۦ و ي ِري د‬
َ s َ َ َٰ َ ۡ ُ َّ ُ َ ُ َ َٰ ۡ َّ
‫ٱل ش ي ط ن أن ي ِض ل ه م ض ل َ ل ب ِعي‬
ٗ
٠١ ‫دا‬
ُ َ َ ۡ َ ُ َّ َ ۡ َ َ َ َ َٰ ُ ۡ ۡ َُ ََ
ِ ِ ِِ ِ
‫۞فما لكم في ٱلمنفقين فئتين وٱ له أركسهم بما َس ُب‬
13 Sesat Perpecahan dan perbedaan pendapat yang terjadi
QS. Al-Nisā [4]: 88

pada orang-orang mukmin dalam menghadapi dan


َ َ ْ ُ َ َ َ ُ ُ َ nْ
‫ٓو ا أ ت ِري دو ن أن تۡ ه دو ا َم ۡن أ ض‬ menyikapi orang-orang munafik, yang terpecah
ُۖ َّ menjadi dua golongan. Pertama, yang berpendapat
َ
‫َّل ٱل ل ه َو َمن ك‬ bahwa mereka harus ditindak. Kedua, mereka yang
َ َ َ َ َ ُ َّ membela karena orang munafik dianggap penolong
‫ُي ۡض ِل ِل ٱل ل ه ف لن ت ِج د ل‬ kaum muslim.
ٗ ُ
١١ ‫هۥ َس ِ يب َل‬
ُ َ َ َّ ۡ َ َ ۡ ََ
14 ‫ّل ل ِ˛ه ۡ َُع ۡ ل ۡي ك َو َر ۡح َم ت‬ّٞ ‫ض ُلَ ٱ‬
ٓ َّ ‫ُ َو َل َّوَل ف‬ Sesat Penyebutan karunia Allah swt atas Rasulullah saw

QS. Al-Nisā [4]: 113


‫ۥه ل ه مت ط ا ِئ ف ة ِم ن ه م‬ dengan menjaga dan melindunginya dari orang
َ
ُ ٓ َّ َ ُّ َ ُّ َ
‫أن ُي ِض لو ك َو َما ُي ِض لو ن ِإ َل أن ف َس‬ yang hendak menyesatkannya; dalam hal
pengetahuan ketika tidak mengetahui kebenaran,
َ َ ۖ
‫ُه ۡم َو َما َي ُض ُّرو ن ك‬ sebagaimana Allah memeliharanya dari kesesatan
ۡ َ َ ُ َّ َ َ
‫ء َوأن َز َل ٱل ل ه َع ل ۡي ك ٱ ل ِك‬nٖ ‫ ۡي‬S‫ش‬
perbuatan.

َ َ ُ َ َ َ َ ۡ ۡ َ َٰ
‫ت َب َوٱ ل ِح ك َم ة ك َما ل ۡم ت كن ت ۡع ل‬
َ َ َّ َ َ َ n
‫ُ م َو كا ن ف ۡض ُل ٱل ل ِه َع ل ۡي ك ِمن‬
َّ
‫َو َع ل َم‬

َ ١٦٦ ‫َع ِظي ٗما‬


ۡ
‫ك ِب َٰ ِ َۦه َوَ َي غ‬
َ َ ۡ ُ ُ ۡ َ َ َ َّ َّ
15
َ ‫ِإ ن ٱل ل ه َل ي غ ِف ر أن ُي َش ُر‬ Sesat Ancaman yang berkenaan dengan kisah Thu’mah
QS.Al-Nisā [4]: 116

‫ِف ر م ا د و ن ذ ِل ك‬ yang telah menyekutukan Allah dan meninggal


ۡ َ َ َّ ۡ ۡ n ٓ َ dalam keadaan musyrik. Ia tidak akan mendapatkan
‫َي ش ا ُ ء َو َمن ُي ش ِر ك ِبٱل ل ِه ف ق د‬ ampunan dari Allah swt.
ً s َ َ َٰ َ َ
‫ض َّل ض ل َ ل َب ِعي دا ِل َمن‬
١٦٦
ُ ˛ َ ُ َ َ ۡ ُ َّ َ ُ ٓ َ َ ۡ ُ َّ َ ˛ َ ُ َ َ ۡ ُ َّ َّ ُ َ َ
َ َِ ِ ِ
َّ
‫َي ت ِخ ِذ لَو ض لنهم َولم نينهم َولم رنهم فليبتكن‬
16 Sesat Tindakan dan usaha setan menggoda manusia;
QS.Al-Nisā[4]:

ٓ َ menggunakan potensi jahat yang ada pada diri


َ َ َ َٰ ۡ ۡ ٗ
‫ءاذان َرا ن ا ٱ َل ن َع ِم َ و َلُ م َ َّرنُ ه ۡم ف ل ُي غ‬ manusia dan menyesatkannya dari jalan yang benar,
َ َٰ n َّ ۡ َ َّ
119

َّ yaitu dengan membangkitkan angan-angan kosong


‫ِ˛ي ُر ن خ ل َق ٱل ل ِ ه َو َمن ٱل ش ۡي ط‬ mereka.
َ ۡ َ َ َّ ٗ
‫َن َوِ ل ˛ي ا ِ˛من ُدو ِن ٱل ل ِه ف ق د خ ِس‬
ُ
‫َ ر خ ۡس‬
‫ٗ‬
‫ُّم ِبي نا‬
‫‪٦٦٦‬‬
َّ ْ ُ ْ ُ َّ َ َٰ ٓ
17 ‫َ َُي أ ُّيَ ها َٱ ل ِ ۡذي َ َٰ َن َءا َم ن ٓوا َءا ِم نوا ِبٱل ل ِه َو‬ Sesat Perintah untuk beriman kepada Allah, malaikat,

136 QS.Al-Nisā[4]:
‫ر س ِول ِهۦ وٱ ل ِك ت ِب‬ kitab-kitab (yang diturunkan kepada para rasul-
َ َٰ ۡ َ َ َ َّ
‫ٱ ل ِذي ن َّز َل َع ل َٰ َى َر ُس ِول ِهۦ وٱ ل ِك ت ِب‬ Nya), Rasul dan hari akhir. Siapa saja yang
ُ ۡ n َ َ َّ mengingkari salah satu yang telah disebutkan di
‫ٱ ل ِذ ٓي أن ٓ ز َل ِمن ۡب ُ ل َو َمن َي ك ف ۡر‬ atas, maka ia diklaim sebagai orang yang sesat.
َ ُ ُ َ َ َٰ َّ
‫ِبٱل ل ِه َو َم ل ِئ ك ِت ِۦه َو ك ت ِب ِهۦ َو ُر ُس ِل ِهۦ ق‬
s َ َ َٰ َ َّ َ ۡ َ َ ۡ ۡ
َ ‫َوٱ ل َي ۡوِ م ٱ َل ِخ ِر ف ق د ض ل ض ل‬
ً
ٓ ١١٦ ‫ل َب ِعي دا‬
ٓ َ ُ َ َٰ َ ٓ َ َ َ َ َٰ َ َ َ
‫َ ٓذ ۡب َذ ِبي َٰ ٓن َب َ ۡ ٓي ن ذ ِل ك َل ِإ ل َٰ َى ه ؤ َل ِء‬
18 Sesat Keadaan orang munafik yang terkadang memihak
QS. Al-Nisā [4]: 176 167Nisā [4]: QS.Al- QS. Al-Nisā [4]:

ُ َ
‫ء َو َمن ُّم‬nِ ‫َو َل ِإ ل َٰ َى ه ؤ َل‬
orang mukmin, dan terkadang memihak orang kafir.
Mereka tidak bersama orang mukmin dan kafir
143

ٗ ُ َ َ َ َ َ ُ َّ
١١ ‫ُي ۡض ِل ِل ٱل ل ه ف لن ت ِج د ل هۥ َس ِ يب َل‬
secara lahir maupun batin.

َ َ ْ ُّ َ َ ْ ُ َ َ َ َّ َّ ٦
19 ‫ِإ َّن ٱ ل َ ِذ ۡي ن َ ك ُّف ْرو ا و ص دو ا عن س ِبي‬ Sesat Orang kafir yang tidak mempercayai Nabi
‫ِل ٱل ل ِه ق د ض لوا‬ Muhammad dan menghalangi orang lain untuk
ً s َ َ َٰ َ masuk agama Allah.
٧١٦ ‫ض ل َ ل َب ِعي دا‬
n َ َ َٰ َ ۡ ۡ ُ ۡ ُ ُ َّ ُ َ َ ُ ۡ َ ۡ َ
ُۡ ِِ ِ e ِ ِ ِ

20 َ َ َ Sesat Kewajiban kaum muslimin untuk melaksanakan


‫يستفتونك قل ٱ ل ه يفتيكم في ٱلك ل ة إن ٱمرؤا ل ك ل‬ ketetapan-ketetapan yang ada di dalam hukum
َ َ ّّٞ ۡ ُ ُ َ ّّٞ َ ُ َ
‫ۡي َس ل هۥ َو ل د َو ل هۥٓ أ خ ت ف ل َه ا ِن‬ waris kalalah, agar mereka tidak tersesat dan tidak
َّ ٓ ُ nَ َ ُ
‫ۡص ف َم ا ت َر ك َو َي ِ رثَ ه ا ِإن ل ۡم َي‬
melanggar hukum-hukum yang telah ditetapkan
oleh Allah swt.
َ َ َ ۡ َ َ َ َ nّّٞ َ َّ ُ
‫كن ل َها َو ل د ف ِإن كا ن ت ا ٱ ث ن ت ۡي ِن ه‬
‫َ ُ ْ‬ ‫َ َ‪n‬‬ ‫ُّ ُ َ‬
‫ٱل ث ل ث ا ِن ِم َّما ت َر ك َ ِو إن ك ا ن ٓوا ِإ‬
‫َ‬ ‫ۡ‬ ‫ۡ َ ٗ ˛ َ َ ُ َ َّ َ‬
‫خ و ة ِ ر ج َال و ه ف ِلل ذ ك ِر ِم ث ُل ح ِ‬
‫َّ َ ُ َ َ‬ ‫ِۗ‬ ‫˛ ۡ َ‬
‫ظ ٱ لَ ن ث َي ۡي ِ ن ُي َب ِ˛ي ُن ٱل ل ُه ل ك ۡم ف ل ُه‬
‫ٓ‬
‫َما َ ِو ن َس ِِۗ ا ٗء‬
‫َ‬ ‫َّ ُ ُ‬ ‫ُّ ْ‬ ‫َ‬
‫ت ِض لوا َوٱل ل ه ِب ك ِ‪˛ s‬ل ش‪َۡ S‬ي‬
‫„ء َع ِلي ُ م ‪ ١٧٦‬أن‬
ٓ َٰ َ َٰ ُ َّ َ َ َ ۡ َ َ
21 ‫۞ َو ل َق َد َ أ ۡ َخ ذ ٱلۡ ُ ل ُه ِمي ث َق َب ِن ٓي ِإ ۡس َر‬ Sesat Perjanjian kokoh atas Bani Israil; pengangkatan 12

QS. Al-Māidah [5]: 12


‫ِءي ل و ب ع ث نا ِم ن ه م‬ pemimpin untuk mereka. Pemimpin kaum yang
َ‫ٱ ۡث َن ۡي َع َش َر َن قي ٗب ۖا َو َقا َل ٱل َّل ُه إ ˛ني م‬ dapat mengatur urusan mereka dan menjadikan
ِ ِ ِ
ُ‫َع ُك ۡۖم َل ِئ ۡن َأ َق ۡم ُت م‬ pengikutnya beriman dan bertaqwa kepada Allah
َ َٰ َ ُ َ َ َٰ َ
‫ٱل َّص ل َو ة َو َءا ت ۡي ت ُم ٱل َّز ك َو ة‬
swt. Siapa saja yang ingkar setelah perjanjian
tersebut maka ia telah sesat; keluar dari jalan yang
ۡ َ ُ ُ
‫َو َءا َمن تم ِب ُر ُ ِس لي َو َع َّ ۡز رت ُمو ُه ۡم َو أ ق‬ lurus.
˛ َ ُ َّ ٗ َ َ َّ ُ
‫َر ۡض ت ُم ٱل ل ه ق ۡر ًضا َح َس ن ا َل ك ِ ف‬
ُ َّ َ ُ َ ُ ُ َّ
‫َر ن َعن ك ۡم َس ِ˛يا ِت ك ۡم َ و َل ۡد ِخ ل ن ك ۡم‬
ۡ َ ۡ َ ََّ َٰ َ
‫ح هَ ها‬ ِ ‫ج ن ٖت ت ج ِري ِمن ت‬
ُ َ َ َٰ َ َ َ َ n َ َٰ َ ۡ
‫ٱ َل ۡن ه ُ ر ف َمن ك ف َر َب ۡع د ذ ِل ك ِمن ك‬
ٓ َ ۡ َ َ
‫ۡم ف ق د ض َّل َس َوا َء‬
‫ٱل َّس ِبي ِل‬
٦٦
22 َ‫َه ۡل ُأ َن ˛ب ُئ ُكم ب َش ˛ ر ˛من َٰ َذ ل َك َم ُثوب‬ Sesat Ancaman bagi orang-orang yang bertahkim kepada
ِ ِ ٖ ُ َِ n َّ ِ َ
60 QS. Al-Māidah [5]:

ً
‫ة ِعن د ٱل ل ِ ه من ق ۡل‬ Thagut bahwa kelak balasan mereka adalah tempat
َ َ ُ َّ ُ َ َّ yang paling buruk.
‫ل َع ن ه ٱل ل ه َو غ ِض َب َع ل ۡي ِه َو‬
َ َ َ ۡ
‫َج َع َل ِم ۡ ُن ه ُم ٱ ل ِق َر َد ة خ نا ِزي َر َو َع َب‬
َ َ ٗ َ َّ ˛ّّٞ َ َ َٓ َٰ ْ ُ nَ ُ ََّ َٰ َ
‫د ٱل ط غو ت أ و ل ِئ ك ش ر م كا نا وأ‬
ۡ َ
‫ض ُّل َوٱل‬
ٓ
٠١ ‫َعن َس َوا ِء ٱل َّس ِبي ِل‬
َ ۡ ََۡ ۡ ُ ْ ُ ۡ َ َ َ َٰ ۡ َ ۡ َ َٓ َٰ ۡ ُ
َ ˛ ِ ِ ِ ِ ِ
ِ
23 ‫قل يأهل ٱلكتب َل تغلوا في دينكم غير ٱلحق وَل‬ Sesat Larangan kepada orang-orang Nasrani (melalui Nabi
ْ ُّ َ ۡ َ َ ٓ َ ْ َّ َ
‫ت ت ِب ُع ٓوا أ ۡه َوا َء ق ۡ ٖو م ق د ض لوا ِمن‬
Muhammad saw) untuk tidak melampaui batas

Māidah [5]: 77 QS.Al-


dalam mengikuti kebenaran yang diperintahkan;
َ ْ ُّ َ َ َ
‫ق ۡب ُل َوأ ض لوا ك ِثي ٗرا‬ menyifati Nabi Isa as dengan sifat ketuhanan.

ٓ ْ ُّ َ
٧٧ ‫َو ض لوا َعن َس َوا ِء ٱل َّس ِبي ِل‬
ُ َ ُ َ ْ ُ َّ َ َٰٓ
24 ‫َي أ َ ُّيَ ها ٱ ل ِذي َن َءا َم نوا َع ل ۡي ك ۡم أن ف َس‬ Sesat Peringatan terhadap orang-orang mukmin agar

QS. Al-An’ām [6]: 39 QS.Al-An’ām [6]: 24 105 QS. Al-Māidah [5]:


ُ ۖ ُ
‫ك ۡم َل َي ُض ُّر كم َّمن‬ menjaga dan menjauhkan diri dari sifat-sifat orang
َّ َ n ُ َ َ َ musyrik dan kafir, serta meningkatkan diri dengan
َ
‫ض َّل ِإ ذا ٱ ۡه ت د ۡي ت ۡ م ِإ لى ٱل ل ِه‬ iman yang kuat agar tidak dapat dipengaruhi oleh
ُ
‫َم ۡر ِج ُع ك ۡم َج ِمي ٗعا‬
pengaruh buruk mereka seburuk apapun lingkungan
mereka tinggal.
َ ُ َ ُ ُ ُ ُ َ َ
١٠٦ ‫ف ُي ن ِ˛ب ئ كم ِب َما كن ت ۡم ت ۡع َم لو ن‬
ُ َ َ ْ َ َ َ َ ُ
25 ‫ٱن ظ ۡر ك ۡي ف ك ذ ُبوا َع ل َٰ َٓى أن ف ِس ِه‬ Hilang Keadaan orang-orang musyrik yang berbohong
َ n
‫ۡ م َو ض َّل َع ۡنُ هم َّما‬ terhadap diri mereka sendiri di hadapan Allah pada
َ َ ۡ ْ ُ َ hari kiamat. Semua yang mereka anggap sebagai
١٦ ‫كا نوا َي ف ت ُرو ن‬ sekutu-sekutu Allah ternyata tidak memberikan
faedah sedikit pun. Bahkan, hilang tak berbekas.

َ ُ ُّ e ْ ُ َ ٌّ ُ َ ِ َ ْ ُ َّ َ َ ِ َّ َ
ِ ِ
26 َِ Sesat Penjelasan bahwa orang-orang yang mengingkari
‫والذين كذبوا بآياتنا صم وبكم في الظلمات من ش‬ hujjah Allah dan dalil-dalil-Nya adalah orang yang
ْ َ ُ ْ ُ ˛
‫ِإ ال ل ه ُي ْض ِل ل ه َو َمن َي ش أ َي ْج َع‬ tuli dan buta dalam menerima kebenaran, sehingga
َ ia tetap berada dalam kegelapan dan kekafiran.
ُ ْ
‫ل ه َع لى ِص َرا „ط َي‬
َ
‫ُّم ْس ت ِقيم‬
ۡ َ َّ َ َ ۡ َ ُ ˛
27 ‫َن ت د‬ ‫ ۡع ُ ُب د ٱ ل ِذي‬n‫ُۡ ل َ ِإ ِني ُ ِن ُهي ت أ َّن أ‬ Sesat Larangan kepada Nabi Muhammad (dan kaum

QS. Al-An’ām [6]: 56


‫عو ن ِمن دو ِن ٱل ل ِ ه ق‬ musyrik) untuk menyembah selain kepada Allah
ۡ َ َ ۡ َ ۡ ُ َ ٓ َ ۡ َ ُ َّ َ ٓ َّ ُ serta larangan untuk mengikuti hawa nafsu.
‫ضلل‬ ‫قل ٗ َل أ ت ِ ٓب َع َأ ۠ه وا ء ك م ق د‬
ُ
‫ت ِإ ذا َو َم ا أ ن ا ِم َن‬
َ ۡ
١١ ‫ٱ ل ُم ۡه ت ِدي َن‬

َّ َ َ َ َ َٰ َ ۡ
28 ‫ُ۞ َ ِو إ ۡذ َقا َل ِإ ۡب َر ِ ًهي ُم ِ َِل بي ِه َءا ز َر أ ت ت ِخ‬ Sesat Peringatan kepada Nabi Muhammad saw untuk
QS. Al-An’ām [6]: 74

‫ذ أ ص نا ًما َءا ِل َه ة‬ menjadikan pelajaran atas kisah Nabi Ibrahim as


َ َٰ َ َ َ َ َٰ َ ˛
(dalam mematahkan kebatilan) yang mengatakan
‫ِإ ِ ن ٓي أ َرَى ك َو ق ۡو َم ك ِفي ض ل ٖل م ِبي‬
ُّ kepada bapaknya untuk meninggalkan agamanya
bahkan mencela peribadatan bapaknya yang
١٧ ‫ٖن‬
menyembah berhala.

َ َ ٓ َّ َ َ ۖ ˛ َ َ َ َٰ َ َ ٗ َ َ َ َ ۡ َ َ َّ َ َ
َ ِ ِ
29 ‫فلما رءا ٱلقمر بازغا قال هذا ربي فلما أفل قال‬ Sesat Kisah Nabi Ibrahim as dalam pencarian Tuhan.
An’ām [6]: 77QS.Al-

َ ۡ َ ُ ََ َّ َ
‫ل ِئن ل ۡم َيۡ ه ِد ِني َ ˛ِربي َل كو ن َّن ِم َن ٱ ل ق‬
َ ˛ ٓ
٧٧ ‫ۡ ِو م ٱل َّض ا ِ لي ن‬
َ َٰ ۡ َ َ َ َٰ ُ َ ُ ۡ ۡ َ َ
30 ‫َو ل ق د ِج ئ ت ُمو ن ُا ف َ َر َد َٰ َى ك َما خ ل ۡ ق ن‬ Hilang dan Gambaran mengenai nasib orang-orang zalim di

QS. Al-An’ām [6]: 94


ُ َ
‫ك ۡم أ َّو َل َم َّ ٖر ة َو ت َر ك تم‬ lenyap hari kiamat. Mereka datang menghadap Allah
ُ ُ ٓ ُ َ َٰ ۡ َ
‫َّما خ َّو ل ن ك ۡم َو َ را َء ظ ُهو ِر ك‬
dengan tanpa membawa apapun. Keadaan mereka
ُ ٓ َ ُ ُ ۖ sama seperti ketika pertama kalinya diciptakan (saat
َ
‫ۡم َو َما ن َر َٰ َى َم َع ك ۡم ش ف َع ا َء ك‬ dalam kandungan ibunya). Pada saat itu, berhala
ُ ُ َ ُ َّ
‫ُم ٱ ل ِذي َن َز َع ۡم ت ۡم أ َّنُ ه ۡم ِفي ك ۡم ش‬ yang mereka kira dapat memberi syafaat tidak ada
َ َ nْ ُ َٰٓ َ gunanya sama sekali.
‫ر ك ؤ ا ل قد‬
ُ َ ُ َ َّ َ َّ
‫ت ق ط َع َب ۡي ن ك ۡم َو ض َّل َعن كم َّما‬
َ َ ُ ُ
١٦ ‫كن ت ۡم ت ۡز ُع ُمو ن‬
ُّ ۡ َ ۡ َ ُ
31 ‫َ ِو إن ت ِط ۡع أ ك ث َر َمن ِفي َٱ لَ ۡ ر َ ِض َُي ِض لو‬ Sesat Penjelasan Allah kepada Nabi saw untuk tidak
116 QS.Al-An’ām[6]:

‫ك عن س ِبي ِل‬ menuruti ajakan orang-orang musyrik untuk


memakan daging binatang ternak yang mereka
ۡ َّ َّ َ َّ n َّ
‫ٱل ل ِ ه ِإن َي ت ِب ُعو ن ِإ َل ٱل ظ َّن َ ِوإ ن ُه‬ sembelih untuk tuhan-tuhan mereka dan tanpa
menyebut nama Allah swt.
َ ۡ َّ
‫ۡم ِإ َل َي خ ُر ُصو ن‬
١٦٦

َ َ
َ َ ۡ ُ َ ِ ِ ِ َ َ ُّ ِ َ َ ُ ۡ َ ُ َ َّ َ َّ ِ
32 ‫إن ربك هو أعلم من يضل عن سبيلۦهۖ وهو أعلم‬ Sesat Penjelasan kepada Nabi Muhammad saw untuk
QS. Al-An’ām [6]: 117

tidak mengikuti orang-orang musyrik yang


ۡ menyesatkan dari jalan Allah swt.
َ
٧٦٦ ‫ِبٱ ل ُم ۡه ت ِدي َن‬
ُ ْ ُ ُ ۡ َ َّ َ ُ َ
33 ‫َو َ َّما ل ك ۡ َم أ َل ت َأ ك لوا ِم َّما ذ ِك َر ٱ ۡس‬ Sesat Pertanyaan kepada orang mukmin mengenai apa

119 QS.Al-An’ām[6]:
ۡ
‫ُم ٱل ل ِه َع ل ۡي ِه َو ق د‬ yang menghalangi mereka untuk memakan daging
َّ ُ َ ُ َ َ binatang yang disembelih sesuai dengan tuntunan
‫ف َّص َل ل كم َّما َح َّر َم َع ل ۡي ك ۡم ِإ َل‬ syariat. Ayat ini juga peringatan bahwa banyak
ُّ َّ َ ِۗ َ ُ ُ
‫َما ٱ ۡض ط ِ ۡر رت ۡم ِإ ل ۡي ِ ه ك ِثي ٗرا ل ُي ِض لو‬ manusia yang menentang mereka dengan memakan
َّ ۡ َ ٓ َ َ apa yang diharamkan Allah dengan tujuan
‫م ِإ ن َرَّب‬n „ ‫ن ِب أ ۡه َوا ِئ هم ِب غ ۡي ِر ِع ل‬ menyesatkan.
َّ َ
‫ك ُه َو َوِإ ن‬
َ ۡ َ َ
٦٦٦ ‫أ ۡع ل ُم ِبٱ ل ُم ۡع ت ِ َدي َن‬
ۡ ُ ُ َّ َ
34 ‫َ ۡف َم ُن ُي ۡ ِ ِر د ۡ ٱل َٰ َ ل ۖه أ َن َ َيۡ ه ِد َي هۥ َي ش َر ۡح‬ Sesat Sebuah perumpamaan orang yang lepang hatinya
125 QS.Al-An’ām[6]:

‫ص د َر ۥه َ ِل ِۡل س ل ِ م و من‬ untuk menerima ajaran Islam, dan orang yang tidak
ۡ ُ َّ
‫َُي ِر ۡ ًد أَن ُي ٗ ِض َل َ ۥه َّ َي ۡج َع ۡل َص د َر ُ ۥه‬ mau menerimanya seperti sedang naik ke atas

َٰ ‫ض ِ˛ي قا ح َر جا ك أ ن َما‬ langit. Semakin naik tinggi semakin sesak nafasnya.


َ َ َ ٓ ُ
‫ َء َك ذ ِل ك َي ۡج َع ُل‬nَِ ‫َّ َّص ُ َّع د ِفي ٱ ۡل َّس َم ا‬ Demikian Allah menjadikan kesempitan dalam hati
‫ٱل ل ه ٱل ِ˛ ر ج َس ع لى ي‬ orang-orang yang tidak beriman yang hatinya
tertutup oleh kotoran kekafiran.
َ ُ ۡ َ َّ
١٦٦ ‫ٱ ل ِذي َن َل ُي ؤ ِم نو ن‬
َ sَ َ َ ۡ ُ َ َ َٰ ۡ َ ْ ٓ ُ َ َ َ َّ َ َ ۡ َ
ِۡ ِ ِ
35 ِ َِ Sesat Ketakutan orang-orang yang membunuh anak-
‫قد خسر ٱلذين قتلوا أولدهم سفها بغير علم ح‬
140 QS.Al-An’ām[6]:

anaknya akan kemiskinan dan ketidak sanggupan


َ ٓ ۡ ُ َّ َ َ ْ
‫َّ ُر موا َما َر ز ق ُه ُم ٱل ل ه ٱ ف ِت َ را ًء َع لى‬ dalam menghidupi anak-anaknya.
ْ ُّ َ ۡ َ n َّ
‫ٱل ل ِ ه ق د ض لوا َو‬
َ ْ ُ َ
٠١٦ ‫َو َما كا نوا ُم ۡه ت ِدي َن‬
ۡ َ ۡ َ ۡ ۡ
36 ‫َو ِم َن ٱ لۡ ِ ب ِل ٱ َث ۡن ِۡۗي ِن ُ َو ۡ ِم َ َن ٓ ٱ َّل َ َب َق ِۡر ٱ ث‬ Sesat Perbuatan kaum musyrik yang membohongi

QS. Al-An’ām [6]: 144


‫ن ي ِ ن ق ل ء ال ذ ك ري ِن‬ manusia dengan mengharamkan sesuatu yang telah
ۡ َ َ ۡ َ َ ۡ َ
‫َح َّر َم أ ِم ٱ لَ ن ث َي ۡي ِن أ َّما ٱ ش ت َم ل ت‬ dihalalkan oleh Allah tanpa landasan yang benar
ۖ َ ۡ َ َ dengan tujuan menyesatkannya.
‫َع ل ۡي ِه أ ۡر َحا ُم ٱ لَ ن ث َي ۡي ِ ن‬
ُ ۡ ٓ َ ُ ُ ُ َ
‫ ِإ َذ َو َّص َ َٰ َى ۡك ُ َم ٱل‬n‫أ ۡم كن ت ۡم َّش َه د َ ا َء‬
َٰ ُ
‫ل ه ِب ه ذ ا ف َم ۡن أ ظ ل ُم‬
˛ َ َّ َ َ ۡ
‫ض َّل‬nِ ‫ِن ٱ ف ت َر َٰ َى َ َّع ل َى ٱل ل َِه ۡ ك ِذ ٗبا ِۡ ل ُي‬
‫ٱل نا س ِب غ ي ِر ِع ل َٰ „ م ِم َّم‬
َ ۡ َ َ َّ َّ
‫ِإ ن ٱل ل ه َل َيۡ ه ِدي ٱ ل ق ۡو َم ٱل‬
َ َّ
١١٦ ‫ظ ِل ِمي ن‬
َ ً َ َ َ ً َ
37 ‫ َٰ َى َ َّو ُف ِري قا َح َّق َع ل ۡ ِي ه‬n‫ُ ف ِري َّ قا َٰ َ َه ُد‬ Sesat Allah menetapkan manusia menjadi 2 golongan;
QS. Al-A’rāf [7]: 30

‫م ٱل ض ل ل ة ِإ نُ ه م‬ orang yang diberi petunjuk dan orang yang


ٓ َ َ َ َٰ َّ ْ ُ َ
‫ٱ َّت خ ذو ا ٱل ش ي ِطي ن أ ۡ ِو ل َي ا َء ِمن ُدو ِن‬
menyimpang dari petunjuk karena menjadikan setan
sebagai pembimbing mereka.
َ َّ
‫ٱل ل ِه َوَ ي ۡح َس ُبو ن‬
َ ُ َ َ
٠١ ‫أ َّنُ هم ُّم ۡه ت دو ن‬

َ َ َّ َ َ َ َٰ َ َ ۡ َّ ُ ٓ َ ۡ َ ۡ َ َ
َّ ۡ ً ِ ِ ِ ِ
38 ‫فمن أظلم ممن ٱفترى على ٱ له كذبا أو كذب ِت ِۦٓه‬ Hilang dan Gambaran keadaan orang yang mengingkari dan
QS. Al-A’rāf [7]:

ۡ َ ُ َ َ َ َٰ ُ lenyap mendustakan ayat-ayat Allah ketika menghadapi


‫ أ ْو ل ِئ ك َي ن ا ل ُه ۡم ن ِص ي ُ ُه هم ِ˛م َن ٱ ل‬n azab di akhirat. Mereka diminta malaikat untuk
َّ َ َ ُ َ َ َٰ
‫ِك ت ِۖب َح َّ َٰتٓ َى ِإ ذا َء ۡتُ ه ۡم ُر ُس ل ن ا َي ت َو ف‬
37

mendatangkan sesembahan yang mereka sembah


dan mintai tolong selama di dunia, sehingga mereka
enggan menyembah dan meminta tolong kepada
‫َ‬ ‫ُ ُ َ ۡ‬ ‫َ ُ ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫‪Allah swt.‬‬
‫ۡو نُ ه ۡم ق ا ل ٓوا أ ۡي ن َما كن ت ۡم ت د ُع و ن ِب ا‬
‫َٰ‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ ُّ ْ‬ ‫َّ ۖ َ ُ ْ‬ ‫َ‬
‫ض لوا َع نا َو ش‬ ‫ي ُدو ِن ٱل ل ِ ه قا لوا‬
‫ٓ‬ ‫َ‬ ‫ُ ْ‬
‫ِه دو ا َع ل َٰ َٓى َج ا ِمن‬
‫َ ُ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ‬
‫أن ف ِس ِه ۡم أ َّنُ ه ۡم ك ا ن وا‬
‫َٰ َ‬
‫ك ِف ِري َن ‪٧١‬‬
ۡ َ َ ۡ َ ُ ْ ُ ُ َ
39 ‫َ ۡقا َ ُل ٱ ۡد˛ َخ لوا ۡ ِف ٓي أ َ˛م ٖم ق د خ ل ت ِمن‬ Sesat Penjelasan bahwa kelak Allah akan memasukkan

QS. Al-A’rāf [7]: 38


‫ق ب ِل كم ِم ن ٱ ل ِج ِ ن‬ orang-orang kafir ke dalam neraka bersama jin dan
ّّٞ َّ ُ ۡ َ َ َ َ َّ ُ ۖ َّ ۡ
‫َوٱ ۡلن ِس ِفي ٱل نا ِ ر ك ل ما د خ ل ت أ م ة‬
manusia yang telah lebih dulu sesat dan
menyesatkan mereka. Mereka masuk ke dalam
َّ ۖ ۡ ُ ۡ َ َّ
‫ل َع ن ت أ خ َ َه ه ا َح َٰتٓ َى‬ neraka secara bergelombang, sehingga terjadilah
ۡ ُ ۡ َ َ ْ ُ َ
‫ِإ ذا ٱ َّدا َر كوا ِفيَ ها َج ِمي ٗعا قا ل ت أ خ‬
kutuk mengutuk sesama orang kafir di dalam
َ َ ُّ َ َ ٓ َ ُ َ َُ َٰ neraka. Orang yang masuk belakangan meminta
‫َ َرىُ ه ۡم ِ َلو ل َٰ َىُ ه ۡم َرَّب نا ؤ َل ِء أ ض لو نا فا ِت ه‬ kepada Allah untuk memberikan siksaan yang
َٓ َٰ َ َّ ٗ َ
‫ۡم َع ذا ٗبا ِض ۡع فا ِ˛م َن ٱل نا ِۖ ر قا َل ه‬
berlipat ganda kepada mereka yang telah
menyesatkannya.
َ َ َ َّ َ َٰ ّّٞ ُ
١١ ‫ِل ك ٖ ˛ل ِض ۡع ف َو ل ِكن َل ت ۡع ل ُمو ن‬
ۡ ُ َ ۡ َ َّ َ ُ َ
40 ‫ه َي ۡو َم َي أ ِتي‬n‫َ ۡ ه ۡ ُل َي ُن ظ ُ ُرو ن ِإ َّ َل ت َأ ِوي ل ۥ‬ Hilang dan Menggambarkan keadaan orang-orang yang tidak
QS. Al-A’rāf [7]: 53

‫ت أ ِوي ل ۥه ي قو ل ٱ ل ِذي ن‬ ُ َ lenyap mau menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk dan


َ ‫ُسو ُه ِمن َق ۡب ُل َق ۡد َج ٓا َء ت ُر ُس ُل‬
ۡ pedoman dalam hidupnya, serta lebih memilih dan
mempercayai ajaran nenek moyangnya yang sesat.
ُ َ ٓ َ َ ْ َ َّ َ ˛ ۡ َ
‫˛ِرب نا ِبٱ ل َح ِ ق ف َهل ل نا ُعوا ل ن ا أ ۡو ن‬
‫َر‬
ُ
َ َ َ
‫ّد ف ن ۡع َم َل غ ۡي َر ٱ‬
َ
َ ۡ َ ٓ َ ُ َ ّ
‫ل ِذي ن ِمن ش ف َع ا َء ف َي ش ف‬
ُ َ ْ َ ۡ َ n َ َّ ُ
‫ك نا ن ۡع َم ُ ل ق د خ ِس ُ ٓر وا أن ف َس ُه ۡم‬
ْ ُ َ َ
‫َو ض َّل َع ۡ ُن هم َّما كا نوا‬
َ َ ۡ
١١ ‫َي ف ت ُرو ن‬
َ َٰ َ َ َ َٰ َ َ َ َّ َۡ ََُۡ َ َ
ٖ ِ ِ ِ ِ ِ
ِ
41 ٠١ ‫قال ٱلَمل من قومۦٓه إنا لنرىك في ضلل مبين‬ Sesat Jawaban kaum musyrik ketika Nabi Nuh as

QS.Al-A’rāf [7]:
mengajak mereka untuk beribadah hanya kepada
Allah swt. Mereka mengatakan bahwa dalam

60
pandangan mereka Nabi Nuh as berada dalam
kesesatan.
َٰ َ ّّٞ َ َ َٰ َ َ َ َ َٰ
42 ‫ّ ِو م ل ۡي َس ِبي َ ض ل ل ة و ل ِك‬ّٞ ۡ ‫˛َل ي ُ ق‬ Sesat Jawaban atas perkataan kaum Nabi Nuh as pada
‫ِ ني َر سو ل ِ˛من َّر ِ˛ ب قا‬

QS.Al-A’rāf [7]: 149 QS.Al-A’rāf [7]:


ayat sebelumnya yang mengatakan bahwa ia adalah
benar-benar seorang rasul utusan Allah swt yang
َ َ َ َٰ ۡ

61
٦١ ‫ٱ ل ع ل ِمي ن‬ membawa kebenaran, tidak seperti yang ada dalam
prasangka mereka.
َ ْ َ َ َ َ
43 ‫َو ل َّما ُس ِق ط ِف ٓي َأ ۡ ۡي ِديِ َه ۡم ُّ َ ْو َ َرأ ُ ۡ ْو ا َ أ َّنُ ه‬ Sesat Penyesalan Bani Israil yang menyembah patung
‫ۡم ق د ض لوا قا لوا ل ِئن‬ anak sapi dan menyadarinya bahwa perbuatan
mereka tersebut adalah sesat, karena telah
َ ُ َ َ َ َ ۡ َ َ َّ
‫ل ۡم َي ۡر َح ۡم نا َرُّب نا َوَ ي غ ِف ۡر ل نا ل ن كو ن‬ menyekutukan Allah.
َ َٰ ۡ
‫َّن ِم َن ٱ ل خ ِس ِري َن‬
ۖ َ َ َٰ ˛ ٗ ُ َ َ ۡ َ ُ َ ۡ َ َ َٰ َ ُ َ َ ٦١٦ ۡ َ
َّ َ ِ َ ِ ِ ِ ‫ۥ‬
44 َ Sesat Nabi Musa as memilih 70 orang laki-laki dari
‫جل لميقتن ا فلما خ‬ َ ‫ى قومه سبعين ر‬S‫وٱختار موس‬
QS. Al-A’rāf [7]: 155

ۡ َۡ َ ُ َ َ kaumnya (yang tidak seorang pun pernah


‫ذ ۡتُ ه ُم ٱل َّر ۡج ف ة ق ا َل َر ِ˛ ب ل و ِش ئ‬ menyembah patung anak sapi) untuk berdoa agar
ُ َ َ َٰ َ َ ۡ َ ۡ َ َ
‫ت أ ه ل ك ُه هم ِ˛من ق ۡب ُل َ ِوإ َّي َۖي أ ُتۡ ه ِل ك‬
Allah menerima taubat atas perbuatan orang-orang
yang menyembah patung anak lembu atau sapi.
ۡ ۖٓ َّ ٓ َ َ َ
‫ن ا ِب َما ف َع َل ٱل ُّس ف َه ا ُء ِم ن ا ِإ ن ِه َي‬
َ ٓ َ َ ُ َ ُ َ ۡ َ َّ
‫ِإ َل أ ت ن ت ك ت ِض ُّل ِبَ ها َمن ت ش ا ُء َو تۡ ه‬
َ َ ۖ ٓ َ َ
‫ِدي َمن ت ش ا ُء أن ت ِف‬
َ َ ۖ َ َ َ ۡ َ َ
‫َ ِو ل ُّي ن ا ف ٱ غ ِف ۡر ل ن ا َوٱ ۡر َح ۡم ن ا َو أن ت‬
١١٦ ‫ن‬َ ‫َخ ۡي ُر ٱ ۡل َٰ َغ ف ري‬
ِ ِ
َ َ َٰ ْ ُ َ ۡ ۡ ُ َ َ ۖ َ ۡ ُ ۡ َ ُ َ ُ َّ ۡ َ َ
ِ ِ ِ ِ ُ ُ
45 ‫من يهد ٱ له فهو ٱلمهتدي ومن يضلل فأولئك هم‬ Sesat Penjelasan bahwa hidayah dan kesesatan ada di

QS.Al-A’rāf [7]: 178


tangan Allah swt, dan orang yang berada dalam
ۡ kesesatan adalah orang yang dijadikan sebagai
‫ٱل‬
orang yang hina, tidak mendapatkan pertolongan
ٰ
Allah, dan tentu menjadi orang yang paling rugi.
َ َ
١٧٦ ‫خ ِس ُرو ن‬
َ َّ َ ۡ َ ۡ َ َ
46 ‫َو ل ق د ذ َ رأ نا ِ ۡل َج َه˛ ن َ َم ۡك ِثي ٗ ۖرا ِ˛ َم ُ َ ۡن ٱ‬ Sesat Perumpamaan terhadap orang-orang yang memiliki

179 QS. Al-A’rāf [7]:


‫ل ِج ِ ن وٱ ۡلن ِ س ل ه م‬ hati, mata dan telinga namun tidak digunakan untuk
َ َ َ َ ۡ َّ ّٞ ُ ُ
‫ق لو ّب َل َي ف ق ُهو ن ِبَ ها َو ل ُه ۡم أ ۡع ُي‬ membenarkan Al-Qur’an dan ajaran yang dibawa
َّ ّّٞ َ َ َ َّ ّّٞ
‫ن َل ُي ۡب ِص ُرو ن ِبَ ها َول ُه ۡم َءا ذا ن َل َي‬
Rasulullah. Mereka diumpamakan dengan binatang
ٓ َٰ ternak, bahkan lebih dari itu.
ۡ‫ا ُأ ْو َل ِئ َك َكٱۡ َل ۡن َٰ َع م َب ل‬nٓ ‫ۡس َم ُعو َن ِبَ ه‬
ِ
ۡ‫ُه م‬
ۡ ُ ُ َ ََٰٓ ْ ُ nُّّ َ َ
ُ
٦٧ ‫أضل أول ِئك هم ٱلغ ِفلون‬
٦
47 َ‫ َوي‬n‫َمن ُي ۡض ل ل ٱل َّل ُه َفَ َل َها د َي َل ُهۥ‬ Sesat Penegasan bahwa orang yang disesatkan oleh Allah
ِ ِ ِ
37 QS. Al-Taubah [9]: QS.Al-A’rāf [7]: 186

ۡ‫َذ ُر ُه ۡم في ُط ۡغ َٰ َي ن ه م‬ tidak akan mendapatkan petunjuk dari siapapun.


ِِ ِ Allah akan membiarkannya berada dalam keadaat
َ ُ َ ۡ َ
١١٦ ‫ي ع م هو ن‬ tersebut. Kesesatan mereka karena hilangnya
potensi dalam dirinya (fitrah) untuk menerima
petunjuk.
َّ ُ ْ e َ َ ُ َّ َ َّ
َ َِ ِ ِ ُّ َ ُ ِ ْ ِ ِ ِ ِ
48 ُ‫يء زيادة في الكفر يضل به الذين كفروا ي‬S‫إنما النس‬ Sesat Perbuatan orang-orang musyrik dan kafir yang
ُ َ ُ َ ُّ mengundur-undur bulan haram194 dengan tujuan
‫ِح لو ن ه َعا ًما َوُ ي َح ِ˛ رُ مو ن ه َعا ًما ِل ُي‬ dapat menyesuaikan segala sesuatu yang mereka
َ ُ َّ َ ُ
‫َوا ِط ئوا ِع َّد ة َما َح َّر َم ال ل ه ف ُي ِح‬ halalkan dan haramkan pada bulan-bulan tersebut
َ ُ َّ ُّ dengan bilangan yang telah Allah haramkan.
‫لوا َما َح َّر َم ال ل ه ُ ِ˛زي َن ل ُه ْم ُسو‬
َ ْ َ ُ َّ َ
‫ُء أ ْع َما ِل ِه ْم َوال ل ه َل َيْ ه ِدي ا ل ق ْو َم ا‬
َ ْ
‫ل كا ِف ِري َن‬
194
Misalnya pengunduran bulan Muharram ke bulan Safar dengan maksud agar pada bulan Muharram itu diperbolehkan berperang.
َ s َ ُ ‫َما َكا َن ٱل َّل ُه ِل‬
49 ‫ض َّ َل َ ق ۡو َ ما َب ۡع د ِإ‬ ِ ‫ي‬ َّ َ َ ۡ
Sesat Penegasan bahwa Allah tidak akan menganggap
‫ذ ه د َٰ َىُ ه ۡم َح تَٰى ُي َب ِ˛ي ن و‬

QS. Al-Taubah
suatu kaum sebagai orang-orang yang sesat hanya

[9]: 115
َ ُ َ َّ َّ nَ ُ َّ َ karena berbuat suatu kesalahan baik ucapan
‫ ۡي‬S‫ل ُهم َّما َي ت قو ن ِإ ن ٱل ل ه ِب ك ِ ˛ل ش‬ maupun perbuatan, apabila mereka benar-benar
telah diberi petunjuk.
١٦٦ ‫م‬e ‫„ء َع ِلي‬
َ َ ٓ ۡ َ ُ ْ ُ َ َ َ
50 ‫ا ِل ك ت ۡب ل ْوا َك ُّل َّ ن ف ٖس َّم ا أ ۡس ل‬n‫َُ ۡه ن‬ Hilang dan Menggambarkan seluruh manusia yang akan
QS.Yūnus [10]: 30

‫ف ت َو ُر ُّد ٓوا ِإ لى ٱل ل ِه‬ lenyap dikumpulkan di Padang Mahsyar kelak untuk


menerima pembalasan semua amal dan perbuatan
َ َ ۡ َ
‫َم ۡو ل َٰ َىُ ه ُم ٱ ل َح ِۖ˛ق َو ض َّل َع ۡنُ هم َّما كا‬ yang telah dilakukan di dunia.

َ َ ۡ ْ ُ
٠١ ‫نوا َي ف ت ُرو ن‬
˛ َ ۡ َ ۡ َ َ َ َ ُّۖ َ ۡ ُ ُ ُّ َ ُ َّ ُ ُ ََٰ َ
ِ ِ
51 ‫فذلكم ٱ له ربكم ٱلحق فماذا بعد ٱلحق ِ َإل‬ Sesat Penjelasan bahwa Allah adalah Tuhan yang
QS.Yūnus [10]: 32

ُ َّ َ َ ۖ َ َٰ
‫ٱل َّض ل ُل ف أ ن َٰ َى ت‬
sebenarnya, bukan sekutu-sekutu (berhala-berhala)
yang orang musyrik ada-adakan yang tidak mampu
َ ُ
٦١ ‫ۡص َر فو ن‬ melakukan apapun.

َ َ َ َ َ ۡ َ ۡ َ ۡ َ َ َ َّ ٓ َ َّ َ َ ُ َ َ َ
َ ِ ِ َٰ
ِ ‫ۥ‬
52 ‫ى ربنا إن ك ءاتيت فرعون وَمله زين ة‬S‫وقال موس‬ Sesat Doa Nabi Musa as agar Allah membinasakan harta
QS. Yūnus [10]: 88

َ ۡ َٰ ۡ ٗ َ َٰ َ
‫َوأ ۡم وَل ِفي ٱ ل َح َي َو ِة ٱل ُّد ن َيا َرَّب نا ِل ُي ِض‬
benda Fir’aun dan para pemuka kaumnya dan
mengunci mati hati mereka. Mereka telah
َ ۡ َ َۖ ْ ُّ
‫ل وا َعن َس ِبي ِل ك َرَّب ن ا ٱ ط ِم ۡس َع ل َٰ َٓى‬ menggunakan kenimatan perhiasan195 yang telah
ََ ُ ُ َ ُ ۡ َ َٰ َ Allah berikan untuk memalingkan orang lain dari
‫أ ۡم ِول ِه ۡم َوٱ ش د ۡد َع ل َٰ َى ق ل ِو ِب ه ۡم ف َل‬ agama yang benar.
‫َح‬
َ
ٰ‫ّت‬
ۡ َ ۡ ْ
‫َى َي َرُوا ٱ ل َع ذا َب ٱَل ِلي‬
ْ ُ ۡ
‫َم ُي ؤ ِم نوا‬

Segala
195
sesuatu yang dapat dipakai untuk berhias; pakaian, kendaraan, perhiasan, dan sebagainya.
53
ۡ ُ ٓ
‫س ق د َج ا َء ك ُم ٱ ل‬
ۡ َ ُ َّ
‫ا‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ٱ‬ ‫ا‬ ‫ه‬ َ‫ُق ۡل َٰ َٓي َأ ُّي‬ Sesat Pemberitahuan bahwa Allah swt telah mengutus
َ ۖ ُ

108 QS. Yūnus [10]:


‫َح ُّق ِمن َّ ِر˛ب ك ۡم ف َم ِن‬ Nabi Muhammad saw dengan membawa al-Qur’an
ۡ َ َ َّ َ َ َ yang berisi penjelasan hidayah. Rasul tidak
‫ٱ ۡه ت د َٰ َى ف ِإ ن َما َيۡ ه ت ِدي ِل ن ف ِس ِۦۖه َو‬ bertanggung jawab atas siapa saja yang bertahan
َّ َ َ
‫َمن ض َّل ف ِإ ن َما‬ dalam kesesatan.
‫ِض‬
ُ
ُ َ ۠ ََ ٓ ۖ َ
‫ّل َع ل ۡيَه ا َو َم ا أ ن ا َع ل ۡي كم ِب َو ِكي‬
‫ َي‬١٠٦ ‫ٖل‬
ُ َ ْ َ َّ َ َ َٰ ُ
54
‫أ ْو ل ِئ ك ٱ ل ِذي َن خ ِس ُرٓ و ا أن ف َس ُه ۡم‬ Hilang dan Ancaman bahwa pada hari kiamat sesembahan yang
8 QS. Yūsuf [12]: QS. Hūd [11]:

ْ ُ َ َ
‫َو ض َّل َع ۡ ُن هم َّما كا نوا‬
lenyap dianggap sebagai pemberi syafaat dan penolong
َ ۡ oleh orang musyrik akan hilang.
َ
21

٦٦ ‫َي ف ت ُرو ن‬
َّ َ َ ٓ َ ُّ َ َ ُ ُ َ َ ُ ُ ُ َ ْ ُ َ ۡ
ۡ َِ ِ َ َٰ ِ ِ
55 ‫إذ قالوا ليوسف وأخوه أحب إلى أبينا منا ونحن‬ Keliru Kecemburuan saudara-saudara Nabi Yusuf as dan
َ َ َ َّ e Benyamin terhadap keduanya dengan anggapan
‫ُع ۡص َب ة ِإ ن أ َبا نا ل ِفي‬ bahwa ayahnya lebih menyayangi keduanya dari
َ َٰ َ pada mereka, sehingga menganggap sikap ayahnya
١ ‫ض ل ٖل ُّم ِبي „ن‬ adalah sebuah kekeliruan.

َ َ ُ َ َٰ ُ َ ۡ ُ َ َ ۡ َ َ ۡ ّّٞ َ ۡ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
56 ‫۞وقال نسوة في ٱلمدينة ٱمرأت ٱلع زيز ترود فتىها‬ Salah Kisah seorang istri raja yang mencintai dan
QS.Yūsuf

َ َ َّ ۖ ًّ
[12]: 30

َ َ َ ۡ َ ۡ َّ
‫َعن ن ف ِس ِۦۖه ق د ش غ ف َها ُح ّب ا ِإ نا ل ن‬
menggoda bujangnya yang telah menjadi buah bibir
para wanita di kotanya.
َ َٰ َ
‫ََٰرَىَ ها ِفي ض ل ٖل ُّم ِبي ٖن‬
٠١
َ ۡ َ ََٰ َ َ َ َّ َّ َ ْ ُ َ
ِ ِ ِ ِ
57 ١٦ ‫قالوا تٱ له إنك لفي ض لك ٱلقديم‬ Keliru Kisah dimana Nabi Ya’qub as mencium bau Nabi
QS.Yūsuf
[12]: 95
Yusuf as setelah matanya ditutup gamis (pemberian
Nabi Yusuf as) yang dibawa oleh anak-anaknya
sebagai pemberian dari menteri kerajaan di Mesir.
ۡ َّ ۡ ُ ُ
58 ‫ق َوٱ ل ِذي َن َي د‬nَ ˛ِ َ ‫ۥه َ َد ۡع َو ة ٱ ل َح‬ Sia-sia Perumpamaan orang musyrik yang meminta

QS. Al-Ra’d [13]: 14


‫ُعو ن ِمن ُد ِو ن ِهۦ َل ل‬ pertolongan kepada berhala. Mereka seperti orang
َ َٰ َ َّ َ َ َ َ yang ingin minum melalui telapak tangannya,
‫ ۡي „ء ِإ َل ك ب ِس‬S‫َي ۡس ت ِجي ُبو ن ل ُهم ِب ش‬ namun hanya memasukkan tangannya ke dalam air
َ َ ُ ٓ ۡ َ َّ َ
‫ِط ك ف ۡي ِه ِإ لى ٱ ل َم ا ِء َي ۡب ل غ فاه َو َما ُه‬ dengan cara terbuka dan berharap air itu naik
َّ َ َٰ ۡ ٓ َ َٰ
‫ َو َما ُد َع ا ُء ٱ ل ك ِف ِري َن ِإ َل‬n‫َو ِب ب ِل ِغ ِۦه‬
sendiri ke mulutnya.

‫ِفي ِل‬
َ َٰ َ
١٦ ‫ل‬ ٖ ‫ل‬ ‫ض‬
59 ۡ‫ل ۡوَ َٓل ُأن ز َل َع َل ي‬ّٞ َ ‫ُقو ُل ٱ َّل ِذي َن َك َف ُروْ ا‬ Sesat Pertanyaan orang-orang musyrik kepada Nabi
ّ
‫ َوَي‬n‫ِه َءا َي ة ِ˛من َّ ِ ˛ِرب ِهۦ‬
QS. Al-Ra’d [13]: 27

Muhammad saw mengenai mukjizatnya. Allah


ٓ َ َ َّ َّ ُ memerintahkan Nabi saw untuk menjawab bahwa
‫ق ۡل ِإ ن ٱل ل ه ُي ِض ُّل َمن َي ش ا ُء َوَ يۡ ه ِد‬ sesungguhnya Allah menyesatkan orang yang
dikehendaki-Nya dan memberikan hidayah kepada
َ َ َ
‫ٓي ِإ ل ۡي ِه َم ۡن أ نا َب‬ orang yang bertaubat kepada-Nya.
٧٦

ِِۗ
َ ْ َ ُ ۡ َ َ َ َ َ ِ e َ َ ََٰ ُ ِ ˛ َ ۡ sِ ِ ٓ َ َ ُ ۡ َ َ
60 ‫أفمن هو قائم على كل نفس بما كسبت وجعل وا ِه‬ Sesat Allah mencela kebodohan orang-orang kafir dan
QS. Al-Ra’d [13]: 33

ُ َ َ ُ َ n ُ َٓ ُ musyrik yang menyembah selain Allah yang tidak


‫ش َر ك ا َء ق ۡل َس ُّمو ُه ۡ م أ ۡم ت ن ِ˛ب و ن ه‬ memberikan manfaat/mudarat, tidak mengetahui
َ َٰ َ َ َ
‫ِب َم ا َل َي ۡع ل ُم ِفي ِض أم ِب ظ ِه ٖر ِ˛م َن ٱ‬ apa yang dilakukan oleh manusia, tidak dapat
mengawasi serta memberikan pahala atau siksa
َّ ْ َ َ َ َّ َ ُ َ ۡ
‫ل ق ۡو ِ ِِۗل َب ۡل زِ˛ي ن ِل ل ِذي ن ك ف ُرو ا ِل ل‬ berdasarkan amal perbuatan manusia.
ْ
‫ُر ُه ۡم َو ُص ُّدوا َع ِن ٱل َّس ِبي ِ ِِۗل َو َمن ُي‬
‫ۡ‬ ‫ۡ‬ ‫َّ ُ َ‬
‫ۡض ِل ِل ٱل ل ه ف َما ٱ لَ ۡ ر َم ك‬
‫َ ُ‬
‫ل ۥه ِم ۡن‬
‫َ‬
‫ها ٖد ‪١١‬‬
ۡ َ َٰ ۡ َ َ َّ
61 ‫َٱ ل ِ َذي َ َن َۡي ۡس َت ِح ُّبو ن ٱ ل َح َي َو ة ٱل ُّد ن‬ Sesat Penjelasan bahwa orang-orang yang mengingkari
‫يا ع لى ٱ َل ِخ ِر ة‬

QS. Ibrāhīm [14]: 4 QS.Ibrāhīm [14]: 3


ٓ al- Qur’an (kafir) dan menghalang-halangi orang
ۡ‫َوَي ُص ُّدو َن َعن َٰ َس بي ل ٱل َّل ه َوَ ي ب‬ lain dari jalan Allah, serta mereka lebih menyukai
ِ ِ َِ ُ n َ ُ
‫غو نَ ها ِع َو ًج ا أ ْو ل ِئ ك ِفي‬ kehidupan dunia, maka mereka termasuk orang
َ َٰ َ yang sesat dengan kesesatan yang sangat jauh.
َ s
١ ‫ض ل ِ ل ب ِعي ٖد‬
َ َّ َ ۡ َ ٓ
62 ‫َم ا أ ۡر َس ˛ل ن َا ِ َمن َّ ۖر سو „ل ِإ َل ِب ِل سا ِن ق‬
َ ُ Sesat Informasi bahwa Allah tidak mengutus seorang
‫ۡو ِم ِهۦ ِل ُي َب ِي ن ل ُه ۡم َو‬ rasul dari suatu kaum kecuali dengan bahasa umat
ٓ َ ُ َّ ُ ‫َف‬
‫ض ُّ ُل َٱل ل ۡه ََمن َي ُ ش ا ُء َوَ يۡ ه ِدي َمن َي‬ nِ ‫ي‬ ٓ َ
tersebut, agar rasul tersebut dapat memahamkan
‫ش ا ُ ء َو ه و ٱ ل ع ِزي ز‬ mereka untuk taat kepada perintah dan larangan
ۡ Allah.
١ ‫ٱ ل َح ِكي ُم‬

ۡ َ ُ َ َٰ َ ۖ ْ َ َ َ َّ ُ َ
ۡ „ َّ َ َ ۡ ُ ۡ ۡ ِ ˛ِ َ ِ ُ ِ
ِِ
ّ
63 ‫مثل ٱلذين كفروا بربهم أعملهم كرماد ٱشتدت به‬ Sesat Perumpamaan amal perbuatan orang-orang yang
QS.Ibrāhīm [14]: 18

َ ۡ َّ ۖ mengingkari Allah. Perbuatan mereka seperti debu


‫ٱل ِ˛ ري ُح ِفي َي ۡو„ م َعا ِص ٖ ف َل َي ق ِد ُرو ن‬ yang tertiup angin kencang.
َ ْ َ
‫ِم َّما ك َس ُبوا َع ل َٰ َى‬
َ َ َٰ َ
‫ء ذ ِل ك ُه َو ٱل َّض‬nٖ ‫ ۡي‬S‫ش‬
ُ ۡ َ َٰ
١٦ ‫ل ُل ٱ ل َب ِعي د‬
َ ۡ ْ ُ َّ ُ َّ ُ َ
64 ‫ُي ث ِ˛ب ت ٱل ل ه ٱ ل ِ َّذي َن َءا َم ن ۡوا َ ِبٱ َل َٰ َق ۡو‬ Sesat Penjelasan bahwa Allah swt meneguhkan orang-

QS. Ibrāhīm [14]: 27


‫ِل ٱل ثا ِ ب ِت ِفي ٱ ل ح ي و ِة‬ orang mukmin dengan ucapan-ucapan yang baik
َّ َٰ ۡ
ُ َّ ۖ َ ‫ٱل ُّد ۡن‬
‫يا َ ِو في ۡٱ َل ِخ َ ِر ة َوُ ي ِض ل ٱل ل ه ٱل ظ‬n
ُّ dan teguh dan membiarkan sesat orang-orang zalim
َ
‫ِل ِمي ن َوَ ي ف َع ُل‬
yang suka berbuat sesuatu menurut kehendaknya
sendiri.
ٓ َ ُ َّ
٧٦ ‫ٱل ل ه َما َي ش ا ُء‬

ْ ُّ ˛ َ َ َّ ْ ُ
65 ‫ََو َج َع ُ لو ۡا ِل َ ل َ ِه َّ أنُ د ْا ٗدا ِ ل ُي ِض لوا َعن‬ Sesat Kecaman, ancaman dan peringatan untuk orang-
QS. Ibrāhīm [14]: 30

‫س ِبي ِل ِهۗۦِِۗ ق ل ت م ت عوا‬ orang yang membuat sekutu-sekutu bagi Allah


untuk menimati kehidupan mereka dan bersiap
َّ َ ُ َّ َ
٠١ ‫ف ِإ ن َم ِصي َر ك ۡم ِإ لى ٱل نا ِر‬ untuk menghadapi neraka sebagai tempat
kembalinya.

َ َ َ َ ۖ َّ َ ˛ ٗ َ َ ۡ َ ۡ َ َّ ُ َّ ˛
َِ ‫َ ِ َّ ُ ۥ‬ ِ ِ ِ ِ ِ
66 ِ
‫رب إنهن أض لن كثيرا من ٱلناس فمن تبعني فإنه‬ Sesat Kisah pada saat Nabi Ibrahim as berdoa kepada
QS. Ibrāhīm [14]: 36

َ َّ َ ˛ Tuhannya agar menjadikan negeri Mekkah sebagai


‫ِم ِ ن ۖي َو َم ۡن َع َصا ِني ف ِإ ن ك‬ negeri yang aman dan tentram serta keturunannya
ّٞ ّٞ ُ َ
١١ ‫غ فو ّر َّر ِحي ّم‬
dihindarkan dari perbuatan menyembah berhala.

ُّ ٓ َّ ِ ِ ˛ َ ِ َ ۡ َّ ِ ُ َ ۡ َ َ َ َ َ
ِ
67 ١١ ‫قال ومن يقنط من رحمة ربۦٓه َإل ٱلضالون‬ Sesat Kedatangan tamu (para malaikat) kepada Nabi
QS. Al-Ḥijr

Ibrahim as yang membawa kabar bahwa ia akan


[15]: 56

dianugerahi seorang anak yang kelak akan memilki


kedudukan yang penting di kemudian hari.
ۡ ٗ َ َ
68 ‫ُه ۡم كا ِم ل ة َي ۡو َم ٱ ل ِق‬ Sesat Penjelasan mengenai akibat dari orang yang

QS. Al-Naḥl [16]: 25


َ ْ ُ َ َ َ
‫ي َم ِة َو ِم ۡن أ ۡو زا ِر ِل َي ۡح ِم ل ٓوا أ‬
mengajak kepada kesesatan. Ia akan menanggung
َ dosa setiap orang yang melakukannya tanpa
‫ۡو زا َر‬ mengurangi beban dosanya sendiri sedikit pun.
َ َ ۡ َ َ ُّ َّ
‫ٱ ل ِذي َن ُي ِض لو نُ هم ِب غ ۡي ِر ِع ل „ ِِۗم أ َل‬
َ ٓ
١٦ ‫َس ا َء َما َي ِ ُز رو ن‬
ُ ُ َ ۡ ۡ َ َ
69 ‫ًَو ل َ ق د َ ۡب َ ُع ُث نا ْ ِفي َّ ك َ ِ ˛ل أ َّم ٖة َّر ُس‬ Sesat Pemberitahuan sekaligus ancaman bahwa Allah
36 QS. Al-Naḥl [16]:

‫وَل أ ِن ٱ ع ب دو ا ٱل ل ه‬ telah mengutus seorang Rasul kepada setiap umat,


َ ۡ َّ ُ ۡ َ َۖ ُ ََّ َٰ ْ ُ َ ۡ َ dan siapa saja yang mengingkarinya maka akan
‫وٱ ج ت ِن بوا ٱل ط غو ت ف ِم ن هم م ن ه‬ dibinasakan dengan hukuman yang pedih.
ُ َّ َ
‫دى ٱل ل ه َو ِم ۡ ُن هم َّم ۡن‬
ْ َ nُ َ َ َٰ َ ۡ َّ
‫َح ق ت َع ل ۡي ِه ٱل َّض ل ل ة ف ِسي ُرو ا‬
ْ ُ َ ۡ
‫ِفي ٱ لَ ۡ ر ِض فٱن ظ ُروا‬
َ ˛ َ ۡ ُ َ َٰ َ َ َ َ
١١ ‫ك ۡي ف كا ن ع ِق َب ة ٱ ل ُم ك ِ ذ ِبي ن‬
َ ۡ َ َ َ َّ َّ َ ۡ ُ َ َٰ َ ُ َ َٰ َ َ ۡ ۡ َ
ِ ِ ِ ِ
ِ
70 ‫إن تحرص على هدىهم فإن ٱ له َل يهدي من يضل‬ Sesat Penegasan kepada Rasulullah saw yang ingin
QS.Al-Naḥl [16]: 37

mengerahkan usahanya untuk menuntun orang


ََّ َٰ َ musyrik menuju hidayah, bahwa tidak ada seorang
‫َو َما ل ُهم ِ˛من ن‬ pun yang mampu memberikan hidayah kepada

٧١ ‫ِص ِري َن‬


orang-orang yang telah Allah sesatkan.

َُّ َ ُ ۡ َ َّ َ َ َۖ َ َّ َ ۡ َ َّ َ ْۡ َََۡ
„ِ ِ ِ
71 ‫وألقوا إلى ٱ له يومئذ ٱلسلم وضل عنهم ما كانوا‬ Hilang dan Menggambarkan keadaan dimana orang-orang kafir

QS.Al-Naḥl [16]:
َ َ ۡ
٧١ ‫َي ف ت ُرو ن‬
lenyap dan musyrik tunduk kepada ketentuan Allah dan
menyerahkan dirinya. Berhala yang mereka sembah

87
lenyap tidak menolongnya sama sekali.
َ َٰ ٗ ُ ُ َ َ ُ َّ ٓ َ َ
72 ‫َو ل ۡو ش ا َء ٱل ل ه ل َج َع َٰل ك ۡم أ َّم ة و ِح‬ Sesat Pemberitahuan bahwa Allah swt menciptakan

QS. Al-Naḥl [16]: 93


ٗ َ
‫د ة َو ل ِكن ُي ِض ُّل َمن‬ manusia dengan menganugerahkan kemampuan
ُ َ ُ َ n ٓ َ ٓ َ berikhtiar dan berusaha dengan penuh
‫َي ش ا ُء َوَ يۡ ه ِدي َمن َي ش ا ُ ء َو ل ت ۡس ئ ل‬ pertimbangan untuk berada dalam hidayah atau
َ ُ َ ُ
‫َّن َع َّما كن ُت ۡم ت ۡع َم لو ن‬
kesesatan.

١٦
ۡ ۡ ۡ َ َ ُ
73 ‫َٱ ۡ ۡد ع ِإ َ ل َٰ َى َس ۡ ِبيَ ِل َ َر َِ˛ب ۖ ك ِبٱ ل ِح ك َم ِة َوٱ ل‬ Sesat Perintah berdakwah kepada Nabi dengan 3 cara;
QS.Al-Naḥl [16]: 125

‫م و ِع ظ ِة ٱ ل ح س ن ِ ة‬ hikmah, mau’dzah hasanah, dan jādil (perdebatan).


n َ
َ ‫َو َٰ َج ِد ۡل ُهم بٱ َّل تي ه َي أ ۡح َس ُ ن إ ن‬
َّ Rasulullah hanya ditugaskan untuk menyampaikan
ِ ِ ِ ِ
َ َ َ dakwah. Allah yang lebih mengetahui siapa yang
‫َّرب ك ُه َو أ ۡع ل ُم ِب من‬
َ diberi petunjuk dan siapa yang disesatkan.
ۡ َ َ َ
‫ض َّل َعن َس ِبي ِل ِهۦ َو ُه َو أ ۡع ل ُم ِبٱ ل ُم‬

١٦٦ ‫ن‬ َ ‫ۡه َت دي‬


ۡ َ َ ۡ َ َ َّ َ َ َٰ َ َ ۡ ِ َّ
74 ‫َم ِ َن ٱ ه َ ت َّد َى ف َِّإ َن ما ي ه ت ِدي ِل ن ف ِس‬ Sesat Pemberitaan bahwa orang yang sesat akan
QS. Al-Isrā [17]: 15

‫ِۦهۖ و من ض ل ف ِإ ن ما‬ menanggung (dosa) kesesatannya sendiri. Jika


َ
‫ت ِزُر َوا ِز‬ٞ mengajak orang lain pada kesesatan, maka akan
‫َر‬ menanggung (dosa) kesesatan orang yang ia ajak
َ‫ّة و ۡز َر ُأ ۡخ ر‬ pula, tanpa mengurangi dosanya sedikit pun.
ِ ٰ
َۗ
ُ ِ
‫َى َو َما ك‬
ّ
‫نا َي ِض‬
ُ
َ َ n َۡ َ َ
‫ّل ع ل يه ا وَل‬
‫ٗ‬ ‫َ‬ ‫َّ َ‬ ‫˛ َ‬
‫ُم َع ِذ ِبي ن َح تَٰى ن ۡب َع ث َر ُس وَل ‪١٦‬‬
َ ۡ َ َ ْ َ َ َ ُ
75 ‫ض َ ُربوا ل ك ٱ لَ ۡ م ثا َل‬ ‫ٱ ن ظ ۡ ر ك ۡي ف‬ Sesat Gambaran bagaimana orang-orang kafir yang

QS. Al-Isrā [17]: 67 48 QS. Al-Isrā [17]:


َ َ ْ ُّ َ َ menghina dan mengolok-olok Nabi Muhammad
‫ف ض لوا ف َل‬
dengan sebutan tukang sihir, dukun, penyair dan
ٗ َ َ
١١ ‫َي ۡس ت ِطي ُعو ن َس ِبي َل‬ sebagainya.

َ ۡ ُ َ
76 ‫ََّ َ ِو إ ذا َ َ ۡم َّ ُس ك َ ُم ٱَّل ٓ ُّض ُّر ِفي ٱ ل َب ۡح ِر ض‬ Hilang dan Menginformasikan bahwa ketika orang-orang
‫ل من ت د عو ن ِإ َل‬ lenyap musyrik ditimpa musibah dan bahaya di lautan,
َ ۡ َ ُ َ َ َ ۖ
‫ِإ َّيا ه ف ل َ َّما ن َّ ۡج َٰ َ َٰى ك ۡم ِإ لى ٱ ل ب ِ˛ر أ ع َر‬
ۡ َ yang pertama kali mereka ingat tentu hanya Allah
َ َ n ُ
‫ۡض ت ۡ م َو كا ن ٱ ۡلن س ُن‬ swt, bukan sesuatu atau sesembahan yang mereka
ُ َ sembah selain Allah.
٧١ ‫ك فو ًرا‬

َ َ ۡ َ ُ َ َ َٰ َ ۡ َ ََٰ َ َ ََ
َ ِۡ ِ ِ ِِ ِ
77 ‫ومن كان في هذۦٓه أعمى فهو في َٱلخرة أعمى‬ Sesat Ancaman bagi siapa saja yang tidak mau melihat
72 QS. Al-Isrā [17]:

َ َ kebenaran petunjuk dan tanda-tanda kekuasaan


‫َوأ ض ُّل َس‬ Allah, bahwa kelak mereka tidak akan bisa mencari
ٗ jalan untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari
٦٧ ‫ِبي َل‬ siksaan neraka. Bahkan, lebih sesat dari keadaan
mereka di dunia.
ۖ َ ۡ َ ُ َّ
78 ‫َُ ۡو َمن ۡ َيۡ ه ِ َد َٱل ل َ ه َف ُه َو ٱ ل ُم ۡه ت ِد َو َمن‬ Sesat Ancaman balasan untuk orang musyrik dan kafir

QS. Al-Isrā [17]: 97


‫ي ض ِل ل ف لن ت ِج د‬ bahwa pada hari kiamat nanti mereka akan
ُ َ ٓ َ َ
‫ل ُه ۡم أ ۡوِ ل َي ا َء ِمن ُدوِ ن ِهۦۖ َو ن ۡح ش ُر ُه‬ dikumpulkan dengan cara diseret-seret mukanya,
َ mereka tidak bisa melihat dan mendengar, serta
َ َٰ ۡ
‫ۡم َي ۡو َم ٱ ل ِق ي َم ِة َع ل َٰ َى‬ tidak ada penolong bagi mereka selain Allah.
ۖ ٗ ۡ
‫ُو ُجو ِه ِه ۡم ُع ۡم ٗيا َوُ ب ك ٗما َو ُص ˛م ا‬
َّ ُ ۖ َّ ۡ
‫َّم أ َوَٰىُ ه ۡم َج َه ن ُم ك ل َما‬
َ َٰ ۡ َ
٧٦ ‫خ َب ت ِز ۡد نُ ه ۡم َس ِعي ٗرا‬
َٰ َّ َ َ َ َّ َ
79 ‫۞ َو ت َرى ٱل ش ۡم َس ِ َإ ذا َ ط ل َعت ت ََ َز و َ ُر‬ Sesat Bukti dari tanda-tanda kekuasaan Allah dengan
QS. Al-Kahfi [18]: 17

‫عن ك ۡه ِف ِه ۡم ذا ت‬ segala peristiwa yang dialami oleh Aṣhāb al-Kahfi


َ ۡ َّ َ َ ۡ sejak mereka memperoleh hidayah ke jalan tauhid,
‫ٱ ل َي ِمي ِن َ ِو إ ذا غ َ َربت ت ق ِر ُض ُه ۡم ذا‬ bermusuhan dengan kaumnya dan keluarganya
َ َٰ nُ ۡ ˛ َ
‫ت ٱل ِ ش َما ِل َو ُه ۡم ِفي ۡج َو ٖة ِ˛م ن ه ذ‬ tanpa mengindahkan kepentingan pribadinya, yang
َ ُ َّ ِۗ َّ َ َٰ َ
‫ِل ك ِم ۡن َءا ي ِت ٱل ل ِ ه َمن َيۡ ه ِد ٱل ل ه ف‬ kemudian memilih dengan tepat sebuah gua yang
َ sehat untuk tempat tinggal; tidak terkena sinar
‫ُ ه َو ف‬ matahari, tidak terlalu gelap, dan memperoleh udara
َ َ َ َ َ ۖ َ ۡ
‫ٱ ل ُم ۡه ت ِد َو َمن ُي ۡض ِل ۡل ف لن ت ِج د ل‬
yang sejuk. Mereka berada dalam gua tersebut
dalam jangka waktu yang sangat lama.
ٗ ٗ ُ
٧٦ ‫ۥه َ ِو ل ˛يا ُّم ۡر ِش دا‬

َ ۡ َٰ َٰ ۡ َ ٓ
ۡ َ َ ِ ۡ َ ِ َ َ َّ َ َ ۡ ُ ُّ َ ۡ َّ
80 ‫۞ما أشهدتهم خلق ٱلسموت وَٱلرض وَل خلق‬ Sesat Pemberitahuan sekaligus penegasan kepada orang-
QS.Al-

ۡ َ َّ ُ ُ ُ َ orang musyrik bahwa iblis dan anak cucunya tidak


‫أن ف ِس ِه ۡم َو َما كن ت ُم ت ِخ ذ ٱ ل ُم‬ pantas untuk dijadikan sebagai penolong mereka.
‫‪Kahfi [18]: 51‬‬
‫ٗ‬ ‫˛ َ‬
‫ِض ِ لي ن َع ُض دا ‪٦١‬‬
َٰ ۡ َ َّ
81 ‫ٱ ُّل ِ ۡذي َ َن َ ُض ۡ َّل َس ۡع يُ ه ۡم ِفي ٱ ل َح َي َو ِة‬ Sia-sia Menggambarkan orang-orang musyrik yang merasa
‫ٱل د ن يا و ه م‬

QS.Al-Kahfi
bahwa ia telah berbuat dan beramal dengan sebaik-

[18]: 104
ۡ َ ُ َ َ baiknya.
‫َي ۡح َس ُبو ن أ َّنُ ه ۡم ُي ۡح ِس نو ن ُص ن ًعا‬
١٠٦
َ َٰ ۖ َ َ ُ ۡ َ َ ۡ َ ۡ َۡ َ ۡ ۡ ۡ َ
82 ‫ص ۡر َي و م ي أ تو ن ن ا ل‬ ۡ ِ ‫أ س ِمَٰ ََّ ع ِب ه م َوأ ب‬ Sesat Gambaran keadaan orang-orang kafir pada hari
38 QS. Maryam [19]:

‫ِك ِن ٱل ظ ِل ُمو ن ٱ ل َي و م‬ kiamat, penglihatan dan pendengaran mereka


menjadi sangat peka dan tajam, padahal sebelumya
َ َٰ َ
١١ ‫ِفي ض ل ٖل ُّم ِبي ٖن‬ alat indera mereka tersebut seolah tidak berfungsi
sehingga mengingkari kebenaran yang dibawa oleh
Rasul-Nya.
ُ ًّ َ َٰ ۡ َّ ُ َ ۡ ُ ۡ َ ۡ َ َ َ َٰ َّ َ َ َ ۡ ُ
nّ ِ ِ
‫قل من كان في ٱلض لة فليمدد له ٱلرحمن مدا َح‬
83 Sesat Perintah kepada Nabi Muhammad saw untuk
QS. Maryam [19]: 75

mengatakan kepada kaum musyrik bahwa siapa pun


َ ۡ َ ُ ْ َ َ َّ
‫َٰتٓ َى ِإ ذا َ رأ ۡو ا َما ُيو َع دو ن ِإ َّما ٱ ل َع ذا‬ yang berada dalam kesesatan, karena rahmat Allah
َ mereka akan tetap dibiarkan dalam kesesatannya
‫َب َ ِوإ َّما ٱل َّسا َع ة‬ dan tidak segera dibinasakan, sehingga kelak
ٗ َ ّّٞ َ َ َ َ
‫ف َس َي ۡع ل ُمو ن َم ۡن ُه َو ش ˛ر َّم كا نا‬
mereka akan melihat siksaan di depan kepalanya
sendiri dan menyadari kekalahannya, siapa yang
ٗ ُ َ
١٧ ‫َوأ ۡض َع ف ُجن دا‬ lebih mulia dan lebih hina perbuatan serta
kedudukannya.
84 َّ َ َٰ َ ۡ َ Salah Jawaban Nabi Musa as atas pertanyaan Fir’aun
‫قا َل ِع ل ُم َها ِعن د َ ˛ِربي ِفي ِك ت ٖۖب َل َي‬

QS. Ṭāhā [20]: 79 52 QS. Ṭāhā [20]:


mengenai hal yang gaib, sedangkan hal yang gaib
َ tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah serta
‫ى‬S‫ِض ُّل َ ِ˛ربي َوَل َين َس‬ tercatat dan tersimpul dalam suatu kitab yaitu
٦١ “Lauh Mahfudz”.

85 Sesat
َ ُ َ َ Fir’aun yang menyangka bahwa Nabi Musa dan
‫َو أ ض َّل ِف ۡر َع ۡو ن ق ۡو َم‬ Bani Israil tidak akan bisa luput dari kejarannya
َ َ ُ
٦٧ ‫هۥ َو َما ه د َٰ َى‬
karena lautan membentang luas di depannya. Ia
bergaya seolah-olah karena kehebatannya laut itu
terbelah dan membentuk jalan. Ketika ia dan
tentaranya berjalan memasuki laut tersebut,
jalannya tertutup kembali dan mereka tenggelam.

َ َ َ ۡ َ s َ َ ۡ َ َّ َ َ ۡ َ َّ َ َ َ
ُ َّ َ ِ ِ ِ
86 ‫قال فإنا قد فتنا قومك من بعدك وأضلهم‬ Sesat Menggambarkan keadaan umat Nabi Musa as
85 QS. Ṭāhā [20]:

sepeninggalnya untuk bermunajat kepada Tuhan.


١١ ‫ٱل َّسا ِم ِر ُّي‬ Kaumnya telah melakukan penyelewengan dari
agama tauhid dan berpaling menyembah patung
anak sapi buatan Samiri.
ۡ َ ۡ َ ۡ َ َ َ َ َ ُ ُ ََٰ ََٰ َ َ
ٓ ُّ َ ُ َ ِ
87 ٦٦ ‫قال يهرون ما منعك إذ رأيههم ضلوا‬ Sesat Kekecewaan Nabi Musa as atas sikap Nabi Harun
QS.Ṭāhā [20]:

as yang tidak bertindak tegas atas penyelewengan


yang dilakukan oleh kaumnya.
92
ُ ۖ s َ
88 ‫˛ّۖ ۡع َ ُض َّ ك ۡ َم‬ّٞ‫َل ٱ ۡه ِب طا ِمَ ۡ َن ۡها َج ِمي َ َ ع ُ ا َب‬ Sesat Penurunan Adam, Hawa dan iblis ke muka bumi

123 QS. Ṭāhā [20]:


‫ِل ب ع „ض ع د و ف ِإ ما قا‬ sekaligus pemberitahuan bahwa iblis adalah musuh
َّ َ ٗ ˛ ُ َّ ۡ
‫َي أ ِت َي ن كم ِ˛م ِ ني ُه دى ف َم ِن ٱ ت َب َع‬ Adam dan Hawa serta keturunannya.
َ ََ َ
‫ُه دا َي ف َل َي ِض ُّل َوَل‬
َ ۡ
‫َي ش ق‬
ٰ
١٦٦ ‫َى‬
89 Sesat
ُ ُ ٓ ُ َ ُ ُ ۡ َ َ َ Penjelasan Nabi Ibrahim as kepada ayahnya bahwa
‫قا َل ل ق د كن ت ۡم أن ت ۡم َو َءا َب ا ؤ ك ۡم‬
4 QS. Al-Ḥajj [22]: 54Anbiyā [21]: QS.Al-

ayahnya dan kaumnya berada dalam kesesatan


َ َٰ َ karena mereka telah melakukan penyembahan
١١ ‫ِفي ض ل ٖل ُّم ِبي ٖن‬ terhadap patung berhala.

َ َّ َ َ
َ ِ ۡ َ َ ‫ُ ِ َ َ ۡ ِ َّ ُ ۥ َ َ َ ُ َ َّ ُ ۥ ُ ِ ُّ ُ ۥ‬
90 ‫كتب عليه أنه من توَله فأنه يضله ويهديه ِ إلى‬ Sesat Allah menetapkan setan sebagai makhluk yang
َ akan menyesatkan pengikutnya, dan jahannam
‫َع ذا ِب ٱل َّس‬ adalah balasan bagi yang mengikutinya.
١ ‫ِعي ِر‬

َ َّ ۡ َ َ
ۡ ُّ ِ ‫ِۖ ُ ۥ‬ ِ ِ
َ َ َّ
ِ ِ
ُ
ِ ِ ِ ِ
91 ‫ثاني عطفۦه ليضل عن سبيل ٱ له له في ٱلدنيا‬ Sesat Penegasan dan ancaman yang keras kepada Nadhar

9 QS. Al-Ḥajj [22]:


َ َٰ ۡ bin Haris dan kawan-kawannya yang membantah
ُ ُ ُ ّۖٞ
‫ِخ ۡز ّي َو ن ِذي ق هۥ َي ۡو َم ٱ ل ِق ي َم ِة‬ dan mengingkari Allah, bahwa tindakan-tindakan
ۡ َ mereka tersebut akan menimbulkan akibat yang
٦ ‫َع ذا َب ٱ ل َح ِري ِق‬ sangat buruk bagi mereka sendiri.
َ َّ ْ ۡ
92 ‫ََي َ د َ ُ َعو ُا ِ ُمن َٰ َُدو ِ َن ٱل ل ِه َما َل َي ُض ُّرُ ۥه َو‬ Sesat Penjelasan bahwa orang yang menyeru kepada

106 QS. Al-Mu’minūn [23]: 12 QS. Al-Ḥajj [22]:


‫ه ذ ِل ك‬n‫ما َل ين ف ع ۥ‬ selain Allah yang tidak dapat memberikan manfaat
ُ ۡ َ َٰ
٦٦ ‫ُه َو ٱل َّض ل ُل ٱ ل َب ِعي د‬
dan mudharat kepada mereka, mereka adalah orang-
orang yang sesat.

93 َ ُ ۡ َ َ ۡ َ َ َ ْ ُ َ Sesat Pengakuan orang-orang kafir pada hari kiamat


‫قا لوا َ َّرب نا غ ل َب ت َع ل ۡي نا ِش ق َو ت نا‬ bahwa mereka adalah orang-orang yang sesat.
َ ˛ ٓ َ َ َّ ُ
‫َو ك نا ق ۡو ٗما ض ا ِ لي ن‬
١٠٦

ْ ُّ َ َ َ َ َٰ ۡ ۡ َ َ ْ ُ َ َ َ ۡ َ ۡ ُ
94 ‫ٱنظر كيف ضربوا لك ٱَلمثل فضلوا فَل‬ Sesat Menginformasikan bagaimana orang-orang yang
QS.Al-Furqān [25]:

َ َ mengingkari kerasulan Nabi Muhammad dan


‫َي ۡس ت ِطي ُعو ن‬ membuat berbagai macam perumpaan terhadap
ٗ Rasul dengan tujuan mencemooh dan menghina.
٦ ‫َس ِبي َل‬
9
َ ُ
95 ‫َي ۡح ش ُر ُ ُه ۡم َو َ َّما َي ۡ َع ُ َب ُ ُدو ُن‬ ‫َوَ ي ۡو َم‬ Sesat Pemberitaan keadaan orang-orang musyrik yang

QS.Al-Furqān [25]: QS.Al-Furqān [25]: 29 17 QS. Al-Furqān [25]:


‫ِمن دو ِن ٱل ل ِه فٓ ي قو ل‬ dihimpun bersama sesembahan mereka pada hari
َ ٓ َ ُ َ َٰ َ ُ َ kiamat. Allah bertanya kepada sesembahan tsb,
ُ ۡ َ
‫ۡض ل ل ت ۡم ِع َبا ِدي ه ؤ َل ِء أ ۡم‬ ‫َء أن ت ۡم أ‬ mereka yang menyebabkan hambanya tersesat atau
ْ ُّ َ memang hambanya yang menginginkan.
‫ُه ۡم ض لوا ٱل َّس ِبي َل‬
٧٦
َ ۡ ˛ َّ َ َ ۡ َ َّ
96 ‫ض ل ِ َني َ َ َع ِن ٱل ِ ذ ك ِر َب ۡع د‬ ‫أ‬ ٓ ‫د‬ ‫ۡل ق‬ Sesat Menggambarkan penyesalan seseorang (pada hari
‫ِإ ذ َج ا َء ِن ِِۗي و كا ن‬ kiamat) yang telah mengikuti ajakan teman
ٗ ُ َ َ َٰ ۡ ُ َ َٰ ۡ َّ akrabnya dan mematuhi tipu daya setan untuk
٦٦ ‫ٱل ش ي ط ن ِل ِۡلن س ِن خ ذ وَل‬ berjalan di atas kesesatan.

ْ ُ َ َّ َ َ َ َٰ َ ۡ ُ ُ َ َٰ َ َ َ ُ َ ۡ ُ َ َّ
ِ ِِ ِ
97 ِ
‫ٱلذين يحشرون على وجوههم إلى جهنم أولئك‬ Sesat Ancaman bahwa orang musyrik dan kafir pada hari
َ َ ٗ َ ّّٞ َ kiamat akan dikumpulkan dengan cara diseret-seret
‫ش ˛ر َّم كا نا َو أ ض ُّل‬ wajahnya.
ٗ
34

١١ ‫َس ِبي َل‬


َ َ َ َ ُّ َ َ
98 ‫ ۡن َءا ِل َه ِت نا ل ۡ و‬n‫ِٓ َإن كا َد َ ل ُ َي ِ َض َل نا َع‬ Sesat Keadaan orang-orang musyrik yang saling

44 QS. Al-Furqān [25]: 42 QS. Al-Furqān [25]:


‫َل أن َص ب ۡرنا ع ل ۡيَ ه ا‬ berwasiat untuk tetap sabar dan istiqomah
ۡ َ َ َ َ َ
‫َو َس ۡو ف َي ۡع ل ُمو ن ِحي ن َي َرۡ و ن ٱ ل‬ menyembah berhala setelah datangnya Nabi
Muhammad saw yang mengajak mereka kepada
َ َ َ
‫َع ذا َب َم ۡن أ ض ُّل‬ ajaran tauhid, sedang mereka hamper saja
ً meninggalkan ajaran nenek moyangnya.
٦١ ‫َس ِبي َل‬
َ ۡ َ َّ َ ُ َ ۡ َ ۡ َ
99 ‫ أ نۡ أ ُك ثۡ َر ُه ۡم َي ۡس َم ُعو‬n
‫َ َأ م ت ح ُس َب‬ Sesat Perbuatan orang-orang musyrik yang menyembah
‫ن أ ۡو َي ۡع ِق لو ن ِإ ن ه م‬ batu, dan meninggalkannya jika ia melihat yang
ً َ َ َ َٰ ۡ ۡ َ َّ lebih bagus darinya. Sesuatu yang lebih bagus
١١ ‫ِإ َل كٱ َل ن ع ِم َب ۡل ُه ۡم أ ض ُّل َس ِبي َل‬ tersebut kemudian dijadikan tuhan. Sesembahan
dan tuhan mereka adalah sesuatu yang dianggap
bagus. Perbuatan mereka tersebut diumpamakan
seperti hewan ternak.
َّ ˛ َ ۠ َ َ َ ٗ ٓ َ ُ ۡ َ َ َ َ
ِ ِ
100 ِ
٠٦ ‫قال فعلهها إذا وأنا من ٱلضالين‬ Tidak Pengakuan Nabi Musa as kepada Fir’aun atas
QS. Al-Syu’arā

mengetahui pembunuhan yang dilakukannya terhadap salah satu


[26]: 20

kaum atau pengikut Fir’aun bahwa pada saat itu


Nabi Musa dalam keadaan jāhil (tidak tahu)
sebelum adanya ayat pelarangan membunuh.
َّ ˛ َ َ َ ‫َ ۡ ۡ َ ٓ َّ ُ ۥ‬
ِ
ِ ِ ِ ِ ِ
101 ١١ ‫وٱغفر لَ بي إنه كان من ٱلضالين‬ Sesat Permintaan ampun Nabi Ibrahim kepada Allah swt
Syu’arā [26]: 86QS.Al-

atas kesesatan yang dilakukan oleh ayahnya.


َ ۡ َ َ َ َ ۡ َ
106 ‫َو َد خ ََل ٱ ل َم ِ َدي ن ة َع ل َٰ َى ِحي ِن غ ف ل‬ Sesat Setan telah membangkitkan amarah Nabi Musa,

QS. Al-Qaṣaṣ [28]: 15


َ
‫ٖة ِ˛م ۡن أ ۡه ِل َها ف َو َج د‬ sehingga ia membunuh orang lain karena
َ َ َٰ َ َ ۡ َ pukulannya.
‫ِفيَ ها َر ُج ل ۡي ِن َي ق ت ِت َل ِن ه ذا ِمن ِش ي‬
َ َ َٰ َ َ ُ ۡ َ َ َٰ
‫َع ِت ِهۦ َو ه ذا ِم ن َع د ِ˛ و ِۦۖه ف ٱ ۡس ت غ ث‬
َّ َ َّ ُ
‫ه ٱ ل ِذي ِمن ِش ي َع ِت ِۦه َع لى ٱ ل ِذي ۡن‬
َ َ َ َ َ ُ
‫ى‬Sٰ َ‫ى ف ق ض‬Sٰ َ‫َع د ِ˛ و ِۦه ف َو ك َزُ ۥه ُم و َس‬
َ َ َٰ َ ۖ َ
‫َع ل ۡي ِ ه قا َل ه ذا ِم‬
ُ ُ َّ َ َٰ َّ
‫ِم ۡن َع َم ِل ٱل ش ۡي ط ِۖن ِإ ن ۥه َع د‬
ّّٞ ّّٞ ّّٞ
١٦ ‫˛و ُّم ِض ˛ل ُّم ِبي ن‬
َ َ َ َ ْ َ َّ َ
107 ‫َ َّ فَِإن َ ل َّ ۡم ُ َي ۡ َس ت ِجي ُبوا ل ك فٱ ۡع ل ۡم‬ Sesat Ketidak mampuan orang-orang musyrik dalam
QS. Al-Qaṣaṣ [28]: 50

‫أ ن م ا ي ت ِ ب عو ن‬ memenuhi tantangan Rasulullah saw untuk


َّ َ َ n ٓ ۡ
‫ه َوا َء ُه ۡ م َو َم ۡن أ ض ُّل ِم َّم ِن ٱ ت َب َع‬
mendatangkan kitab yang lebih menjamin
َ kebahagiaan dari pada Taurat dan al-Qur’an.
ٗ َ ُ َ
‫ه َوَٰى ه ِب غ ۡي ِر ُه دى ِ˛م َن أ‬
ََّ َٰ َ ۡ َ َ َّ َّ n َّ
‫ٱل ل ِ ه ِإ ن ٱل ل ه َل َيۡ ه ِدي ٱ ل ق ۡو َم ٱل ظ ِل‬
َ
٠١ ‫ِمي ن‬
ُ َ ٗ َ ُ ُ َ َ
108 ‫َو ن َز ۡع نا ِمن ك ِ ۡ˛ َل أَ َّم ٖ ُة ْ ُش ِه َٰ َي َدا ُ ف ۡ ق‬ Hilang dan Informasi bahwa pada hari kiamat Allah akan

QS. Al-Qaṣaṣ [28]: 75


‫ل نا ها ت و ا ب ۡ ر ه ن ك م‬ lenyap menghadirkan saksi (rasul mereka) dari setiap umat
َ َّ ۡ َّ َ ْ َ mengenai kebenaran perbuatan kaum musyrik.
‫ف َع ِل ُم ٓوا أ ن ٱ ل َح َّق ِل ل ِه َو ض َّل َع‬ Mereka dimintai kesaksian dan alasan-alasan untuk
َ َ ۡ ْ ُ َ
‫ۡ ُن هم َّما كا نوا َي ف ت ُرو ن‬
membenarkan perbuatan tersebut.

١٧
109 ‫ءا‬nَ ‫إ َّن ٱ َّل ِذي َف َ َر َ ٓض َع َل ۡي َ َك ٱ ۡل ُق ۡر‬ Sesat Kewajiban Nabi Muhammad saw (dan kaumnya)
َ َ ِ
‫ن ل َ را ُّد ك ِإ ل َٰ َى َم َعا ٖ د‬
QS. Al-Qaṣaṣ [28]: 85

untuk mengamalkan isi al-Qur’an dan


َ ۡ ٓ َ َ ُ
‫قل َّ ِ˛رب ٓي أ ۡع ل ُم َمن َج ا َء ِبٱ ل ُه د َٰ َى‬
melaksanakan hukum-hukum serta perintah yang
ada di dalamnya.
َ َٰ َ
‫َو َم ۡن ُه َو ِفي ض ل ٖل‬
١١ ‫ُّم ِبي ٖن‬

ۖ َ ۡ ِ ۡ َ ُ َ ٓ َ ۡ َ ْ ٓ ُ َ َ َ ِ َّ َ َ َّ َ
ٖ ِ ِ ِ
110 ‫بل ٱتبع ٱلذين ظلموا أهواءهم بغير علم فمن‬ Sesat Perumpamaan bagi kaum musyrik yang ingkar
29 QS. Al-Rūm [30]:

َ ُۖ َّ َ َ terhadap ayat-ayat Allah yang terperinci. Mereka


‫َيۡ ه ِدي َم ۡن أ ض َّل ٱل ل ه َو َما ل ُهم‬ tetap berada dalam kesesatannya karena akal dan
ََّ َٰ pikirannya telah dikuasai oleh hawa nafsu.
٦٦ ‫ِ˛من ن ِص ِري َن‬
َ َ َ ْ َ ْ َ
111 ‫َو َما ُأ ن ت ِبَ ها ِ َّد ا ل ُع ْم ِي َع ْن ض َل ِل ِه ه‬ Sesat Lihat QS. Al-Naml [27]: 81

QS. Luqmān [31]: 6 QS.Al-Rūm [30]:


ْ
‫ْم ۖ ِإ ن ت ْس ِم ُع ِإ َل َم ْن‬
َ َ َ ْ
‫ُي ؤ ِم ُن ِبآ َيا ِت نا ف ُه ْم ُم ْس ِل ُمو ن‬
53
ۡ َ َ ۡ َّ
112 ‫ض َّ ِلس َ َعمنن َي ش ت ِري ل ۡه َو ٱ ل َح‬ ‫ث َ لن ُيٱل نا‬
‫دَيو ِم‬ Sesat Ancaman bahwa Allah akan memberikan azab yang
ِ ِ ِ ِ
ٓ menghinakan bagi orang yang mengatakan
َ َّ َ َ ۡ ۡ َ َّ
‫ ل ُِه َِٰ َب غ ي ِر َ ِع ل ٖم و ي ت ِخ ذ‬n‫َس ِبي ِل ٱل‬ perkataan yang tidak ada manfaatnya yang
َ َ
‫ها ُه ُزً و ا أ ْو ل ِئ ك ل ُه ۡم‬ kemudian mencemoohkannya kepada orang
Quraisy dengan tujuan memalingkan orang lain dari
ّّٞ ّٞ َ
١ ‫َع ذا ّب ُّم ِهي ن‬ agama Allah swt.

َ َّ َ َ َ َ َ ُ َ َ َّ ُ ۡ َ َ َ َٰ
ِ ِ ِ ِ
113 n‫هذا خلق ٱ له فأروني ماذا خلق ٱلذين من د ِونۦه‬ Sesat Tantangan Allah kepada orang-orang musyrik
QS.Luqmān [31]:

َٰ َ َ ُ ََّ َٰ untuk menyebutkan dan memperlihatkan apa saja


‫َب ِل ٱل ظ ِل مو ِفي ض ل‬
‫ن‬ ciptaan berhala dan patung yang mereka sembah
11

sehingga mereka menganggap bahwa berhala dan


٦٦ ‫ٖل ُّم ِبي ٖن‬ patung itu sebagai tuhan.
َ َّ َ ۡ َ ۡ َ َ َ َ ْ ُ َ
114 ‫ل نا ِفي ٱ لَ ۡ ر ِض أ ِء نا ل‬n‫ض ل‬s ‫َو َ قا ۡ ل ٓوا َأ ِء ذا‬ Hancur Ketidak percayaan orang musyrik dan kafir akan

36 QS. Al-Aḥzāb [33]: QS.Al-Sajdah [32]:


ۚ ‫ِفي خ ل ٖق ج ِدي ِ د‬ dihidupkan kembali semua manusia setelah
َ َ َٰ ٓ َ kematiannya (pada hari kebangkitan) menuju
٠٦ ‫َب ۡل ُهم ِب ِل ق ا ِء َ ِر˛ ِب ه ۡم ك ِف ُرو ن‬
10
kehidupan yang abadi.

َ َ ۡ َ ۡ َ َ
115 ‫ََ َو َما كا َّن ُ ِل ُ َم ؤ ُ ِم ٖ ُن ُ َوَل ُم ؤ ِم ن „ة ِإ ذا‬ Sesat Penjelasan bahwa Allah dan rasul-Nya telah
َ
َ ۡ ُ َ َ ۡ ٓ‫ى ٱ َل ل َه ُ و َر َسو ُل ُهۥ‬Sً ‫قَ ۡض‬ membuat suatu ketetapan, maka orang yang
‫ۡ أ م ِِۡۗرا َأن َ ي ك َو ۡن ل ه م ٱ ل ِخ ي ر ة ِم ن أ‬ beriman tidak sepantasnya memilih ketentuan lain
‫م ِر ِه م و من ي ع ِص‬ yang bertentangan dengan ketetapan Allah dan
ٗ َ َٰ َ َ ۡ َ َ ُ َ َ َّ Rasul- Nya.
‫ٱل ل ه َو َر ُسو ل ۥه ف ق د ض َّل ض ل َل ُّم ِبي‬
ٗ
١١ ‫نا‬

َ َ َ ٓ َ ُ َ َ َ َ َ ۡ َ َ ٓ َّ ٓ َ َّ َ ْ ُ َ َ
ُّ َ َ َ ِ
116 ‫وقالوا ربنا إنا أطعنا سادتنا وكبراءنا فأضلونا‬ Sesat Penyesalan orang-orang yang mengikuti seorang
QS.Al-Aḥzāb [33]:

۠ َ pemimpin tanpa menyadari kemana mereka dibawa.


٧١ ‫ٱل َّس ِبي َل‬
67
َّ َ َ َّ َ َ ۡ َ
117 ‫ك ِ ِِۗذ َ ًبا أم َِّب ِهۦ َِج َن‬s ‫أ ف ت َر َٰ َى َع لى ٱل ل ِه‬ Sesat Ancaman atas perbuatan orang yang mengingkari

QS. Saba [34]: 8


‫ة ۚ ب ِل ٱ ل ِذي ن َل‬ kebenaran Nabi Muhammad dengan mencemooh,
َ ۡ ۡ َ ُ ۡ menghina, merendahkan dan menganggap Nabi saw
‫ُي ؤ ِم نو ن ِبٱ َل ِخ َرِ ة ِفي ٱ ل َع ذا ِب َوٱل‬ telah berbohong atas nama Allah swt.
ۡ َ َٰ
١ ‫َّض ل ِل ٱ ل َب ِعي َِٰد‬
َ َ َٰ ُ ُ ُ ُ
118 ‫َ۞ ۡ ق ۡ ۖل َمن ُ َي ۡر ز َّق ُۖكم ِ˛م َن ٱل َّس م و ِت‬ Sesat Perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk
‫وٱ لَ ۡ ر ِ ض ق ِل ٱل ل ه‬
24 QS. Saba [34]:

bertanya kepada kaum musyrik mengenai siapa


َ َ ً َ َ ُ َ ٓ َّ yang telah menurunkan rizki berupa air hujan yang
‫َ ِو إ ن ا أ ۡو ِإ َّيا ك ۡم ل َع ل َٰ َى ُه دى أ ۡو ِفي ض‬ turun dari langit dan tanaman yang tumbuh di bumi.
َ َٰ
١٦ ‫ل ٖل ُّم ِبي ٖن‬

َ ۡ َ ۖ ۡ َ َ َٰ َ َ ُّ َ ٓ َ َّ َ ُ ۡ َ َ ۡ ُ
ۡ ِِ ِ ِ ِ ِ
119 ‫ي وإن ٱهتديت‬S‫قل إن ض لت فإنما أضل على نفس‬ Salah/ Perintah Allah kepada Rasulullah saw untuk
50 QS. Saba [34]:

َ menyampaikan kepada kaum kafir bahwa jika


ُ َّ
‫ي ِإ ن هۥ‬nٓ ‫ِب َما ُيو ِح ٓي ِإ ل َّي َ ِ˛رب‬ keliru ajaran yang dibawanya itu salah, maka kesalahan
َ ّٞ َ ّٞ tersebut berasal dari dirinya sendiri. Namun, jika
‫ ف‬٠١ ‫َس ِمي ّع ق ِري ّب‬ benar, kebenaran tersebut dari Allah swt.
120
َ
‫س ٓو ُء َع َم ِل ِهۦ ف َر‬ ُ ‫َأ َف َمن ُ ˛زي َن َل ُ ۥه‬ Sesat Penjelasan mengenai perbedaan besar antara dua
َ َّ َّ َ ِ ۖ ٗ

QS. Fāṭir [35]: 8


‫َءاه َح َس ن ا ف ِإ ن ٱل ل ه‬ golongan yaitu orang yang sesat (yang terperdaya
ۖ ٓ َ ٓ َ
‫ُي ِض ُّل َمن َي ش ا ُء َوَ يۡ ه ِدي َمن َي ش ا ُء‬
dan dapat ditipu pleh setan sehingga menganggap
pekerjaan mereka baik) dan tentunya tidak sama
َ ۡ َ َ ۡ َ ََ
‫ف َل ت ذ ه ۡب ن ف ُس ك‬ dengan orang yang tidak dapat ditipu oleh setan.
َ َّ َّ n َٰ َ
‫َع ل ۡيِ ه ۡم َح َس َر „ت ِإ ن ٱل ل ه َع ِلي‬
َ َ s
١ ‫ُ م ِب َما َي ۡص ن ُعو ن‬
121 َ َٰ َ َّ ٗ ˛ Sesat Pengakuan orang-orang musyrik di akhirat bahwa
QS.Yāsīn [36]: 24

‫ِإ ِ ن ٓي ِإ ذا ل ِفي ض ل‬ mereka berada dalam kesesatan karena telah


menyembah berhala dan menyekutukan Allah.
١٦ ‫ٖل ُّم ِبي „ن‬

َ َ ُ َّ ُ ُ َ َ َ َّ ْ ُ ِ َ ۡ ُ َ َ ِ َ َ
ِ ِ
122 َ ِ Keliru Orang-orang kafir menganggap bahwa perbuatan
QS.Yāsīn [36]: 47

‫وإذا قيل لهم أنفقوا مما رزقكم ٱ له قال ٱلذي ن ك‬ orang mukmin yang menginfakkan hartanya dan
ۡ ُ َ ْ ُ َّ ْ َ
‫ف ُرو ا ِل ل ِذي َن َءا َم ن ٓوا أ ن ط ِع ُم َمن‬ menyuruh mereka untuk melakukan hal yang sama,
ٓ َ menurut mereka itu adalah suatu kekeliruan.
ُ َّ َّ
‫ل ۡو َي ش ا ُء ٱل ل ه‬
َّ ُ َ ۡ ُ ۡ َ
‫أ ط َع َم هۥٓ ِإ ن أن ت ۡم ِإ َل ِفي‬
َ َٰ َ
٧١ ‫ض ل ٖل ُّم ِبي ٖن‬
ۡ َ ُ ْ ُ ُ َ ۡ َ َ َ ۖ ً َ ˛ٗ ۡ ُ َّ َ َ ۡ َ َ َ
123 ‫ولقد أضل ِمنكم ِج َِبل ك ِثيرا أفلم تكونوا تع ِقلون‬ Sesat Pengaruh dan akibat godaan setan kepada manusia

62 QS. Yāsīn [36]:


yaitu dengan membuat mereka ingkar dan tidak
٦١ menaati Allah dan ayat-ayat-Nya, bahkan
mempersekutukan-Nya.
124 ٓ ْ َ ۡ َ Sesat Menginformasikan bahwa nenek moyang dari
‫ِإ َّنُ ه ۡم أ ل ف ۡوا َءا َب ا َء ُه‬

QS. Ṣād [38]: 26 71Ṣāffāt [37]: QS.Al- QS.Al-Ṣāffāt [37]:


orang-orang kafir adalah orang-orang sesat.
َ ˛ ٓ َ
٦١ ‫ۡم ض ا ِ لي ن‬
69
125 ۡ َ َ َ Sesat Pemberitahuan bahwa sebagian besar umat
َ ۡ َ َ
‫َو ل ق د ض َّل ق ۡب ل ُه ۡم أ ك‬ terdahulu (sebelum kedatangan Nabi saw) adalah
َ ۡ َ orang-orang yang sesat. Mereka menyembah
٦٧ ‫ث ُر ٱ َل َّ ِو لي ن‬ berhala dan mempersekutukannya.

ُ ۡ َ ۡ ۡ ٗ َ َ َ َ َٰ ۡ َ َ َّ ُ َ َ َٰ
َۡ ِ ِ ِ ِ ‫ۥ‬
126 ‫ِليداود إنا جعلنك خليفة في َٱلرض ف ٱحكم بين ٱل‬ Sesat Pengangkatan terhadap Nabi Daud as sebagai
َ ۡ َّ َ َ ۡ َّ
‫ن ا ِس ِب ٱ ل َح ِ˛ ق َوَل ت ت ِب ِع ٱ ل َه َو َٰ َى ف ُي‬
khalifah di bumi dan perintah untuk melaksanakan
peraturan dan mewujudkan kesejahteraan rakyatnya
َّ َّ n َّ َ َّ
‫ِض ل ك َعن َس ِبي ل ِ ه ِإ ن ٱ ل ِذي َن َي ِض‬ dengan berdasarkan petunjuk Allah, tidak dengan
hawa nafsu.
ّٞ َ َ َّ َ ُّ
‫لو ن َعن َس ِبي ِل ٱل ل ِه ل ُه ۡم َع ذا ّب ٱل‬
ْ َ sُ َ
‫ش ِدي د ِب َما ن ُس وا َي ۡو َم ٱ‬
١٦ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫س‬ َ ‫ۡل ح‬
ِ ِ
َّ ُ ِ ۡ َ ً ِ ُ ‫˛ّ َ َ َ َّ ُ ۥ‬ّٞ ُ َ َ َٰ ۡ َّ َ َ َ
ِ ِ
127 ‫ِ ۞وإذا مس ۡٱلنسن ضر دعا ربه منيبا إليه ثم إذا‬ Sesat Peringatan atas sikap orang yang mengingkari
َ َ َ ُ ۡ ٗ ُ َ َ
8 QS. Al-Zumar

‫ َي َما كا ن َي‬S‫خ َّو ل ۥه ِن ۡع َم ة ِ˛م ن ه ن ِس‬


nikmat Allah swt. Saat ditimpa musibah ia meminta
َ َّ َ ْ pertolongan kepada Allah dan menyatakan bahwa ia
[39]:

َ ۡ
‫د ُع ٓوا ِإ ل ۡي ِه ِمن ق ۡب ُل َج َع َل ِل ل ِه أن‬ bertaubat. Akan tetapi, ketika diberi nikmat, seolah
َ ُ ˛ َ
‫ ق ۡل ت َم‬n‫دا ٗدا ِ ل ُي ِض َّل َعن َس ِبي ِل ِهۦ‬
lupa dengan ikrarnya dan membuat tuhan lain
‫َّ‬
‫ت ۡع َو‬ ‫‪sebagai sekutu Allah.‬‬

‫َٰ َ‬ ‫َ‬ ‫ُ ۡ َ َ ً َّ َ‬
‫ِب ك ف ِر ك ق ِلي َل ِإ ن ك ِم ۡن أ ۡص ح ِب ٱل‬
‫َّ‬
‫نا ِر ‪١‬‬
َ َٰ ۡ ۡ ُ َّ َ َ َ
128 ‫أ َ ف ُ َمَن َ ش َ َ َٰ َر َ ُح ٱل ل ه˛ َص د َرُ ۥه ِل ِۡل ۡس ل‬ Sesat Ketidaksamaan antara orang yang berjalan di atas

QS. Al-Zumar [39]: 23 22 QS. Al-Zumar [39]:


‫ِم ف ه و ع ل ى ن و ٖر ِمن‬ hidayah dengan orang yang tidak berjalan di atas
ۡ ُ ُ ٓ َ َٰ ۡ ˛ َ
ّٞ
‫ي ّ ُل ْ ِ َٰل ل َق ِس َي ِة˛ ق لوُ بُ هم ِ˛من ِذ ك ِر‬nۡ‫َّف َو‬ hidayah.
n ‫ٱل ل ِ ه أ و ل ِئ ك ِفي َّ ِر ب ِهۦ‬
َ َٰ َ
٦٦ ‫ض ل ٖل ُّم ِبي „ن‬

َ ْ َ َ ُ َّ
129 ‫ال َ ل ه ن َّز َل أ ْح َس َن ا ل َح ِدي ِث ِك ت ا ًب ا‬ Sesat Informasi bahwa Allah swt telah menurunkan
َ َ
‫ُم ت شا ِبً ها َم ثا ِن َي‬ perkataan yang baik; al-Qur’an yang memberi
ْ َّ ُ ُ ْ َ ْ َ petunjuk kepada hamba-Nya dan membimbing
‫ت ق ش ِع ُّر ِم ن ه ُج ل و ُد ا ل ِذي َن َي خ‬ orang-orang yang dikendaki-Nya ke jalan yang
ُ ُ َ ُ َ َ
‫ش ْو ن َ َّربُ ه ْم ث َّم ت ِلي ن ُج ل و ُد ُه ْم َو‬ lurus serta mempertebal iman dalam hatinya.
َ َٰ n َّ ْ َ ُ ُ Mereka yang disesatkan tidak akan memperoleh
‫ق لوُ بُ ه ْم ِإ ل َٰ َى ِذ ك ِر ال ل ِه ۚ ذ ِل‬ sedikit pun manfaat dari al-Qur’an.
َ َّ َ َ
‫ َو َم‬n ‫ك دى ال ل ِه َيْ ه ِدي ِب ِه َم ْن َي شا ُء‬
َ ُ َّ
‫ْن ُي ْض ِل ِل ال ل ه ف َما ُه‬
‫ِم ْن‬
َ َ
‫ها „د ل‬
ُ
َ ‫ه‬
َّ َ َ ُ ˛ َ ُ َ ُ َ ۡ َ َ ُ َّ َ َۡ
ِ ِ ِ ۖ‫ۥ‬ „ ِ َ
130 ‫ِ أل يس ٱ له بكاف عبده ويخوفونك بٱلذين من‬ Sesat Penjelasan akan beberapa nikmat yang diberikan
َ َ ُ َّ Allah kepada Nabi Sulaiman as (kekuasaan
‫ َو َمن ُي ۡض ِل ِل ٱل ل ه ف َما ل‬n‫ُدوِ ن ِهۦ‬
QS.Al-Zumar
[39]: 36

menundukkan angin, setan-setan ahli bangunan dan


َ ُ
١١ ‫ۥه ِم ۡن ها ٖد‬
menyelam, serta setan-setan yang menentang
perintahnya) sebagai jawaban dari doanya.
ُ َ َ ُ َّ
131 ‫ََمن َيۡ ه ِد ٱل ل ه ف َما ل ۥه ِمن ُّم ِض „ ِِۗ˛ل‬ Sesat Penegasan bahwa siapa saja yang diberi petunjuk

41 QS. Al-Zumar [39]: QS.Al-Zumar [39]:


ُ َّ َ
‫أ ل ۡي َس ٱل ل ه ِب َع ِزي ٖز َو‬
oleh Allah swt maka tidak ada satu pun yang
mampu menyesatkannya.
َ
37
٧١ ‫ِذي ٱن ِت قا ٖم‬

َّ َ َٰ ۡ َ َ َ ۡ َ ٓ َّ
132 ‫ِإ َن ا ۖ˛أن َ َزل َ نا َع ۡل ۡي َ َك َٰ َٱ ل ِك ت َب ِلل نا ِس‬
ۡ Sesat Pemberitahuan bahwa Allah telah menurunkan al-
‫ِبٱ ل ح ِ ق ف م ِن ٱ ه ت د ى‬ Qur’an kepada Nabi Muhammad saw dengan
َّ َ َ ۡ َ َ
‫ف ِل َن ف ِ ۖس ِۦهۖ َ ٓو َ َمن ض َّل ف ِإ ن َما َي ِض‬ kebenaran untuk disampaikan kepada manusia.
َ
‫ُّل َع ل ۡيَ ه ا َو َم ا أن ت‬
َ
٦١ ‫َع ل ۡيِ هم ِب َو ِكي „ل‬

ٓٓ َ ُ ُ َ ۡ ْ ُ َ َ ۡ ˛ َ ۡ ُ َ ٓ َ َّ َ َ
ۡ ِ ِ ِ ِ ِ
133 ُ Sia-sia Nabi Musa yang menyampaikan berita
QS. Ghāfir [40]: 25

‫دفل ما جاءهم بٱلحق من عندنا قال وا ٱقتلوا أبناء‬ kerasulannya dan mengajak kaumnya untuk
ْ َ ُ ْ ُ َّ
‫ٱ ل ِذي َن َءا َم نوا َم َع ۥه َوٱ ۡس ت ۡح ُيوا ِن‬ mengesakan Allah, beriman serta berbuat baik.
َ n ٓ Namun, Fir’aun dan para pembesarnya tentu tidak
‫َس ا َء ُه ۡ م َو َما ك ۡي‬ terima karena apa yang disampaikan oleh Nabi
َّ َ َٰ ۡ Musa bertentangan dengan apa yang telah ia
‫ٱ ل ك ِف ِري َن ِإ َل ِفي‬ tanamkan kepada penduduk Mesir, sehingga
َ َٰ َ Fir’aun memerintahkan agar membunuh anak laki-
١٦ ‫ض ل ٖل‬ laki Bani Israil dan membiarkan hidup anak-anak
perempuannya, agar tidak mengancam
kedudukannya.
ُ َ ۡ َ ُّ ُ
134 ‫َ َّي ۡو َم ت ۡ َو ل َو ن ُم د ِب ِري َن َما ل كم ِ˛م َن‬ Sesat Gambaran orang-orang kafir yang berlarian ingin

QS. Ghāfir [40]: 34 33 QS. Ghāfir [40]:


‫ٱل ل ِه ِم ن عا ِص ٖ ِِۗم‬ menghindar karena melihat adanya neraka jahanam
pada hari mahsyar (pengadilan Allah), namun
َ ُ َ َ ُ َّ
‫َو َمن ُي ۡض ِل ِل ٱل ل ه ف َما ل ۥه ِم ۡن ها‬ malaikat mencegat dan mengembalikan lagi mereka
١١ ‫ٖد‬ ke mahsyar.

َ ُ ُ ٓ ۡ َ َ
135 ‫َۡو ل َٰقَ د َ َج ا َء ك ۡ ۡ ُم ُيو ُس ف ِمن ق ۡب ُل ِبٱ‬ Sesat Penjelasan mengenai keadaan orang-orang kafir
‫ل َب ِ˛ي ن ِت ف َما ِزل ت ۡم ِفي‬ yang mengingkari Nabi Musa as. Bahkan, sebelum
َ َ َ َّ ُ ٓ ˛ َ mengutusnya, Allah telah mengutus Nabi Yusuf as
‫ش ٖ ك ِ˛م َّما َج ا َء كم ِب ِهۦۖ َح ت َٰٓى ِإ ذا ه ل‬ untuk mengajak mereka beriman kepada Allah.
َ ُ َ َ ُ ۡ ُ َ
‫ن ب ۡع ِد ِۦه َر‬s ‫ك ق ل ت ۡم لن َي ۡب َع ث ه ِم‬ Namun, mereka hanya mematuhinya sebagai
ُ َّ َ َ َٰ َ n ٗ menteri/pembesar negara bukan karena
‫ُس و َ ل ك ذ ِل ك ُي ِض ُّل ٱل ل ه َم ۡن‬ kerasulannya.
‫ُ ه َو ٱ ل‬
َ
ّ
‫ل‬
َ ّّٞ
١١ ‫ب‬e ‫ُم ۡس ِر ف ُّم ۡرتا‬
ْ ُ َ ۖ َ َٰ ۡ ُُ ُ ُ ۡ ُ َۡ ُ َ ۡ َ ََ ُْٓ
َ nَ َٰ َ َ ِ ˛ِ َ ِ ِ
136 ‫قالوا أو لم تك تأتيكم رسلكم بٱلبينت قال وا لب ى‬ Sia-sia Percakapan antara orang kafir dengan malaikat
QS. Ghāfir [40]: 50

َ َٰ ۡ ْ ُ َٓ َٰ ِْۗ َ ْ ُ َ siksa. Malaikat meminta keterangan mereka akan


‫قا لوا فٱ ۡد ُعوا َو َما ُد ع ؤا ٱ ل ك ِف ِري َن‬ seorang rasul yang diutus kepada mereka, dan tentu
saja mereka mengakuinya namun mereka
َ َٰ َ َّ
٠١ ‫ِإ َل ِفي ض ل „ل‬ mengingkari. kemudian malaikat meminta mereka
berdoa untuk keselamatannya, dan tentu saja doa
mereka sia-sia.
َّ َّ ْ ُّ َ ْ ُ َ ۖ َّ
137 ‫ِۡ َم ُن ُ َّدو ۡ ِن ُ ٱل ْ ل ِ ه قا لوا ض لوا َع نا َبل ل‬ Hilang dan Menggambarkan keadaan orang-orang musyrik dan

QS.Fuṣṣilat [41]: 29 74 QS. Ghāfir [40]:


‫م ن كن ن د عوا‬ lenyap kafir yang sedang ditimpa azab. Kemudian ditanyai
َّ َ َ َٰ َ n َ َ mengenai keberadaan berhala-berhala yang mereka
‫ِمن ق ۡب ُل ش ۡي ا ك ذ ِل ك ُي ِض ُّل ٱل ل‬ sembah dengan nada mengejek untuk menambah
َ َٰ ۡ ُ
١٧ ‫ه ٱ ل ك ِف ِري َن‬
berat penderitaannya.

َّ َ َ ٓ َ ْ َ َ َّ َ
138 ‫ََ ۡو قا َ َل َٱ َل ّ َ ِذي َن َ ك ف ُروا َرَّب ن ا أ ِرنا ٱ ل‬ Sesat Gambaran keadaan ketika orang-orang musyrik dan
‫ذ ي ن أ ض َل نا م ن‬
َ َ ۡ َ َ ُ ۡ َ ۡ َ ِ ۡ َ ˛ ِ ۡ
kafir menerima azab neraka. Mereka meminta agar
‫ۡٱ َل ِج ِ َ ن وٱ ُ ۡلن َ ِس ن ج ع ل ه ما ت ح ت أ‬ setan-setan dan manusia yang telah menyesatkan
‫ق دا ِم نا ِل َي كو نا ِم َن‬ mereka dihadapkan kepada mereka untuk
َ َ ۡ melampiaskan amarahnya.
٦٦ ‫ٱَل ۡس ف ِلي ن‬
َ ْ ُّ َ َ َ ُۖ ۡ َ ِ َ ُ ۡ َ ْ ُ َ َّ ُ ۡ َ َّ َ َ
139 ‫وضل عنهم ما كانوا ي دعون من قبل وظنوا ما‬ Hilang dan Ancaman bahwa pada hari kiamat kelak semua
QS.Fuṣṣilat [41]:

‫لهم‬ lenyap sesembahan orang-orang musyrik akan hilang.


Tidak terlihat adanya manfaat dari sesembahan
١١ ‫ِ˛من َّم ِحي ٖص‬
48

yang mereka sembah dahulu.


َّ َ َ ُ َ ُ
140 ‫ُ َّ ق ۡ َل َ أ َ ۡرُ َء ۡي ت ۡم َ ِإ ۡن كا ن ِم ۡن ِعن ِد ٱل ل ِه‬ Sesat Keragu-raguan orang musyrik terhadap kebenaran

QS. Fuṣilat [41]: 52


‫ث م ك ف رتم ِب ِهۦ م ن‬ al-Qur’an dan Nabi Muhammad saw sebagai utusan
s َ َ َ Allah, ragu antara membenarkan dan mengingkari.
٦ ‫أ ض ُّل ِم َّم ۡن ُه َو ِفي ِش قا ِ ق َب ِعي ٖد‬ Mereka mempercayai Nabi sebagai pemimpin yang
١ dapat menyelesaikan persoalan di kalangan suku
Quraisy dan mengagumi isi serta ketinggian bahasa
al-Qur’an. Namun, mereka masih dipengaruhi oleh
kepercayaan nenek moyangnya.
َ ُ ۡ َ َّ َ
141 ‫َي ۡ َّس ت ۡ َع ِ َج ُ َل ِبَ ُها ْ ٱ ل ِذي َن َل ُي ؤ ِم نو ن ِبَ ه‬ َ ‫ۖا‬ Sesat Kisah Nabi Muhammad saw yang sedang bercerita
QS. Al-Syūrā [42]: 18

ۡ َ َ َ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ء‬ ‫ن‬ ‫ي‬‫ذ‬ ِ ‫ل‬ ‫ٱ‬‫و‬ mengenai hari kiamat, disana terdapat orang-orang
َ ُ ۡ
‫َُ ُِِّۗم َش َ ِ ٓف قو َّ ن ِ َّم ۡ َن ها َ َوَ ي ۡع ل ُمو ن أ َّنَ ها ٱ ل‬ musyrik. Kemudian mereka bertanya, mengejek dan
‫ح ق أ َل ِإ ن ٱ ل ِذي ن‬ mengingkarinya dengan meminta agar segera
َ َٰ َ َ َ datang hari tersebut.
‫ل َب‬s ِ ‫ُي َما ُرو ن ِفي ٱل َّسا َع ِة ل ِفي ض ل‬
١٦ ‫ِعي „د‬

َ ُ َ َ ُ َّ ۡ ُ
َ َِ َ ۡ َ َ s ˛ِ ˛ٖ ِ َ ِ ‫َ ۥ‬ ِِ
142 ‫ومن يضلل ٱ له فما له من ولي من بع دۦهِِۗ وترى ٱل‬ Sesat Peringatan serta gambaran orang-orang kafir dan
QS. Al-Syūrā [42]: 44

َ ُ ُ َ ۡ ْ َ َ َ ََّ َٰ musyrik ketika melihat dan menyaksikan azab di


‫ظ ِل ِمي ن ل َّما َ رأ ُو ا ٱ ل َع ذا َب َي قو لو ن‬ depan matanya, mereka berangan-angan bisa
َ َ
‫ه ۡل ِإ ل َٰ َى َم َ ٖر ˛ د ِ˛من‬ kembali ke dunia untuk berbuat baik dan beriman,
juga tidak ada yang dapat menolongnya.
١١ ‫َس ِبي ٖل‬
ٓ َ َ َ َ
143 ‫َما كا ن ل ُهم ِ˛م ۡ َّن ِۗأ ۡ ِو ل َي ا َء َين ُص‬ Sesat Penegasan bahwa orang yang dibiarkan sesat itu

23 QS. Al-Jāthiyah [45]: QS.Al-Zukhrūf [43]: 40 46 QS. Al-Syūrā [42]:


َ
‫ُرو نُ هم ِ˛من ُدو ِن ٱل ل ِ ه َو‬ telah menjadi watak dan tabiatnya untuk berbuat
pelanggaran terhadap larangan agama. Mereka tidak
ُ َ َ ُ َّ
‫َو َمن ُي ۡض ِل ِل ٱل ل ه ف َما ل ۥه ِمن َس ِبي‬ akan mendapatkan pertolongan dari siapa pun untuk
menyelamatkannya dari siksa yang menimpa
١١ ‫„ل‬
mereka.

ۡ َ َ ُ َ َ َ َ
144 ‫ُ ۡأ َف أ َن َت ت َ ۡس َ ِم ُع ٱل ُّص َّم أ ۡو تۡ ه ِدي ٱ ل‬ Sesat Pertanyaan dan penegasan Allah swt kepada Nabi
‫ع م ي و من كا ن ِفي‬ Muhammad bahwa ia tidak akan mampu memberi
َ َٰ َ hidayah kepada orang yang tuli (mendengar ajakan
٠١ ‫ض ل ٖل ُّم ِبي ٖن‬ beriman) dan membuka hati orang yang telah
menutup mata hatinya. Kebenaran apapun yang
disampaikan tidak akan diterima oleh mereka.
َ َٰ
َۡ َٰ َ َ ُ َّ ُ َّ َ َ َ ُ َ َٰ َ َ ‫َ َ َ َ ۡ َ َ َّ َ َ ِ َ ُ ۥ‬
ِ ِ
145 ‫أفرءيت من ٱتخذ إلهه هوىه وأضله ٱ له على علم‬ Sesat Peristiwa percakapan Abu Jahal dengan al-Walid
ۡ َ َ َ َ bin Mughirah. Abu jahal mengakui kebenaran Nabi
‫َو خ ت َم َع ل َٰ َى َس ۡم ِع ِۦه َو ق ل ِب ِۦه َو َج َع‬ saw namun tidak mau menjadi pengikutnya sampai
َ
‫َل َع ل َٰ َى َب َص ِ ِر ه‬
kapan pun. Ia tidak mau menjadi bahan gunjingan
gadis-gadis Quraisy bahwa ia adalah pengikut anak
n َّ َ ٗ َٰ
َ
‫ن َب ۡع ِد ٱل ل ِ ه‬s ‫ش َو ة ف َمن َيۡ ه ِدي ِه ِم‬
yatim Abu Thalib, sedangkan ia berasal dari suku
yang paling tinggi.
َ َّ َ َ َ َ َ
‫ ِغ‬١٦ ‫أ ف َل ت ذ ك ُرو ن‬
ْ ۡ َ َ
146 ‫َو َم َّ ۡن أ ض َّ ُّل ِم َّمن َي د ُعوا ِمن ُدو‬ Sesat Penjelasan bahwa orang yang paling sesat adalah

QS. Al-Aḥqāf [46]: 5


‫ِن ٱل ل ِه َمن َل‬ orang yang menyembah dan meminta tolong kepada
َ َٰ ۡ َ ُ َ َ selain Allah, yaitu kepada berhala-berhala yang
‫َي ۡس ت ِجي ُب ل ۥٓه ِإ ل َٰ َى َي ۡ ِو م ٱ ل ِق ي َم‬ tidak dapat memberikan manfaat sama sekali,
ٓ
‫ِة َو ُه ۡم َعن ُد َع ا ِئ ه ۡم‬ karena sesembahan tersebut tidak mampu
mengabulkan doa penyembahnya sampai hari
َ ُ َٰ َ kiamat.
١ ‫غ ِف لو ن‬
ْ ُ َ َّ َّ َ َ َ َ
147 ‫ف لُ ۡوَل ن َ َّص َر ُ ُه ُۡ َم ٱ ًل ِذي َن ٱ ت خ ذو ا‬ Hilang dan Peringatan yang mengandung sebuah ancaman
QS. Al-Aḥqāf [46]: 28

‫ِمن دو ِن ٱل ل ِه ق ربا نا‬ lenyap kepada kaum musyrik Mekkah bahwa mereka pasti
َ َ َٰ َ nۡ ُ ۡ َ ْ ُّ َ ۡ َ ۖ sَ َ
‫ض ل ْوا ع ن ه م و ذ ِل ك‬ ُ َ ‫ِۡل ُه ُ ۡة ۚ َب َل‬
ditimpa azab sebagaimana yang dialami oleh kaum
َ
‫ِإ ف ك ه م و ما كا نوا ءا‬ ‘Ad, Tsamud dan umat lainnya jika mereka tetap
َ َ ۡ mengingkari kerasulan Muhammad saw.
١٦ ‫َي ف ت ُرو ن‬

ۡ ۡ َ َ َّ َ َ ۡ ُ َّ َ َ
ِۡ ٖ ِ ُِ َ ِ ِ ِ
148 ٓ
‫ومن َل يجب داعي ٱ له فليس بمعجز في ٱَلرض‬ Sesat Penjelasan bahwa semua ibadah yang diwajibkan
QS.Al-Aḥqāf [46]:

َ َٰ ْ ُ nُ ٓ َ ۡ َ ُ َ َ kepada orang-orang muslim juga diwajibkan


‫َول ۡي َس ل ۥه ِمن ُدوِ ن ِهۦٓ أ وِ ل ي ا ء أ و ل ِئ‬ kepada semua jin untuk mengerjakannya.
َ َٰ َ
32

َ
٦١ ‫ك ِفي ض ل ٖل ُّم ِبي „ن‬
149 ْ ْ َ َ َّ Sia-sia Menginformasikan bahwa semua amal dan
‫َعن َس ِبي ِل ٱل‬ ‫ٱ ل ِذي َن ك ف ُرو ا َو َص ُّدو ا‬

QS. Muḥammad [47]: 4 QS. Muḥammad


perbuatan orang-orang kafir selama hidupnya
َ َ َٰ َ َ َ َّ

[47]: 1
adalah sebuah kesia-sian dan sebuah kerugian
‫َّل أ ۡع م ل ُه ۡم‬ ‫ل ِه أ ض‬ besar, karena perbuatannya hanya berdasarkan
٦ asumsinya sendiri, bukan petunjuk Allah.

َ َ ْ َ َ َّ ُ َ َ َ
150 ‫َ ف ِإ ˛ذا َل ِقي ت ُ َم ٱ َّ َٰ ٓ ل ِذ َي َ ٓن ك ف ُرو ا ف ض ۡر‬ Sia-sia Perintah terhadap orang-orang mukmin untuk
‫ب ٱ ل ر ق ا ِب ح ت َ ى إ ذ ا‬
َ َ َ َ ۡ ْ ُّ ُ ِ َ ۡ ُ ُ ُ ِ َ ۡ َ
memenggal leher orang-orang kafir (ketika dalam
‫خن َت ۡ م ُو َه َّم ف َش ٓد ًو ا ٱ ل و ثا ق ف ِإ‬sَّّ ‫َّ أ َ ث‬ peperangan), dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
‫ما م نا ب ع د ِوإ ما ِف د ا ء‬ amal perbuatan mereka tersebut.
n َ َ َ ۡ َ َ َّ
‫َح تَٰى ت ض َع ٱ ل َح ۡر ُب أ ۡو زا َر ه ا‬
ُ َّ ٓ َ َ َۖ َ َٰ
‫ذ ِل ك َو ل ۡو َي ش ا ُء ٱل ل ه‬
َ ْ ُ ˛ َ َٰ َ َ
‫َلن ت َص َر ِم ۡ ُن ه ۡم َو ل ِكن ِ ل َي ۡب ل َوا َب ۡع ض‬
َّ ُ
‫كم ِب َب ۡع ِٖۗض َوٱ ل ِذي َن‬
َ َ َ َّ ْ ُ ُ
‫ق ِت لوا ِفي َس ِبي ِل ٱل ل ِه ف لن ُي ِض َّل أ ۡع‬
َ َ َٰ
١ ‫م ل ُه ۡم‬

ۡ َ َ َّ َ َ َ ۡ ُ َّ ٗ ۡ َ َ ْ ُ َ َ َ َّ َ
ُ ِ
151 ١ ‫وٱلذين كفروا فتعسا لهم وأضل أعمل هم‬ Sia-sia Ancaman bahwa orang yang mengingkari keesaan
Muḥammad QS.

Allah maka mereka akan celaka dan Allah akan


menghapus semua pahala amal dan perbuatannya.
[47]: 8
ُ ُ َ ۡ َ ٓ َ ُ ُ َ َ
‫۞ قا َل ق ِري ن ۥه َ َّرب نا َم ا أ ط غ ۡي ت ۥه‬
152 Sesat Penolakan setan atas tuduhan orang-orang kafir dan

QS. Qāf [50]: 27


َ َٰ َ َ َ َ َٰ musyrik yang mengatakan bahwa ia (setan) adalah
‫ل‬s ِ ‫َو ل ِكن كا ن ِفي ض ل‬ penyebab kesesatan mereka.

٧٦ ‫َب ِعي ٖد‬

153 ُ َ Sesat Penjelasan Allah bahwa Nabi Muhammad saw


‫َما ض َّل َصا ِح ُب ك ۡم‬
QS.Al- Najm [53]: 2

adalah benar-benar seorang nabi yang diutus oleh


َ
٦ ‫َو َما غ َو َٰ َى‬
Allah swt, bukan orang yang sesat, apalagi
menyesatkan.

ُ َ ۡ َ َ ُ َ َّ َ َّ n ۡ ۡ َ ˛ ُ ُ َ ۡ َ َ
َِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ
154 ‫ذلك مبلغهم من ٱلعلم إن ربك هو أعلم بمن ضل‬ Sesat Penegasan bahwa Allah mengetahui siapa saja yang
QS.Al-Najm [53]: 30

َ َ sesat dan siapa saja yang mendapat petunjuk ke


‫ِۦه َو ُه َو أ ۡع ل ُم ِب َم ِن ٱ ۡه‬ jalan kebenaran, karena kelak Allah akan memberi
َ َ balasan kepada semua makhluk-Nya.
‫تد‬

‫ َعن َس ِبي ِل‬٠١ ‫َى‬

َ
َ َٰ ِ َ َّ ٗ ِ ٓ َّ ِ ٓ‫َ َ ُ ٓ ْ َ َ ٗ ِ˛ َّ َٰ َ ِ ٗ َّ َّ ِ ُ ُ ۥ‬
155 ‫فقالوا أبشرا منا وحدا نتبعه إنا إذا لفي ضلل‬ Sesat Pengingkaran kaum Nabi Saleh as atas berita
kenabiannya. Mereka menganggap apa yang
١٦ ‫َو ُس ُع „ر‬ dibawa oleh Nabi Saleh tersebut tidak benar, akan
membuat mereka menjadi sesat dan gila.
QS.Al-Qamar
[54]: 24
156 َ َٰ َ َ ُ ۡ َّ Sesat Penjelasan bahwa orang yang menyekutukan Allah
٧١ ‫ِإ ن ٱ ۡل ۡج ِ ِر مي ن ِفي ض ل ٖل َو ُس ُع ٖر‬

Wāqi’ah [56]: 92QS.Al- Wāqi’ah [56]: 51QS.Al- 47Qamar [54]: QS.Al-


dan mendustakan rasul-Nya adalah orang yang
sesat.

157 َ ُ َّ Sesat Pemberitaan balasan orang yang sesat bahwa kelak


َ ُّ ٓ ُ
‫ث َّم ِإ ن ك ۡم أ ُّيَ ها ٱل َّض ا لو ن ٱ‬ di hari kiamat mereka akan memakan pohon
َ ˛ َ ۡ Zaqqum dan meminum air yang sangat panas.
٦١ ‫ل ُم ك ِذ ُبو ن‬ (Baca QS. Al- Wāqi’ah [56]: 51-56).

َّ َ ˛ َ ۡ َ َ َ ٓ َّ َ
ََ ˛ ِِ ُ ِ ِ
ِ
158 ٦٦ ‫وأما إن كان من ٱلمكذبين ٱلضالين‬ Sesat Pemberitaan bahwa orang-orang yang sesat dan
mendustakan agama Allah kelak akan disambut
oleh para malaikat dengan siraman air yang
mendidih dan dibakar di dalam neraka.
ْ ُ َّ َ َ ْ ُ َّ َ َٰٓ
159 ‫ُ َي˛ أ ُّيَ ها َ ٱ َل ِ ُذي ََّن ُ َ ۡءا َم نوا َل ت ت ِخ ذو ا َع‬ Sesat Peringatan dan kecaman untuk kaum muslim agar

QS. Al-Mumtaḥanah [60]: 1


‫د ِ وي و ع د و ك م‬ tidak ber-muwālat al-kuffār. Ayat ini turun
َ ۡ َ َ ُ ۡ ُ ٓ َ
‫أ ۡوِ ل َي ا َء ت ل قو ن ِإ ل ۡيِ هم ِبٱ ل َم َو َّد ِة َو ق‬
berkenaan dengan surat yang dikirim melalui
seorang wanita bernama Sarah oleh seorang sahabat
ُ ٓ ْ َ َ ۡ
‫د ك ف ُرو ا ِب َما َج ا َء كم‬ Nabi yang bernama Hāṭib Ibn Abī Balta’ah kepada
َ ۡ ۡ
‫ِ˛ ُم َن ٱ َ ل َح ِ˛ ق ُي ْخ ِر ُجو ن ٱل َّر ُسو َل َ ِوإ‬ orang-orang Quraisy di Mekkah untuk
ُ ۡ ُ
ُ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫َّيا ك ۡ َّم أن ت ُؤ ِم‬ memberitahukan rencana Nabi saw yang akan
ُ َ ُ
‫ِ َٰب َٱل ٗ ل ِه َ ِر َ˛ب ك ۡم ِإن كن ت ۡم خ َر ۡج ت ۡم‬
berkunjung ke Mekkah.
‫ج ه دا في س ب ِي لي‬
َ َ ُّ ُ n َ ۡ ِ َ َ ٓ َ ِ ۡ َ ِ
‫ۡ وٱ ب ۡ ِ َت َغ ا َّ ء م َ َر َ ۠ضا َ ِت ۡ َي ُ ت ِس رو ن ِإ ل‬
‫ِي هم ِبٱ ل م و د ِة وأ ن ا أ ع ل م‬
n ُ َ َ ٓ ُ َ ۡ َ ٓ
‫ِب َم ۡا أ ۡخ ُف ۡي ت ۡ ُم َو َ َم ا َ أ ۡ ۡع لن ت ۡ م َو‬
‫َمن َي ف َع ل ه ِمن ك ۡم ف ق د‬
ٓ َ
٦ ‫ض َّل َس َوا َء ٱل َّس ِبي ِل‬
ٗ ۡ َ َّ
160 ‫َ ۡو ٱ ل ِ َذ ۡي ُ َب ْ َع َ َث ِفي ٱ َ ُل˛ ِم ِ˛ي َن َر ُس وَل‬ Sesat Pengutusan Nabi Muhammad dengan membawa
2 QS. Al-Jumu’ah [62]:

‫ِ˛م ُن ه ۡم ي ت لوا ع ل ۡيِ ه ۡم ه‬ kitab-Nya (al-Qur’an) kepada orang-orang yang


ۡ ˛ ˛ َ َٰ
‫َٰ ََ َءا ي ِ َت ِۦه ۡ َوُ ي ۡ َز َ ِكيِ َه ۡ َم َوُ ي َع ِ ل ُم ُه ُم ٱ ل ِك‬ sebelumnya berada dalam kesesatan.
‫ت ب وٱ ل ِح ك م ة ِوإن‬
َ َٰ َ َ َ ْ ُ َ
٦ ‫كا نوا ِمن ق ۡب ُل ل ِفي ض ل ٖل ُّم ِبي ٖن‬
َ َّ َ َ ّٞ َ َ ٓ ۡ َ َ ْ ُ َ
161 ‫َ ُقا ۡل َوا َ َب ل َٰ ََى َّ ق َ د َ َّج ُا َء نا ن ِذي ّر ف ك ذ ۡب نا‬ Sesat Pengakuan orang-orang kafir kepada malaikat

29 QS. Al-Mulk [67]: QS.Al-Mulk [67]:


‫و ق ل ن ا م ا ن ز ل ٱل ل ه‬ ketika mendapatkan siksaan atas kedatangan
َ َ َٰ َ َّ ُ َ ۡ َ seorang Rasul yang diutus kepada mereka, namun
‫ ۡي „ء ِإ ن أن ت ۡم ِإ َل ِفي ض ل ٖل ك ِبي‬S‫ِمن ش‬ mereka mengingkari dan mendustakannya serta

9
٦ ‫ٖر‬ lebih memilih tetap berada dalam kesesatannya.

َّ َ َٰ ُ
162 ‫َ َق ۡ ۡل ُه َ َ َو َّ ٱل ۡ َّ َر ۡ ۖح م ُن َءا َم نا ِب ِهۦ َو‬ Sesat Pengakuan Nabi Muhammad saw (sekaligus seolah-
‫ع ل ي ِه ت و ك ل ن ا‬ olah mencela perbuatan orang kafir) bahwa ia dan
َ َٰ َ َ َ َ َ umatnya telah beriman kepada Allah yang maha
‫ف َس ت ۡع ل ُمو ن َم ۡن ُه َو ِفي ض ل ٖل ُّم ِبي‬ pemurah dan maha penyayang kepada hamba-
٦٦ ‫ٖن‬ hambanya, serta telah memberi rizki untuk
kelangsungan hidup di dunia.

َ َ
َ َ ۡ ُ َ ِ ِ ِ َ َ َّ َ َ ِ ُ ۡ َ ُ َ َّ َ َّ ِ
163 ‫إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيلۦه وهو أعلم‬ Sesat Penegasan bahwa Allah lebih mengetahui siapa saja
QS.Al-Qalam [68]:

َ ۡ yang sesat dan yang tidak (Nabi Muhammad atau


٧ ‫ِبٱ ل ُم ۡه ت ِدي َن‬ orang-orang kafir). Kelak semuanya akan mendapat
balasan yang setimpal.
7
164
َّ ْ ُ َ َ َ َ َ Tersesat Penggambaran Allah menguji orang-orang musyrik

QS. Al-Qalam [68]: 26


‫ف ل َّما َ رأ ۡو ها قا ل ٓوا ِإ نا‬ Mekkah sebagaimana Dia menguji pemilik-pemilik
َ ُّ ٓ َ َ kebun yang bersumpah pasti akan memetiknya
١٦ ‫ل ض ا لو ن‬ (hasil) pada pagi hari dengan tanpa mengucapkan
insyaallah. Kemudian kebun tersebut ditimpa
bencana dari Allah pada saat mereka sedang tidur,
sehingga esoknya mereka tidak dapat memetik
hasil.
165 ََّ َٰ َ َ ۖ َ ْ ُّ َ َ ۡ َ
Sesat Para pembesar dan pemimpin umat Nabi Nuh as
QS.Nūḥ [71]: 24

‫َو ق د أ ض لوا ك ِثي ٗ را َوَل ت ِ ِز د ٱل ظ ِل‬ telah menyesatkan masyarakatnya dari jalan Allah
dan mempengaruhi mereka, sehingga mereka dan
ٗ َ َٰ َ َّ َ orang-orang setelahnya mengikuti jejaknya.
١٦ ‫ِمي ن ِإ َل ض ل َل‬

َّ ْ ٓ ُ َ َ َ َ َ َ ْ ُّ ُ ۡ ُ ۡ َ َ َ َّ
ِ ِ ِ
166 ِ ِ ‫إنِك إ ِن تذرهم يضلوا عبادك وَل يلدوا َإل ف‬
‫اجرا‬ Sesat Keputus asaan Nabi Nuh as atas kekufuran
QS. Nūḥ [71]: 27

َ kaumnya dan hilangnya harapan untuk mengajak


‫ك‬ mereka pada keimanan, sehingga ia mendoakan
َ akan kebinasaan mereka.
ّ
٧٦ ‫فا ٗرا‬
َّ َّ َ َٰ َ ٓ َ ۡ
167 ‫َََٰٓو َم ا ۖ َج َع ل ن ا أ ۡص ح َب ٱل ن ا ِر ِإ َل‬ Sesat Penyebutan jumlah malaikat penjaga neraka. Allah

QS. Al-Muddatthir [74]: 31


َ ۡ ٗ َ
‫َم ل ِئ ك ة َو َما َج َع ل نا‬ dengan sengaja menyebutkan jumlah yang sedikit
َّ ˛ ٗ َ ۡ agar orang kafir semakin congkak, sehingga
َ َ َّ َ
‫ِع َّد تُ ه ۡم ِإ َل ِف ت ن ة ِ ل ل ِذي َن ك ف‬ berlipat pula balasan bagi mereka. Ayat ini juga
َ َٰ ۡ ْ ُ ُ َّ َ ْ
‫ُرو ا ِل َي ۡس ت ۡي ِق َن ٱ ل ِذي َن أو ت وا ٱ ل ِك ت‬ sebagai jawaban dari ucapan Abu jahal yang
َ ٗ َ َٰ ْ ُ َّ mengatakan bahwa penolong Tuhannya Nabi
‫َب َوَ ي ۡز َدا َد ٱ ل ِذي َن َءا َم ن ٓوا ِإي م ن ا َ وَل‬ Muhammad hanya
ۡ ۡ َ َٰ ۡ ْ ُ ُ َّ َ
‫َي ۡرت ا َب ٱ ل ِذي َن أو ت وا ٱ ل ِك ت َب َوٱ ل ُم ؤ‬
19 saja. Ia dan teman-temannya merasa mampu
ّٞ ُ َّ َ mengalahkan malaikat tersebut dan keluar dari
ُ
‫ِم ُنو ن َ ِو ل َي قو َل ٱ ل ِذي َن ِفي ل ِو ِب هم َّم َر ّض‬ neraka.
َ َٰ ُ َّ َ ٓ َ َ َ َٰ ۡ
‫َوٱ ل ك ِف ُرو ن َما ذ ا أ َرا َد ٱل ل ه ِب ه ذا َم‬
ٓ َ ُ َّ َ n َٗ
‫ث َ ل ِل ك ُي ِض ُّل ٱل ل ه َمن َي ش ا ُء َوَ يۡ ه‬
َ َٰ َ ُ n ٓ َ
‫ِدي َمن َي ش ا ُ ء َو َما ق ك ذ‬
n َّ َ ُ َ
‫ۡ َّ ع ل ُۡم ُج نو َ ۡد َ ِ َر˛ب ك ِإ َل ُه َ و َو َما ِه َي‬
‫ َي‬٦١ ‫ِإ َل ِذ ك َر َٰ َى ِل ل َب ش ِر‬
168 ُ َٓ َٰ َّ ْ ُ َ َ َ Sesat Orang-orang kafir mengejek orang-orang mukmin
‫َ ِوإ ذا َ رأ ۡو ُه ۡم قا ل ٓوا ِإ ن ه ؤ‬
7 Ḍuḥā QS. Muṭaffifīn [83]: 32QS.Al-

dengan mengatakan bahwa mereka telah sesat


َ ُّ ٓ َ َ ٓ
٦١ ‫َل ِء ل ض ا لو ن‬ karena mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw.

َ ٗ˛ ٓ َ َ َ َ ََ
َ

169 ٧ ‫ووجدك ضَال فهدى‬ Bingung Kebingungan Rasul saw dalam menghadapi dan
[93]: Al-

memperbaiki segala ke-jahil-an kaum musyrik


Mekah.
َ ۡ ُ ََۡ ۡ َ ۡ َ ۡ ََ
ِ ِ
170 ٦ ‫ألم يجعل كيدهم في تضليل‬ Sia-sia Maksud tersembunyi Raja Abrahah yang ingin

QS.Al-Fīl
[105]: 2
menghancurkan ka’bah dan menguasai jalur Hijaz.
Keterangan :
- Fi’il māḍ ī
- Fi’il muḍ ā ri’
- Maṣdar
- Isim fā ’il
- Isim tafḍ īl

Anda mungkin juga menyukai