Anda di halaman 1dari 12

‫المجاز‬

MAKALAH
Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Balaghoh II
Dosen Pengampu : Dr. H. Mahfudz Siddiq, Lc., MA.

Oleh:
Marsa Nabilah 1803026091

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr.Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala


nikmat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelasaikan pembuatan
makalah ini dengan lancar dan tepat waktu. Allahumma sholi ala Muhammad,
Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar, Nabi Agung
Muhammad SAW yang telah melepaskan umat manusia dari zaman jahiliyah.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dalam mata kuliah Balaghah II
dengan judul “‫ ” المجاز‬dan diharapkan dapat menjadi wacana, penambah ilmu dan
informasi yang bermanfaat. Selanjutnya saya mengucapkan banyak terimakasih
kepada dosen pengampu mata kuliah Balaghoh II beliau Bapak H. Mahfudz Sidiq
Lc, MA, dan teman-teman sekalian

Sebagaimana seorang manusia yang tak luput dari salah dan dosa, saya
disini menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
sehingga saya mohon maaf yang sebesar-besarnya dan saya harap kritik, saran dan
pesan dari para pembaca sekalian agar kedepanya dapat menjadi lebih baik.

Wassalamu’alaikum. Wr.Wb

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu balaghah merupakan sebuah ilmu yang mengolah tentang
keindahan kata yang mendatangkan makna yang indah dan jelas, dengan
ungkapan yang benar dan fashih sehingga memberi kesan yang mendalam
didalam hati pendengar serta sesuai dengan situasi dan kondisi orang-orang
yang diajak bicara.
Sedangkan, Majas adalah salah satu bentuk gaya bahasa untuk
mendapatkan suasana dalam sebuah kalimat agar semakin hidup. Mudahnya
bisa kita pahami bahwa majas itu bisa menjadi ungkapan yang bisa
menghidupkan suatu kalimat. Majas melakukan penyimpangan dari makna
dari suatu kata yang biasa digunakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian majaz mursal ?
2. Sebutkan macam-macam majaz mursal ?
3. Sebutkan contoh majaz dalam Al-Qur’an dan Hadist !

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan mengerti pengertian majaz mursal
2. Untuk mengetahui macam-macam majaz mursal
3. Untuk mengetahui contoh majaz dalam Al-Qur’an dan Hadist

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Majaz Mursal


Majaz berasal dari kata bahasa Arab ‫ المجاز‬bentuk mashdar dari kata
‫ اللفظ المنقول من معناه إلى معنى يالبسه‬:‫المجاز‬1‫جاز‬2 . Sedangkan kata mursal berarti
‫ سهلة السير‬: ‫مرسال ج مراسيل‬3

Majaz mursal adalah suatu lafaz yang dipergunakan bukan pada


makna aslinya karena adanya alaqah ghair musyabahah (hubungan bukan
perumpamaan) disertai qarinah (alasan/bukti) yang mencegahnya dari makna
asli. Majaz mursal berbeda dengan kinayah karena pada kalimat yang
berbentuk kinayah tidak harus ada qarinah yang mencegah suatu lafaz dari
makna aslinya. Dinamakan “mursal” karena ia tidak dibatasi oleh
4
pemaknaan tertentu.

B. Macam-macam hubungan dalam majaz mursal


1. ‫( السببية‬Asababiyah)
Mengucapkan sebabnya sedangkan yang dimaksudkan yaitu akibatnya
nya.
‫قال المتنبي‬:
َ ‫ أُ َع ُّد ِم ْنها َ َوالَ أُ َعدِّدها‬# ٌ‫ي ساَبِ َغة‬
َّ َ‫لَهُ أَيا َ ٍد َعل‬

Lafadz ‫ أَيا َ ٍد‬disini yaitu makna majazi. Lafadz tersebut dapat diartikan
sebagai kenikmatan-kenikmatan, makna hakiki dari lafadz tersebut yaitu
tangan-tangan / banyak tangan. Disini diartikan bahwa tangan menjadi
sebab adanya kenikmatan.

2. ‫( المسببية‬Almusababiyah)
Menlafadzkan atau mengucapkan musababnya sedang yang dimaksud
yaitu sebabnya.

1
Abdullah As-sudais, Al- Majaaz Inda Al-Usuliyyin Bain Al-Mujiiziin Wa Al-Maani’iin, Al-Maktabah Asy-
syamilah, hal 7
2
Al- Munjid fii Al-lughoh, hlm 110
3
Al- Munjid fii Al-lughoh, hlm 259
4
AhmadAl Hasyimi, Jawahirul Balaghah, (Kairo: Maktabah al- Adab, 2011), hlm. 237.
‫ فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم‬:‫قال تعالى‬
)185 ‫ص ْمهُ (البقرة‬ ُ َ‫ال ّشه َْر فَ ْلي‬
Dalam ayat tersebut memiliki makna hakiki yaitu jika melihat bulan
maka puasalah, tetapi ‫ الشهر‬disini memiliki makna majazi yaitu hilal.

3. ‫( الجزءية‬aljuz’iyah)
Mengungkapkan sebagian tetapi yang dimaksudkan adalah keseluruhan.

َ ‫ك إِلَى أُ ِّم‬
)40 ‫ك َك ْي تَقَ َّر َع ْينُها َ َو الَ تَحْ َز َن (طه‬ َ َ ‫ فَ َر َجعْنا‬: ‫قال تعالى‬

Makna hakiki dari kata ‫ عينها‬dalam ayat tersebut adalah mata, tetapi
dalam makna majazi yaitu ‫جسد و بدن‬

4. ‫( الكلية‬kulliyyah)
Alkuliyyah disini mengungkapkan keseluruhan tetapi maksud dari
majaznya adalah sebagian.

)167 ‫ْس فِي قُلُ ْوبِ ِه ْم (آل عمران‬ َ ِ‫ يَقُ ْولُ ْو َن ب‬: ‫قال تعالى‬
َ ‫أفوا ِه ِه ْم ما َ لَي‬
Makna majazi dari kata ‫ افواه‬yaitu lisan

5. ‫ عالقة ماضويّة‬/ ‫( اعتبار ما كان‬I’tibar maa kana/ alaqotu madhowiyah)


Maksud dari I’tibar maa kana yaitu memperhitungkan perkara yang telah
terjadi.
)2 ‫ َواتُ ْوا اليَتَا َمى أَ ْم َوالَهُ ْم (النساء‬: ‫قال تعالى‬

Lafadz ‫ اليتمى‬memiliki makna hakiki anak-anak yatim yang telah


ditinggal mati oleh orang tuanya, sedangkan makna majazinya yaitu
orang yang sudah rasyid yang dulunya anak yatim.

6. ‫ عالقة مستقبليّة‬/ ‫( اعتبار ما يكون‬I’tibar maa yakunu / alaqotu mustaqbalah)

Memperhitungkan masa yang akan datang atau sesuatu yang akan terjadi
ِ ‫ إِنِّي أَ ْع‬: ‫قال تعالى‬
ً‫ص ُر َخ ْمرا‬

Dalam kalimat tersebut yang dimaksud ‫خمر‬ adalah anggur .

7. ‫( المحلية‬al-mahaliyyah)
Menyebutkan tempat, namun yang dimaksud adalah orang atau sesuatu
yang menempatinya.

)82 ‫ َواسْأ َ ِل القَرْ يَةَ الَّتِي ُكنَّا فِ ْيهَا (يوسف‬: ‫قال تعالى‬

Yang dimaksud dengan lafadz ‫ قرية‬bukan makna hakikinya yaitu desa,


akan tetapi orang yang menetap di desa itu, yaitu penduduk desa.

8. ‫( الحالية‬al-haaliyah)
Menyebutkan tentang suatu hal yang menempati suatu tempat, namun
yang dimaksud adalah tempatnya itu.

ْ ‫ َوأَ َّما الَّ ِذ ْينَ ا ْبيَض‬: ‫قال تعالى‬


‫َّت ُوجُوهُهُ ْم فَفِي َرحْ َم ِة هّللا ِ هُ ْم فِ ْيهَ““ا َخالِ “ ُدوْ نَ (آل عم““ران‬
)107

Dalam kalimat tersebut yang dimaksud majaz adalah kalimat ‫رحمة‬


Yang memiliki makna majazi yaitu surga. 5

C. Contoh majaz dalam Al-Qur’an dan hadist.


Kedudukan hokum antara hakikat dan majaz. Majaz adalah cabang,
sedangkan hakikat adalah pokoknya. Karena itu majaz tidak bias ditetapkan
menjadi sebuah hokum kecuali adanya kesulitan ketika menggunakan
hakikat, oleh karena itu majaz masih membutuhkan qarinah. Majaz bisa
menggantikan kedudukan hakikat hanya dari segi lafaznya saja tidak sampai
kepada hukumnya, karena hakikat dan majaz merupakan sifat suatu lafadz
bukan sifat suatu makna6, dan ini terbukti dalam beberapa ayatullah dalam
Al-Qur’an :
5
Kulliyatul Mu’alimat Al- Islamiyah, Balaghoh fii Al-Ilmi Bayan, hlm 99-102
6
Firdaus, Meirison, Hakikat dan majaz dalam Al-Qur’an dan sunnah, hlm 1
َ ‫ أُوْ ل ِءكَ الَّ ِذ ْينَ ا ْشتَ َر ُوا‬: ‫قال تعالى‬
ْ ‫الضالَلَةَ بِالهُدَى فَما َ َربِ َح‬
‫ت تِ َج“ ا َرتُهُ ْم َو َم“ا َك“انُوْ ا‬
)16 ‫ُم ْهتَ ِد ْينَ (البقرة‬

Artinya : “ mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan


petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka…” (Al-Baqoroh 16)

Yang dimaksud ayat diatas yaitu bukanlah perdagangan tapi kerugian


yang akan diperoleh di akhirat kelas akibat perbuatan mereka di dunia. 7

)84 ‫اآلخ ِر ْينَ (الشعراء‬ ٍ ‫ص ْد‬


ِ ‫ق ِف ْي‬ ِ َ‫ َواجْ َعلْ لِ ْي لِ َسان‬: ‫قال تعالى‬

Artinya : “ dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-
orang (yang datang) kemudian.

Yang dimaksud dengan lisana shidqin adalah penyebutan yang baik,


perkataan yang baik, serta sanjungan yang indah. Fil akhirin artinya pada
masa yang dating kemudian. 8

)24 ‫َاح ال ُّذ َّل ِمنَ الرَّححْ َم ِة (اإلسراء‬ ْ ‫ َو‬: ‫قال تعالى‬
َ ‫اخفِضْ لَهْما َ َجن‬

Artinya : “ Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan


penuh kesayangan ”

Kata tersebut secara makna dasarnya biasanya digunakan untuk burung


karena bermakna “sayap”, namun di dalam ayat tersebut digunakan untuk
orang tua sehingga maknanya pun dimaknai secara majaz.9

)24 ‫شرْ هُ ْم بِ َع َذابً أَلِ ْي ًم (اإلنشقاق‬


ِّ َ‫ فَب‬: ‫قال تعالى‬

7
Firdaus, Meirison, Hakikat dan majaz dalam Al-Qur’an dan sunnah, hlm 48
8
Kulliyatul Mu’alimat Al- Islamiyah, Balaghoh fii Al-Ilmi Bayan, hlm 99
9
Abdullah As-sudais, Al- Majaaz Inda Al-Usuliyyin Bain Al-Mujiiziin Wa Al-Maani’iin, Al-Maktabah Asy-
syamilah, hal 11
Artinya : “ Maka beri kabar gembiralah mereka dengan adzab yang pedih”

Lafadz ‫ بشر‬di dalam ayat ini biasanya digunakan untuk berita yang
menyenangkan atau menggembirakan, namun didalam ayat tersebut
digunakan untuk kabar berita yang tidak menyenangkan sama sekali yaitu
‫( عذاب أليم‬azab yang pedih) 10

Terjadinya majaz dalam hadist muncul dari Rasulullah sendiri sebagai


sumber primer, karena Rasulullah di sinilah yang sengaja mengungkapkan kata
dengan menggunakan majaz. Majaz didalam hadist didefinisikan sebagai ilmu
yang mengkaji tentang redaksi hadist yang tidak digunakan sebagaimana makna
arti aslinya, karena adanya alasan yang mengharuskan dimaknai tidak sebagaimana
makna aslinya.

Objek kajian majaz dalam hadist dapat berupa kata dan juga dapat berupa
keseluruhan redaksi hadist. Pendekatan yang dilakukan untuk memahami majaz
dalam sebuah hadist yaitu dengan pendekatan bahasa. Metode yang dilakukan
dalam mengkaji majaz dalam hadist yaitu ta’wil yaitu dengan cara pengalihan
makna hakiki ke makna majazi.

ilmu majaz dalam hadits adalah salah satu aspek yang mengkaji kualitas
matan hadits dari segi bahasa, karena fenomena bahasa yang digunakan oleh Nabi
banyak yang menggunakan ungkapan majaz, yang sulit dipahami jika tidak dilihat
dari aspek bahasa, dengan mengalihkan makna haqiqi ke makna majazi, akibatnya
kualitas matan hadits tersebut menjadi diragukan hanya karena sulit dipahami,
padahal sebetulnya secara majazi matan hadits tersebut dapat dipahami dan
diterima kualitasnya.11

Contoh majaz didalam hadist :

10
http://curatcoretnabil.blogspot.com/2012/03/majaz-dan-kinayah-dalam-al-quran.html?m=1
11
https://cahaya-al-jazirah.blogspot.com/2015/11/ilmu-majaz-hadits.html?m=1
‫صلَى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلِ ْم يَرْ ِو ْي“ ِه ع َْن في م““ا َربَّ ِه قَ““ا َل " إِ َذا‬ َ ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ع َِن النَبِ ِّي‬ ِ ‫س َر‬ ٍ َ‫ع َْن أَن‬
‫ َو إِ َذا أتَ““انِى‬.ً‫ْت ِم ْن“هُ بَاع“ا‬ ُ ‫َّب ِمنَّى ِذراَع“ا ً تَقَ“ َّرب‬َ ‫ َو إِ َذا تَقَ“ر‬.ً‫ْت إِلَ ْي ِه ِذ َراع“ا‬ َّ َ‫َّب ال َع ْب ُد إِل‬
ُ ‫ي ِش ْبرًا تَقَ َّرب‬ َ ‫تَقَر‬
ً‫" َم ْشيًا أَتَ ْيتُهُ هَرْ َولَة‬
Artinya : “Dari Anas R.A dari Nabi SAW. Tentang hadits yang diriwayatkan
Nabi dari Allah, Allah berfirman: Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku
sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta, dan jika dia mendekat kepadaku
sehasta, Aku akan kepadanya sedepa, dan jika dia datang kepada-Ku sambil
berjalan, Aku akan datang kepadanya sambil berlari”

Yang dimaksud dari hadits diatas adalah perbuatan baik yang sedikit akan
dibalas Alah dengan kebaikan yang lebih besar, hanya saja Nabi menggunakan
kata “taqarrub” (mendekat) sebagai ungkapan yang berarti “memberikan pahala”,
bukan sebagai makna aslinya, sehingga seakan-akan Tuhan “mendekat” orang
yang berbuat sesuatu yang berpahala dengan cara menggunakan
ungkapan majaz, dan perluasan makna. Berdasarkan hal ini maka setiap kata
‘taqarrub’ yang dinisbatkan kepada Allah tidak diartikan “mendekat” sebagaimana
perbuatan fisik akan tetapi diartikan sebagai sifat kemurahan Tuhan terhadap
hambanya dalam member pahala.

Adapun bunyi hadits selanjutnya “dan barang siapa yang datang


kepadaku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan
berlari” maksudnya adalah barang siapa yang berbuat taat kepada Allah walaupun
dengan cara yang sangat lambat, maka Allah akan membalasnya dengan sangat
cepat tanpa ditunda-tunda. Datang dengan berjalan adalah bentuk kiasan dari
pekerjaan yang lambat, sedangkan datang dengan berlari adalah bentuk kiasan dari
pekerjaan yang cepat, ungkapan majazi seperti ini memang sering digunakan Nabi
untuk mengungkapkan Perbuatan Tuhan yang sangat agung terhadap hambanya,
walaupun terkadang pahala yang dianugerahkan-Nya tidak harus datang sekali itu
juga tapi terkadang ditunda atas kehendaknya

BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
1. Majaz mursal adalah suatu lafaz yang dipergunakan bukan pada
makna aslinya karena adanya alaqah ghair musyabahah (hubungan
bukan perumpamaan) disertai qarinah (alasan/bukti) yang mencegahnya
dari makna asli. Majaz mursal berbeda dengan kinayah karena pada
kalimat yang berbentuk kinayah tidak harus ada qarinah yang mencegah
suatu lafaz dari makna aslinya. Dinamakan “mursal” karena ia tidak
dibatasi oleh pemaknaan tertentu.
2. Macam- macam majaz mursal : ‫( السببية‬Asababiyah), ‫المسببية‬
(Almusababiyah), ‫( الجزءية‬aljuz’iyah), ‫( الكلية‬kulliyyah), ‫ عالقة‬/ ‫اعتبار ما كان‬
‫( ماضويّة‬I’tibar maa kana/ alaqotu madhowiyah), ‫ عالقة‬/ ‫اعتبار ما يكون‬
‫( مستقبليّة‬I’tibar maa yakunu / alaqotu mustaqbalah), ‫( المحلية‬al-
mahaliyyah), ‫( الحالية‬al-haaliyah)
3. Contoh dalam Al-Qur’an
)24 ‫شرْ هُ ْم بِ َع َذابً أَلِ ْي ًم (اإلنشقاق‬
ِّ َ‫ فَب‬: ‫قال تعالى‬
Artinya : “ Maka beri kabar gembiralah mereka dengan adzab yang
pedih”
Lafadz ‫ بشر‬di dalam ayat ini biasanya digunakan untuk berita
yang menyenangkan atau menggembirakan, namun didalam ayat
tersebut digunakan untuk kabar berita yang tidak menyenangkan sama
sekali yaitu ‫( عذاب أليم‬azab yang pedih)

Contoh dalam Hadist :


َ ‫ال " إِ َذا تَقَر‬
‫َّب ال َع ْب ُد‬ َ َ‫صلَى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلِ ْم يَرْ ِو ْي ِه ع َْن َربَّ ِه ق‬َ ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َع ِن النَبِ ِّي‬ ِ ‫س َر‬ ٍ َ‫ع َْن أَن‬
ُ‫ َو إِ َذا أتَانِى َم ْشيًا أَتَ ْيتُه‬.ً‫ْت ِم ْنهُ بَاعا‬ ُ ‫َّب ِمنَّى ِذراَعا ً تَقَ َّرب‬ َ ‫ َو إِ َذا تَقَر‬.ً‫ْت إِلَ ْي ِه ِذ َراعا‬
ُ ‫ي ِش ْبرًا تَقَ َّرب‬َّ َ‫إِل‬
ً‫" هَرْ َولَة‬
Artinya : “Dari Anas R.A dari Nabi SAW. Tentang hadits yang
diriwayatkan Nabi dari Allah, Allah berfirman: Jika seorang hamba
mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya
sehasta, dan jika dia mendekat kepadaku sehasta, Aku akan
kepadanya sedepa, dan jika dia datang kepada-Ku sambil berjalan,
Aku akan datang kepadanya sambil berlari”

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami
dan mengerti materi yang telah disusun oleh pemateri. Pemateri
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar nantinya penulis dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan dari makalah ini dan menjadikan
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

As-sudais, Abdullah, Al- Majaaz Inda Al-Usuliyyin Bain Al-Mujiiziin Wa Al-Maani’iin,


Al-Maktabah Asy-syamilah.
Al- Munjid fii Al-lughoh

AhmadAl Hasyimi, Jawahirul Balaghah, (Kairo: Maktabah al- Adab, 2011)

Ayu Mulyani, Ilmu Majaz Hadist, https://cahaya-al-jazirah.blogspot.com/2015/11/ilmu-


majaz-hadits.html?m=1, diunduh pada tanggal 17 Maret 2021 pukul 06.07 WIB

Firdaus, Meirison, Hakikat dan majaz dalam Al-Qur’an dan sunnah (Sumatera Barat, 2018)

Nabil Abdurrahman, Majaz dan Kinayah dalam Al-Qur’an,


http://curatcoretnabil.blogspot.com/2012/03/majaz-dan-kinayah-dalam-al-quran.html?m=1,
diunduh pada tanggal 17 Maret 2021 pukul 06.12 WIB

Kulliyatul Mu’alimat Al- Islamiyah, Balaghoh fii Al-Ilmi Bayan

Anda mungkin juga menyukai