Anda di halaman 1dari 13

Nama : AHMAD ZAINUR ROFIQ

NIM : 2010200005
Prodi : IQT II A
Matkul : Tugas (UAS) Ilmu Balaghah

1. ISI MAKALAH

● Ilmu ma’ani bab kedua: tentang adz-Dzikr (menyebut) dan al-Hadzf


(membuang)
Apabila diharapkan mau memberi pengertian pada pendengar tentang suatu
Hukum. Maka dimana lafazh menunjukkan atas makna tersebut, Asal-nya adalah
penyebutan lafazh (al-Dzikru)
Dan dimana lafazh sudah diketahui pada suatu kalam karena penunjukannya
pada kalam lain, maka Asal-nya adalah pembuangan lafazh (al-Hadzfu).

Apabila kedua Asal (al-Dzikru dan al-Hadzfu) tersebut saling bertentangan,


maka tidak boleh merubah tuntunan salah-satu Asal kepada Asal yang lain, kecuali
karena ada ALASAN/MOTIF.

2. IJAZ, ITHNAB DAN MUSAWAH


 IJAZ
Ijaz adalah mengungkapkan kata-kata dengan lafaz yang sedikit (ringkas) tetapi
memiliki makna yang luas melebihi susunan kalimat. Ijaz terbagi menjadi dua,
yaitu Ijaz al-Qashr dan Ijaz al-Hadzf.

o Ijaz Al-Qashr
Ijaz al-Qashr adalah mengungkapkan kata-kata dengan susunan lafaz yang sedikit
dan ringkas tetapi memiliki makna yang luas dan padat (maknanya lebih luas dari
susunan kalimat).
Contoh:
)54 :‫ق َواألَ ْم ُر (اعراف‬
ُ ‫اَالَ لَهُ ْال َخ ْل‬
“...Ketahuilah milik Allah segala penciptaan dan urusan....” (QS. Al-A’rāf [7]:
54)
o Ijaz Al-Hadzf
Ijaz al-Hadzf adalah meringkas pengungkapan kata-kata dengan tidak
menyebutkan suatu lafaz atau kalimat. Jadi dalam Ijaz al-Hadzf ada lafaz atau
kalimat yang tidak disebutkan (digugurkan).
Contoh:
‫َواسْأ َ ِل ْالقَرْ يَةَ الَّتِي ُكنَّا فِيهَا‬
“Bertanyalah kepada desa yang pernah kami diami….” (QS. Yūsuf: 82)
Pada contoh pertama tidak disebutkan lafazh (‫)أهل‬, yang asalnya:
‫ َواسْأَل أهل القرية‬ 
karena seseorang tidak mungkin bertanya kepada desa. Tetapi seseorang akan
bertanya kepada penduduk (orang-orang yang berada) di desa tersebut.

 ITHNAB
Ithnab adalah mengungkapkan kata-kata dengan lafaz yang panjang dan banyak
tetapi mengandung makna yang sedikit. Ithnab adalah antonim dari ijaz. Contoh
seperti firman Allah dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 4:
‫ظ ُم ِمنِّ ْي َوا ْشتَ َع َل الر َّْأسُ َش ْيبًا‬
ْ ‫قَا َل َربِّ إنِّ ْي َوهَنَ ْال َع‬ 

 Ia berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah
ditumbuhi uban, (QS. Maryam 4).
Maksudnya ayat diatas adalah: “Saya sudah tua”.

 MUSAWAH
Musawah adalah mengungkapkan kata-kata yang sesuai antara lafaz dan
maknanya, tidak lebih dan tidak kurang. Jika salah satu dari suatu lafaz dalam
kalimat tersebut dikurangi atau dibuang atau tidak disebutkan maka akan
mengurangi maknanya.
Contoh:

ُ‫َم ْن َكفَ َر فَ َعلَ ْي ِه ُك ْف ُره‬


”Barang siapa yang kafir (ingkar) maka dia sendirilah yang menanggung (akibat)
kekafirannya itu.” (QS. Ar-Rūm [30]: 44).

3. MACAM-MACAM MAJAZ DAN SAJAK


a) MAJAZ
Majaz adalah kata yang digunakan bukan pada makna aslinya karena adanya
hubungan (alaqah) dan alasan yang menghalangi untuk difahami dengan makna
aslinya atau makna kamus. Dalam ilmu bayan, majaz dibagi menjadi dua, yaitu
majaz aqli dan majaz lughawi.
 Majaz Aqli
Majaz aqli adalah menyandarkan perbuatan (aktivitas) kepada suatu atau benda
yang bukan aslinya karena adanya ‘alaqah ghair al-musyabahah (hubungan tidak
adanya unsur kesamaan antara makna asli dan makna yang mengalami perubahan)
dan qarinah (susunan kalimat) yang mencegah terjadinya penyandaran makna ke
lafaz tersebut. Dinamakan aqli, karena majaz jenis ini bisa diketahui penunjukan
maknanya  dengan menggunakan akal.
Berikut alaqah dan qarinah dalam majaz aqli:
o As-sababiyyah
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada penyebab langsung (pelaku).
Contoh:
َ َ‫صرْ حًا لَ َعلِّي أَ ْبلُ ُغ اأْل َ ْسب‬
‫اب‬ َ ‫َوقَا َل فِرْ عَوْ نُ يَا هَا َمانُ اب ِْن لِي‬
Artinya: “Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah
bangunan yang tinggi supaya Aku sampai ke pintu-pintu” (QS. Ghafir [40]: 37).
Pada ayat ini disebutkan bahwa perbuatan (aktivitas) membangun gedung yang
menjulang disandarkan kepada seorang bernama Haman padahal ia bukan pelaku
sebenarnya. Yang membangun itu adalah para pekerja, tetapi Haman bertindak
sebagai pengawas proses pembangunan itu.
o Az-zamaniyyah
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada masa/waktu terjadinya.
Contohnya:
َ ‫نَهَا ُر ْالـ ُم ْؤ ِم ِن‬
‫م‬€ٌ ِ‫صائِ ٌم ولَ ْيلُهُ قَائ‬
Artinya: "Siangnya orang mukmin itu berpuasa dan malamnya bangun (untuk
ibadah).”
Pada contoh ini disebutkan bahwa perbuatan (aktivitas) puasa disandarkan kepada
masa/waktu yaitu “siang” padahal “siang” itu bukan pelaku sebenarnya, tetapi
yang melakukan puasa itu adalah seorang mukmin pada waktu siang hari.
o Al-Makaniyyah
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada tempat terjadinya.
Contohnya:
‫ات َع ْد ٍن تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِهَا اأْل َ ْنهَا ُر خَالِ ِدينَ فِيهَا أَبَدًا‬
ُ َّ‫َجزَا ُؤهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ْم َجن‬
Artinya: “Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga adn yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya.” (Al-Bayyinah: 8).
Pada ayat ini disebutkan bahwa perbuatan (aktivitas) mengalir disandarkan
kepada  sungai-sungai padahal sungai-sungai itu bukan pelaku sebenarnya, tetapi
yang mengalir itu adalah air-air yang bertempat di sungai-sungai.
o Al-Mashdariyyah
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada mashdarnya (kata dasar/asal).

 Majaz Lughawi
Majaz lughawi adalah kata yang tidak difahami dengan makna aslinya karena ada
alaqah dan qarinah yang mencegah makna asli. Dalam majaz lughawi, suatu makna
difahami dengan makna lain karena unsur kebahasaan. Majaz lughawi terbagi lagi
menjadi istiarah dan majaz mursal.
1. Istiarah
Istiarah adalah kata yang tidak difahami dengan makna aslinya dan mulanya uslub
tasybih yang dibuang salah satu tharafnya. Maka alaqah atau hubungan makna asli
dan makna yang dimaksud dalam istiarah adalah musyabahah.
Dari segi qarinahnya, isti’arah dibagi menjadi tashrihiyyah dan makniyyah.
o Isti’arah Tashrihiyyah
Isti’arah tashrihiyyah adalah isti’arah yang disiratkan dengan musyabbah bih.
Contoh:
‫ْت أَ َسدًا فِي ْالفَصْ ِل‬
ُ ‫ َرأَي‬ 
Artinya: Saya melihat “singa” di kelas.
Pada contoh di atas, seorang yang pemberani ( ‫ ُش َجاع‬ ‫ ) َرجُل‬diserupakan dengan (‫)أسدا‬
(singa), karena sama-sama memiliki sifat keberanian.
o Isti’arah Makniyyah
Isti’arah makniyyah adalah kalimat yang musyabbah bihnya dibuang lalu
disiratkan dengan sesuatu dari salah satu sifatnya.
Contoh:
ِ َ‫ َغ َّر َد الشاعر بِق‬  
‫ص ْيدَة‬
Pada contoh pertama, penyair diserupakan dengan burung karena sama-sama
bernyanyi yang disiratkan dengan kata (َ‫ ) َغ َّرد‬yang artinya berkicau.

 Majaz Mursal
Majaz mursal adalah suatu lafaz yang dipergunakan bukan pada makna aslinya
karena adanya alaqah ghair musyabahah (hubungan bukan perumpamaan) disertai
qarinah (alasan/bukti) yang mencegahnya dari makna asli. Majaz mursal berbeda
dengan kinayah karena pada kalimat yang berbentuk kinayah tidak harus ada
qarinah yang mencegah suatu lafaz dari makna aslinya. Dinamakan “mursal”
karena ia tidak dibatasi oleh pemaknaan tertentu.
o As-Sababiyyah
Yaitu menyebutkan sebab dan yang dimaksud adalah musabbab/akibat
‫ي يَ ٌد اَل أُ ْن ِك ُرهَا‬
َّ َ‫لِفُاَل ٍن َعل‬
Si fulan memiliki “tangan” terhadapku dan itu tidak bisa kupungkiri.
Yang dimaksud tangan adalah jasa/budi.
o Al-Musabbabiyyah
Yaitu menyebutkan akibat dan yang dimaksud adalah sebab
‫َويُنَ ِّز ُل لَ ُك ْم ِّمنَ ال َّس َمآ ِء ِر ْزقًا‬
Dan Dia menurunkan untukmu “rezeki” dari langit. (Ghafir: 13)
Yang dimaksud rezeki adalah hujan.
o Al-Juz’iyyah
Yaitu menyebutkan sebagian dan yang dimaksud adalah keseluruhan
‫ر َرقَبَ ٍة ُم ْؤ ِمنَ ٍة‬€ُ ‫فَتَحْ ِري‬
(Hendaklah) ia memerdekakan leher seorang hamba sahaya yang beriman (An-
Nisa: 92).
Yang dimaksud leher pada ayat di atas adalah seluruh badan.
o Al-Kulliyah
Yaitu menyebutkan keseluruhan dan yang dimaksud adalah sebagian
َ َ‫َج َعلُوا أ‬
‫صابِ َعهُ ْم فِي آ َذانِ ِه ْم‬
Mereka memasukkan jari-jari mereka ke dalam telinganya (Nuh: 7)
Yang dimaksud jari tersebut adalah hanya ujung jari saja.
o Al-Mahaliyyah
Yaitu menyebutkan tempat dan yang dimaksud adalah hal
‫َواسْأ َ ِل ْالقَرْ يَةَ الَّتِي ُكنَّا فِيهَا‬
Tanyakan kepada desa yang tadi kita datangi! (Yusuf: 82)
Yang disebutkan desa dan yang dimaksud adalah penduduk desa.
o Al-Haliyyah
Yaitu menyebutkan hal dan yang dimaksud adalah tempat
‫ر لَفِ ْي نَ ِعي ٍْم‬€َ ‫إِ َّن اأْل َب َْرا‬
Sesungghnya orang-orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan
(Al-Muthaffifin: 22).
Yang dimaksud dengan kenikmatan adalah surga.
o Itibar Ma Kana
Yaitu menyebutkan yang terjadi dan yang dimaksud adalah yang akan datang
‫َوآَتُوا ْاليَتَا َمى أَ ْم َوالَهُ ْم‬
Dan berikanlah kepada anak-anak yatim harta mereka! (An-Nisa’: 2)
Yang disebutkan anak yatim dan yang dimaksud ketika baligh.
o Itibar Ma Yakunu
Yaitu menyebutkan yang terjadi dan yang dimaksud adalah sesuatu yang
sebelumnya
ِ ‫ال أَ َح ُدهُ َما إِنِّي أَ َرانِي أَ ْع‬
‫ص ُر َخ ْمرًا‬ َ َ‫ان ق‬
ِ َ‫َو َد َخ َل َم َعهُ السِّجْ نَ فَتَي‬
Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda.
berkatalah salah seorang diantara keduanya: "Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa
aku memeras arak” (Yūsuf: 36)
Yang dimaksud arak pada ayat di atas adalah anggur.

b) SAJAK
As-saja‘ adalah kesamaan huruf akhir pada dua fashilah atau susunan kalimat.Yang
dimaksud fashilah bisa bait, ayat, kalimat, atau penggalan kalimat.
Saja’ terbagi tiga:
1. Saja’ Mutharraf
Yaitu dua fasilah yang berbeda wazannya tapi sama huruf akhirnya.
Contoh seperti firman Allah SWT:
ْ َ‫ َو قَ ْد َخلَقَ ُك ْم أ‬،‫َمالَ ُك ْم الَ تَرْ جُوْ نَ هللِ َوقَارًا‬
‫ط َوارًا‬
Artinya: “Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia
Sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.” (Q.S
Nuh:13-14).
Kata (‫)وقَارًا‬ ْ َ‫ )أ‬tapi sama-sama diakhiri huruf “ra”.
َ beda wazan (€‫ط َوا ًرا‬
2. Saja’ Mutawazi
yaitu saja’ yang terdapat kesesuaian pada kata terakhirnya saja. Kalau saja’
mutharraf yang sama adalah huruf terakhirnya saja, kalau saja’ mutawazi yang
sama adalah kata terakhirnya.
Contoh:
ٌ‫ َوأَ ْك َوابُ َّموْ ضُو َعة‬،ٌ‫فِ ْيهَا ُسرُوْ ُر َّمرْ فُوْ َعة‬
Artinya: “Di dalamnya ada tahta-tahta yang ditinggikan. dan gelas-gelas yang
terletak (di dekatnya).” (Q.S Al-Ghasyiyah: 13-14)
Kata (ٌ‫ ) َمرْ فُوْ َعة‬dan (ٌ‫ ) َموْ ضُو َعة‬terdapat keseimbangan dalam wazannya.
3. Saja’ Murashsha’
yaitu saja’ yang seluruh atau sebagian besar lafadz-lafadzdari salah satu
rangkaiannya semisal bandingannya dari rangkaian yang lainya dalam wazan dan
kofiahnya.
Contoh syairkarya Al-Hariri:
‫ع األَ ْس َما َع بِ َز َوا ِح ِر َو ْع ِظ ِه‬ ْ َ‫ه َُو ي‬
َ ‫طبَ ُع األَس‬
ُ ‫ َويَ ْق َر‬،‫ْجا َع بِ َج َوا ِه ِر لَ ْف ِظ ِه‬
Artiya: Dia mencetak sajak-sajak dengan permata ucapannya dan mengetuk
pendengaran dengan teguran-teguran nasehatnya.
Keseimbangan kata dan wazan terdapat pada kata (ُ‫ع‬€َ‫طب‬ ْ َ‫ )ي‬dengan (ُ‫ َرع‬€‫)يَ ْق‬, kata (
‫ْجا َع‬َ ‫ )األَس‬dengan (َ‫)األَ ْس َماع‬, kata (‫ )بِ َج َوا ِه ِر‬dengan (€‫اح ِر‬ َ ِ‫)ب‬, dan kata (‫ )لَ ْف ِظ ِه‬dengan (
ِ ‫زَو‬
‫)و ْع ِظ ِه‬.
َ
‫ت‬ ِّ ‫ َوإِ َذا ْال ِع َشا ُر ُع‬،‫ت‬
ْ َ ‫طل‬ ْ ‫َوإِ َذا ْال ِجبَا ُل ُسيِّ َر‬
Artinya: “dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang
bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan).” (QS. At-Takwir: 3-4).
ْ dengan (‫)ال ِع َشا ُر‬,
Keseimbangannya terdapat pada kata ( ‫)ال ِجبَا ُل‬ ْ dan (‫ت‬
ْ ‫ ) ُسي َِّر‬dengan (
ْ َ‫) ُعطِّل‬.
‫ت‬

4. TASYBIH, KINAYAH, KHABAR DAN INSYAA


 Tasybih
Menurut bahasa tasybih berarti tasmtsil ( ‫ ٌل‬€ ‫ )تَ ْمثِ ْي‬yang artinya penyerupaan atau
perumpamaan. Sedangkan menurut istilah adalah menjelaskan bahwa suatu perkara
bersekutu dengan yang lainnya dalam satu sifat atau lebih dengan menggunakan
perantara yaitu kaf (‫ )ك‬dan sejenisnya baik secara tersurat maupun tersirat. Contoh:
‫خَالِ ٌد َكاأْل َ َس ِد فِي ال َّش َجا َع ِة‬
Artinya: "Khalid seperti singa dalam keberanian”.
ً‫قلبُهُ كالحجار ِة قَسْوةً وصالبة‬
Artinya: “Hatinya seperti batu dalam keras dan kuatnya.”
Dari contoh yang pertama didapati bahwa khalid diserupakan dengan singa karena
keduanya mempunyai sifat yang sama yaitu sama-sama berani. Disyaratkan pula
bahwa musyabbah bih itu lebih kuat daripada musyabbah.
 Kinayah
Kinayah adalah lafadz yang disampaikan dan yang dimaksud adalah kelaziman
maknanya, disamping juga yang dimaksud pada makna yang sebenarnya.
contoh kinayah dari sya’ir maupun dari Al-Qur’an:
ِ َ‫َوا ْم َرأَتُهُ َح َّمالَةَ ْال َحط‬
‫ب‬
Artinya: Dan (begitu pula) istrinya (istri Abu Lahab), pembawa kayu bakar.
Pembawa kayu bakar diartikan penyebar fitnah. Istri Abu Lahab disebut pembawa
kayu bakar karena dia selalu menyebar-nyebarkan fitnah untuk memburuk-
burukkan nabi Muhammad s.a.w. dan kaum Muslim.

 Khobar
Kalam khabari adalah pernyataan yang mengandung kebenaran dan kebohongan.
Kalam Khabari adalah kalimat yang pembicaranya dapat dikatakan sebagai orang
yang benar apabila sesuai dengan kenyataan dan pembohong apabila berlainan
dengan kenyataan.
o Khabar Ibtidai
Khabar ibtidai adalah apabila mukhatab tidak mengetahui tentang berita tersebut
dan berita yang disampaikan tidak perlu menggunakan taukid. Contoh:
َ ْ‫أَبُو‬
ٌ‫ك َم ِريْض‬
Artinya: Ayahmu sakit.
o Khabar Thalabi
Khabar thalabi adalah apabila mukhathab ragu-ragu atau bingung mengenai
kebenaran suatu berita dan diharapkan mukhathab menjadi yakin akan kebenaran
berita tersebut. Berita yang disampaikan lebih baik menggunakan taukid. Contoh:
َ ‫إِ َّن أَبَا‬
ٌ‫ك َم ِريْض‬
Artinya: sesungguhnya ayahmu sakit.
o Khabar Inkari
Khabar inkari adalah apabila mukhathab mengingkari kebenaran suatu pernyataan
yang disampaikan. Dalam khabar inkari harus menggunakan taukid lebih dari satu
terganting tingkat keingkaran mukhathab. Contoh:
َ ‫إِ َّن أَبَا‬
ٌ‫ك لَ َم ِريْض‬
َ ‫َوهللاِ إِ َّن أَبَا‬
ٌ‫ك لَ َم ِريْض‬
Artinya: sesungguhnya ayahmu sakit | Demi Allah, sesungguhnya ayahmu sakit.

 Insya
Macam-macam Kalam Insyai
Kalam Insyai dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
A. Kalam Insyai Thalabi
Yaitu sesuatu yang mengandung permintaan yang hasilnya tidak terwujudkan
secara langsung pada waktu permintaan. Kalam insyai thalabi berbentuk perintah,
larangan, pertanyaan, pengharapan, dan panggilan.
Di bawah ini akan dibahas secara rinci sebagai berikut:
o Al-Amr (‫)األمر‬
Al-Amru adalah menuntut suatu perbuatan dari orang yang lebih tinggi
kedudukannya  kepada orang yang lebih rendah. Adapun perintah bisa bernbentuk:
- Shighat fi’il amar
Contoh:
ِ ‫ بَ ْينَ طَ ْع ِن ْالقِنَا َو َخ ْف‬#  ‫ت َوأَ ْنتَ َك ِر ْي ٌم‬
‫ق البُنُوْ ِد‬ ْ ‫َز ْي ًزا أَوْ ُم‬
ِ ‫ِعشْ ع‬
Artinya: Hiduplah mulia atau matilah  terhormat  #  Antara tusukan tombak dan 
kibaran bendera perang.
o An-Nahyu (‫)النهي‬
An-Nahyu adalah menuntut untuk tidak melakukan suatu perbuatan dari orang
yang lebih tinggi kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. An-nahyu hanya
memiliki satu bentuk yaitu shighat fi’il mudhari’ yang didahului la nahyi. Contoh:
€‫اَل تَأْ ُكلْ قَائِ ًما‬
Artinya: Jangan makan sambil berdiri.
o Al-Istifham (‫)االستفهام‬
Istifham artinya pertanyaan atau meminta berita atau pernyataan. Ada beberapa
kata yang dipakai untuk bertanya, diantaranya:
ْ‫ أَي‬،‫ أَنَّى‬، َ‫ أَ ْين‬، َ‫ َك ْيف‬، َ‫ أَيَّان‬،‫ َك ْم‬،‫ َمتَى‬،‫ أ‬، ْ‫ هَل‬،‫ َم ْن‬،‫َما‬
Ada 2 hal yang ingin dicapai oleh pertanyaan, yaitu at-tashdiq dan at-tasawwur.
- At-tashdiq, yaitu untuk membenarkan suatu pernyataan dan jawabannya antara
“ya” atau “tidak”.
- At-Tasawwur, yaitu mengetahui atau menentukan sesuatu dari 2 hal atau lebih.
Berikut beberapa kata yang digunakan sebagai istifham:
- Hamzah
Hamzah bisa dipakai untuk at–tasawwur atau at-tashdiq. Ketika hamzah digunakan
untuk at-tasawwur diikuti oleh (‫ )أم‬yang terletak antara dua kata pembanding.
Contoh:
‫ر أَ ْم أَحْ َمدُ؟‬€ٌ ِ‫أَ َمحْ ُموْ ُد ُم َساف‬
Artinya: Apakah Mahmud yang bepergian atau Ahmad?
o At-Tamanni (‫)التمني‬
At-tamanni adalah mengharap sesuatu yang sulit atau mustahil terjadi. Lafaz yang
dipergunakan untuk at-tamanni yaitu (‫)ليت‬, bisa juga menggunakan ( ْ‫)هَل‬, ( ْ‫)لَو‬, dan (
‫)لَ َع َّل‬. Contoh:
‫فَهَلْ لَّنَا ِم ْن ُشفَ َعا ِء فَيَ ْشفَعُوْ ا لَنَا‬
Artinya: “… Maka adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan memberi syafaat
bagi kami….” (QS. Al-A‘rāf [7]: 53)
َ‫فَلَوْ أَ َّن لَنَا َك َّرةً فَنَ ُكوْ نَ ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِ ْين‬
Artinya: “Maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami
menjadi orang-orang yang beriman.” (QS. Asy-Syu‘arā’ [26]: 102)
o An-Nida (‫)النِّدا َء‬
An-Nida adalah meminta seseorang untuk menghadap dengan menggunakan huruf
yang mengganti fi‘il ( ْ‫ )أَ ْد ُعو‬atau ( ْ‫)أُنَا ِدي‬. Adat an-nida ada 8, yaitu:
"‫ "وا‬،"‫ "هيَا‬،"‫ "آي" "أَيا‬،"‫ "آ‬،"‫ "يَا‬،"‫ "أي‬،ُ‫ْالهَ ْم َزة‬
Adat an-nida hamzah dan (‫ )أي‬untuk memanggil yang dekat dan yang lainnya
untuk memanggil jauh. Contoh:
‫يَا ُم َح َّم ُد‬
Artinya: Wahai Muhammad.
Terkadang adat an-nida qorib digunakan yang jauh karena merasa dekat. Adapula
adat an-nida baid digunakan untuk yang dekat karena untuk menghormati.
B. Kalam Insyai Ghair Thalabi
Kalam insyai ghair thalabi adalah kalam yang tidak mengandung permohonan
yang hasilnya tidak terwujudkan secara langsung pada waktu permohonan. Yang
termasuk kalam insyai ghair thalabi diantaranya:
o At-Ta‘ajjub(‫)التعجب‬
At-ta’ajjub adalah ungkapan yang menunjukkan rasa heran/kagum. Contoh:
‫َما أَجْ َم َل ال َّس َما َء‬
Artinya: Alangkah indahnya langit itu
o Al-Qasam(‫)القسم‬
Al-qasam adalah ungkapan sumpah dengan menggunakan 3 huruf sumpah, yaitu (
‫)الواو‬, (‫)الباء‬, dan (‫)التاء‬. Contoh:
‫ تاهلل‬، ‫ باهلل‬، ‫وهللا‬ 
Artinya: Demi Allah.
o At-Tarajji(‫)الترجى‬
At-Tarajji adalah mengharap sesuatu yang mungkin terjadi. Contoh:
‫َو َع َسى أَ ْن تَ ْك َرهُوْ ا َش ْيئًا َوهُ َو َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم‬
Artinya: ”Boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal itu baik bagi kalian.” (QS.
Al-Baqarah [2]: 216)
ٌ‫لَ َع َّل السَّا َعةَ قَ ِريْب‬
Artinya: Semoga hari Kiamat itu dekat/cepat tiba.
o Fi‘il al-Madh dan adz-Dzamm
Adalah  fi‘il yang dipergunakan untuk memuji dan mencela. Contoh:
ٌ‫نِ ْع َم ْال َع ْب ُد أَ َّواب‬
Artinya: Sebaik-baik hamba adalah yang banyak bertobat.
ُ‫ق ْال َك ِذب‬
ُ ُ‫س ْال ُخل‬
َ ‫بِ ْئ‬
Artinya: Sejelek-jelek prilaku adalah berdusta.

Anda mungkin juga menyukai