Anda di halaman 1dari 7

A.

Pendahuluan

1. Pengertian Majaz
Kata “majaz” diambil dari fi’il madhi ‫ز ج ا‬, artinya melewati. Para ulama
menamakan suatu lafaz yang dipindahkan dari makana yang asalnya dengan perkataan
majaz karena mereka melewatkan lafaz tersebut dari makna aslinya

Sedangkan arti majaz dalam istilah ilmu balaghah ialah:


‫ِق‬ ‫الّساب‬ ‫ْعَنى‬ ‫لمجاز هو اللفظ الُم سَتْع َم ٌل ِفي َغْيِر َم ا ُوِضَع له لعاَل قٍة مع َقِرْيَنٍة َم ا ِنَعٍة ِم ن ِاَر اَد ِة َم‬
‫ال‬
“Majaz ialah lafaz yang digunakan pada selain arti yang ditetapkan karena
adanya persesuaian serta qarinah (pertanda) yang mencegah untuk menghendaki
makna aslinya”

Kalau kita mengatakan “saya melihat singa di hutan”, maka makna singa pada
kalimat tersebut adalah jelas, yaitu binatang pemangsa paling buas. Tetapi kalau kita
mengucapkan “saya melihat singa di madrasah”, maka makna singa tidak mungkin
pemangsa yang paling buas, karena ada qarinah (pertanda) yaitu di madrasah. Sedangkan
singa lazimnya berada di hutan dan mustahil ia berada di madrasah. Karena itu pasti kata
“singa” pada kalimat tersebut dimaknai seorang manusia. Lalu apakah hubungannya
manusia dengan singa? Sifat yang paling menonjol dari singa adalah berani. Jadi,
“singa” dalam kalimat tersebut diartikan seorang manusia yang memiliki sifat pemberani
seperti singa. Kata “singa” tersebut adalah majaz dalam kategori isti’arah. Persesuaian
(’alaqah) antara makna haqiqi dan makna majaz terkadang “musyabahah”, artinya
penyerupaan. Bila persesuaian itu merupakan penyerupaan, maka makna majaz disebut
“isti’arah” (‫)االستعارة‬dan jika bukan penyerupaan, maka disebut majaz mursal ((‫المجاز‬
‫ المرسل‬Adapun qarinah atau pertanda yang menunjukkan artiyang dikehendaki, kadang-
kadang berupa lafaz yang diucapkan atau lafzhiyyah ((‫اللفظية‬dan kadang-kadang berupa
keadaan atau haliyyah ((‫الحالية‬sebagaimana akan diterangkan.
Secara umum Ali al-Jarimi dan Musthafa Usman membagi majaz menjadi dua
macam, yaitu majaz lughawi dan majaz ’aqliy. Majaz lughawi dilihat dari ’alaqah-nya
terbagi menjadi dua bagian, yaitu isti’arah dan majaz mursal

2. Pengertian alaqah

‫الملناسبة بين الملعنى الملنقول عنه والملنقول إليه‬

Persesuaian antara makna yang dipindahkan dan makna yang dipindahi.”


Disebut ’alaqah karena dengan hal itu makna yang kedua dapat berkait dan bersambung dengan
makna yang pertama. Dengan demikian hati langsung berpindah dari makna yang pertama
menuju makna yang kedua. Dengan diisyaratkannya melihat persesuaian, maka dikecualikan
ucapan yang keliru atau Ghalath. Seperti ucapan, “ambillah buku ini”, dengan mengisyaratkan
kepada seekor kuda misalnya. Sebab dalam contoh ini tidak ada persesuaian yang bisa dilihat.
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa ’alaqah adakalanya penyerupaan dan adakalanya bukan
penyerupaan. ’alaqah merupakan penyerupaan terdapat dalam isti’arah sedangkan ’alaqah yang
bukan penyerupaan terdapat dalam majaz mursal dan majaz ’aqliy. ’Alaqah yang bukan
penyerupaan ada beberapa macam. Diantara macam-macam itu ada yang khusus terdapat pada
majaz mursal, ada yang khusus terdapat pada majaz aqliy dan ada pula yang bisa berlaku pada
kedua macam majaz tersebut.

3. Pengertian Qarinah

‫االمر الذي يجعله المتكلم دليال على أنه أراد باللفظ غيرما وضع له‬
“Perkara yang dijadikan oleh mutakallim sebagai petunjuk bahwa ia menghendaki
dengan suatu lafaz itu pada selain makna aslinya”.
Dengan dikecualikannya pertanda atau qarinah dengan ketentuan “menghalangi untuk
menghendaki makna asli”, maka dikecualikan bentuk “kinayah”
Sebab kinayah mempunyai qarinah yang tidak menghalangi untuk menghendaki makna asli.
Qarinah itu ada kalanya lafzhiyyah dan ada kalanya haliyyah. Qarinah disebut lafzhiyyah
apabila qarinah-nya diucapkan dalam susunan kalimat. Contohnya ialah seperti ucapan kita aku
melihat seekor singa di madrasah. Qarinah-nya ialah lafaz madrasah. Karena singa yang
sebenarnya mustahil berada di madrasah jadi kalimat tersebut adalah majaz (isti’arah) yang
qarinah-nya adalah lafzhiyyah.

Qarinah disebut sebagai haliyyah, apabila qarinah hanya dipahami dari keadaan mutakallim
atau dari kenyataan yang ada. Contohnya ialah firman Allah
mereka menjadikan jari-jari mereka di dalam telinga mereka. Qarinah dari ayat ini tidak
dipahami dari lafaz-lafaznya melainkan dari keadaannya saja bahwa mustahil memasukkan jari
ke dalam telinga. Karena itu qarinah-nya disebut haliyyah.

4. Pengertian Majaz Mursal


‫َك ِلَم ٌة اْس ُتْع ِم َلْت ِفي َغْيِر َم ْعَناَها اَألْص لِّي ِلَع اَل َقٍة َغْيِر اْلُم َش اَبَهِة َم َع َقِر ْيَنٍة َم اِنَعٍة ِم ْن ِإَر اَد ِة اْلَم ْعَنى اَأْلْص لِّي‬

Majaz mursal adalah suatu lafaz yang dipergunakan bukan pada makna aslinya karena
adanya alaqah ghair musyabahah (hubungan bukan perumpamaan) disertai qarinah (alasan/bukti)
yang mencegahnya dari makna asli. Majaz mursal berbeda dengan kinayah karena pada kalimat
yang berbentuk kinayah tidak harus ada qarinah yang mencegah suatu lafaz dari makna
aslinya. Dinamakan “mursal” karena ia tidak dibatasi oleh pemaknaan tertentu.

Majaz ini dinamakan Mursal karena lafaz ‫ إرسال‬artinya menurut bahasa adalah ‫ إطالق‬yang
berarti terlepas. isti’arah terikat karena adanya dakwaan penyatuan makna musyabbah bih.
Sedangkan majaz mursal terlepas dari ikatan tersebut. Dikatakan pula bahwasanya majaz ini
dinamakan mursal karena terlepasnya dari ikatan (taqyid) dengan persesuaian khusus, tetapi
majaz ini mempunyai persesuaian-persesuaian yang banyak dibandingkan dengan isti’arah yang
hanya mempunyai satu persesuaian yaitu musyabbah (perserupaan).
5. Alaqah dan qarinah Majaz Mursal
Dalam majaz mursal terdapat banyak alaqah dan juga qarinahnya yang banyak, di
antaranya:
1. As-Sababiyyah (‫)السببية‬
‫ِذ ْك ُر الَّس َبِب َو ِإَر اَد ُة اْلُمَس َّبِب‬
Yaitu menyebutkan sebab dan yang dimaksud adalah musabbab/akibat.Penggunaan suatu
lafaz yang arti aslinya adalah “sebab” terjadinya sesuatu, tetapi makna yang dimaksudkan adalah
“musabbab” atau akibat dari sebab itu. Contoh:
‫ِلُفاَل ٍن َع َلَّي َيٌد اَل ُأْنِكُرَها‬
Artinya: Si fulan memiliki “tangan” (jasa) terhadapku dan itu tidak bisa kupungkiri.
‫ ُأَع ُّد ِم ْنَها َو اَل ُأَع ِّدُد ُه‬# ‫َلُه َأياٍد َع َلَّي َس اِبَغ ٌة‬
Artinya: "Dia sering memberi “tangan” kepadaku. Sehingga aku merupakan bagian
darinya dan aku tidak mampu menghitung (pemberiannya)”
Dari dua contoh di atas, ada kata ( ‫ )َي ٌد‬dan ( ‫ )َأياٍد‬yang artinya tangan. Namun yang
dimaksud pada kedua ungkapan di atas adalah sesuatu yang dihasilkan oleh tangan yakni berupa
pemberian, jasa, sedekah, dll. Qarinahnya adalah seseorang tidak memiliki tangan orang lain.
Jadi, maksudnta adalah "tangan yang menyebabkan terwujudnya suatu pemberian atau nikmat."

2. Al-Musabbabiyyah (‫)المسببية‬
‫ِذ ْك ُر اْلُمَس َّبِب َو ِإَر اَد ُة الَّس َبِب‬
Yaitu menyebutkan sebab dan yang dimaksud adalah musabbab/akibat. Penggunaan
suatu lafaz yang arti aslinya adalah musabbab atau akibat, tetapi makna yang dimaksudkan
adalah “sebab” terjadinya sesuatu. Contoh:
‫ُهَو اَّلِذ ي ُيِريُك ْم َآَياِتِه َو ُيَنِّز ُل َلُك ْم ِم َن الَّسَم اِء ِر ْز ًقا َو َم ا َيَتَذَّك ُر ِإاَّل َم ْن ُيِنيُب‬
Artinya: “Dia-lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya
danmenurunkan untukmu rezki dari langit. dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang
yang kembali (kepada Allah). (QS. Ghafir [40]: 13)
Lafaz (‫ )ِر ْز ًقا‬yang artinya rezeki dipergunakan dengan makna (‫ )َغْيًثا‬yang artinya hujan,
karena rezeki yang berupa buah-buahan dan tanaman itu tumbuh disebabkan adanya air hujan.
Air hujan menjadi penyebab rezeki itu tumbuh. Qarinahnya adalah tidak mungkin langit
menurunkan secara langsung rezeki dalam bentuk buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan. Artinya
rezeki yang merupakan akibat dari adanya sebab yaitu hujan.

3. Al-Juz’iyyah (‫)الجزئية‬
‫ِذ ْك ُر اْلُج ْز ِء َو ِإَر اَد ُة اْلُك َّل‬
Yaitu menyebutkan sebagian sedangkan yang dimaksud adalah keseluruhan. Alaqah
juz’iyyah ialah suatu lafaz yang arti aslinya adalah sebagian, tetapi makna yang dimaksudkan
adalah keseluruhan. Contohnya dalam firman Allah:
‫َو َم ا َك اَن ِلُم ْؤ ِم ٍن َأْن َيْقُتَل ُم ْؤ ِم ًنا ِإاَّل َخ َط ًأ َو َم ْن َقَت َل ُم ْؤ ِم ًن ا َخ َط ًأ َفَتْح ِريُر َر َقَب ٍة ُم ْؤ ِم َن ٍة َو ِدَي ٌة ُمَس َّلَم ٌة ِإَلى َأْهِل ِه ِإاَّل َأْن‬
‫َيَّصَّد ُقوا‬
Artinya: “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain),
kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena
tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga
terbunuh) bersedekah….” (QS. an-Nisa’ [4]: 92)
Kata ( ‫ )َر َقَبٍة‬yang artinya leher dipergunakan dengan makna hamba secara keseluruhan.
Qarinahnya tidak mungkin memerdekakan sebagian dari anggota tubuhnya yaitu leher saja,
tetapi yang dimerdekakan adalah seluruh anggota tubuh seorang.

4. Al-Kulliyah (‫)الكلية‬
‫ِذ ْك ُر اْلُك َّل َو ِإَر اَد ُة اْلُج ْز ِء‬
Yaitu menyebutkan keseluruhan sedangkan yang dimaksud adalah sebagian.Contohnya,
Firman Allah ketika mengisahkan tentang Nabi Nuh yang berdakwah kepada kaumnya tetapi
sebagian dari mereka tidak mau beriman. Sikap mereka yang menolak dakwah Nabi Nuh dengan
cara menutup telinga mereka dengan jari-jari tangan:
‫َو ِإِّني ُك َّلَم ا َدَعْو ُتُهْم ِلَتْغ ِفَر َلُهْم َجَع ُلوا َأَص اِبَع ُهْم ِفي َآَذ اِنِه ْم َو اْسَتْغ َش ْو ا ِثَياَبُهْم َو َأَص ُّر وا َو اْسَتْك َبُروا اْس ِتْك َباًرا‬
Artinya: “Dan Sesungguhnya setiap kali Aku menyeru mereka (kepada iman) agar
Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan (anak jari mereka ke dalam telinganya dan
menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri
dengan sangat.” (QS. Nuh [71]: 7).
Lafaz ( ‫ )َأَص اِبَع ُهْم‬yang artinya jari-jari tangan pada ayat di atas maksudnya adalah ( ‫)اَألَناِم ُل‬
yang artinya ujung jari. Qarinahnya karena seseorang tidak mungkin memasukkan semua jari
tangannya ke dalam telinganya, tetapi yang dimasukkan adalah ujung jari.

5. Al-Mahaliyyah (‫)اْلَم َح اِلَّية‬


‫ِذ ْك ُر اْلَم َح اِل َو ِإَر اَد ُة اْلَح اِل‬
Yaitu menyebutkan tempat dan yang dimaksud adalah hal atau yang ada di tempat itu.
Contoh:
‫َو اْس َأِل اْلَقْر َيَة اَّلِتي ُكَّنا ِفيَها‬
Artinya: “Tanyakan kepada desa yang tadi kita datangi!” (QS. Yusuf: 82) Disebutkan
desa tapi yang dimaksud adalah penduduk desanya.

6. Al-Haliyyah (‫)اْلَح اِلَّية‬


‫ِذ ْك ُر اْلَح اِل َو ِإَر اَد ُة اْلَم َح اِل‬
Yaitu menyebutkan hal atau keadaan dan yang dimaksud adalah tempatnya.
Contoh:
‫ِإَّن اَأْلْبَر اَر َلِفي َنِع يٍم‬
Artinya:“Sesungghnya orang-orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam
kenikmatan.” (QS. Al-Muthaffifin: 22) . Yang dimaksud dengan kenikmatan pada ayat tersebut
adalah tempatnya kenikmatan yaitu surga.

7. I‘tibarr Ma Kana ( ‫)ِاْع ِتَباُر َم ا َك اَن‬


‫ِاْع ِتَباُر َم ا َك اَن َو ِإَر اَد ُة َم ا َيُك ْو ُن‬
Yaitu menyebutkan sesuatu yang lalu atau sudah terjadi dan yang dimaksud adalah
sesuatu yang akan datang. Contohnya dalam firman Allah yang mengisahkan tentang
pengembalian harta anak yatim yang sebelumnya diamanahkan kepada pengasuhnya:
‫َو َآُتوا اْلَيَتاَم ى َأْم َو اَلُهْم‬
Artinya: “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka.”
(QS. an-Nisa’ [4]: 2)
Kata (‫ )اْلَيَتاَم ى‬berarti anak yatim yang dalam masa kanak-kanak sedangkan yang dimaksud
ayat di atas adalah yatim yang sudah memasuki masa baligh. Qarinahnya adalah seorang anak
yatim dipastikan masih berumur kecil dan belum baligh sehingga ia tidak bisa diserahkan harta
benda milik orang tuanya, karena ia tidak bisa membelanjakannya dengan baik dan benar.

8. I’tibar Ma Yakun ( ‫)ِاْع ِتَباُر َم ا َيُك ْو ُن‬


‫ِاْع ِتَباُر َم ا َيُك ْو ُن َو ِإَر اَد ُة َم ا َك اَن‬
Yaitu menyebutkan sesuatu yang akan terjadi dan yang dimaksud adalah sesuatu yang
telah terjadi. Maksudnya adalah menyebutkan sesuatu tetapi maksudnya adalah sesuatu yang
terjadi sebelumnya. Contoh:
‫َو َد َخ َل َم َع ُه الِّسْج َن َفَتَياِن َقاَل َأَح ُدُهَم ا ِإِّني َأَر اِني َأْع ِص ُر َخ ْم ًرا‬
Artinya: “Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda.
berkatalah salah seorang diantara keduanya: "Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras
arak." (QS. Yūsuf [12]: 36)
Kata (‫ )َخ ْم ًرا‬yang artinya arak sedang yang dimaksud adalah (‫ )َع ِص ْيرا‬yang artinya sari atau
perasan. Qarinahnya adalah arak itu tidak diperas tetapi yang diperas adalah buah anggur yang
menghasilkan jus atau sari yang selanjutnya dicampur dengan zat-zat lain sehingga berubah
menjadi khamar.

B.Pembahasan

Contoh majaz mursal dalam juz 30

a) ‫العالقة الحالية‬
1. Surah al muthaffifin ayat 22
‫ِإَّن اَأْلْبَر اَر َلِفي َنِع يٍم‬
Artinya:“Sesungghnya orang-orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam
kenikmatan.” (QS. Al-Muthaffifin: 22) .Yang dimaksud dengan kenikmatan pada ayat tersebut
adalah tempatnya kenikmatan yaitu surga.

2. Surah Al-Fajr ayat 27


‫َيٰٓـَأَّيُتَها ٱلَّنۡف ُس ٱۡل ُم ۡط َم ِئَّنُة‬
Artinya: ”wahai jiwa yang tenang! “. Yang dimaksud tenang adalah, jiwa yang berada
dalam ridha Allah yaitu jiwa yang tentram dan meyakinkan

3. Surah At-Tin ayat 1

‫َو الِّتْيِن َو الَّز ْيُتْو ِۙن‬


Artinya : “Demi buah tin dan buah zaitun” yang dimaksud adalah menjelaskan hal atau
keadaan yg dimaksud adalah tempatnya, maksudnya ialah mengenai tempat tumbuh buah tin
yaitu di damaskus dan buah zaitun tumbuh di yerussalem

b) ‫العالقة الملحالية‬
1. Surah Al-A’la ayat 12
‫اَّلِذ ْي َيْص َلى الَّناَر اْلُك ْبٰر‬
Artinya : (yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar. Api yang dimaksud adalah
siksaan api neraka yang sangat pedih

2. Surah Al-Alaq ayat 17


‫َفْلَيْدُع َناِدَيُه‬
Artinya : Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), maksud (
‫ )النادي‬yakni majelis tempat berkumpul orang-orang untuk memusyawarahkan suatu perkara

3. Surah al-qoriah ayat 7


‫َف ُه َو ِف ي ِع ي َش ٍة َر ا ِض َيٍة‬
Artinya : Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Maksudnya adalah ia
berada dalam surga. Yaitu tempat yang memuaskan untuk kehidupan yang abadi.

c) ‫العالقة الجزئية‬

1. Surah An-Naba’ ayat 40

‫ِإَّنٓا َأنَذۡر َٰن ُك ۡم َع َذ اٗب ا َقِر يٗب ا َيۡو َم َينُظُر ٱۡل َم ۡر ُء َم ا َقَّد َم ۡت َيَداُه َو َيُقوُل ٱۡل َك اِفُر َٰي َلۡي َتِني ُك نُت ُتَٰر َۢب ا‬
Artinya: Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (orang kafir) azab
yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya;
dan orang kafir berkata, "Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah." Maksud
“kedua tangan” disini bukan hanya kedua tangan saja melainkan seluruh anggota badan.

2. Surah Abasa ayat 15

‫ِب َأْي ِد ي َس َف َر ٍة‬


Artinya: Ditangan para penulis (malaikat). Maksudnya adalah bukan
hanya dengan tangannya saja tetapi seluruh anggota tubuhnya.

3. Surah Al-Infithar ayat 8


‫ِفٓى َأِّى ُصوَرٍة َّم ا َشٓاَء َر َّك َبَك‬
Artinya : Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.
Maksudnya ialah Allah tidak membentuk tubuh manusia saja, melainkan Allah
membentuk seluruh yang ada pada manusia seperti rezekinya, jodoh, maut, dan lainnya.

4. Surah Al-Ghashiyyah ayat 2


‫ُو ُجوٌه َيْو َم ِئٍذ َٰخ ِش َع ٌة‬
Artinya : Banyak muka pada hari itu tunduk terhina. Maksudnya adalah seluruh
anggota tubuhnya

5. Surah Al-Lahab ayat 1


‫َتَّب ْت َي َد ا َأ ِب ي َل َهٍب َو َتَّب‬
Artinya : “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan
binasa.” Maksudnya yang binasa bukan hanya kedua tangannya saja melainkan seluruh
yang ada didalam diri abu lahab

6. Surah An-Nas ayat 5


‫ٱَّلِذ ى ُيَو ْس ِوُس ِفى ُصُدورِ ٱلَّناِس‬
Artinya Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Maksudnya ialah
setan bukan hanya membisikkan kejahatan ke dalam dada saja tetapi ke dalam diri dan
jiwa manusia.
d) ‫عالقة اعتبار ما يكون‬

1. Surah An- Naba ayat 8


‫َو َخ َلْقَٰن ُك ْم أَْز َٰو ًجا‬
artinya : Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan. Maksudnya manusia
ketika lahir belum dalam keadaan menikah tetapi mungkin setelah melewati masa kanak
kanak baru manusia akan menikah.

2. Surah An-Naba ayat 31


‫ِاَّن ِلْلُم َّتِقْيَن َم َفاًز ا‬
Artinya : Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (ada) kemenangan
(surga). Maksudnya manusia belum tentu lahir dalam keaadan bertakwa, ia bisa
dikatakan bertakwa apabila sudah menjalankan kewajibannya untuk beriman kepada
Allah, dan telah datang kepadanya hidayah dari Allah SWT

3. Surah Al-Infitar ayat 4


‫َوِإَذ ا ٱْلُقُبوُر ُبْع ِثَر ْت‬
Artinya: Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar.
Maksudnya artinya adalah tanah yang akan berubah menjadi kuburan, karna pada
awalnya kuburan adalah terbuat dari tanah.

4. Surah Al- Fajr ayat 7


‫ِإَر َم َذ اِت ٱۡل ِع َم اِد‬
Artinya : (yaitu) penduduk Iram (ibukota kaum 'Ād) yang mempunyai bangunan-
bangunan yang tinggi. Maksud kata ‫ عماد‬atau bangunan tinggi disini bukan berarti tiang,
melainkan bangunan tinggi merupakan gabungan dari batu, pasir, dan beton

Anda mungkin juga menyukai