A. Majaz
Secara etimologi majaz berarti peniadaan halangan dan pemindahan dari suatu tempat ke
tempat lain. Orang Arab mengatakan “ ”جاز الشيءbermakna melewati sesuatu, artinya
melampaui.
Majaz menurut Ahmad Al-Hâsyimi di dalam Jawâhir Al-Balâghah, yaitu:
Majaz adalah lafaz yang digunakan pada selain arti yang ditetapkan dalam istilah
percakapan karena adanya hubungan dan tanda yang menghalangi pemberian makna
hakiki.
Dan bila ditinjau dari bentuk majaz dalam kata dan susunan kalam atau kalimat,
majaz lughawy ini terbagi menjadi:
a. Majaz Mufrod
Yang menjadi fokus majaz mufrad adalah pada satu kata majaz dan bukan pada
susunan kalimat
b. Majaz murakkab
Bahwa titik tekan majaz murakkab ini adalah pada susunan kalimat
Dengan demikian majaz lughawy ini terbagi menjadi empat macam, yaitu:
1) majaz mufrad mursal, 2) majaz mufrad bi al-isti’ârah, 3) majaz murakkab
mursal, 4) majaz murakkab bi al-isti’ârah.
السببية
Kata yang tertulis atau terucap itu menunjukkan sebab, tetapi yang
dimaksud adalah akibat dari sebab tersebut. Contohnya:
رعت الماشية الغيث
Binatang itu makan tumbuh-tumbuhan.
المسببية
Kata yang tertulis atau terucap itu menunjukkan akibat, tetapi yang
dimaksud adalah sebab dari akibat tersebut. Contohnya:
و ينزل لكم من السماء رزقا
Pada ayat tersebut rezeki tidak diturunkan Allah dari langit, melainkan
Allah menurunkan hujan yang dengannya tumbuhtumbuhan menjadi
hidup dan menjadi rezeki. Maka rezeki adalah musabbab atau akibat
dari turunnya hujan
الكلية
Menggunakan lafaz yang menyeluruh dengan maksud Sebagian.
Contoh:
الجزئية
Adanya lafaz tersebut merupakan bagian dari arti yang dimaksud.
Contoh:
Maksud dari contoh ini adalah memerdekakan orang yang beriman dan
budak adalah bagian dari orang-orang yang beriman
اعتبار ما كان
Menyebutkan sesuatu berdasarkan apa yang telah lalu yang kemudian
hilang. Contohnya:
yang dimaksud bukan anak yatim yang masih kecil, tetapi orang-orang
yang telah meniggalkan usia yatimnya. Sedangkan definisi yatim
adalah bagi mereka yang masih belum baligh.
اعتبار ما يكون
kata yang tertulis merupakan keadaan sesuatu di masa yang akan
datang, tetapi yang dimaksud adalah keadaan sesuatu di masa lampau.
Contohnya:
Lafaz yang tertulis adalah memeras arak, tetapi yang dimaksud adalah
memeras anggur untuk dijadikan arak. Sebab sewaktu diperas
belumlah menjadi arak / khomer.
الحلية
kata yang tertulis menunjukan arti keadaan dari suatu tempat.
Contohnya:
المحلية
kata yang tertulis menunjukkan arti tempat, tetapi yang dimaksud
adalah orang-orang yang berada di tempat tersebut. Contohnya:
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa nâdiah (nama tempat) dengan
arti orang-orang yang berada di tempat tersebut. Sebab tempat tidak
bisa dipanggil, melainkan orang-orang yang berada dalam tempat
tersebut.
Ditinjau dari dua unsur yang disebutkan, isti‟ârah dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
Isti’ârah Tashrîhiyyah
Isti’ârah tashrîhiyyah adalah isti‟ârah yang musyabbah bihnya
ditegaskan atau musyabbah-nya dibuang. Contoh:
Allah menggambarkan ad-din (agama) dengan al-habl (tali), kemudian
dibuang musyabbah-nya yakni addin dan lafaz al-habl sebagai
musyabbah bih-nya ditegaskan.
Isti’ârah Makniyyah
Isti‟ârah makniyyah adalah isti‟ârah yang musyabbahbih-nya dibuang
dan sebagai isyarat ditetapkan salah satu sifat khasnya.
Isti’ârah taba’iyyah
Isti’ârah taba’iyyah yaitu apabila musta’âr berupa fi'il atau isim fi‟il
atau isim musytaq atau huruf atau isim mubham
Lafaz thaghâ pada ayat di atas adalah musta‟âr berupa fi‟il madhi
Mujarradah
Isti’ârah yang disertai dengan sesuatu yang sesuai dengan musyabbah
(musta’âr lahu). Contoh:
Lafaz yu’thî adalah tajrîd, karena sesuai dengan musta’âr lahu, yaitu
ar-rajul al-karîm (laki-laki dermawan).
Muthlaqah
Isti’ârah yang tidak disebutkan sesuatu yang sesuai dengannya sama
sekali atau disebutkan sesuatu yang sesuai dengan musta’âr minhu dan
musta’âr lahu. Contoh:
2. Majaz ‘Aqli
Penyandaran fi‟il atau kata yang senada dengannya kepada tempat penyandaran yang
bukan sebenarnya.
الزمنية
menyandarkan suatu kata kerja kepada waktu. Contoh:
المكانية
menyandarkan suatu kata kerja kepada tempat. Contoh:
Pada ayat di atas mengalir disandarkan kepada tempat mengalirnya air,
yaitu sungai. Jadi seakan-akan sungai yang mengalir, padahal yang
sebenarnya adalah airnya yang mengalir
السببية
menyandarkan suatu kata kerja kepada penyebab terjadinya perbuatan.
Contoh:
المصدرية
menyandarkan suatu kata kerja kepada mashdar perbuatan tersebut.
Contoh:
المفعولية
majaz yang menggunakan bentuk isim fa’il (kata aktif) tetapi dengan
arti isim maf‟ul (kata pasif). Contoh:
الفاعلية
majaz yang menggunakan bentuk isim maf‟ul (kata pasif). Contoh:
Surat-surat diteliti dalam tesis ini yaitu Al-Baqarah dan Ali Imrân secara berurut. Adapun
ayat-ayat pada surat Al-Baqarah berjumlah 286 ayat, dan pada surat Ali Imrân berjumlah
200 ayat. Ayat-ayat Al-Qur‟an dari dua surat tersebut yang menggunakan majaz sebagai
berikut:
Tashrîhiyyah Ashliyyah
Makniyyah Taba’iyyah
Ditinjau dari perspektif tharfay at-tasybîh, isti’ârah di atas termasuk
makniyyah, lazim-nya kata yukhâdi’una. Sementara ditinjau dari
musta’âr-nya, isti’arah di atas termasuk taba’iyyah, karena lafazh yang
digunakan dari kata kerja (fi’il), yaitu kata yukhâdi’una.
Tamtsiliyyah
Lafazh yastahziu bihim diberi makna yang berarti menyiksa atas olok-
olokan mereka terhadap orang-orang mukmin atau menghinakan
mereka. Dan penggunaan lafaz istihzaa pada ayat ini yang artinya
mengolok-olok menjadi sebab turunnya siksa dari Allah terhadap
mereka
Musabbaiyyah
Kulliyyah
Dilihat dari konteks ayat di atas bahwa tampak dalam pikiran yang
dimasukkan oleh mereka adalah satu anak jari mereka saja. Sebab
tidak mungkin memasukkan semua jari ke dalam lubang telinga. Ayat
di atas menggunakan uslub majaz dengan „alâqah (hubungan)
kuliyyah.
Juz’iyyah
Ayat ini menggunakan kata ruku namun yang dimaksud adalah solat.
Sebab ruku adalah bagian dari solat.1 Dengan demikian ayat di atas
menggunakan uslub majaz dengan ‘alâqah (hubungan) juz’iyyah
I’tibâr mâkânâ
I’tibâr mâyakûnu
Kata lilmuttaqina yakni yang berarti mereka yang sesat dan pada
akhirnya menjadi orang yang bertakwa. Atau bisa diartikan sebagai
orangorang yang sedang menuju kepada ketakwaan kepada Allah.
Hâliyyah
Yang dimaksud dengan rahmat adalah surga yang mana rahmat itu
berada di dalamnya. Jadi lafaz rahmat adalah majaz mursal dengan
‘alâqah haliyyah
Mahalliyyah
Yang dimaksud dengan al anharu adalah air sungai. Jadi yang disebut
nama tempatnya, tetapi yang dimaksud adalah isi dari tempat tersebut.
Majaz Mursal Murakkab
Maf’ûliyyah
Fâ’iliyyah
Penyandaran isim mashdar pada tempat isim fâ’il yaitu pada kata wa amnaa
adalah untuk mubalaghah (berlebihan) juga sebagai isnad majazi yakni yang
berarti aman bagi orang yang memasukinya