A. Pengertian Kalam
اسم َو ِفْعٌل َو َح ْر ٌف َج اَء ِلَم ْع ًنى: َاْلُمِفيُد ِباْلَو ْض ِع َو َأْقَس اُم ُه َثاَل َثٌة, هو َالَّلْفُظ َاْلُمَر َّك ُب: َاْلَكاَل ُم
Artinya Kalam adalah ucapan yang tersusun sehingga pendengar memahami maksudnya. Sesuai dengan objek
pembicaraannya, maka ucapan tersebut harus dalam bahasa Arab. Sehingga suatu ucapan disebut kalam apabila
memenuhi 4 (empat kriteria), yakni:
َكَالُم ُهْم َلْفٌظ ُمِفْيٌد ُم ْســــــَنُد¤ .َو ْالكلـِْـَم ُة الَّلْفُظ ْالُمِفْيُد ْالُم ْفَر ُد
Kalam Menurut ulama Nahwu : adalah lafadz yang berfaedah sertadimusnadkan dengan lafadz yang lain.
Dan Kilmah adalah lafadz mufidyang tunggal
1. Pembagian Kalam
Spektrum kalam (kalimat) inilah yang akan mewarnai femahaman kita dalam klasifikasi kalam. Para ulama nahwu
(Nuhhaat) mengklasifikasikan kalam ke dalam 3 jenis, yakni: Kalimat Isim, Kalimat Fi’il dan Harf.
1) Kalimat isim (Kata benda)
2) Kalimat fi’il (kata kerja)
3) Kalimat huruf (kata keterangan)
Fi’il adalah kata yang menunjukkan makna kepada dirinya sendiri, serta bersamaan dengan salah satu
dari zaman yang ada 3.
“Ciri-ciri fi’il adalah didahului oleh qad, huruf sin, saufa, dan huruf ta’ yang disukun dan menunjukkan
perempuan sebagai pelakunya.
Pembagian Fi’il
اال فعال ثالثة ماض ومضارع وامر نحو ضرب يضرب واضرب
Fi’il itu ada tiga macam, yaitu fi’il madhi, fi’il mudhari’, dan fi’il amar,[1] contoh: َنَص َر َينْلُصُر َنْص ًرا
atau َض َرَب َيْض ِرُب َض ْر ًبا
ما دّل على حدث مضى وانقضى وعالمته ان تقبل تاء الّتأنيث الّساكنة
Lafadz yang menunjukkan makna kejadian (perbuatan) yang telah berlalu. Alamatnya ialah sering
dimasuki ta’ ta’nits yang disukun.
Pengertian dan alamat fi’il mudhari’
ما دّل على حدث يقبل الحال واالستقبال وعالمته أن يقبل الّسين وسوف ولم ولن
Lafadz yang menunujukkan makna kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan yang akan
datang. Alamatnya ialah, sering dimasuki, sin, saufa, lam, dan lan.
Pengertian dan alamat fi’il Amar
ما دّل على حدث في المستقبل وعالمته أن يقبل ياء المؤّنثة المخاطبة ويدّل على الّطلب نحو اضرب فصار اضربي أنصر
فصار أنصري
Lafadz yang menunjukkan makna kejadian (perbuatan) pada masa yang akan datang (perintah).
Alamatnya ialah; sering diberi ya’ muannats mukhatabah dan menunjukkan makna thalab.
االسم كلمة دلت على معنى فى نفسها ولم تقترن باحد االزمنة الثالثة وضعا
Definisi yang dinamakan kalimat isim adalah apabila ada kalimat menunjukkan pada makna dengan sendirinya dan
tidak bersamaan dengan salah satu zaman yang ada tiga, yaitu zaman madhi, zaman hal dan zaman istiqbal serta
menetapi asal dibuat dari orang Arab, maka itu dinamakan kalimat isim. Seperti contoh: بكر، عمر،زيد
= بِالَخ ْفِضkasrah
Jadi, kalau kita menjumpai lafadz dalam bahasa arab yang huruf akhirnya dikasrah, itu isim.
Contohnya:
– ِبْس ِم ِهللا الَّرْح َمِن الَّر ِح يِم َبْيُت الُمِد يِر
– ( الُمِد يِرkalimat الُمِد يِرadalah isim karena dikasrah)
=الَّتْنِويِنtanwin
Jadi kalau kita menjumpai lafadz yang awalnya alif lam, maka itu isim.
Contoh:
– ِكَتاٌبdiberikan الmenjadi الِكَتاُب
Catatan: tidak akan bertemu antara alif lam dengan tanwin dalam satu lafadz. Kalau misalnya kita
berbicara الِكَتاٌب, maka ini salah.
Kalau tidak ada ال, pasti akhirannya adalah ٍ (tanwin). Kalau ada ال, pasti ِ (i).
= َقَس مqasam
Huruf َقَس مada tiga. Yaitu َت, ِب, َو.Ini disebut huruf qasam karena huruf tersebut adalah alat untuk
bersumpah.
Contoh: ِر َو اْلَع ْص.
Kenapa اْلَع ْص ُرberubah menjadi kasrah? Karena َوdisini adalah َوqasam. Sering kita mendengar َوِهللا,
karena َوdi sini adalah َوqasam. Jadi kalau kita bersumpah, kata diakhiri dengan kasrah. Di al-Qur’an
banyak dengan َو.
اِإْل ْع َر اُب ُهَو َتْغ ِيُر َاَوِخ ْيِرْالَك ِلِم ِاِل ْخ ِتاَل ِف ْالَع َو اِم ِل الَّد ِخ َلِة َع َلْيَها َلْفًظا َاْو َتْقِد ْيًرا َو َاْقَس اُم ُه َاْر َبَع ٌة َر ْفٌع َو َنْص ٌب َو َخ ْفٌض َو َج ْز ٌم
Artinya; I’rab itu artinya adalah berubahnya pada akhir-akhir kalimat karena disebabkan adanya
perbedaan ’amil yang masuk atasnya baik lafadznya ataupun taqdirnya.
Maksdudnya; Arti dari I’rab itu adalah berubahnya harokat pada akhir kalimat. Penyebabnya adalah;
karena adanya ‘amil-‘amil yang masuk pada kalimat tersebut. Berubahnya pada akhir kalimat
tersebut, itu bisa saja secara langsung lafadznya tau bisa jadi juga hanya taqdirnya saja.
Bagian I’rab
I’rab itu terbagi menjadi empat bagian yaitu;
I’rab rofa’
Nashab.
Khofdz.
Dan I’rab Jazm.
Jadi cukup jelas bahwa keempat I’rab tersebut adalah perubahannya pada akhir kalimat dengan
dhommah, Fathah, Jar dan sukun atau mati.
Ciri-cirinya Iirab
Adapun ciri- sirinya irab masing-masing itu tidak sama. Dan lebih lengkapnya baca dan pelajari
dalam jurumiyah Bab alamatil-I’rab.
Pada halaman ini saya hanya menyampaikan bahwa keempat I’rob tersebut itu diperuntukan dua
kalimah yaitu;
Kalmiah Isim
Kalimah fiil
َو ْالَخ ْفُض َو اَل َج ْز َم ِفْيَها َو ِلَاْلْفَع ِل ِم ْن َذ ِلَك الَّر ْفُع َو الَّنْص ُب َو اْلَج ْز ُم َو اَل َخ ْفَض ِفْيَها
Artinya: maka bagi beberapa isim dari I’rab tersebut adalah rofa’, nashab, khofdz dan tidak adak jazm
pada isim. Lalu bagi beberapa fiil dari I’rab tersebut adalah rofa’, nashab, jazm dan tidak ada khofdz
pada fi’il.
Penjelasan
Jadi Khusus buat kalimat isim dari keempat irab di atas itu hanya digunankan tiga saja. Artinya yang
berlaku buat isim itu hanya I’raob rofa’, nashab dan khofdz. Jadi tidak berlaku buat isim I’ron jazm.
Kemudian begitu juga buat fiil, I’rob tersebut di atas yang berlaku buat fiil hanya I’rab rofa’, nashab
dan jazm, karena pada kalimat fiil tidak ada istilah Khofdz atau jar.
5. Fail
Fa'il adalah isim yang dibaca Rafa' yang jatuh setelah Fi'il (Pekerjaan). Contoh : َيْنُصُر َز ْيٌد َعْم ًرا.
Seperti yang sudah saya singgung tadi bahwa Fa'il (Pelaku) merupakan isim yang jatuh
setelahnya Fi'il (Pekerjaan). Lafadz َيْنُصُرkedudukannya adalah sebagai Fi'il Mudhori' (Pekerjaan
yang sedang/akan dikerjakan). Sedangkan َز ْيٌدkedudukannya adalah sebagai Isim Fa'il (Pelaku
pekerjaan). Dan lafadz َعْم ًراkedudukannya adalah sebagai Maf'ul Bih (Objek pekerjaan dari
pelaku).
Isim Fa'il itu selamanya dibaca Rafa', dan Rafa' sendiri memiliki 4 alamat, yaitu Dhomah, Wawu,
Alif, Nun.
Pembagian Fa'il
Fa'il sendiri terbagi menjadi 2, yaitu Fa'il Isim Dzahir dan Fa'il Isim Dhomir. Dzahir maksudnya
adalah Fa'il tersebut nyata atau wujudnya ada. Contoh : Zaid, Umar, Bakar dan lain sebagainya.
Sedangkan Dhomir maksudnya adalah Fa'il tersebut tersimpan atau dikira-kirakan saja. Contoh :
Dia laki-laki satu, Dia laki-laki dua, Mereka, Kalian dan lain-lain.
Pengertian Fa'il Isim Dzohir
Fa'il Isim Dzohir adalah Isim Fa'il yang secara mutlak jelas ada keberadaannya tanpa adanya
ikatan, maksudnya adalah bukan berupa kata ganti seperti, dia, kamu, mereka, kalian dan lain
sebagainya. Contoh : ( َز ْيٌدZaid), ( َعْم ًراAmr),
[Pengertian Fa'il Isim Dhomir
Fa'il Isim Dhomir atau yang sering kita sebut Fa'il Mudhmar adalah lafadz yang menunjukkan arti
Mutakallim, Mukhatab dan Ghaib.
Jadi, Isim Dhomir terbagi menjadi 12 dan dipecah menjadi 3, yaitu Mutakallim, Mukhatab dan
Ghaib.
Mutakallim adalah orang yang berbicara. Didalam Nahwu, Mutakallim terbagi menjadi
dua. Pertama Mutakallim Wahdah. yaitu : (Saya). َاَناYang kedua adalah Mutakallim
Ma'al Ghair. yaitu: ( َنْح ُنKami/kita).
Ghaib adalah orang yang dibicarakan tidak ada. Didalam bahasa Indonesia, kita sering
menyebutnya sebagai orang ke 3.
6. Naib Fail
Secara bahasa, naibul fail terdiri dari dua kata, yakni naib ( )َناِئٌبyang artinya pengganti dan fail ( )َفاِع ٌل
dengan arti pelaku. Sehingga naibul fail merupakan pengganti dari pelaku. Sedangkan secara istilah,
pengertian naibul fail adalah isim marfu yang didahului dengan fiil majhu atau syibhul majhul dengan
menggantikan failnya.
Dari penjelasan di atas, untuk membuat naibul fail, pertama yang perlu dilakukan adalah membuat
susunan fiil, fail, dan marul bih. Kemudian, hilangkan failnya dan diganti dengan marfu yang
ditempatkan pada fail sambil dirafakan. Kemudian fiil harus dimabni mafulkan. Cara untuk mabni
maful yakni:
Jika Fiil madly yaitu dhamakhan huruf yang bertama dan kasrahkan huruf sebelum akhir
Contoh:
َقَتَل
Berubah menjadi
ُقِتَل
Jika fiil mudlori yakni didhamahkan huruf yang pertama dan fatahkan huruf sebelum akhir
Contoh
َيْض ِرُب
Berubah menjadi
ُيْض َر ُب
Mubtada adalah isim yang dirafa’kan yang terbebas dari amil-amil lafadzh
َنْح َو َقْو ِلَك َزْيٌد َقاِئٌم,َو اْلَخ َبُر ُهَو َااِل ْس ُم َاْلَم ْر ُفوُع َاْلُم ْسَنُد ِإَلْيِه
َو الَّز ْيَداِن َقاِئَم اِن َو الَّز ْيُد وَن َقاِئُم وَن
Mubtada itu ada dua bagian, yaitu mubtada (isim) dzahir dan mubtada (isim) dhamir
َفالَّظاِهُر َم ا َتَقَّد َم ِذ ْك ُر ُه
Mubtada (isim) dzahir itu adalah sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya (seperti contoh di
atas)
( أناsaya)
( نحنkami)
( أنَتkamu seorang laki-laki)
( أنِتkamu seorang perempuan)
( أنتماkamu dua orang laki-laki/perempuan)
( أُنتمkalian para laki-laki)
( أنتنkalian para perempuan)
( هوdia seorang laki-laki)
( هىdia seorang perempuan)
( هماdia dua orang laki-laki/perempuan)
( همmereka para laki-laki)
( هنmereka para perempuan)
Dan apa yang menyerupai contoh ini:
أنا قائمsaya adalah orang yang berdiri
نحن قائمونkami adalah orang yang berdiri
مفرد وغير مفرد: والخبر قسمان
Khabar itu ada dua bagian, yaitu khabar mufrad dan khabar ghair (bukan) mufrad
وزيد, وزيدعندك, زيد فى الدار: وغير المفرد (اربعة اشياء )الجار والمجرور والظرف والفعل مع فاعله والمبتدأ مع خبره نحة قولك
وزيد جاريته ذاهبة,قائم أبوه
َكَك اَن َظَّل َباَت َأْض َح ى َأْص َبحا َأْمَس ى َو َص اَر َلْيَس َز اَل َبِرَح ا
Adalah seperti Kaana (merofa’kan pada Mubtada’ sebagai isimnya dan menashobkan khobarnya)
yaitu lafazh: Zholla (menjadi di siang hari), Baata (menjadi di malam hari), Adh-ha (menjadi diwaktu
dhuha), Amsaa (menjadi diwaktu sore), Shooro (menjadi), Laisa (tidak). Zaala (senantiasa), Bariha
(senantiasa)
وترفع الخبر،فإنها تنصب االسم،وأما ان واخواتها
، َو َعِلْم ُت، َو َر َأْيُت، َو َز َعْم ُت، َوِخ ْلُت، وَحِس ْبُت، َظَننُت: َوِهَي،َو َأَّم ا َظَنْنُت َو َأَخ َو اُتَها َفِإَّنَها َتْنِص ُب اْلُم ْبَتَد َأ َو اْلَخ َبَر َع َلى َأَّنُهَم ا َم ْفُعْو َالِن َلَها
َوَسِم ْع ُت، َو َجَع ْلُت، َو اَّتَخ ْذ ُت، َوَو َج ْدُت.
Zanna dan saudara saudaranya berfungsi menasabkan mubtada dan khobar yg kedua duanya
menjadi maf'ulnya (maf'ul awal ataul maf'ul sani atau kedua), yaitu; ، رأيت،زعمت، خلت، حسبت،ظننت
سمعت، وجعلت، واّتخذت، وجدت،علمت
9. Naat
Secara harfiah, na’at merupakan kata atau kalimat yang menunjukkan makna sifat dari sebuah kata. Tidak
mengherankan jika na’at juga sering disebut dengan sifat. Dalam kitab Jurumiyah, na’at didefinisikan
sebagai kata yang mengikuti segi rafa’, nashab, jar, makrifat, dan nakirahnya.
Sementara itu, man’ut merupakan kata yang disifati atau diikuti. Sebagai contoh, pada kalimat َقَر ْأُت اْلِكَتاَب
اْلَج ِم ْيَلyang berarti “saya telah membaca buku yang bagus” di mana yang dijadikan na’at adalah اْلَج ِم ْيَل,
sementara kondisi yang disifati (man’ut) yakni الكتاب.
“Na’at yang merofakan isim dhohir,yang dimana isim dhomir tersebut mengandung dhomir (sababi)
yang kembali pada man’ut.
10. Ataf
Huruf 'Athaf
Secara etimologis, huruf 'athaf berasal dari bahasa Arab dan berarti "penghubung" atau
"penyambung." Secara terminologis, dalam bahasa Arab, huruf 'Athaf ( )َأْلُف َو اُو اْلَع ْط ِفadalah huruf
yang digunakan untuk menghubungkan dua kata atau frasa dalam sebuah kalimat.
Huruf 'Athaf dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu 'Athaf Bayan dan 'Athaf Nasaq.
1. Huruf 'Athaf Bayan
Huruf 'Athaf Bayan digunakan ketika huruf 'Athaf menghubungkan dua kata atau frasa di mana kata
yang mengikuti 'Athaf adalah kata benda yang sudah dikenal (makrifat). Huruf 'Athaf Bayan
membantu merinci atau menjelaskan kata yang mengikuti. Contohnya, dalam kalimat "قسما باهلل أبو حفص
( "عمرTelah bersumpah kepada Allah, Abu Hafash alias Umar), kata "( "عمرUmar) menjelaskan kata "
( "أبو حفصAbu Hafash).
11. Taukid
َو َتْع ِرْيِفِه, َو َخ ْفِضِه، َو َنْص ِبِه، الَّتْو ِكْيُد َتاِبٌع ِلْلُم َؤ َّك ِد ِفي َر ْفِع ِه
Taukid itu menggukan lafadz lafadz tertentu yaitu annafsu,al’ainu,kullun,ajma’u,dan lafadz lafadz
mengikuti ajma’u yaitu akta’u,abta’u, dan absho’u yang ma’nanya sama dengan ajma’u.
Taukid ialah lafadz yang mengikuti pada mu’akkadnya(lafadz yang dikuatkan) pada
rofa’nya,nashobnya,jernya,dan ma’rifatnya.
Taukid itu telah tertentu lafadzh-lafazhnya, yaitu : َو َأْج َم ُع, َو ُك ُّل, َو اْلَع ْيُن, ( َالَّنْفُسdiri, diri, setiap, seluruh)
Yang dimaksud dengan Badal adalah : "Apabila isim diganti dengan isim atau fi’il diganti dengan
fi’il, maka ia mengikutinya pada seluruh i’rabnya, yaitu perubahan akhir lapaznya, Maka itulah yang
disebut dengan badal".
Pembagian Badal
Adapun Badal terdiri atas empat bagian :
* َبَدُل َالَّش ْي ِء ِم ْن َالَّش ْي ء
*َ َبَدُل َاْلَبْع ِض ِم ْن َاْلُك ِّل
*َ َبَدُل َااِل ْش ِتَم اِل
َ* َبَدُل َاْلَغ َلِط
Badal syaiun min syaiin, dikenal juga dengan badal kull minkul atau badal yang serasi dengan
mubdal-minunya
Badal Ba'dhi minkul, adalah badal atau pengganti dari makna keseluruhan kepada makna sebagian-
nya.
Badal Isytimal, adalah badal yang mengadung bagian dari matbu'nya(kata yang di ikuti-nya)yang
menyangkut masaalah maknawi bukan materi
Badal Ghalath, adalah badal yang tidak memiliki maksud dengan matbu'nya, badal Ghalat dikenal
juga dengan badal keliru dalam pengucapan dari maksudnya.