Anda di halaman 1dari 12

BAB I

Macam – Macam I’rob

A. Pengertian I’ROB

Kata I’rab (‫ )إعراب‬secara bahasa memiliki arti “baris” atau juga “harakat”, Kata i’rab ada
juga yang mengatakan berasa dari bahasa arab yang mempunyai arti perubahan, sedangkan
menurut professor doktor sarjana ahli nahwu, i’rob yaitu perubahan yang terjadi pada ahir kata
yang di sebabkan oleh perbedaan amil yang masuk, baik berupa lafadz atau taqdirnya.
Sedangkan bina’ itu merupakan kebalikan dari i’rab yang masing-masing keduanya memiliki
karekteristik yang sangat berbeda-beda.

Menurut ilmu nahwu, I’rab ialah:

‫َتْغ ِييُر َاَو اِخ ِر الَك ِلِم اِل ْخ ِتاَل ِف الَع َو اِم ِل الَد اِخ َلِة َع َليَها َلْفًظا َاْو َتْقِد يًرا‬

Artinya :

“Berubahnya (harokat) akhir suatu kalimat yang disebabkan adanya perbedaan ‘amil
(yang memerintah) yang menempel pada kalimat tersebut, baik dalam segi lafadznya atau
pun kira-kiranya.

Maksud dari arti tersebut ialah: I'rab itu mengubah syakal tiap-tiap akhir kalimah disesuaikan
dengan fungsi amil yang memasukinya, baik perubahan itu tampak jelas lafazhnya atau hanya
secara diperkirakan saja keberadaannya.

I'rob pada isim (kata benda) ada tiga macam yaitu rof'un (‫)رفع‬, nashbun ( ‫ )نصب‬, dan

jarrun ( ‫ر‬TTT‫)ج‬. Sedangkan I'rob pada kata kerja (Fi’il )ada 3 yaitu : rof'un (‫ع‬TTT‫)رف‬,

nashbun ( ‫)نصب‬, jazmun (‫)جزم‬. I'rob (perubahan akhir) pada suatu isim yanh menunjukkan
kedudukan atau suatu fungsi isim tersebut dalam kalimat baik sebagai subjek,predikat,objek
langsung maupun objek dari suatu kata depan. Isim atau kata benda yang mengalami
dinamakan ism mabniy ( ‫)اسم مبني‬. Pada isim mabni tidak ada perubahan di akhir isim
tersebut.
B. Pembagian I’rob

‫ َو َأْقَس اُم ُه َأْر َبَع ة‬:

‫ َو َج ْز م‬، ‫ َو َخ ْفٌض‬، ‫ َو َنْص ٌب‬،‫َر ْفٌع‬

“I'rob dibagi menjadi 4, yaitu: rofa', nashob, khofad dan jazm.

keterangan :

1. Rafa’ : perubahan yang khusus, yang ditandai dengan dlomah atau yang

menggantinya. Contohnya : ‫جَاَء ٌمَحْم ٌد‬

2. Nashab : Yaitu perubahan yang khusus, yang ditandai dengan fathah atau

yang menggantinya, contohnya ‫َز ْيًدا‬ ‫َر َأْيُت‬

3. Khofad/jer : Yaitu perubahan yang tertentu, yang ditandai dengan kasroh

atau yang menggantinya. Contohnya : ‫َم َر ْر ُت ِبَز ْيٍد‬


4. Jazm : Yaitu perubahan yang tertentu yang ditandai dengan sukun atau yang
menggantinya. Contohnya : ‫َلْم َيْض ِر ْب‬

C. Tanda-tanda I’rob

Masing- masing i’rob mempunyai tanda yang berbeda-beda, diantaranya sebagai berikut:
1. I’rob Rafa
‫ِللَّر ْفِع َأْر َبُع َع اَل َم اٍت َالَّض َّم ُة َو اْلَو اُو َو اَأْلِلُف َو الُّنْو ُن‬
Artinya : “I’rob rafa’ itu mempunyai 4 tanda, yaitu dlomah, wawu, alif dan nun”.

Setiap kalimah, ketika rafa’ pasti menggunakan salah satu dari 4 tanda tersebut. Dan
setiap tanda mempunyai tempat – tempat tersendiri yang akan dibahas di bawah ini :

1) Dhammah, merupakan tanda i”rob asli. contohnya maka ia menjadi tanda


bagi rafa’ pada empat tempat :

(1) Pada Isim Mufrad, yaitu yang menunjukkan makna tunggal.

Contoh : ‫َقَر َأ ُم َح َّم ٌد القرأَن‬


(2) Jama’ taktsir, yaitu lafadz yang menunjukkan arti banyak dan tidak
terikat pada objek perempuan maupun laki-laki. Jamak taksir juga dapat
dimaknai suatu lafadz yang menunjukkan arti banyak yang bentuk
lafadznya berubah dari bentuk tunggalnya.
Misalnya; ‫ طلب‬menjadi ‫ طالب‬, contoh;

‫جاء الطالب في المدرسِة‬

(3) Jama’ muannas salim, yatu lafadz yang menunjukkan makna jamak
(banyak) yang dikhususkan pada objek perempuan. Dan biasanya di

aakhiri dengan huruf alif dan ta’. Contoh : ‫َج اَئِت اْلُم ْس ِلَم اُت‬ (para wanita
muslimah datang)

Keterangan : Lafadz ‫اْلُم ْس ِلَم‬ adalah jama’ mu’annats salim. Mufrodnya

adalah ‫ِلَم ُة‬ ‫ َاْلُم ْس‬yang berarti seorang wanita muslimah. Ta’ –

nya ‫ َاْلُم ْس ِلَم ُة‬dibuang, lalu ditambahkan alif dan ta’ alamat jama’
(4) fiil mudhari’ yang huruf akhirnya tidak bertemu dengan alif tatsniyyah,
wawu jama’, dan ya’ mu’annatsah mukhothobah. Fi’il mudlori’ adalah fi’il
yang di awali huruf ya’, ta’, hamzah, atau nun yang zaidah (tambahan).
Contoh : ‫ ُنَقاِتُل‬, ‫ َاْفَتُح‬, ‫ َتْض ِر ُب‬, ‫َيْنُصُر‬
2) wawu, pada hakikatnya wawu adalah sebagai pengganti (tanda far’i) dari
tanda dhammah.Tanda wawu sebagai ciri dari i’rab rafa’ bertempat di dua
tempat, yaitu:

(1) Jamak mudzakar salim, yaitu suatu kata yang menunjukkan makna jamak
yang dikhusukan pada objek laki-laki, dan biasanya di akhiri dengan huruf
wawu dan nun (‫ )و ن‬pada tingkah rafa’ dan di akhiri ya’ dan nun (‫ )ين‬pada
tingkah nasab dan jer. Contoh;

‫اولئك هم المفلحون‬

(2) Asma’ul khamsah, yaitu isim-isim lima yakni (‫ ذو‬،‫ فو‬،‫ حم‬،‫ اخ‬،‫)اب‬. Contoh;

‫ ُذ ْو َم اٍل‬، ‫ ُفْو َك‬، ‫ َح ُم ْو َك‬، ‫ َاُخ ْو َك‬، ‫َج اَء َاُبْو َك‬

3) alif, maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada isim-isim tatsniyyah yang
tertentu.Isim tatsniyah adalah suatu kata benda yang menunjukkan makna dua.
Isim tatssniyah biasanya di akhiri dengan huruf alif dan nun (‫ )أ ن‬ketika rafa’, dan
di akhiri ya’ dan nun (‫ )ين‬ketikaa tingkah nasab dan jer. Contoh;

‫احمٌد وحسٌن طالبان جديدان‬


4) Nun maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada fi’il mudhari yang bersambung
dengan dhamir tatsniyah, dhamir jama’, dan dhamir muannats mukhatabah. Nun
menjadi tanda bagi i’rab rafa’ itu bertempat pada fi’il mudhari’ yang bertemu
dengan.
(1) Dhamir tastniyah, contoh;

‫ تفعالن‬،‫يفعالن‬

(2) Dhamir jamak, contoh;

‫ تفعلون‬،‫يفعلون‬
(3) Dhamir muannas mukhatabah, contoh;

‫تفعلين‬

2. I’rob Nashab
I'rab nashab mempunyai lima alamat, yaitu: fathah, alif, kasrah, ya dan membuang
(menghilangkan) huruf nun.
1) Fathah merupakan tanda i’rob nasab asli, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada
tiga tempat :
(1) Pada Isim Mufrad, seperti dalam contoh :

‫ = َر َأْيُت َز ْيًدا‬aku telah melihat zaid

‫ = ِاْش َتَر ْيُت ِكَتاًبا‬aku telah membeli sebuah kitab

(2) Jama’ taksir, seperti contoh :

‫ = َر َأْيُت ُز ُيْو ًدا‬aku telah melihat zaid-zaid

‫ = ِاْش َتَر ْيُت ُكُتًبا‬aku telah membali beberapa buah kitab

(3) Fi’il Mudhari apabila kemasukan padanya amil yang menashabkan dan pada akhir
kalimatnya tidak bertemu dengan sesuatupun. (dari alif tatsniyah, wawu jamak,dan nun
taukid). Contoh:

‫ = َلْن َيْفَعَل‬dia tidak akan dapat berbuat

‫َلْن َنْبَر َح َع َلْيَه َعاِكِفْيَن‬


2) Alif. Alif menjadi alamat bagi i’rab nashab berada pada asma’ul khomsah,
Contoh :

Asma’ul khomsah

‫ = َر َأْيُت َأَباَك َو َأَخ اَك‬aku telah melihat ayahmu dan saudaramu

3) Kasrah. Kasrah menjadi alamat i’rab nashab hanya terdapat pada bentuk jamak
muannats salim saja. Contoh :

Jamak muannats salim

‫( َر َأْيُت اْلُم ْس ِلَم اِت‬bentuk jamak dari lafadh ‫)ُم ْس ِلَم ٌة‬

‫( َر َأْيُت َثِّيَباٍت‬bentuk jamak dari lafadh ‫)َثِّيَبٌة‬

4) Ya’. Ya menjadi alamat bagi i’rab nashab pada isim tatsniyah dan jamak
mudzakar salim. Contoh:

(1) Isim tatsniyah

‫ = َقَر ْأُت ِكَتاَبْيِن‬aku telah membaca dua buah kitab

Huruf ya’ di sukun kan dan huruf sebelumnya di fathah kan

(2) Jamak mudzakaar salim

‫ = َر َأْيُت اْلُمَع ِّلِم ْيَن‬aku telah melihat guru-guru

Huruf ya’ di sukun kan dan huruf sebelumnya di kasrah kan

(3) membuang nun(Hafdzu Nun). Membuang nun menjadi alamat pada i’rab nashb
pada af’aalul khomsah. Yang di rafa’ kan dengan memakai nun itsbat .Seperti
lafadz:
‫ = َاْن َيْع َلَم ا‬hendaknya mereka berdua mengetahui

‫ = َلْن َتْع َلَم ا‬hendaknya kamu berdua mengetahui

‫ = َاْن َيْع َلُم ْو ا‬hendaknya mereka mengetahui

‫ = َاْن َتْع َلُم ْو ا‬hendaknya kalian mengetahui

‫ = َاْن َتْع َلِمْى‬hendaknya engkau perempuan mengetahui

3. I'rob Jar / Khofad

Tanda I'rob jar adalah kasroh, ya dan fathah.

1) Kasroh, masuk pada tiga tempat, yaitu :

(1) Isim mufrod, ‫( َقَلِم ْي َع َلى اْلَم ْك َتِب‬penaku diatas meja)


(2) Jamak taksir, ‫َعاِلَيٌة‬ ‫( ِل اْلِّر َج اِل ِهَّم ٌة‬para lelaki itu mempunyai cita-cita yang tinggi)

(3) Jamak muanas salim, ‫الَّطاِلَب اِت‬ ‫( َس َّلْم ُت َع َلى‬saya memberi salam kepada siswi-
siswi).

2) Ya’. masuk pada tiga tempat, yaitu :

(1) Asma’ul khomsah, ‫؟‬ ‫( َأَتْذ َهُب ِاَلى َأِخ ْيَك‬apakah kamu akan pergi kepada saudaramu?).

(2) Isim tasniyah, ‫( َسِم ْع ُت َهَذ ا اْلَخ َبَر ِم ْن َطاِلَبْيِن‬saya mendengar berita ini dari dua
orang siswa).

(3) Jamak muzakar salim, ‫( َالَّلُهَّم اْج َعْلَنا ِم َن اْلَفاِئِز ْيَن‬ya Allah jadikanlah kami termasuk
orang-orang yang mendapatkan kemenangan).

3) Fathah, masuk pada satu tempat, yaitu :

(1) Isim ghoir munsorif (isim yang tidak menerima tanwin), ‫ِلَعاِئَش َة‬ ‫( ِهِذِه الَّسَّياَر ُة‬mobil ini
milik Aisyah).
4. I’rab jazm

I’rab jazm merupakan i’rab yang dikhususkan untuk kalimat fiil. Adapun tanda irab jazm
yang akan kita bahas disini ada dua, yaitu sukun dan membuang (nun+huruf ‘illat).
Dalam redaksi kitab jurumiyah disebutkan sebagai berikut :

‫َو ِلْلَج ْز ِم َع اَل َم َتاِن الُّس ُك ْو ُن َو الَح ْذ ُف‬


Artinya : I’rab jazm mempunyai dua alamat atau ciri (tanda), yaitu sukun dan membuang.

i’rab jazm dalam ilmu nahwu ditandai dengan dua tanda yaitu harakat sukun dan hadf
(membuang), yang dimaksud dengan membuang disini adalah membuang huruf ‘illat dan
juga membuang huruf nun. Mungkin diantara teman-teman ada yang belum tahu apa itu
huruf ‘illat, tidak apa-apa, pada tulisan selanjutnya insyaallah akan saya tulis sebuah
postingan yang khusus membahas tentang penjelasan apa itu yang dimaksud dengan
huruf ‘illat.

Adapun tanda irab jazm yang menjadi bagian terakhir dalam pembagian i’rab dalam ilmu
nahwu adalah sebagai berikut :

1) Sukun, yang menjadi tanda pokok dalam i’rab jazm.

Contoh :

‫ َلْم َيْض ِر ْب‬Asalnya ‫َيْض ِر ُب‬

‫ َلْم َيْنُصْر‬Asalnya ‫َيْنُصُر‬

‫َلْم َيُك ْن‬ Asalnya ‫َيُك ْو ُن‬

2) Membuang nun yang menjadi tanda rafa’.

Contoh :

‫ َلْم َتْفَع ُلْو ا‬Asalnya ‫َتْفَع ُلْو اَن‬

‫ َلْم َتْفَعِلْى‬Asalnya ‫َتْفَعِلْيَن‬

‫ َلْم َيْفَع اَل‬Asalnya ‫َيْفَع اَل ِن‬


‫ َلْم َتْفَع اَل‬Asalnya ‫َتْفَع اَل ِن‬

‫ َلْم َيْفَع ُلْو ا‬Asalnya ‫َيْفَع ُلْو اَن‬

3) Membuang huruf ‘illat.

‫ َلْم َيْر ِم‬Asalnya ‫َيْر ِم ى‬

Contoh :

‫ َلْم َيْخ َش‬Asalnya ‫َيْخ َش‬

BAB 2

Kata yang mabni dan kaya yang mu’rab

A. Pengertian Mabni dan mu’rab

Kalimah Mabni adalah kalimah yang akhirannya tidak bias berubah-ubah walaupun ada
‘amil yang memasukinya. Jadi jika ada suatu kalimah yang kemasukan ‘amil baik nawasib
atau jawazim atau huruf jer tapi akhirannya tidak berubah maka kalimah itu di sebut kalimah
mabni, contohnya ‫ َلْن َيْفُع َلَّن‬kalimah ini kemasukan ‘amil nawasib yakni ‫ َلْن‬tapi harakat
akhirnya tetap tidak berubah, maka kalimah ini adalah di sebut kalimah mabni.
Kalimah Mu’rab adalah kalimah yang akhirannya bisa berubah-ubah sesuai dengan ‘amil
yang memasukinya. Jadi jika suatu kalimah itu kemasukan ‘amil dan kalimah itu terjadi
perubahan pada akhiran kalimah itu, maka kalimah itu di sebut kalimah mu’rab contohnya
kalimah ‫ ِم َن اْلَم ْس ِج ِد‬, disini terjadi perubahan harakat akhir pada kalimah isim ‫اْلَم ْس ِج ِد‬, karena
pada awalnya kalimah itu harakat akhirnya di baca dhommah tapi karena ke masukan ‘amil,
yaitu huruf jer maka harakat akhir kalimah itu di baca kasrah atau majrur.

B. Bentuk-bentuk Kalimat yang Mabni


1. Isim mabni (harakat akhirnya tetap, tidah berubah-ubah) : ialah isim yang ada
serupa bisa mendekati kepada huruf, isim ini bentuknya ada enam macam:
a Isim dhomir adalah kata ganti nama contohnya ‫ َانَت‬- ‫ُهَو‬
b Isim maushul, contohnya ‫ اّلِتْي‬-‫اّلِذ ي‬
c Isim isyaroh adalah kata tunjuk contohnya, ‫ َهِذِه‬-‫َهذا‬
d Isim syarat, contohya ‫ َح ْيُثَم ا‬- ‫َم ْن‬
e Isim istifham adalah kata Tanya ,contohnya ‫ َهْل‬- ‫َم ا – َايَن‬
f Isim fi’il, contohnya ‫ ََحّيَهْل‬-‫َص ْه‬
Jenis kalimah isim di atas adalah mabni, yakni kharakat/huruf akhirnya tidak bisa
berubah-ubah walaupun ada amil yang memasukinya, jadi sampai kapan pun kalimah
tersebut akan tetap sama seperti itu tidak akan ada suatu perubahan sedikitpun.
2. Fi’il mabni ( harakat akhirnya tidak bias berubah-ubah) : ialah selain fi’il
mudhori’ yang tidak bertemu dengan nun taukid dan nun jama’ inats, dalam hal
ini ada tiga :
a Fi’il mudhori’ yang bertemu nun taukid atau nun jama’ inats contohnya,- ‫َيْفُع َلَّن‬
‫َيْفُع ْلَن‬
b Fi;il madhi contohnya,‫ َفَع ُلوا‬- ‫َفَعَل‬
c Fi’il amar contohnya,‫ اْفُعال‬- ‫ُاْفُعْل‬
Jadi bentuk-bentuk kalimah fi’il diatas adalah mabani, sampai kapanpun dan
bagaimanapun kalimah tersebut tidak akan berubah, walaupun ada ‘amil yang
memasukinya, baik ‘amil nawashib maupun ‘amil jawazim.
Kalimah huruf itu semuanya di mabnikan (tidak ada yang mu’rab(.seperti huruf
jer ( ‫ َعلى‬، ‫ َع ْن‬،‫ ِأَلى‬، ‫ِم ْن‬, ( dan lain sebagainya.

C. Bentuk-bentuk yang Kalimat Mu’rab


1. Isim Mu’rab ( kalimah isim yang bias berubah-ubah akhirnya) : ialah isim yang
tidak ada serupa yang bisa mendekatkan kepada kalimah huruf, isim ini
bentuknya ada tiga belas macam :
a. Isim mufrad : adalah isim yang berma’na satu, contohnya ‫َزْيٌد‬
b. Isim tatsniyah : adalah isim yang berma’na dua, dari isim mufrad yang di tambahi
alif dan nun atau yak dan nun, ‫ُم ْس ِِلَم اِن‬
c. Isim mulhaq bismi tastniyah : adalah isim yang bentuknya seperti isim tatsniyah
tetapi tidak mempunyai mufrad ‫ ِكاَل ُهَم ا‬- ‫ِاْثَناِن‬
d. Isim jama’ mudzakar salim: kalimah isim yang menunjukkan arti laki-laki
banyak, dari isim mufrad yang di tambah wawu dan nun atau yak dan nun
contohnya - ‫َزْيُد ْو َن‬ , ‫ُم ْس ِلُم ْو َن‬
e. Isim mulhak bijam’i mudzakar salim : adalah isim yang bentuknya seperti isim
mudzakar salim, tetapi tidak mempunyai syarat-syarat seperti jamak mudzakar
salim contohnya, ‫ِع ْش ُرْو َن‬
f. Isim jama’ muanats salim : adalah kalimah isim yang menunjukkan arti
perempuan banyak, dari isim mufrad yang di tambah alif dan tak contohnya,
‫ُم ْس ِلَم اٌت‬
g. Isim mulhaq bijam’i muanats salim : adalah isim yang bentuknya seperti isim
jama’muanats salim, tetapi tidak memenuhi syarat-syarat sebagai isim jama’
muanats salim contohnya, ‫ُاوالُت‬
h. Isim jama’ taksir : isim yang bermakna banyak, yang berubah dari bentuk
mufradnya contohnya, ‫ ُكُتٌب‬- ‫ِر َج ا ٌل‬
i. Asmaul khomsah/sittah : contohnya, ‫ َاُخ وَك‬-- ‫َاُبوَك‬
j. Isim maqshur : isim yang huruf akhirnya berupa alif lazimah ( alif yang
tetap( contohnya, ‫َزَك ِرَّيا‬
k. Isim manqus : isim yang huruf akhirnya berupa yak lazimah (yak yang tetap)
contohnya, ‫ ُس َع ْو ِد‬- ‫ِح ْلِمْي‬
l. Isim ghoiru munshorif : isim yang tidak menerima di tanwin, karena adanya alas
an-alasan tertentu contohnya, ‫ِاْبَر اِهْيُم – ُع ْثَم اُن‬
m. Isim mudhof liyail mutakallim : isim yang di sandarkan pada yang mutakallim
(yak dhomir yang artinya saya ) contohnya, ‫ َبْيِتي‬- ‫ْ ِكَتاِبْي‬
Jadi bentuk-bentuk kalimah isim di atas adalah mu’rab dalam artian bahwa kalimah isim
tersebut akhirannya dapat berubah-ubah sesuai dengan amil yang memasukinya.
2. Fi’il Mu’rab ( biasa berubah-ubah akhirnya) : ialah fi’il mudhori’ yang tidak
bertemu nun taukid dan nun jama’ inats, fi’il ini bentuknya ada lima macam:
a Fi’il mudhori’ shohih akhir : adalah fi’il mudhori’ yang huruf akhirnya berupa
huruf sahih contohnya, ‫ َيُقْو ُل‬- ‫َيْنُصُر‬
b Fi’il mudhori’ af’alul khomsah : fi’il mudhori’ yang bertemu dengan alif
tatsniyah, wawu jama’ atau yak muanats mukhothobah yang mengikuti salah satu
lima wazan ‫ َتفعليَن‬، ‫ َتفَع لوَن‬، ‫ َيْفَع ُلْو َن‬، ‫ َتْفَع لآلِن‬، ‫َيْفَع اَل ِن‬،
c Fi’il mudhori’ mu’tal bilwawi : fi’il mudhori’ yang huruf akhirannya berupa huruf
‘ilat wawu contohnya, ‫َيْدُع ْو – َيْغ زْو‬
d Fi’il mudhori’ mu’tal akhir bil yak : fi’il mudhori’ yang huruf akhirannya berupa
huruf ‘ilat yak contohnya, ‫ َيْج ِر ْي‬- ‫َيْر ِمْي‬
e Fi’il mudhori’ mu’tal akhir bil alif : fi’il mudhori’ yang huruf ahirannya berupa
huruf ‘ilat alif contohnya,‫ َيْر َض ى‬-‫َيْخ َش ى‬
Bentuk bentuk fi’il di atas adalah mu’rab, dalam artian bahwa kalimah tersebut bisa
berubah akhirannya sesuai ‘amil yang memasukinya, jika yang masuk ‘amil nawashib
maka kalimah tersebut akan di baca nashab, jika yang memasuki kalimah tersebut ‘amil
jawazim makam kalimah tersebut akan di baca jazem.

Anda mungkin juga menyukai