A. Pengertian I’ROB
Kata I’rab ( )إعرابsecara bahasa memiliki arti “baris” atau juga “harakat”, Kata i’rab ada
juga yang mengatakan berasa dari bahasa arab yang mempunyai arti perubahan, sedangkan
menurut professor doktor sarjana ahli nahwu, i’rob yaitu perubahan yang terjadi pada ahir kata
yang di sebabkan oleh perbedaan amil yang masuk, baik berupa lafadz atau taqdirnya.
Sedangkan bina’ itu merupakan kebalikan dari i’rab yang masing-masing keduanya memiliki
karekteristik yang sangat berbeda-beda.
َتْغ ِييُر َاَو اِخ ِر الَك ِلِم اِل ْخ ِتاَل ِف الَع َو اِم ِل الَد اِخ َلِة َع َليَها َلْفًظا َاْو َتْقِد يًرا
Artinya :
“Berubahnya (harokat) akhir suatu kalimat yang disebabkan adanya perbedaan ‘amil
(yang memerintah) yang menempel pada kalimat tersebut, baik dalam segi lafadznya atau
pun kira-kiranya.
Maksud dari arti tersebut ialah: I'rab itu mengubah syakal tiap-tiap akhir kalimah disesuaikan
dengan fungsi amil yang memasukinya, baik perubahan itu tampak jelas lafazhnya atau hanya
secara diperkirakan saja keberadaannya.
I'rob pada isim (kata benda) ada tiga macam yaitu rof'un ()رفع, nashbun ( )نصب, dan
jarrun ( رTTT)ج. Sedangkan I'rob pada kata kerja (Fi’il )ada 3 yaitu : rof'un (عTTT)رف,
nashbun ( )نصب, jazmun ()جزم. I'rob (perubahan akhir) pada suatu isim yanh menunjukkan
kedudukan atau suatu fungsi isim tersebut dalam kalimat baik sebagai subjek,predikat,objek
langsung maupun objek dari suatu kata depan. Isim atau kata benda yang mengalami
dinamakan ism mabniy ( )اسم مبني. Pada isim mabni tidak ada perubahan di akhir isim
tersebut.
B. Pembagian I’rob
keterangan :
1. Rafa’ : perubahan yang khusus, yang ditandai dengan dlomah atau yang
2. Nashab : Yaitu perubahan yang khusus, yang ditandai dengan fathah atau
C. Tanda-tanda I’rob
Masing- masing i’rob mempunyai tanda yang berbeda-beda, diantaranya sebagai berikut:
1. I’rob Rafa
ِللَّر ْفِع َأْر َبُع َع اَل َم اٍت َالَّض َّم ُة َو اْلَو اُو َو اَأْلِلُف َو الُّنْو ُن
Artinya : “I’rob rafa’ itu mempunyai 4 tanda, yaitu dlomah, wawu, alif dan nun”.
Setiap kalimah, ketika rafa’ pasti menggunakan salah satu dari 4 tanda tersebut. Dan
setiap tanda mempunyai tempat – tempat tersendiri yang akan dibahas di bawah ini :
(3) Jama’ muannas salim, yatu lafadz yang menunjukkan makna jamak
(banyak) yang dikhususkan pada objek perempuan. Dan biasanya di
aakhiri dengan huruf alif dan ta’. Contoh : َج اَئِت اْلُم ْس ِلَم اُت (para wanita
muslimah datang)
adalah ِلَم ُة َاْلُم ْسyang berarti seorang wanita muslimah. Ta’ –
nya َاْلُم ْس ِلَم ُةdibuang, lalu ditambahkan alif dan ta’ alamat jama’
(4) fiil mudhari’ yang huruf akhirnya tidak bertemu dengan alif tatsniyyah,
wawu jama’, dan ya’ mu’annatsah mukhothobah. Fi’il mudlori’ adalah fi’il
yang di awali huruf ya’, ta’, hamzah, atau nun yang zaidah (tambahan).
Contoh : ُنَقاِتُل, َاْفَتُح, َتْض ِر ُب, َيْنُصُر
2) wawu, pada hakikatnya wawu adalah sebagai pengganti (tanda far’i) dari
tanda dhammah.Tanda wawu sebagai ciri dari i’rab rafa’ bertempat di dua
tempat, yaitu:
(1) Jamak mudzakar salim, yaitu suatu kata yang menunjukkan makna jamak
yang dikhusukan pada objek laki-laki, dan biasanya di akhiri dengan huruf
wawu dan nun ( )و نpada tingkah rafa’ dan di akhiri ya’ dan nun ( )ينpada
tingkah nasab dan jer. Contoh;
اولئك هم المفلحون
(2) Asma’ul khamsah, yaitu isim-isim lima yakni ( ذو، فو، حم، اخ،)اب. Contoh;
ُذ ْو َم اٍل، ُفْو َك، َح ُم ْو َك، َاُخ ْو َك، َج اَء َاُبْو َك
3) alif, maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada isim-isim tatsniyyah yang
tertentu.Isim tatsniyah adalah suatu kata benda yang menunjukkan makna dua.
Isim tatssniyah biasanya di akhiri dengan huruf alif dan nun ( )أ نketika rafa’, dan
di akhiri ya’ dan nun ( )ينketikaa tingkah nasab dan jer. Contoh;
تفعالن،يفعالن
تفعلون،يفعلون
(3) Dhamir muannas mukhatabah, contoh;
تفعلين
2. I’rob Nashab
I'rab nashab mempunyai lima alamat, yaitu: fathah, alif, kasrah, ya dan membuang
(menghilangkan) huruf nun.
1) Fathah merupakan tanda i’rob nasab asli, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada
tiga tempat :
(1) Pada Isim Mufrad, seperti dalam contoh :
(3) Fi’il Mudhari apabila kemasukan padanya amil yang menashabkan dan pada akhir
kalimatnya tidak bertemu dengan sesuatupun. (dari alif tatsniyah, wawu jamak,dan nun
taukid). Contoh:
Asma’ul khomsah
3) Kasrah. Kasrah menjadi alamat i’rab nashab hanya terdapat pada bentuk jamak
muannats salim saja. Contoh :
( َر َأْيُت اْلُم ْس ِلَم اِتbentuk jamak dari lafadh )ُم ْس ِلَم ٌة
4) Ya’. Ya menjadi alamat bagi i’rab nashab pada isim tatsniyah dan jamak
mudzakar salim. Contoh:
(3) membuang nun(Hafdzu Nun). Membuang nun menjadi alamat pada i’rab nashb
pada af’aalul khomsah. Yang di rafa’ kan dengan memakai nun itsbat .Seperti
lafadz:
= َاْن َيْع َلَم اhendaknya mereka berdua mengetahui
(3) Jamak muanas salim, الَّطاِلَب اِت ( َس َّلْم ُت َع َلىsaya memberi salam kepada siswi-
siswi).
(1) Asma’ul khomsah, ؟ ( َأَتْذ َهُب ِاَلى َأِخ ْيَكapakah kamu akan pergi kepada saudaramu?).
(2) Isim tasniyah, ( َسِم ْع ُت َهَذ ا اْلَخ َبَر ِم ْن َطاِلَبْيِنsaya mendengar berita ini dari dua
orang siswa).
(3) Jamak muzakar salim, ( َالَّلُهَّم اْج َعْلَنا ِم َن اْلَفاِئِز ْيَنya Allah jadikanlah kami termasuk
orang-orang yang mendapatkan kemenangan).
(1) Isim ghoir munsorif (isim yang tidak menerima tanwin), ِلَعاِئَش َة ( ِهِذِه الَّسَّياَر ُةmobil ini
milik Aisyah).
4. I’rab jazm
I’rab jazm merupakan i’rab yang dikhususkan untuk kalimat fiil. Adapun tanda irab jazm
yang akan kita bahas disini ada dua, yaitu sukun dan membuang (nun+huruf ‘illat).
Dalam redaksi kitab jurumiyah disebutkan sebagai berikut :
i’rab jazm dalam ilmu nahwu ditandai dengan dua tanda yaitu harakat sukun dan hadf
(membuang), yang dimaksud dengan membuang disini adalah membuang huruf ‘illat dan
juga membuang huruf nun. Mungkin diantara teman-teman ada yang belum tahu apa itu
huruf ‘illat, tidak apa-apa, pada tulisan selanjutnya insyaallah akan saya tulis sebuah
postingan yang khusus membahas tentang penjelasan apa itu yang dimaksud dengan
huruf ‘illat.
Adapun tanda irab jazm yang menjadi bagian terakhir dalam pembagian i’rab dalam ilmu
nahwu adalah sebagai berikut :
Contoh :
Contoh :
Contoh :
BAB 2
Kalimah Mabni adalah kalimah yang akhirannya tidak bias berubah-ubah walaupun ada
‘amil yang memasukinya. Jadi jika ada suatu kalimah yang kemasukan ‘amil baik nawasib
atau jawazim atau huruf jer tapi akhirannya tidak berubah maka kalimah itu di sebut kalimah
mabni, contohnya َلْن َيْفُع َلَّنkalimah ini kemasukan ‘amil nawasib yakni َلْنtapi harakat
akhirnya tetap tidak berubah, maka kalimah ini adalah di sebut kalimah mabni.
Kalimah Mu’rab adalah kalimah yang akhirannya bisa berubah-ubah sesuai dengan ‘amil
yang memasukinya. Jadi jika suatu kalimah itu kemasukan ‘amil dan kalimah itu terjadi
perubahan pada akhiran kalimah itu, maka kalimah itu di sebut kalimah mu’rab contohnya
kalimah ِم َن اْلَم ْس ِج ِد, disini terjadi perubahan harakat akhir pada kalimah isim اْلَم ْس ِج ِد, karena
pada awalnya kalimah itu harakat akhirnya di baca dhommah tapi karena ke masukan ‘amil,
yaitu huruf jer maka harakat akhir kalimah itu di baca kasrah atau majrur.