NIM : M17010019
Marfu’ adalah salah satu kedudukan di antara empat kedudukan Nahwu, yaitu:
(marfu’/rafa’) (manshub/nashab) (majrur/khafadh) (majzum/jazm). Tanda marfu’ untuk isim
adalah: dhammah (ُ) dan Wau (... َـون...
ْ /ـو ْ ). Isim yang memiliki kedudukan marfu terdiri dari
tujuh macam, yaitu fa’il, maf’ul yang dibuang fa’ilnya, mubtada’, khabar, isim kana dan
saudaranya, khabar inna, serta isim yang mengikuti marfu’ (na’t, ‘ataf, taukid, dan badal).
Fa’il adalah isim yang berkedudukan marfu’ karena menjadi subjek (pelaku). Fail
biasanya terletak setelah fi’il (kata kerja). Jadi, fa’il hanya ada pada kalimat yang berupa
jumlah fi’liyah, yaitu kalimat yang dimulai dengan kata kerja
1. Fail isim zahir ()فاعل اسم ظاهر, yaitu subjek yang berupa sesuatu atau nama.
2. Fail isim dhamir ()فاعل اسم ضامر , yaitu subjek yang berupa kata ganti.
A. Isim yang mengalami I’rab Rafa’ dinamakan Isim Marfu’ yang terdiri dari:
1. Mubtada’ (Subjek) dan Khabar (Predikat) pada Jumlah Ismiyyah (Kalimat Nominal).
Perhatikan contoh-contoh Jumlah Ismiyyah di bawah ini:
ا ْل َكـــــافِ ُر (=orang kafir) –> Naib al-Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammah.
َ ش ْي
ُطان َّ ال (=syaitan) –> Naib al-Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammah.
1. Mubtada’ (F)المبتدأ
Yaitu isim marfu’ yang terletak di awal kalimat. Mubtada’ adalah isim yang memiliki
kedudukan marfu’ karena tidak terpengaruh oleh amil apapun. Hal itu terjadi karena
mubtada’ berada di awal kalimat.
Misal : الكتابُ جدي ٌد (Alkitaabu jadiidun) = Buku itu baru
Kata الكتاب (= buku) merupakan mubtada’, karena terletak di awal kalimat.
2. Khobar Mubtada’ ()الخبر
Yaitu yang menyempurnakan makna mubtada’. Khabar adalah penjelas dari mubtada’.
Karena disandarkan pada mubtada’, maka khabar juga sama seperti mubtada’, kedudukannya
marfu’. Khabar yang marfu’ adalah khabar mufrad.
Pada kalimat الكتابُ جدي ٌد , kata ٌجديد (= baru) merupakan khobar, karena menyempurnakan
makna mubtada’
Kata الكتاب (=
ُ buku) merupakan isim kaana, karena kata tersebut awalnya mubtada’, setelah
dimasuki kaana, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim kaana”.
Kana dan saudara-saudaranya:
1. كان (menjadi/yang terjadi)
2. ليس (bukan/tidak)
3. صار (menjadi)
4. بات (semalam)
5. اصبح (di waktu pagi)
6. اضحى (di waktu dhuha)
7. امسى (di waktu sore)
8. ظلّى (senantiasa/masuk waktu siang
9. ما زال (senantiasa/masih)
10. ما برح (senantiasa/masih)
11. ما فتئ (senantiasa)
12. ما انفك (senantiasa)
13. ما دام (selama/selamanya)
ّ )خبرdan saudara-saudaranya
4. Khobar Inna (إن
Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh inna dan saudara-saudaranya. Pola kalimat
dengan diawali inna adalah salah satu pola kalimat khusus dalam Bahasa Arab yang
menyebabkan ketentuan-ketentuan khusus pula.
Kalimat setelah inna memiliki isim dan khabar. Khabar pada kalimat inilah yang
berkedudukan marfu.
ّ إن
1. أن/ ّ (sesungguhnya)
ّ
2. ولكن/ ّ
لكن (tetapi)
ّ
3. كأن (seakan-akan)
4. ليت (tidaklah)
5. لع ّل (bisa jadi, mungkin saja, semoga saja)
5. Fa’il ()الفاعل
Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il lil ma’lum (setelah kata kerja aktif) dan
menunjukkan pada orang atau sesuatu yang melakukan perbuatan atau yang mensifati
perbuatan tersebut. Dengan kata lain, Fa’il = subjek.
Misal : ًقـَرأ الطالبُ رسالة (Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.
Kata الطالب (=
ُ siswa) merupakan fa’il, karena terletak setelah kata kerja aktif (yaitu
membaca), dan yang orang yang melakukan perbuatan (yang membaca adalah siswa), jadi
siswa itu sebagai subjek.
C. Isim-isim yang mengikuti sebuah kata yang marfu’, maka menjadi marfu’ pula. Ada empat
macam tabi’: Na’t, ‘ataf, taukid dan badal.
a) Na’t adalah isim yang mengikuti sebuah kata dan berfungsi menjadi sifat.
َجا َء َز ْي ٌد اَ ْل َك ِر ْي ُم
b) Ataf adalah isim yang mengikuti sebuah kata dengan diselingi oleh huruf ‘ataf.
c) Taukid adalah isim yang mengikuti sebuah kata dan berfungsi menguatkan kata tersebut.
َُجا َء َز ْي ٌد نَ ْف ُسه
d) Badal adalah isim yang mengikuti sebuah kata dan isim itu memberi status tambahan.
َ َْجا َء َز ْي ٌد أَ ُخو
ك
Mubtada adalah isim yang dirafa’kan yang Kosong dari amil-amil sebangsa lafadzh
atau Mubtada' adalah isim marfu' yang terletak di awal kalimat.
Misal:
Isim fa’il adalah sifat yang terjadi dari fi’il bina ma’lum, yang menunjukkan makna orang
yang melakukan perbuatan dari aspek terjadinya bukan dari aspek tetapnya (sifat tersebut
pada diri pelaku)
- ب أَبُوْ هُ بَ ْكرًا
ٍ ار
ِ ض ُ ْ= َم َرر
َ ت بِ َر ُج ٍل
marartu birajulin dhaaribin abuuhu bakran
Artinya = Saya dilewati seorang laki-laki yang bapaknya memukul Bakar.
- اربٌ َز ْي ٌد بَ ْكرًا ؟
ِ ضَ َ= أ
a dhaaribun zaidun bakran?
Artinya = apakah Zaid yang memukul Bakar?
Isim Fa’il yang terletak setelah Masdar. Adapun Faa’il adalah nama jabatan
kata dalam suatu jumlah yaitu rofa‘ dan biasanya terletak setelah fiil. Semua kata dari
jenis isim, dapat menjadi Faa’il, tidak ada wazan/pola khusus. Dan
isitilah Faa’ilbiasanya ditemukan pada ilmu nahwu.
Ringkasnya isim faa’il: bermakna pelaku atau orang yang melakukan suatu
perbuatan sedangkan faa’il adalah jabatan dalam kalimat berupa pelaku suatu
pekerjaan / orang yang melakukan suatu perbuatan.