Anda di halaman 1dari 9

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : NAHWU II


B. Kegiatan Belajar : KB 1 (MARFUATUL ASMA’)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

A. Pengertian Marfuatul Asma


Marfuatul asma adalah kumpulan isim (kata benda) yang
berada dalam kondisi marfu dalam i’rabnya. Penyebab
marfu’nya adalah dikarenakan adanya ‘amil (pemarkah)
yang berada di depan isim tersebut. Marfuatul asma
termasuk kelompok isim Mu’rab, yaitu kelompok kata yang
berubah-ubah kondisi akhirnya mengikuti kaidah i’rab.
Perubahan kata dalam Bahasa Arab terbagi menjadi empat.
Empat macam i’rab ini didasari oleh 4 harakat dalam Bahasa
Arab, yaitu dhammah, fathah,kasrah, dan sukun. Adapun
marfuatul asma termasuk kelompok isim rafa’ atau
dhammah.
B. Macam-macam Marfuatul Asma
Ada 7 macam marfuatul asma, yaitu: fail, naibul fail,
mubtada, khabar, isim kana dan saudaranya, khabar inna dan
saudaranya, dan ta’bi yaitu naat, athaf, tawkid, dan badal.
Peta Konsep (Beberapa
1 istilah dan definisi) di 1. Fail
modul bidang studi Fail adalah isim marfu yang terletak setelah fiil ma’lum
untuk menunjukkan makna pelaku dari suatu pekerjaan,
contoh :
َ ‫ﻋﻠﻲ ْاﻟ ْﻜ‬
‫ﻠﺐ‬ ‫ب ﱞ‬َ ‫ﺿ َﺮ‬
َ Ali telah memukul anjing
Ketentuan-Ketentuan Fa’il:
a) Fa’il adalah isim yang marfu’
Contoh: ‫ُم َح َّمﺪًا‬ ُ ‫ﺼﺮ َزﻳْﺪ‬
َ َ‫ﻧ‬ (Zaid menolong
Muhammad) َ‫ زَ ْﻳﺪ‬adalah sebagai fa’ilnya karena dia
merupakan isim yang marfu’ ‫ ُم َح َّمﺪًا‬bukan sebagai
fa’il karena dia manshub.
b) Fa’il harus diletakkan setelah fi’il
Apabila ada isim marfu’ yang terletak di depan atau
sebelum fi’il maka dia bukan fa’il Contoh: ُ ‫ُم َﺣ َّمدٌ َﻳَ ْﻛﺗُب‬
‫ َّاﻟدَ ْرس‬Muhammad sedang menulis pelajaran.ُ‫َم َّﺣ ٌمد‬
bukan sebagai fa’il. Hal ini karena ia terletak di
depan fi’il. Fa’ilnya adalah berupa dhomir mustatir
yang terdapat pada fi’ilَ‫ ﻳَ ْﻛﺗُب‬yang taqdirnya adalah ‫ھ َُو‬.
c) Fi’il yang dipakai adalah fi’il ma’lum. Apabila ada
isim mar’fu’ yang terletak setelah fi’il majhul, maka
ia bukan sebagai fa’il .Contoh: ُ‫ﻋ ِﱞﻠﻲ‬ َ ‫ب‬َ ‫ ﺿ ُِر‬Ali dipukul
‫ﻋ ِﱞﻠﻲ‬ َ bukanlah sebagai fa’il karena fi’il yang dipakai
adalah fi’il majhul.
d) Fi’il yang dipakai harus selalu dalam bentuk mufrod
Contoh: َ‫ ﻛَﺗ َب اْﻟ ُم ْﺳ ِﻠ ُم اﻟَّد ْر َس‬Seorang muslim itu
menulis pelajaran. َ‫ َﻛﺗَب اْﻟُ ْمﺳﻠََِ مﺎِن ا َّﻟد َْرس‬Dua orang
muslim itu menulis pelajaran.
َ‫َب اْﻟ ُم ْﺳ ِﻠ ُم ْونَ اﻟَّد َّْرس‬
َ ‫ َﻛﺗ‬Orang-orang muslim itu menulis
pelajaran.
e) Bila fa’ilnya mudzakkar, maka fi’ilnya mufrod
mudzakkar. Bila failnya muannats maka fi’ilnya
mufrod muannats .Contoh:
َ‫ب ُم َﺣ َّمدٌ اﻟﻠََّ َﺑن‬َ ‫ ﺷ َِر‬Muhammad telah minum susu
َ َّ
َ‫ت َم ْرﻳَ ُم اﻟﻠﺑَن‬ ْ َ‫ ﺷ َِرﺑ‬Maryam telah minum susu.

2. Naibul Fail
Naibul fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il
majhul untuk menunjukkan orang yang dikenai
pekerjaan. Contoh: ُ‫ب اْﻟَ ْﻛﻠُب‬ َ ‫( ﺿ ُِر‬Anjing itu telah dipukul).
Ketentuan-ketentuan naibul fa’il
a) Naibul fa’il merupakan isim marfu’. Asal dari
na’ibul fa’il adalah sebagai obyek (maf’ul bih) yang
mempunyai I’rob nashob. Tatkala failnya dihapus,
maka maf’ul bih menggantikan posisi fa’il yang
mempunyai I’rob rofa’. Contoh: َ‫ﺻ َر زَ ْﻳدٌ ُم َﺣ َّمدًا‬ َ َ‫( ﻧ‬Zaid
menolong Muhammad) Ketika fa’ilnya dihapus,
menjadi: ُ‫ﺻ َر ُم َﺣ َّمد‬ ِ ُ‫( ﻧ‬Muhammad ditolong).
b) Naibul fa’il harus diletakkan setelah fi’il. Apabila
ada isim marfu’ yang terletak di depan atau sebelum
fi’il maka dia bukan naibul fa’il. Contoh: ‫ﺻ ُر‬ ِ ُ‫ُم َﺣ َّمدٌ ﻧ‬
(Muhammad ditolong), ٌ‫ ُم َﺣ َّم ُد‬bukan naibul fa’il. Hal
ini karena ia terletak di depan fi’il. Naibul fa’ilnya
adalah berupa dhomir mustatir yang terdapat pada
fi’il ‫ﺻ ُر‬ ِ ُ‫ ﻧ‬yang taqdirnya adalah ‫ھ َُو‬.
c) Fi’il yang dipakai adalah fi’il majhul.
Contoh: ‫ﺻ َر ُم َﺣ َّمد‬ ِ ُ‫ﻧ‬
d) Fi’il yang dipakai harus selalu dalam bentuk mufrod.
Contoh: ‫( ﻗُﺗِل اْﻟَﻛﺎﻓ ُِر‬Seorang kafir itu telah dibunuh)
e) Bila naibul fa’ilnya mudzakkar, maka fi’ilnya
mufrod mudzakkar. Bila naibul failnya muannats
maka fi’ilnya mufrod muannats. Contoh: ُ ‫ﺻ ْرت َ َم ْر َﻳ ُم‬ َ ‫ِﻧ‬
‫ﺻر ُ َم َّﺣ ٌمد‬َ ِ‫ُﻧ‬
‫ﺿ ُرب ُ َم َّﺣ ٌمد‬
َ ‫ُ ْﻳ‬ ‫ﺗُﺿ َْربُ َم ْر َﻳ ُم‬
f) Apabila susunan sebelum fa’ilnya dihapus
menpunyai dua maf’ul bih (obyek), maka setelah
failnya dihapus, maf’ul bih pertama menjadi naibul
fail sedangkan maful bih kedua tetap manshub
sebagai maf’ul bih. Contoh: ‫َمﻧَ َﺢ ُم َﺣ َّمدٌ اْﻟَﻔ ِﻘ ْﻳ َر‬
َ (Muhammad memberi orang fakir itu makanan)
‫طﻌﺎ َ ًمﺎ‬
Tatkala fa’ilnya dihapus, maka fi’ilnya harus dirubah
menjadi bentuk majhul. Kemudian maf’ul bih
pertama (yaitu ‫ )اْﻟَﻔ ِﻘﻳ َْر‬berubah menjadi naibul fail,
sehingga I’robnya menjadi rofa’. Adapun maf’ul bih
ke dua (yaitu َ‫طﻌﺎًمﺎ‬ َ ) tetap manshub sebagai maf’ul
َ َ َ ْ
bih. ‫( ُمﻧِ َﺢ اﻟﻔ ِﻘﻳ َْر طﻌﺎ ًمﺎ‬Orang fakir itu diberi makanan).
Catatan Na’ibul Fa’il:
1) Ketentuan na’ibul fa’il mirip dengan ketentuan
yang ada pada fa’il.
2) Naibul fa’il tidak harus terletak secara langsung
dibelakang fi’ilnya.
Contoh: ُ‫َّﺎرق‬ ِ ‫ط ِﺮ ْﻳ ُق اﻟﺳ‬ َ ‫ض ﻓِﻰ ا َّﻟ‬ ُ َ‫( ﻳُﻘَﺑ‬Pencuri itu
ditangkap di jalan).
3) Apabila na’ibul fa’il tidak terletak secara
langsung dibelakang fi’ilnya, maka untuk na’ibul
fa’il yang muannats, fi’ilnya boleh mufrod
muannats atau mufrod mudzakkar.
Contoh: ُ‫ﺻ ِل َم ْرﻳَم‬ ّ َ ْ
ْ ‫ﺻ َرت ﻓِﻰ اﻟﻔ‬ ْ ُ
ِ ‫(ﻧ‬Maryam ditolong di
dalam kelas) atau ‫ﺻ ِل َم ْرﻳَم‬ ْ ّ‫ﺻ َر ﻓِﻰ اْﻟَﻔ‬ ِ ُ‫( ﻧ‬Maryam
ditolong didalam kelas)
4) Apabila na’ibul fa’ilnya berupa jamak taksir,
maka fi’ilnya boleh berbentuk mufrod
mudzakkar atau mufrod muannats. Contoh: ُ ‫ﺳﺋِل‬ ُ
‫ﺳﺎﺗِ ْﻳذ‬
َ ‫ﻷ‬َ ْ ‫ا‬ (Para ustadz ditanya) Atau ‫ذ‬
ُ ‫ﻳ‬
ْ ‫ﺗ‬
ِ ‫ﺎ‬ ‫ﺳ‬
َ ‫ﻷ‬َ ْ ‫ا‬ ‫ِل‬ ‫ﺋ‬‫ﺳ‬ُ (Para
ustadz ditanya)
5) Terkadang, na’ibul fa’il berupa isim mabni
َّ
Contoh: ‫س‬ َ ‫ﺳ َرقَ اْﻟﻔُﻠُ ْو‬ َ ‫ى‬ ْ ‫ض ا َّﻟ ِذ‬ َ ِ‫( ﻗُﺑ‬Telah ditangkap
orang yang mencuri uang).

3. Mubtada dan Khobar


Mubtada’ adalah isim marfu’ yang biasanya terdapat di
awal kalimat (Subyek). Sedangkan khobar adalah
sesuatu yang dapat menyempurnakan makna mubtada’
َ ٌ‫( ُم َﺣ َّمد‬Muhammad adalah
(Predikat) Contoh: ٌ‫طﺑِﻳْب‬
seorang dokter).
Ketentuan-ketentuan Mubtada’ dan Khobar.
a. Mubtada’ dan khobar merupakan isim-isim marfu’
Contoh: ‫ْط‬ٌ ‫( اْﻟَ َوﻟُدُ ﻧَ ِﺷﻳ‬Anak itu rajin).
b. Mubtada’ dan khobar harus selalu sesuai dari sisi
bilangannya. Contoh: ‫ﺎﺿ ٌر‬ ِ ‫( ا َ ْﻟ ُم ْﺳ ِﻠ ُم َﺣ‬Seorang muslim
itu hadir) ‫ﺎﺿر‬ ِ ‫ﺎن َﺣ‬ ْ
ِ ‫( اَﻟ ُم ْﺳ ِﻠ َم‬Dua orang muslim itu hadir).
c. Mubtada’ dan khobar harus selalu sesuai dari sisi
jenisnya. Contoh: ‫ﺻﺎ ِﻟ ٌﺢ‬ َ ‫( اَ ْﻟ ُم ْﺳ ِﻠ ُم‬Orang muslim itu
sholeh) ٌ‫ﺻﺎ ِﻟ َﺣﺔ‬
َ ُ‫( اْﻟ ُم ْﺳ ِﻠ َمﺔ‬Orang muslimah itu sholihah).
Macam-Macam Mubtada’
a. Mubtada’ yang berupa isim mu’rob
Contoh: ‫ﻋﺎ ِد ٌل‬ َ ‫ﻋ َم ُﺮ‬
ُ (Umar adalah seorang yang adil).
b. Mubtada’ yang berupa isim mabni
Contoh: ٌ‫( ھ َُو ُم ْجت َ ِهﺪ‬Dia seorang bersungguh-sungguh).
Macam-Macam Khobar
a. Khobar Mufrod
Khobar mufrod adalah khobar yang bukan berupa
ِ ‫اْ ْﻟ َﻌﺎمِ ُل َﺣ‬
jumlah maupun syibhul jumlah. Contoh: ‫ﺎﺿ ٌر‬
(Seorang pekerja itu hadir).
b. Khobar Murokkab
1) Khobar yang berupa jumlah
a) Jumlah Ismiyah
Contoh: ٌ‫( اْﻟَوﻟَدُ ِﻛﺗ َﺎﺑُﮫُ َﺟ ِد ْﻳد‬Anak laki-laki itu
bukunya baru)
b) Jumlah Fi’liyah
Contoh: ُ‫ﺿ َر أَﺑ ُْوه‬ َ ‫(اْﻟَ َوﻟَدُ َﺣ‬Anak itu telah hadir
bapaknya)
2) Khobar yang berupa syibhul jumlah
a) Jer dan Majrur
ُ ِ ‫( ُم َﺣ َّمدٌ ﻓِﻰ اْﻟَﺑَ ْﻳ‬Muhammad di dalam
Contoh: ‫ت‬
rumah)
b) Dhorof dan Mudhof ilaih
Contoh: ‫ت‬ َ ‫( ُم َﺣ َّمدٌ أ َ َم‬Muhammad di depan
ُ ِ ‫ﺎم اْﻟ َﺑ ْﻳ‬
rumah)
4. Isim Kaana dan Saudaranya
Isim Kaana dan saudari-saudarinya merupakan haraf
yang masuk pada susunan mubtada’ dan khobar
sehingga merofa’kan mubtada’ dan menashobkan
khobar. Mubtada’ yang telah dirofa’kan oleh kaana dan
saudari-saudarinya dikenal dengan Isim Kaana. Khobar
yang telah dinashobkan oleh kaana dan saudari-
saudarinya dikenal dengan Khobar Kaana
Contoh: ‫ َﻛﺎنَ ُم َّﺣ َّمدٌ ُم ْﺟﺗ َ ِهدًا‬: ٌ‫ُم َﺣ َّمدٌ ُم ْﺟﺗ َ ِهد‬
a) Isim Kaana yang berupa isim mu’rob Contoh: َ ‫َت‬ ْ ‫ﻛَﺎﻧ‬
ً ‫ ﻛﺎن اْ َﻟوﻟَدُ ﻧَ ِﺷ ْﻳ‬- ً‫ﺻﺎ ِﻟ َﺣﺔ‬
‫طﺎ‬ َ ُ ‫ﺔ‬ ‫ِﺷ‬ ‫ﺋ‬‫ﺎ‬ ‫ﻋ‬
َ
b) Isim Kaana yang berupa isim mabni
Contoh: ‫ﻋﺎ ِﻟ ًمﺎ‬ َ ُ‫َﻛﺎنَ َھذَا اﻷ ُ ْﺳﺗ َﺎ ذ‬
Saudari-Saudari Kaana
a) ‫ﺿ َﺣﻰ‬ ْ َ ‫ﺿ َّل – أ‬
َ َ ‫ ﺑَﺎتَ – أ َ ْم‬- ‫ﺻﺑَ َﺢ‬
– ‫ﺳﻰ‬ ْ َ ‫( – أ‬Untuk
menunjukkan waktu) Contoh: ‫(ﺑَﺎتَ ْاﻟ َوﻟدُ َﻧَﺎﺋِ ًمﺎ‬Anak itu
َ
tidur di malam hari)
b) ‫ْس‬ َ ‫( ﻟَﻳ‬Untuk penafian) Contoh: ً‫ﺳ ْھال‬ َ ‫ْس َّاﻟﻧَّ َﺟﺎ ُح‬
َ ‫ﻟَﻳ‬
(Kesuksesan itu tidaklah mudah)
c) َ‫( ﺻﺎَر‬Untuk menunjukkan terjadinya perubahan)
Contoh: َ ‫ﺷﺎًﺑًﺎر‬ َ َ ٌ‫ﺎر ُم َﺣ َّمد‬
َ ‫ﺻ‬َ (Muhammad telah menjadi
seorang pemuda)
d) َ‫( َمﺎدَام‬Untuk menunjukkan jeda waktu) Contoh: ‫َﻻ‬
‫ام اْﻟ َﻳ ْو َم ُم ْمطِ ًﺮا‬
َ َ‫(ﺗ َ ْﺧ ُر ْج َمﺎد‬Jangan keluar selama hari
masih hujan)
e) ‫ك‬ َ َ‫ﺊ – َمﺎ ا َ ْﻧﻔ‬ َ ِ‫ َمﺎزَ ا َل – َمﺎ ﻓَﺗ‬- ‫( َمﺎ َﺑ ِر َح‬Untuk menunjukkan
adanya kesinambungan) Contoh: َ ‫ﺎر ُق‬ َ ‫َما زَ ا َل اْﻟ‬
ِ ‫ﺳ‬
‫ ُم َﻛدَّ ًرا‬Pencuri itu senantiasa membuat resah)
Macam-Macam Khobar Kaana
a) Khobar Kaana yang berbentuk mufrod Contoh: َ‫َﻛﺎن‬
‫ﺎﺿ ًرا‬ ِ ‫اْﻟﻌَﺎمِ ُل َﺣ‬
b) Khobar Kaana yang berbentuk murokkab Contoh:
َ ‫َﻛﺎنَ ُم َﺣ َّمدٌ أَ َم‬
ِ ‫ﺎم اْﻟ َﺑ ْﻳ‬
‫ت‬
Catatan Kana:
1) Apabila isim kaana berupa isim mu’rob, maka kaana
selalu dalam bentuk mufrodnya walaupun isim
kaana tersebut berupa isim mutsanna atau jamak.
Contoh: ‫َﻛﺎنَ اْﻟ ُم ْﺳ ِﻠ ُم ُم ْﺟﺗَ ِهدًا‬
2) Apabila isim kaana berupa isim mabni yang berupa
dhomir, maka kaana ditashrif sesuai dengan
dhomirnya.
Contoh: ‫ َﻛﺎنَ ُم ْس ِﻠ ًمﺎ‬: ُ‫ھ َُو ُم ْﺳ ِﻠم‬
Khobar Inna
3) I’rob dari khobar kaana yang berbentuk murokkab
adalah fii mahalli nashbin.
5. Khobar Inna dan Saudaranya
Inna dan saudari-saudarinya merupakan huruf yang
masuk pada susunan mubtada dan khobar, sehingga
menashabkan mubtada dan merofa’kan khobar.
Mubtada’ yang telah dinashabkan oleh inna dan saudari-
saudarinya dikenal dengan Isim Inna. Khobar yang telah
dirofa’kan oleh inna dan saudari-saudarinya dikenal
dengan Khobar Inna. Sehingga istilahnya menjadi
berubah, dari mubtada menjadi isim inna dan khobar
menjadi khobar inna.
Contoh: ‫( إِ َّن َﷲ َﺣ ِﻛ ْﻳ ٌم‬Sesungguhnya Allah adalah Maha
Bijaksana).
Saudara-Saudara Inna:
a) ‫ أَن‬,‫ = إَِّن‬Untuk Taukid (Menguatkan sesuatu) Contoh:
َ‫ﺻﺎ ِﺑ ِرﻳْن‬ َّ ‫( ِإ َّن َﷲ َم َﻊ اﻟ‬Sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang sabar).
b) َ‫ = ﻟَﻳْت‬Untuk berandai-andai Contoh:.َ‫ﺳﻧَﺔ‬ َ ‫ﻟَﻳْتَ اﻟﻧَّﺗِ ْﻳ َﺟﺔَ َﺣ‬
c) ‫ = َﻛﺄ َّن‬Untuk Tasybih (Menyerupakan) Contoh: َ ‫َﻛﺄ ََّ َّن‬
َّ َ
ٌ ‫ﺳد‬ َ َ ‫ﻋ َم َر أ‬
ُ Seakan-akan Umar adalah singa)
َّ َ
d) ‫ = ﻟﻛِن‬Untuk Menyatakan kebalikan dari kalimat
sebelumnya Contoh: ٌ‫ﺻ ِﻐﻳ ٌْر ﻟَ ِﻛﻧَّﮫُ ُم ِﻔ ْﻳد‬َ ُ‫( ْاﻟ ِﻛﺗَﺎب‬Kitab itu
kecil akan tetapi berfaidah)
e) ‫ = ﻟَﻌَ َّل‬Untuk pengharapan Contoh: (‫ﻟَﻌَ َّل اْﻟ ُﺟو ُم ْﻌﺗ َ ِد ٌل‬
Mudah-mudahan udaranya nyaman)
f) ‫ = َﻻ اﻟﻧَّﺎﻓِﻳَﺔُ ﻟ ِْﻠ ِﺟ ْﻧ ِس‬Untuk meniadakan jenis Contoh: ‫َﻻ‬
‫ت‬ ِ ‫( َر ُﺟ ٌل ﻓِﻲ اْ ْﻟ َﺑ ْﻳ‬Tidak ada seorang lelaki pun di dalam
rumah itu)
Tashrif Inna
Isim Inna terbagi dua, yang berupa isim Mu’rob dan
Mabni.
1) Isim Inna yang berupa isim mu’rob Contoh: ‫إِ َّن ُم َﺣ َّمدًا‬
‫ِس‬
ٌ ‫( َﺟﺎﻟ‬Sesungguhnya Muhammad duduk).
2) Isim inna yang berupa isim mabni. Contoh: ٌ‫ِإﻧَّ َهﺎ ﻗَﺎ ِﺋ َمﺔ‬
(Sesungguhnya dia -perempuan- berdiri).
Catatan Khobar Inna:
1) Untuk menentukan mana isim inna dan khobarnya,
terlebih dahulu harus dicari mana mubtada dan
khabarnya, sehingga apabila didapatkan khobar di
depan atau mubtada di belakang maka isim dan
khobar inna juga menyesuaikan. Contohnya adalah
kalimat :
‫ﻓِﻲ اْﻟَ ْﺑﻳِت اﻟَّ َّر ُﺟ ُل‬
(Seorang laki-laki itu di dalam rumah). Maka kata
ِ ‫ ﻓِﻲ اْﻟ َﺑ ْﻳ‬adalah khobar muqoddam, sedangkan ‫اﻟَّ َّر ُﺟ ُل‬
‫ت‬
adalah mubtada muakhkhor. Jika mubtada
berbentuk dhomir maka isim inna menyesuaikan,
Contoh: ُ‫ ھُ ْم ُم ْﺳ ِﻠ ُم ْون‬Menjadi, .ُ‫إَِّﻧُ ْهم ُم ْﺳﻠِم ِون‬
2) Jika mubtada berbentuk dhomir maka isim inna
menyesuaikan, Contoh: ‫ن‬ ُ ‫ ھُ ْم ُم ْﺳ ِﻠ ُم ْو‬Menjadi, ‫إِﻧَّ ُه ْم‬
. َ‫ُم ْﺳ ِﻠ ُم ْون‬
6. Attawabi lil marfu (Tabi’)
Tabi’ adalah kata yang mengikuti hukum kata
sebelumnya ditinjau dari sisi i’rab. Yang termasuk
Kelada tabi’ yaitu :
a. Naat
Na’at adalah tabi’ yang menyifati isim sebelumnya.
َ ٌ ‫ﻋﺎ ِد‬
Na’at bisa disebut sifat. Contoh: ‫ل‬ َ ‫( َﺟﺎ َء إِ َمﺎ ٌم‬Seorang
imam yang adil telah datang).
Ketentuan-Ketentuan Na’at:
1) Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ta’yin
(kejelasan) atau ma’rifah dan nakirahnya nya.
Contoh:
‫رﺟﻊ طﺎﻟﺐ مﺎھﺮ‬
(Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali)
‫رﺟﻊ اﻟطﺎﻟﺐ اﻟمﺎھﺮ‬
(Seorang mahasiswa yang pandai itu telah
Kembali)
2) Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ‘adad
(jumlah)nya. Contohnya:
‫رﺟﻊ طﺎﻟﺐ مﺎھﺮ‬
(Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali)
‫رﺟﻊ طﺎﻟبﺎن مﺎھﺮان‬
(Dua orang mahasiswa yang pandai telah
kembali)
ّ ‫رﺟﻊ‬
‫طﺎﻻب مﺎھﺮون‬
(Para mahasiswa yang pandai telah kembali)
3) Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi nau’
(jenis)nya. Contohnya:
‫رﺟﻊ طﺎﻟﺐ مﺎھﺮ‬
(Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali)
‫رﺟﻊ طﺎﻟبﺔ مﺎھﺮة‬
(Seorang mahasiswi yang pandai telah kembali).
Catatan:
1) Apabila man’ut berupa isim jama’ yang tidak
berakal maka na’atnya boleh berbentuk mufrod
muannats atau jama’ muannats. Contoh: ‫ت‬ ِ ‫اِ ْﻧ ِﻔ َﺟ َر‬
ْ ُ ْ
‫( اﻟ َﺟﺑَﺎل اﻟﻌَﺎ ِﻟﻳَﺔ‬Gunung-gunung yang tinggi itu
meletus) ِ
2) Setiap jumlah (kalimat) yang terletak setelah isim
nakirah maka dia dianggap sebagai na’at (sifat).
Contoh: ُ‫ﻋ َم ٌل ﻳُ ْﻔ ْﻳد‬
َ ‫( َھذَا‬Ini adalah amalan yang
berfaidah).
b. Athaf
‘Athaf adalah tabi’ yang terletak setelah huruf -huruf
athaf (huruf - huruf penghubung / penyambung).
Huruf-huruf ‘athaf ada lima, yaitu:
1) َ‫ و‬Digunakan untuk sekedar menggabungkan dua
kata atau lebih )‫ ( ُمطﻠَ ُق اْﻟﺟمﻊ‬Contoh : ‫َﺟﺎ َ َء ُم َﺣ َّمدٌ َو‬
ٌ‫ﺳ ِﻌ ْﻳد‬َ ‫ﺳ ٌن َو‬
َ ‫( َﺣ‬Muhammad, Hasan dan Sa’id telah
datang)
2) َ‫ ف‬Digunakan untuk menggabungkan dua kata
atau lebih secara berurutan dengan tanpa adanya
jeda Contoh: ٌ‫ﺳ ِﻌ ْﻳ َد‬ َ َ‫ﺳ ٌن ﻓ‬
َ ‫( َﺟﺎ َء ُم َﺣ َّمدٌ ﻓَ َﺣ‬Muhammad
datang, kemudian Hasan, kemudian Sa’id)
3) ُ‫ ﺛَّم‬Digunakan untuk menggabungkan dua kata
atau lebih secara berurutan dengan disertai
adanya jeda (‫ ) ِﻟﻠَّﺗرﺗِﻳب مﻊ اﻟَّﺗَ راﺧﻲ‬Contoh: َ َ‫دَ َﺧ َل اْﻟ َمﺳ ِْﺟد‬
َ ‫ﺛ ُ َّم َﺣ‬
‫ﺳ ٌن‬ ٌ‫( ُم َﺣ َّمد‬Muhammad masuk masjid
kemudian -beberapa saat kemudian- Hasan) 4.
4) ‫ أ َ ُو‬Digunakan untuk menggabungkan dua kata
atau lebih untuk menunjukkan sebuah pilihan
atau untuk mengungkapkan keragu-raguan.
Contoh:ُ ‫ب ﻟَﻌِبٌ أ َ ْو ﺗَﻌَﻠُّ ٌم ﻓِﻲ ﻳَ ْوم ِاﻹ ِﺟﺎزَ ة‬ ُّ
ِ ‫اﻟط َال‬ ‫ﻳُﺑَﺎ ُح ِﻟ َﺟمِ ِﻊ‬
(Dibolehkan bagi segenap mahasiswa untuk
bermain atau belajar pada hari libur).
5) ‫ أَ ْم‬Digunakan untuk menggabungkan dua kata
atau lebih guna menuntut suatu kejelasan. Huruf
ini biasanya terletak setelah huruf istifham “a” (َ ‫(أ‬
ٌ ‫( َھ ْل أ ُﺑُ ْوكَ ُم َه ْﻧ ِد‬Apakah Bapakmu
َ ‫س أَ ْم‬
Contoh: َ ٌ‫ط ِﺑ ْﻳب‬
seorang Insinyur ataukah Dokter?).
c. Taukid
Taukid adalah tabi’ yang disebutkan di dalam
kalimat untuk menguatkan atau menghilangkan
keragu-raguan dari si pendengar. Contoh: َ ُ‫َﺟﺎ َء ْاﻷ ْﺳﺗ َﺎذ‬
ُ ‫( ﻧَ ْﻔ‬Ustadz itu telah datang).
ُ ‫ﺳﮫ‬
1) ‫ﻲ‬ ّ ِ‫ﺗ َْو ِﻛ ْﻳدُ ﻟَ ْﻔظ‬
Taukid yang disebutkan dalam suatu kalimat
dengan cara mengulang lafazh yang hendak
dikuatkan. Contoh: ‫ن‬ ٌَ ‫ﺳ‬
َ ‫ﺳ ٌن َﺣ‬
َ ‫( َمﺎتَ َﺣ‬Hasan Hasan
telah meninggal)
2) ‫ي‬ َ ‫ ﺗ َْو ِﻛ ْﻳدُ َم ْﻌﻧَ ِو ﱞ‬Yaitu taukid yang disebutkan dalam
suat kalimat dengan cara menambahkan lafazh
lafazh khusus.
d. Badal
Badal adalah tabi’ yang disebutkan di dalam suatu
kalimat untuk mewakili kata sebelumnya, baik
mewakili secara keseluruhan ataupun sebagiannya
saja. Contoh: ٌ‫ِس ُاﻷ ْﺳﺗ َﺎذُ ُم َﺣ َّم َد‬
ُ ‫( ﻳَ ْﺟﻠ‬Ustadz Muhammad
sedang duduk).
َ ‫ﺑَﺪَ ْل ُم‬
ٌ ِ‫طﺎﺑ‬
1) ‫ق‬
Yaitu badal yang menggantikan kata sebelumnya
(mubdal minhu) secara utuh. Contoh: ُ‫اَ ِﻹ َمﺎ ُم أَﺣْ َمد‬
َ ‫( َر ُﺟ ٌل‬Imam Ahmad adalah seorang lelaki
‫ﺻﺎ ِﻟ ٌﺢ‬
yang shalih)
َ ِّ ‫ض ِمنَ اْﻟ ُﻛ‬
2) ‫ل‬ ِ ‫ﺑَدَ ُل اْﻟﺑَ ْﻌ‬
Badal yang mewakili anggota bagian dari kata
ُ َ‫( اِ ْﻧ َهدَ َم اْﻟﺑَ ْﻳتُ ِﺟد‬Rumah itu
sebelumnya. Contoh: ُ‫ار ِه‬
dindingnya roboh)
3) ‫ل‬ ْ ‫ﺑَدَ ُل ِاﻻ‬
َ ِ ‫ﺷﺗِ َمﺎ‬
Badal yang mewakili sebagian sifat dari kata
sebelumnya. َ َ‫ﻧ‬
Contoh: ‫ظﺎﻓَﺗ ُ ُﮫ‬ ُ‫اْﻟ َﺑﻳت‬ ‫ﻳ ْﻌ ِﺟﺑُ ِﻧ ْﻲ‬
(Kebersihan rumah itu mengagumkanku).
Catatan:
1. Badal ba’dhi minal kulli dan badal isytimal harus
bersambung dengan dhomir yang sesuai dengan
mubdal minhu nya.
2. Biasanya badal ditemukan dalam suatu kalimat
setelah:
a) Nama orang atau gelar. Contoh: َ ‫ﻲ ﺑْنُ أَﺑِﻲ‬ َ ‫ﻗَﺎ َل‬
ُّ ‫ﻋ ِﻠ‬
َ (Ali bin Abi Thalib berkata).
‫طﺎﻟِب‬
b) Isim Isyarat Contoh: ٌ‫( َھذَا اْﻟ ِﻛﺗَﺎبُ ُم ِﻔ ْﻳ َد‬Kitab ini
berfaidah)
c) Pembagian. Contoh: ‫ﺳ ُم اْﻟ َﻛ ِﻠ َم ِﺔ ﺛ َ َالﺛَﺔٌ اِ ْﺳ ٌم َوﻓِ ْﻌ ٌل‬
َ ‫أ َ ْﻗ‬
‫ف‬ٌ ‫( َو َﺣ ْر‬Kalimat terbagi tiga: Isim, Fi’il dan
Huruf).
3. Apabila badal berupa lafadz ‫ اﺑن‬,maka mubdal
minhu (yang dibadali/kata yang terletak
sebelumnya) tidak boleh di-tanwin, sedangkan
lafadz ‫ اﺑن‬dihilangkan alifnya (menjadi ‫( ﺑن‬dan
kata yang terletak setelahnya di-majrur-kan
sebagai mudhaf ilaih. Contoh: ‫َﺟبَل ْﺑ ُن ُمﻌَﺎذ‬

Daftar materi bidang studi


1. Kadang tertukar membedakan Naat Man’ut dengan Taukid
2 yang sulit dipahami pada
Muthobiq pada kalimat.
modul

Daftar materi yang sering


1. Tasrif Inna yang kadang menjadi mu’rob dan kadang bisa
3 mengalami miskonsepsi
menjadi mabni
dalam pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai