Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam memahami ilmu nahwu tidak pernah lepas dari namanya Munada
yang dimana Munada memiliki fungsi untuk menyerukan/memanggil
seseorang (yang biasa dikenal dengan istilah “huruf-huruf nida”).
Oleh karena itu, salah satu hal yang mendasari dilakukannya pembahasan
ini adalah untuk mengetahui lebih mengetahui Munada dan menjelaskan
mengenai mcam- macamnya Munada: munada yang berbentuk mufrad 'alam,
munada yang bersifat nakirah maqshudah, munada yang bersifat nakirah
ghair maqshudah, munada yang berbentuk mudhaf, dan munada yang
diserupakan dengan mudhaf.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut penulis memiliki rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa Pengertianmunada
2. Bagaimanakah Macam-macam munada

C. Tujuan Pembahasan
Dari Rumusan masalah tersebut penulis memiliki tujuan pembahasan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian munada
2. Untuk mengetahui Macam Macam Munada

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Isim Munada
Adalah isim yang berada setelah huruf nida. Isim ini menjadi ma’rifat
karena setiap objek yang diseru. pasti telah tertentu dan diketahui oleh si
penyeru. Huruf nida terdiri dari huruf nida untuk dekat, untuk jauh dan untuk
dekat dan jauh. Isim munada dibagi lima, yaitu : mufrod alam, nakiroh
maqsudah, mudhofan, sibhul mudhof, nakiroh ghoiru maqsudah dan khusus
lafdzul jalalah. Pada bagian ini hanya dibahas tiga jenis isim munada yang
banyak dijumpai dalam Al-Qur’an atau bacaan sehari-hari, yaitu isim munada
mufrod (satu kata), munada mudhofan dan isim munada khusus lafdzul
jalalah.
1. Isim munada mufrod
Yaitu isim munada yang terdiri dari satu kata bentuknya nakiroh, akan
tetapi tidak boleh pakai tanwin setelah diawali huruf nida. Tanda akhirnya
tetap rofa (salah satu tandanya dhommah).
Contoh : ‫س ِل ُم‬
ْ ‫يا ُم‬
 Isim munada mudhofan
 Isim munada yang berbentuk idhofah (disandarkan). Tanda akhir untuk
kata yang disandarkan adalah nashob (salah satunya fathah).
Contoh : ِ‫س ْول للا‬
ُ ‫يا ر‬
Kadang-kadang huruf nida dapat dibuang jika berbentuk do’a
seperti : ‫ يا ربَّنا‬menjadi ‫ربَّنا‬
 Isim munada khusus lafdzul jalalah (ُ‫)الل‬
Sebenarnya termasuk isim munada mufrod, akan tetapi isim munada ini
ada pengkhususan yaitu : bentuknya ma’rifat ُ‫ يا الل‬dan huruf nida bisa
diganti dengan huruf mim yang bertasydid ditarik di akhirnya yaitu :
‫اللّ ُه َّم‬
Catatan :
Apabila isim munada mufrod dalam bentuk ma’rifat baik dengan ” ‫” ال‬

2
ataupun isim maushul, maka setelah ‫ يا‬tidak dapat langsung tersambung
dengan isim tersebut, tetapi harus diselingi dengan lafadz ‫( ايُّها‬untuk
isim mudzakkar) dan ‫ايَّتُها‬ (untuk isim muannats).
Contoh : ‫ يا ايُّها الَّ ِذيْن‬، ‫س‬
ُ ‫ياايَّتُها النَّ ْف‬
2. Isim Idhofat (kata yang disandarkan)
Penyandaran (idhofat) ini hanya terjadi antara dua isim (tidak fiil
dan tidak juga huruf) Isim yang pertama yang disandarkan disebut
mudhof ( ‫ ) ُمضاف‬sedangkan isim yang disandari disebut mudhof ilaihi
(‫) ُمضاف إِل ْي ِه‬, yang merupakan isim ma’rifat adalah isim yang menjadi
mudhof, sedangkan yang menjadi mudhof ilaihi dapat ma’rifat dapat pula
nakiroh tergantung bentuknya. Yang perlu dipahami bahwa mudhof ilaihi
itu tidak boleh kata sifat, dan bentuknya tetap majrur (salah satu tandanya
kasroh).
Sedang ketentuan untuk mudhof adalah :
 Tidak boleh ada ” ‫“ ال‬
 Tidak boleh tanwin
 Apabila isim mutsanna dan jamak mudzakkar salim, nun yang berada
di akhirnya dibuang.
Contoh : ِ‫س ْو ُل للا‬
ُ ‫ر‬ = ‫س ْول‬
ُ ‫ ر‬+ ُ‫للا‬
‫وا ِلد ْي ِه‬ = ‫ وا ِلدي ِْن‬+ ‫ـ ِه‬
‫بنِ ْي اِسْرائِيْل‬ = ‫ ب ِنيْن‬+ ‫اِسْرائِيْل‬
a. Berdasarkan Huruf Akhir dan Sakal (tanda) Akhirnyassss
Berdasarkan huruf akhir dan sakal akhirnya isim dibagi 4 jenis, yaitu
isim shohih akhir, isim mu’tal akhir, asmaul khomsah dan isim ghoiru
munshorif.
1) Isim shohih akhir ini sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya,
terdiri dari isim mufrod, mutsanna, jamak taksir, jamak mudzakkar
salim dan jamak muannats salim.
2) Isim mu’tal akhir artinya isim yang huruf akhirnya berupa huruf illat
yaitu alif mati atau ya’ mati ( ‫ى‬
ْ atau ‫ي‬
ْ ). Jika akhirnya alif mati
ُ ‫ ) ا ِال ْس ُم الم ْق‬seperti : ‫ هُدى‬، ‫ ُم ْوسى‬, dan jika
disebut isim maqshur ( ‫ص ْو ُر‬

3
ُ ‫اال ْس ُم الم ْنقُ ْو‬
akhirnya ya’ mati disebut isim manqus ( ‫ص‬ ِ ) seperti : ‫ي‬
ْ ‫الها ِد‬
،‫ي‬
ْ ‫اض‬
ِ ‫الق‬
3) Asmaul khomsah (isim yang lima) adalah isim yang jumlahnya lima
buah, yaitu : ُ ‫ ذ‬، ‫ف‬
ُ ، ‫ حم‬، ‫ اخ‬، ‫ اب‬.
Kelimanya memiliki kesamaan bentuk yaitu diakhiri dengan wawu
jika rofa’ seperti : ‫ ذ ُ ْو مال‬، ‫ فُ ْوك‬، ‫ ح ُم ْوك‬، ‫خ ْوك‬
ُ ‫ ا‬، ‫اب ُْوك‬
Diakhiri dengan alif jika nashob, seperti : ، ‫ فاك‬، ‫ حماك‬، ‫ اخاك‬، ‫اباك‬

‫ذا مال‬
Diakhiri dengan ya’ jika majrur, seperti : ‫ فِيْك‬، ‫ ح ِميْك‬، ‫ ا ِخيْك‬، ‫ابِيْك‬

، ‫ِذيْمال‬
3. Isim ghoiru munshorif (isim yang tidak menerima tanwin).
Ada beberapa isim yang tidak ber ” ‫ ” ال‬dan bukan sebagai mudhof, akan
tetapi tidak dapat menerima tanwin. Isim semacam ini disebut isim ghoiru
munshorif. Yang termasuk isim ghoiru munshorif adalah :
 Sebagian besar nama orang yang bukan bentukan dari kata lain,
seperti : ‫ عُم ُر‬، ُ‫عثْمان‬
ُ ، ُ‫اطمة‬
ِ ‫ ف‬dll.
 Shighot muntahal jumuk ( ‫) صغة منتهى الجموع‬, bentuk jamak yang sama
dengan ‫ مفا ِع ُل‬dan ‫مفا ِع ْي ُل‬, seperti : ُ‫اجد‬
ِ ‫مس‬
 Mengandung alif ta’nits mamdudah ( ‫ ) الف التأنيث الممدودة‬seperti : ‫صحْ را ُء‬
ُ ‫س ْودا‬
، ‫ ح ْمرا ُء‬، ‫ئ‬

B. Macam-Macam Munada
Munada itu ada lima bagian. Dilihat dari i’rabnya munada terbagi
menjadi dua, yaitu: nashab dan rafa.
1. Mansub apabila munada berupa mudhaf, syibhul mudhaf atau nakirah
ghairu maqsudah. Dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Munada mudhaf, yaitu kata benda yang disandarkan kepada kata lain
yang berperan sebagai munada. Dengan kata lain, munada-nya
diidhafahkan. Contoh:
ِ ْ َ‫يَا َم ْعش ََر ْال ِج ِِّن قَ ِد ا ْستَ ْكثَ ْرت ُ ْم ِِّمن‬
.‫اْل ْن ِس‬

4
(Dan Allah berfirman): “Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kamu
telah banyak (menyesatkan) manusia.” (QS. 6:128) Yang menjadi
munada syibhul mudhafnya adalah kata ‫َم ْعش ََر‬

b. Munada syibhul mudhaf, yaitu kata benda yang mirip mudhaf yang
berperan sebagai munada. Contoh:
ْ ‫يَا قَائِ ًما اِجْ ِل‬
.‫س‬
Wahai orang yang berdiri, duduklah.
Yang menjadi munada syibhul mudhafnya adalah kata ‫قَائِ ًما‬

c. Munada nakirah ghairu maqshudah, yaitu kata benda (isim) nakirah


yang tidak dimaksudkan seseorang. Contoh:
.ْ‫يَا َر ُجلً اِجْ ت َ ِهد‬
Hai orang laki-laki (fulan) rajinlah kamu.
Yang menjadi munada nakirah ghair maqshudahnya adalah kata ً‫َر ُجل‬

2. Marfu’ apabila munadanya berupa mufrad ‘alam dan nakirah maqshudah.


Dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Munada mufrad ‘alam yaitu kata benda nama ‘alam tunggal. Contoh:
.‫قَا َل َيا ادَ ُم ا َ ْم ِبئْ ُه ْم ِبأ َ ْس َمآئِ ِه ْم‬
Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-
nama benda ini.” (QS. 2:33)
Yang menjadi munada mufrad ‘alamnya adalah kata ‫ادَ ُم‬
b. Munada nakirah maqshudah, yaitu kata benda indefinitif (tak tentu)
yang dimaksud. Contoh:
َّ ‫ضلً ط يَا ِج َبا ُل ا َ ِّ ِو ِبى َم َعهُ َو‬
.‫ااطي َْر‬ ْ َ‫َولَقَ ْد اَت َ ْينَا دَ ُاودَ ِمنَّا ف‬
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari
Kami. (Kami berfirman): “Hai gunung-gununng dan burung-burung,
bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud.” (QS. 34:10)
.‫ض ا ْبلَ ِعى َما َء ِك َويَا َسمآ ُء اَ ْق ِل ِعى‬
ُ ‫َوقِ ْي َل يَآا َ ْر‬
Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah dirimu, dan hai langit (hujan)
berhentilah.” (QS. 11:44)
Yang menjadi munada nakirah maqsudahnya adalah kata ‫( ِج َبا ُل‬gunung-
ُ ‫( اَ ْر‬bumi) ‫سمآ ُء‬
gunung) ‫ض‬ َ (langit) dan huruf panggilannya (huruf
nida’nya) adalah (hai).

5
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Munada adalah isim yang terletak setelah huruf nida’. Sedangkan salah

satu huruf nida’ yang sering digunakan adalah ‫ َيا‬. Baik untuk memanggil dari

jarak dekat dan jauh. Sedangkan munada terbagi menjadi lima, yaitu:
1. Munada mufrad alam
2. Nakirah maqssuda
3. Nakirah ghairu maqsudah
4. Munada mudhaf
5. Munada syibhul-mudha

B. Kritik dan Saran


Harapan saya kepada para pembaca, teman-teman, khususnya bagi
dosen pembimbing agar kiranya memperbaiki setiap kesalahan atau
kesimpulan baik disengaja maupun tidak disengaja, dalam uraian isi makalah
ini khususnya, dan para mahasiswa umumnya. Semoga kritik dan saran dari
kalian dapat membantu untuk perbaikan makalah ini selanjutnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Djuha, Djawahir. Tatabahasa Arab (Ilmu Nahwu). Bandung: Sinar Baru. 1989.

Rahman, Salimudin A. Tata Bahasa Arab Untuk Mempelajari Al-Qur’an.


Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2004.

Umam, Chatibul. Pedoman Dasar Ilmu Nahwu. Jakarta: Darul Ulum Press. 2000.

7
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah, Puji beserta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Makalah
ini berisikan tentang penjelasan ”Izim Munada”
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini .
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir . Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita . Amin .

Sungai Penuh, Juni 2017

i 8
ii

Anda mungkin juga menyukai