Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Nazhariyatul Adab dalam bentuk penulisan makalah dengan judul ‘Unsur-unsur Sastra’.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Meskipun kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik membangun dari para pembaca untuk menjadi perbaikan bagi
kami di penulisan makalah selanjutnya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................3
A. Latar belakang...........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................3
BAB II....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................................4
Unsur – Unsur Sastra...........................................................................................................4
A. ‘Athifah (Rasa)...........................................................................................................4
B. Khayal ( imajinasi )...................................................................................................7
C. Fikrah ( gagasan )......................................................................................................8
D. Shurah ( bentuk ).......................................................................................................9
Unsur-Unsur Sastra Indonesia..........................................................................................10
1. Unsur Intrinsik........................................................................................................10
2. Unsur Ekstrinsik......................................................................................................10
BAB III................................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................................11
KESIMPULAN...................................................................................................................11
Daftar Pustaka....................................................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Adab adalah Setiap syi’ir yang diungkapkan dengan gaya bahasa yang indah yang dapat
mempengaruhi jiwa dan mendidik budi pekerti untuk berakhlak mulia dan menjauhi akhlak
tercela, dan sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi
yang spontan dan mampu mengungkapkan aspek estetik, epik, dan lirik yang didasarkan pada
ospek kebahasaan maupun makna.
Hal yang terkait dengan pengertin sastra, yaitu ilmu sastra yang mencakup bidang yang
luas, meliputi teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra. Teori sastra adalah bagian ilmu
sastra yang membicarakan pengertian-pengertian dasar tentang sastra, unsur-unsur yang
membangun karya sastra, macam-macam sastra, dan perkembangan serta kerangka pemikiran
tentang para pakar tentang apa yang dinamakan sastra, bahwa sastra dan kehidupan tidak
dapat dipisahkan.1
Dalam kajian sastra Arab disebutkan, bahwa sebuah ungkapan dapat dikategorikan
sebagai karya sastra, baik genre syair maupun genre prosa, apabila ungkapan tersebut
memenuhi empat unsur, yaitu : 1. Rasa ( )العاطفة2 . Imajinasi ( )الخيال3. Gagasan ( )الفكرة4.
Bentuk (ورةGG)الص. Ada yang menyebut Al-fikrah dengan istilahنىGG( المعtema), dan Shurah
dengan istilah ( االسلوبgaya bahasa). Unsur-unsur ini yang kemudian disebut dengan istilah
Unsur-unsur intrinsik ( Al-‘anashir al-dakhiliyyah ), yaitu unsur-unsur dalam yang
membangun sebuah karya sastra.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui dan memahami unsur – unsur sastra dan pembagian unsur sastra.
1
Ahkmad Muzakki,Kesusastran Arab: Pengantar Teori dan Terapan, (Yogyakarta : Arruzz, 2006) cet.1, hal, 25.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Unsur – Unsur Sastra
Dalam kajian sastra Arab disebutkan, bahwa sebuah ungkapan dapat dikategorikan
sebagai karya sastra, baik genre syair maupun genre prosa, apabila ungkapan tersebut
memenuhi empat unsur, yaitu : 1. Rasa ( )العاطفة2 . Imajinasi ( )الخيال3. Gagasan ( )الفكرة4.
Bentuk ()الصورة. Ada yang menyebut Alfikrah dengan istilah( المعنىtema), dan Shurah dengan
istilah ( االسلوبgaya bahasa). Unsur – unsur ini yang kemudia disebut dengan istilah Unsur-
unsur intrinsik ( Al-‘anashir al-dakhiliyyah ), yaitu unsur-unsur dalam yang membangun
sebuah karya sastra.2
A. ‘Athifah (Rasa)
و لكن حب, فالذهاب الي الحديقة مثال فكرة, بينما الفكرة شئ عقلي, فهي تحرك نفسي, للنصGالعاطفة هى االنفعال النفسى المصاحب
والتردد عليها في اوقات معينةعاطفة, الذهاب اليها3
Ada dua istilah yang oleh para sastrawan sering kali disamakan dengan rasa,
yaitu feeling dan emosi. Feeling adalah sikap sang penyair terhadap tokoh
permasalahan atau objeknya (Henry Guntur Tarigan,1993 : 11). Sedangkan emosi
adalah keadaan bathin yang kuat, yang memperlihatkan kegembiraan, kesedihan,
keharuan, atau keberanian yang bersifat subjektif 4 (Syamsir Arifin, 1991 : 40).
Menurut A.Syayib, pengertian emosi inilah yang memiliki kesamaan dan pengertian
rasa sastra.
Rasa sastra merupakan salah satu unsur-unsur sastra yang sangat penting,
karena rasa sastra inilah yang membedakan antara karya sastra dan karya ilmiah
lainnya, antara sastrawan dan cendekiawan atau ilmuwan, serta antara penyair dan
ahli Nadzam. Ia dapat membuka atau menyingkap tabir-tabir kehidupan,baik pada
alam material maupun alam spiritual. Sekaligus ia merupakan kekuatan yang
mempengaruhi pihak pembaca atau penikmat sastra. Rasa sastra akan segera timbul
apabila seseorang memiliki daya khayal yang baik. Khayal dan rasa sastra merupakan
unsur yang dominan dalam karya sastra, sekalipun tingkat nilai seninya berbeda.
Untuk mengetahui dan menilai rasa sastra, diperlukan ukuran-ukuran (miqyas)
di antaranya :
2
Ahmad Muzakki, Pengantar Teori Sastra, Malang : UIN Maliki – Pres, 2011, hal. 72
3
Muhammad Abdul al-mun’im khafaji dalam buku Madarisu An-Naqdi Al-Adabiyyi,hal .44.
4
KBBI
4
a. Kebenaran rasa ( Shidiq Al – ‘Athifah )
Rasa itu timbul dengan sebenarnya tidak dibuat-buat ataupun direkayasa dengan itu
rasa akan memberikan nilai dalam sebuah karya sastra. Misalnya, kematian seseorang
yang kita cintai akan menimbulkan atau membangkitkan rasa sedih, begitu pula dalam
sebuah kemenangan akan menimbulkan rasa gembira bagi seorang sastrawan, rasa sastra
yang hakiki akan menembus dan bersemi disanubari pembaca ataupun penikmat sastra.
Misalnya, syair Al-Nabighoh ketika ia meratapi kepergian saudaranya yang bernama
Kulaib berikut ini :
لقد فجعت بفارسها نزار# وكيف جييبين البلد القفار اجبين يا كلييب خالك ذم# دعوتك يا كليب فلم جتبين
“Wahai kulaib aku memanggilmu mengapa engkau tidak menjawab bagaimana negeri
yang kering menjawabku wahai kulaib jawablah selain kamu tercela kabilah nizar telah
merasa pedih karena penunggang kudanya”.
5
membuahkan karya yang kuat tetapi berfikir lemah5. Seperti syair Al-Mu’lawith berikut
ini :
Syair sastra di atas senantiasa langgeng, sekalipun dibaca dalam dalam situasi apapun,
karena Abu Tamam mengekspresikan syair tersebut pada saat Ia menyaksikan kepedihan
dan keharuan yang dialami Ali dan Mua’wiyyah. Begitu kejam dan mudahnya sebuah
pedang keluar dari sarungnya, sehingga Ia mengalahkannya dengan kitab untuk
memberikan keputusan diantara mereka, rasa haru inilah yang kemudian
mengekspresikan dalam bentuk gubahan syair.
d. Ragam rasa ( Tanamu Al-‘Athifah )
Maksudnya ialah kemampuan sastrawan dalam mentranformasikan ragam rasa dalam
jiwa pembaca, seperti rasa cinta, rasa sedih, rasa semangat, rasa kagum, rasa simpati,rasa
bangga. Oleh karena itu, bakat ini tdak semua sastrawan memilikinya, misalnya syair
Hassan bin Tsabit saat Ia meratapi kepergian Nabi SAW selamanya, syairnya berbunyi :
5
Ahmad Muzakki, Pengantar Teori Sastra, Malang : UIN Maliki – Pres, 2011, hal. 72
6
والطيبون على ادلبارك امحد يارب فاجمعنا معا ونبينايف# جنو تثين عيون احلسد صلي االلو ومن حيف بعرشو
“Wahai tuhan-ku kumpulkanlah kami bersama nabi dalam surga yang dapat
memalingkan mata oran-orang yang hasud allah, dan orang-orang yang mengelilingi
arsy beserta segenap orang-orang baik bersama-sama menaburkan rahmat kepada
orang yang di berkahi, yaitu ahmad”.
Hassan bin Tsabit dalam syairnya di atas memang mengungkapan kesedihannya,
karena Ia di tinggal oleh seorang yang berperilaku dan berakhlaq mulia dan yang menjadi
Uswatun Hasanah6. Tetapi di balik kesedihan yang dialaminya, Hassan sungguh
merasakan kebahagiaan yang tiada tandingnya karena Ia hidup di bawah naungan syariat
yang di bawa sang Nabi, dengannya ajaran-ajaran yang di bawanya akan menyelamatkan
dan membahagiakan umat manusia.
6
Ahmad Muzakki, Pengantar Teori Sastra, Malang : UIN Maliki – Pres, 2011, hal. 72
7
B. Khayal ( imajinasi )
واستعادةالمرء في ذهنه الصورالتي ادركها من, اماشعور االنسان باشياء غير حاضرة, الخيال من اهم عناصر االثر االدبي
فهو ما نسميه الخيال اوالتخيل, قبل بالحس. 7
7
Muhammad Abdul al-mun’im khafaji dalam buku Madarisu An-Naqdi Al-Adabiyyi,hal 50
8
Ahmad Muzakki, Pengantar Teori Sastra, Malang : UIN Maliki – Pres, 2011, hal. 72
8
c) Khayal Bayani (Interpretative Imagination)
Khayal ini disebut juga dengan khayal Tafsiri, khayal ini merupakan sarana yang baik
untuk mengekspresikan nuansa alam dengan gaya bahasa yang indah, karena bentuk
khayal ini memberikan sentuhan keindahan alam sehingga dapat menggambarkan
keindahan dengan jelas. Misalnya, saat kita menyaksikan sekuntum bunga atau membaca
kata bunga, kemudian kita memberikan interpretasi terhadap makna bunga itu, apakah
bunga sebagai keindahan, kecantikan, kesejukan, kelembutan, dan sebagainya.
B. Fikrah ( gagasan )
وهي االساسية االول لالعترا ف بقيمته, من اهم عنا صر االدب ومقوماته, الفكرة اوالحقيقة اوالمعني اوالمضمون.9
Gagasan merupakan patokan utama untuk mengetahui karya sastra, jika karya
sastra itu tidak memiliki gagasan maka sastra tersebut sastra yang mati, tidak di kenal
dan lemah, pikiran dan gagasan yang di kandung dalam sastra harus krusial, relevan
dan jelas dan tidak bersifat plagiat atau tiruan. Seorang sastrawan ketika hendak
menyampaikan gagasan atau pikirannya harus kuat dan relasi dengan judul dan situasi
(keadaan) pada umumnya, gagasan dalam sastra di pengaruhi keadaan sosial,
perkembangan politik, budaya dan bahkan di warnai oleh faktor sejarah dan psikilogis
pengarang Ada tiga ukuran yang perlu di perhatikan oleh para sastrawan ketika
memaparkan suatu gagasan dalam sebuah karya sastra yaitu : 1) Kamiyah Al Haqaiq
(Kuantitas realita), 2) Jiddah Al Afkar (Pemikiran baru), 3) Shaihah Al Afkar
(Pemikiran yang benar).
C. Shurah ( Bentuk )
او,سواء كان عنصر الفكر هو العنصر البارزة, الصورة الذي هو التعبير باسلوب جميل عن عاطفة االديب
عنصر العاطفة هو االضح.10
Bentuk adalah cara dan gaya dalam penyusunan dan pengaturan bagian -
bagian karangan atau pola struktural karya sastra. Ahmad Al-Syayib mendefinisikan
bentuk atau الصورsebagai berikut : “Bentuk adalah sarana yang digunakan oleh
seorang sastrawan untuk mentransformasikan pikiran dan perasaannya kepara para
9
Muhammad Abdul al-mun’im khafaji dalam buku Madarisu An-Naqdi Al-Adabiyyi,hal 50
10
Muhammad Abdul al-mun’im khafaji dalam buku Madarisu An-Naqdi Al-Adabiyyi,hal 55
9
pembaca atau pendengar sastra”. Dari definisi di atas, menjelaskan bahwa bentuk
atau bahasa satra merupakan sarana utama bagi sastrawan untuk mengungkapkan
pikiran dan imajinasinya kepada pembaca dan pendengar sastra 11. Ahmad Al- Syayib
menjelaskan bahwa bahasa sastra akan dapat mengekspresikan pesan-pesan sastra
yang didasari pada khayal dan rasa, apabila :
Bahasa bersifat lugas.
Bahasa bersifat lugas apabila bentuk bahasanya dapat mengekspresikan pesan-
pesan dengan bahasa lugas, baik dan indah jauh dari istilah-istilah ilmiah.
Bahasa dan sastra berbeda karena perbedaan perasaan.
Ungkapan sebuah sastra berbeda karena perbedaan rasa. Seandainya rasa itu
sederhana atau pendek jangkauannya, maka rasa itu hanya memerlukan bentuk bahasa
yang sederhana pula. Suatu contoh jika seorang sastrawan ingin mengekspresikan
keindahan sederhana, maka Ia cukup menggunakan kata-kata sederhana.
Bentuk sastra terkait dengan makna.
Bentuk sastra sangat erat kaitannya dengan makna, irama dan kata. Makna-
makna majaz, irama ( musikalisasi) dan susunan kata yang indah sangat menentukan
dalam bentuk bahasa sastra.
Unsur-unsur yang ada di karya sastra Indonesia sangat berbeda dengan yang ada
dalam karya sastra Arab. Unsur-unsur yang ada dalam sastra Indonesia antara lain :
1. Unsur Intrinsik
Tema, dapat diartikan sebagai suatu gagasan sentral yang mendasari sebuah karya
sastra, yang didukung oleh pelukisan latar maupun penokohan. Terkadang,
gagasan ini menjadi kekuatan yang menyatukan berbabgai unsur untuk
menguatkan karya sastra itu sendiri. 12
Penokohan Penokohan sendiri, merupakan unsur penting dalam karya sastra,
karena tidak akan ada karya sastra jika tidak ada tokoh yang bergerak yang
membentuk alur cerita.
Alur, merupakan struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang menandai urutan
bagian-bagian dalam keseluruhan karya sastra.
11
Ahmad Muzakki, Pengantar Teori Sastra, Malang : UIN Maliki – Pres, 2011, hal. 72
12
Panuti Sudjiman, Memahami Cerita Rekaan, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya,1998, hal. 51
10
Latar, di dalam latar meliputi tempat peristiwa terjadi, waktu saat peristiwa
terjadi.
Sudut Pandang, memiliki arti hubungan di antara tempat pencerita berdiri dan
ceritanya.
Gaya Bahasa
2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di luar karya sastra yang
memengaruhi kelahiran dan keberadaan suatu karya sastra dan mempermudah
memahami karya sastra tersebut. Unsur-unsur ekstrinsik sebuah sastra meliputi :
Latar belakang kehidupan penulis
Keyakinan dan pandangan hidup penulis
Adat istiadat yang berlaku pada saat itu
11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
12
Daftar Pustaka
Adabiyyi
KBBI
13
MAKALAH
Dosen
Pengampu : Rizki Handayani, M.A
Disusun oleh :
M. Viston Hadi Salam (11180210000172)
Nurjakiya Rahmayanti (11180210000012)
Suci Ramadhani (11180210000170)
14
2019
15