Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KELOMPOK DOSEN PEMBIMBING

Bahasa Arab III Abdul Halim

TAMYIZ DAN PEMBAGIANNYA

Dede Pradana

Jodi Setiawan

Nasiruddin

ILMU ALQURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan syukur kepada Allah SWT. yang telah


melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu.Bahassa Arab menjadi peranan penting bagi bangsa
Indonesia yang kebanyakan penduduknya beragama islam terutama dalam
kaitannya bahasa Arab sebagai bahasa agama.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesarnya-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.Penulis juga
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati,kritik dan saran sangat kami harapkan dari
para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah
pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Medan,6 Oktober 2019

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................i


DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1


A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................2


A. Pengertian Tamyiz .................................................................................................. 2
B. Pembagian Tamyiz .................................................................................................. 3
1. Tamyiz Dzat ........................................................................................................ 3
2. Tamyiz Nisbat ..................................................................................................... 4

BAB III PENUTUP ...................................................................................................7


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 7
B. Saran ........................................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa yang diakui secara internasional,
mempunyai keunikan tersendiri, sebab ia menjadi bahasa Al-Qur’an1; sebuah kitab
suci yang menjadi pedoman semua umat Islam sedunia. Dengan demikian, bahasa
Arab tidak hanya dipakai oleh bangsa Arab sendiri, tetapi dipergunakan juga oleh
bangsa – bangsa lain yang memeluk agama Islam. Bahkan non Islam pun
(Islamolog) banyak yang mempelajari bahasa Arab sebagai alat bantu untuk
mengkaji bidang studi ke-Islaman.
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa mayor di dunia yang dituturkan
oleh lebih dari 200.000.000 umat manusia. Bahasa ini digunakan secara resmi oleh
kurang lebih 20 negara. Dan karena ia merupakan bahasa kitab suci dan tuntunan
agama umat Islam sedunia, maka tentu saja ia merupakan bahasa yang paling besar
signifikansinya bagi ratusan juta muslim sedunia.
Ilmu nahwu sebagai tata bahasa Arab, didalamnya membahas beberapa
kaidah yang dengannya dapat diketahui keadaan bahasa Arab. Salah satu
pembahasan di dalamnya dikenal dengan istilah tamyiz. Tamyiz adalah bentuk isim
al-Nakirah yang merupakan pelengakap untuk kesempurnaan struktur dan kejelasan
makna suatu kalimat, sehingga bagi pembacanya dapat memahami dengan jelas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tamyiz?
2. Berapa pembagian Tamyiz?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Arti Dari Tamyiz
2. Untuk Mengetahui Pembagian Tamyiz

1 A.H. Akrom Fahmi, Ilmu Nahwu dan Saraf (Tata Bahasa Arab) Prakis dan Aplikatif (Cet. I;

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm 9

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tamyiz

Secara etimologi kata tamyiz berasal dari kata ‫ّز‬


‫مي‬, ia merupakan
bentuk masdhar dari fi’il tersebut. Dalam kamus disebutkan
bahwa mayyaza berarti “ memisahkan sesuatu dari yang lain atau mengutamakan
sesuatu daripada yang lain. Tamyiz berfungsi untuk menjelaskan atau
menghilangkan kekaburan atau ketidak jelasan dari apa yang dimaksud kata atau

kalimat sebelumnya, misalnya ً‫َ كتا‬


‫با‬ ‫ين‬ْ‫ِشْر‬
‫ُ ع‬
‫يت‬ ‫ّر‬
ّْ ‫ ( إشْت‬saya
membeli dua puluh buku). Kata– kata ini masih sifatnya umum, bisa berarti dua
puluh buku, dua puluh majallah, dua puluh pulpen dan lain-lain, namun setelah ada
kata-kata ‫كتابًا‬, maka sudah jelaslah yang dimaksud buku dan keluarlah yang lain.
Inilah yang dimaksud tamyiz dalam bahasa Arab.
Sedangkan tamyiz dari segi terminologi ialah :

‫ اسم نكرة يذكر تفسيرا‬: ‫التمييز‬


.‫نسبة‬ ‫للمبهم من ذات أو‬
“ isim nakirah yang dituturkan untuk memperjelas kesamaran suatu zat atau suatu
nisbah.”2

Sedangkan Ali Ridha dalam bukunya ‫اللغة‬


‫ العربية‬mengatakan bahwa:
‫التمييز هو اسم نكرة جامد متضمن معنى‬
‫من يفسّر و يبين ما قبله من إسم ذات أو‬
.‫جملة‬

“ Tamyiz adalah isim nakirah yang mengandung arti menjelaskan kata- kata
sebelumnya”.

2
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan metode Pengajarannya(Cet.II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), h.1-2

2
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tamyiz adalah isim nakirah yang
disebutkan dengan tujuan menghilangkan kesamaran isim yang terletak
sebelumnya. Atau dengan kata lain bahwa tamyiz merupakan keterangan pembeda,
terhadap pengertian yang belum jelas pada kata-kata yang sebelumnya.Lebih lanjut

dijelaskan bahwa Isim nakirah itu mengandung pengertian ْ


‫ِن‬‫ ( م‬berarti dari).
B. Pembagian Tamyiz
Tamyiz terbagi menjadi dua, yaitu Tamyiz Dzat (atau yang disebut juga
dengan Tamyiz Mufrad) dan Tamyiz Nisbat (atau yang disebut juga dengan
Tamyiz Jumlah).

1. Tamyiz Dzat

Tamyiz dzat adalah tamyiz yang menjelaskan pada isim yang masih
samar (isim mubham) yang dilafalkan3, seperti ‫ْل‬
( ٌ ‫ِط‬
‫ر‬ ‫ْد‬
‫ِي‬ ‫ِن‬
‫ع‬
ً َْ
‫يتا‬ ‫)ز‬.
Isim mubham ada lima macam, yaitu:

a. Isim adad (hitungan), seperti ( ‫َشَر‬


َ ‫ع‬ ََ
‫د‬ ‫َح‬
‫ا‬ ُ
‫يت‬ ‫َر‬
َْ ‫ِشْت‬
‫ا‬
‫َبا‬
ً ‫ِتا‬ ‫“ )ك‬Aku membeli sebelas kitab.” Tidak ada bedanya jika adad
tersebut sharih, seperti dalam contoh, atau mubham, seperti ( ْ ‫َم‬‫ك‬
‫َ؟‬‫دك‬َْ‫ِن‬‫ً ع‬ ‫َبا‬ ‫ِتا‬ ‫“ )ك‬Berapa kitab yang ada padamu?”
Adad ada dua macam, yaitu adad sharih (: yaitu adad yang sudah diketahui
ٌِ‫َاح‬
hitungannya, seperti (‫د‬ ‫“ )و‬satu” dan semisalnya) dan adad mubham (: yaitu
‫َم‬
adad yang tidak diketahui hitungannya, seperti (ْ ‫“ )ك‬berapa” dan semisalnya).
b. Isim yang menunjukkan pada ukuran (sesuatu yang diukur dengan alat),
yaitu adakalanya berupa jarak area, seperti ( ٌَ
‫ة‬ ‫َص‬
‫َب‬ ‫ْد‬
‫ِي ق‬ ‫ِن‬
‫ع‬
ً
‫ْضا‬ ‫َر‬ ‫“ )ا‬Aku mempunyai sekotak tanah,” atau timbangan, seperti

‫َسَل‬‫ٌ ع‬ ‫َر‬‫ْطا‬ ‫ِن‬ ‫“ )َلكَ ق‬Kamu mempunyai satu kuintal madu,”
atau takaran, seperti (ً ‫ُم‬
‫ْحا‬ ‫ً ق‬ ‫َاعا‬ ‫َ ص‬ ‫ْر‬‫ِي‬‫َق‬ ْ ِ
‫الف‬ ‫َع‬
‫ْط‬ ‫)ا‬
“Berilah orang fakir satu sha’ gandum,” atau ukuran, seperti

‫ُوخا‬
‫ج‬ ‫َاع‬
ٌ ‫ِر‬ ‫ْد‬
‫ِي ذ‬ ‫ِن‬
‫“ )ع‬Ada padaku satu dzira’ kain.”

3
Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 113

3
c. Isim yang menunjukkan pada perkara yang menyerupai ukuran (perkara
yang menunjukkan pada sesuatu yang tidak tertentu), karena perkara itu
tidak diukur dengan alat khusus.

Adakalanya menyerupai jarak area, seperti ( ‫َر‬


ِ ‫َص‬ ُّ‫م‬
‫د الب‬ ‫ْد‬
َ ‫ِي‬ ‫ِن‬
‫ع‬
ً
‫ْضا‬ ‫َر‬ ‫“ )ا‬Ada padaku tanah sepanjang mata memandang,” atau timbangan,
َُ
seperti (‫ه‬ َ ً
‫ير‬ ‫ْرا‬ ‫َي‬
‫َّة خ‬ ‫َر‬‫ل ذ‬ ََ ‫ْقا‬‫ِث‬‫ْ م‬ ‫َل‬
‫ْم‬‫يع‬َ ْ‫من‬ َ َ ‫“ )و‬Barang
siapa yang beramal sebesar atom, maka dia akan melihatnya,” atau takaran, seperti
ًَ
(‫ء‬ ‫ٌ ما‬ ‫َّة‬
‫َر‬‫ِي ج‬ ‫ْد‬‫ِن‬‫“ )ع‬Ada padaku satu guci air,” atau ukuran, seperti

‫َبل‬
‫ح‬ َ
‫دك‬ِ‫ي‬ ُّ‫م‬
َ ‫د‬ ‫ْد‬
َ ‫ِي‬ ‫ِن‬
‫“ )ع‬Ada padaku benang sepanjang tanganmu.”
d. Isim yang diberlakukan seperti ukuran, yaitu semua isim mubham yang
membutuhkan pada tamyiz dan penjelas, seperti ( ‫ْل‬
ُ ‫َ م‬
‫ِث‬ ‫َلنا‬
‫َي‬
ً‫ْل‬ ‫ُم‬
‫ْ خ‬ ‫َ َلك‬
‫“ )ما‬Ada padaku kuda yang seperti yang ada
padamu.”

e. Perkara yang merupakan cabang dari tamyiz, seperti ( ‫ْد‬


‫ِي‬ ‫ِن‬
‫ع‬
‫َّة‬
‫ِض‬ ‫ُ ف‬
‫تم‬َ‫َا‬
‫“)خ‬Ada padaku cincin perak.”
Hukum tamyiz dzat adalah boleh dibaca nashab, seperti yang telah kalian
lihat, dan boleh dijarkan dengan (ْ
‫ِن‬ َْ
‫)م‬, seperti (‫يت‬ ‫ز‬ ْ
‫ِن‬ ‫ْل‬
‫ٌ م‬ ‫ِط‬
‫ِي ر‬ ‫ْد‬‫ِن‬‫)ع‬,
atau dengan diidlafahkan, seperti (‫ْض‬ ‫َر‬ ‫ا‬ َُ
‫ة‬ ‫َص‬
‫َب‬ ‫َ ق‬ ‫)َلنا‬, kecuali jika
diidlafahkan akan menyebabkan terjadinya dua idlafah, yaitu ketika mumayyaznya
berupa mudlaf, maka pengidlafahan itu dilarang dan wajib untuk dibaca nashab atau
dijerkan dengan (ْ‫َاح‬
‫َة‬
‫ِن‬ ‫ُ ر‬ َْ
‫)م‬, seperti (
‫در‬ ‫ء ق‬ َِ
‫ِي السَّما‬ ‫َ ف‬ ‫ما‬
‫َب‬
‫ْ سَحا‬
‫ِن‬‫َو م‬ ‫َبا‬
‫ً ا‬ ‫)سَحا‬. Dikecualikan dari hukum tersebut adalah
tamyiznya adad, karena dia mempunyai hukum tersendiri.

2. Tamyiz Nisbat

Tamyiz nisbat adalah tamyiz yang menjelaskan pada jumlah yang masih
samar nisbatnya4, seperti (ً ُُ
‫لقا‬ ‫َل‬
‫ِيٌّ خ‬ ‫َ ع‬‫َسُن‬‫)ح‬, karena nisbatnya baik
pada Ali masih samar yang memungkinkan pada banyak keadaan, lalu kita
menghilangkan kesamarannya dengan mengucapkan (ً ُُ
‫لقا‬‫)خ‬.
Termasuk dalam tamyiz nisbat adalah isim yang jatuh setelah (‫ )ما‬yang
berfaidah ta’ajjub, seperti (ً
‫ُل‬‫َج‬
‫ر‬ َُ
‫ه‬ ‫َشْج‬
‫َع‬ ‫َ ا‬
‫)ما‬.

4
Ibid, hlm 115

4
Tamyiz nisbat terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Tamyiz Muhawwal, yaitu tamyiz yang asalnya adalah fa’il, seperti ( َ


‫و‬
ً
‫ْبا‬ ْ
‫َّأسُ شَي‬ ‫َ الر‬ ‫َع‬
‫َل‬ ‫ )اشْت‬yang asalnya adalah ( َ ‫َع‬
‫َل‬ ‫ِشْت‬
‫ا‬
ْ ‫)شَي‬, atau maf’ul, seperti ( َ‫ْض‬َْ َ ‫َج‬ ‫َ ف‬
ِ‫َّأس‬‫ُ الر‬ ‫ْب‬ ‫الر‬ ‫ْنا‬‫َّر‬ ‫و‬
ً
‫ُونا‬ ‫ُي‬‫ )ع‬yang asalnya adalah (‫ض‬ ِْ َ
‫الر‬ْ ‫ن‬ َ‫ُو‬‫ُي‬ ‫َ ع‬‫ْنا‬ ‫َج‬
‫َّر‬ ‫)ف‬,
atau mubtada’, seperti ( َ‫َالً و‬ ‫ْكَ ما‬ ‫ُ م‬
‫ِن‬ ‫َر‬‫ْث‬‫َك‬
‫َ ا‬ ‫َنا‬‫ا‬
ً
‫َرا‬ ‫نف‬َ ُّ‫َز‬‫َع‬ ‫ )ا‬yang asalnya adalah ( ْ ‫ِن‬‫ُ م‬‫َر‬‫ْث‬‫َك‬
‫ِي ا‬ ‫َل‬‫ما‬
َ
‫ِك‬‫َر‬‫نف‬َ ْ ‫ِن‬‫ُّ م‬ ‫َز‬‫َع‬ ‫ِي ا‬ ‫َر‬ ‫نف‬ َ َ ‫ِكَ و‬ ‫َل‬‫)ما‬.
Hukum tamyiz ini adalah selamanya dibaca nashab dan tidak boleh
dijerkan dengan (ْ
‫ِن‬‫ )م‬atau dengan idlafah.
b. Tamyiz Ghairu Muhawwal, yaitu tamyiz yang bukan pindahan dari yang
lain, seperti (ً ِْ
‫يبا‬ ‫َد‬
‫َ ا‬ ‫َوت‬ ‫)سَم‬.
Hukum tamyiz ini adalah boleh dibaca nashab dan boleh dibaca jer
dengan (ْ
‫ِن‬ ِْ
‫)م‬, seperti (‫يب‬ ‫َد‬
‫ا‬ ْ
‫ِن‬‫َ م‬
‫َوت‬
‫)سَم‬.
Perlu diketahui bahwa lafal yang jatuh setelah isim tafdlil, wajib dibaca
nashab menjadi tamyiz, jika lafal itu bukanlah jenisnya lafal sebelumnya, seperti
(ً ‫ْز‬
‫ِال‬ َ
‫من‬ ‫لى‬َْ ‫َع‬‫َ ا‬ ‫نت‬َْ ‫)ا‬. Namun, jika termasuk jenisnya lafal sebelumnya,
maka wajib dijerkan dengan diidlafahkan kepada (‫َل‬ ‫ْع‬‫َف‬ ‫)ا‬, seperti ( َ َْ
‫نت‬ ‫ا‬
‫َج‬
‫ُل‬ ‫ُ ر‬‫َل‬ ‫ْض‬‫َف‬ ‫ْع‬
‫)ا‬, kecuali jika (‫َل‬ ‫َف‬‫ )ا‬diidlafahkan kepada selain tamyiz maka
wajib untuk membaca nashab tamyiz karena sulitnya mengidlafahkan untuk kedua
kalinya, seperti (ً
‫ُل‬‫َج‬
‫ر‬ ِ‫َّاس‬
‫ُ الن‬
‫َل‬ ‫َف‬
‫ْض‬ ‫َ ا‬
‫نت‬َْ
‫)ا‬5

5
Ibid, hlm 123-126

5
6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tamyiz adalah isim nakirah yang disebutkan dengan tujuan menghilangkan
kesamaran isim yang terletak sebelumnya. Atau dengan kata lain bahwa tamyiz
merupakan keterangan pembeda, terhadap pengertian yang belum jelas pada kata-
kata yang sebelumnya.
Tamyiz terbagi dua yaitu tamyiz mufrad dan tamyiz nisbah atau tamyiz
jumlah. Dan tamyiz mufrad terbagi menjadi dua lagi yaitu tamyiz bilangan dan
tamyiz bukan bilangan. Tamyiz bukan bilangan itu yang menunjukkan kepada
takaran, timbangan, luas, panjang, dan tamyiz yang berasal dari kata sebelumnya.
Begitupun dengan tamyiz nisbah terbagi dua, yaitu: tamyiz yang berasal dari fungsi
yang lain, selain ia sebagai tamyiz, juga biasa dikenal dengan istilah tamyiz manqul,
dan tamyiz yang tidak dialihkan dari posisi yang lain menjadi tamyiz atau dikenal
dengan istilah tamyiz ghairu manqul.

B. Saran
Pembahasan dan kesimpulan yang telah dirumuskan sebelumnya
diharapkan dapat berimplikasi positif dan membangun terhadap para pembaca
dalam memahami tentang tamyiz. Terkhusus bagi para mahasiswa, penggiat,
penuntut ilmu yang sedang mengkaji tentang bahasa Arab. Dan lebih khusus lagi
bagi para pendidik yang mengajarkan Bahasa Arab, sehingga bisa mengenalkan
keunikan bahasa Arab itu.

7
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar, Bahasa Arab dan metode Pengajarannya Cet.II; Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2004
Fahmi, Akrom, Ilmu Nahwu dan Saraf (Tata Bahasa Arab) Prakis dan
Aplikatif. Cet. I; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995
Gulayani, Mustafa, Jami’ al- Durus al- Arabiyyah, Semarang: al- syifa. 1991

Anda mungkin juga menyukai