Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Arab merupakan bahasa kitab suci, maka ia merupakan bahasa yang
paling besar signifikasinya bagi ratusan juta muslim sedunia baik dia orang
berkebangsaan Arab atau bukan. Bahkan akhir-akhir ini merupakan bahasa yang
peminatnya cukup besar di Barat. Di Amerika, misalnya, tidak ada suatu perguruan
tinggi yang tidak menjadikan Bahasa Arab sebagai salah satu mata kuliah.
Di Afrika, bahasa Arab ini diturunkan dan menjadi bahasa pertama di Negara-
negara semacam Mauritania, Maroko, Al Jair, Libya, Mesir dan Sudan. Di
semenanjung Arabia, bahasa ini merupakan bahasa resmi di Oman, Yaman, Bahrain,
Kuwait, Arab Saudi, Qatar, Emirat Arab dan jauh ke Utara, Jordan, Irak, Syria,
Libanon dan Palestina.1
Namun demikian, harus diakui bahwa bangsa non-Arab tidak mudah
mempelajari Bahasa Arab dengan baik, sebab bukan bahasanya sendiri. Karenanya
timbulah kesalahan-kesalahan dalam membaca dan mengucapkan bahasa itu. Dengan
kesalahan-kesalahan tersebut para pemimpin, ulama dan kaum muslimin menetapkan
kaidah-kaidah Bahasa Arab dalam suatu ilmu, yang dengan perkembangannya
dikenal dengan ilmu Nahwu.
Ilmu Nahwu sebagai tata Bahasa Arab, di dalamnya membahas beberapa
kaidah yang dengannya dapat mengetahui keadaan Bahasa Arab. Salah satu
pembahasannya dikenal dengan istilah Tamyiz. Tamyiz adalah bentuk isim Nakitah
yang merupakan pelengkap untuk kesempurnaan struktur dan kejelasan makna suatu
kalimat, sehingga pembacanya dapat memahami dengan jelas.

1
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), hal 1-2.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tamyiz ?
2. Apa macam-macam tamyiz ?
3. Apa syarat-syarat tamyiz ?
C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui serta memahami apa itu tamyiz, macam-macamnya dan
syarat-syaratnya.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tamyiz
Tamyiz secara istilah diartikan:

َ‫َاَسَمََنَكََرةَيََذكَرََالمَفَسَرَ لماَانَبَهَمََمَنََذَاتََأوَنَسَبَة‬:‫التَمَيَيَز‬
Isim nakirah yang dituturkan untuk memperjelas kesamaran suatu zat atau suatu
nisbah.2
Dalam kitab jurumiyah, disebutkan bahwa pengertian tamyiz dalam nahwu
bahasa arab ialah sebagai berikut :

َّ ََ‫االسمََاملنصوبََاملفسرلماَان ب همَمن‬
َ‫الذو‬
Yaitu: isim manshub yang berfungsi menjelaskan dzat yang samar.3
Yang dinamakan tamyiz ialah isim yang di baca nashob yang menerangkan
kepada barang yang masih samar (belum Jelas).4Atau dengan kata lain, Tamyiz
adalah kalimat isim yang terbaca nashob guna menjelaskan kesamaran dzat dan nisbat
yang berada sebelumnya.
Contohnya:

‫تَصَبََّبََزَيَدََعَرَقَا‬ (zaed mencucurkan keringat)

َ‫مَلَكَتََتَسَعَيََنَعَجَة‬ (Aku telah memiliki 90 ekor kambing)

Dari definisi tamyiz tersebut memberi kepahaman bahwa:

2
http://www.vianeso.com/2017/03/pengertian-dan-contoh-tamyiz-dalam.html ( Di unduh pada,
01 April 2018 )
3
https://adinawas.com/pengertian-tamyiz-dalam-nahwu-bahasa-arab.html ( Di unduh pada, 01
April 2018 )
4
Drs. Mahfudh Ikhsan al-Wina’I, Konsep Kitab Kuning, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada,
1995) hal 145.
4

1. Tamyiz berupa kalimat isim, yang mana isimnya hanya shorih tidak ada yang
berupa isim muawwal, sebab tamyiz tidak ada yang berupa jumlah. Contoh:

‫تَصَبََّبََزَيَدََعَرَقَا‬

‫اَشَتَرَيَتََعَشَرَيَنََغَلَمَا‬ (Aku telah membeli 20 pelayan/budak)

2. Tamyiz dibaca nashob, dinashobkan oleh amil.


 Amil yang menashobkan amil tamyiz dzat adalah dzat itu sendiri.
 Amil yang menashobkan tamyiz nisbat adalah:
a. Fi’il. Contoh:

‫َمَدََنَفَسَا‬
َّ ‫طَابََم‬ (Muhammad baik orangnya)

b. Mashdar. Contohnya:

َ‫عَجَبَتََمَنَطَيَبََزَيَدََنَفَسَا‬ (Aku kagum baiknya sosok Zaed)

c. Isim sifat, Contohnya:

‫زَيَدََطَيَبََنَفَسَا‬ (Zaed orang baik sosoknya)

d. Isim fi’il, Contohnya:

َ‫سَرَعَانََذَاَإهَالَة‬ (orang ini cepat terkejut)5

B. Macam-Macam Tamyiz
Adapun Tamyiz itu terbagi dua, yaitu:
1. Tamyiz Dzat
Tamyiz dzat adalah:

5
Abu An’im, Sang Pangeran Nahwu Al-Jurmiyyah, ( Jawa Barat: Mu’jizat Group, 2016), hal
356-358
5

‫هو ما كانَمفسر الذاتَمبهمَملفوظ‬


Tamyiz yang menjelaskan kesamaran dzat yang disebutkan sebelumnya. Contoh:

َ‫مَلَكَتََتَسَعَيََنَعَجَة‬ (Aku telah memiliki 90 ekor kambing)

Dzat yang Dianggap Samar


Adapun dzat yang dianggap samar ada lima macam:
a. Isim a’dad (isim berupa bilangan). Contohnya:

‫اَشَتَرَيَتََعَشَرَيَنََغَلَمَا‬ (Aku telah membeli 20 pelayan/budak)

b. Lafadz yang menunjukkan terhadap miqdar (sesuatu yang ditimbang/ ukur/


takar dengan alatnya). Contohnya:

‫عَنَدَىَقَصَبَةََأََرضَا‬ (Aku memiliki sebidang tanah)

‫( أَعَطََالفَقَيَرَ صَاعَا قَمَحَا‬Berilah orang faqir satu so’ gandum)


c. Lafadz yang menyerupai miqdar (lafadh yang menunjukkan arti
timbangan, ukuran dan takaran yang tidak jelas, sebab tidak ada alat
tertentu. Contohnya:

‫( عَنَدَى مَدََالَبَصَرَ أََرضَا‬Aku memiliki tanah sepanjang mata melihat)


d. Lafadz yang diperlakukan sebagaimana isim miqdar, yakni setiap isim
mubham yang membutuhkan terhadap tamyiz/penafsiran. Contohnya:

‫( عَنَدَنَ غَيَرََذَلَكَ غَنَمَا‬Kami memiliki selain itu, yakni kambing)


e. Lafadz yang menjadi fare’ (cabangan dari tamyiz). Contoh:

َ‫( عَنَدَى خَاتَ فَضَة‬Kami memiliki cincin yang terbuat dari perak)
6

2. Tamyiz Nisbat/Jumlah
Tamyiz nisbat adalah:

َ‫هَوََمَاَكَانَ مَفَسََراَلَمَلَةََمَبَهَمَةَ النَسَبَة‬


Tamyiz guna menjelaskan jumlah yang samar penisbatan hukum yang
disandarkan pada mahkum ‘alaih.
Contoh:

‫حَسَنَ عَلَيَ خَلَقَا‬ (Ali baik akhlaknya).6

Contoh lainnya ialah firman Allah swt:

‫َالرأسَشي با‬
َّ ‫واشت عل‬
...dan kepalaku telah ditumbuhi uban (Maryam 4).7
PembagianTamyiz Nisbat
Tamyiz nisbat dibagi dua:
a. Muhawwal
Tamyiz nisbat muhawwal adalah tamyiz perpindahan dari tarkib
fa’il, Maf’ul dan mubtada’. Contoh:

Fa’il : َ‫َالرأس‬
َّ ‫َالرأسَشي باَاىَإشتعلَشيب‬
َّ ‫واشت عل‬
(Kepala itu penuh uban)

Maf’ul : َ‫وف َّجرنَاالرضَعي ونََاىَف َّجرنَعي ونَاالرض‬


(Aku pancarkan mata air bumi)

Mubtada’ : َ‫أنَأكث رَمنكَماالََاىَماِلَأكث رَمنَمالك‬


6
Ibid, hal 358-359
7
Bahaud Din Abdullah Ibnu ‘Aqil, Terjmahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil Jilid I, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2000), hal 461
7

(Hartaku lebih banyak dari kamu)


b. Ghairu Muhawwal
Tamyiz nisbat ghairu muhawwal adalah tamyiz yang tidak pindahan
dari tarkib lain, semenjak awal dibuat menjadi tamyiz. Contoh :

َ‫إمتَلَاخلوضَماء‬ (Telaga penuh air)

‫لِلَدرهَفارسا‬ (Hebat dia laki-laki ahli berkuda)8

C. Syarat-Syarat Tamyiz
Ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh tamyiz:
1. Tamyiz dibaca nashab, ini hukum asalnya. Contoh:

‫( ملكتَ عشرين غلما‬aku memiliki 20 pelayan)

‫ت فقَّأ بكرَ شحما‬ (Bakar penuh lemak)

Boleh tamyiz dzat dibaca jar dengar huruf jar ‫ من‬atau idhofah. Contoh :

َ‫( عندى رطل منَزيت‬Aku memiliki satu rithl minyak)

َ‫( لناَقنطارَعسل‬Kami memiliki satu qinthor madu)


2. Hukum asal tamyiz berupa isim nakirah. Contoh :

‫ت فقَّأ بكرَ شحما‬ (Bakar penuh lemak)

3. Tamyiz dzat dan tamyiz yang amilnya berupa fi’il jamid tidak boleh
mendahului amilnya, maka tidak boleh mengatakan. Contoh :

َ‫( رجلَنعمََزيد‬Sebaik laki-laki adalah Zaid)

8
Abu An’im, Sang Pangeran Nahwu Al-Jurmiyyah, ( Jawa Barat: Mu’jizat Group, 2016), hal
360
8

Yang benar adalah َ‫نعمَرجلَزيد‬

4. Tamyiz hanya berupa isim sharih, tidak ada yang berupa jumlah atau shibhu
jumlah seperti zhorof dan jar majrur.
5. Tamyiz tidak boleh berbilangan/ lebih dari satu, lain halnya hal
diperbolehkan lebih dari satu dari satu shahibul hal.
6. Hukum asal tamyiz berupa isim jamid, isim jamid adalah isim yang
didalamnya tidak terdapat suatu sifat.9 Contoh :

‫عندَىَساعةََذهبا‬ (Aku memiliki jam tangan dari emas)

7. Tidak boleh memisah antara tamyiz dengan isim ‘adad, kecuali dharurot
syi’ir.10

9
http://fitriano.blogspot.co.id/p/isim-jamid-dan-musytaq.html?m=1
10
Ibid, hal 360-362
9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tamyiz secara istilah adalah Isim nakirah yang dituturkan untuk memperjelas
kesamaran suatu zat atau suatu nisbah. Dalam kitab jurumiyah, disebutkan bahwa
pengertian tamyiz dalam nahwu bahasa arab ialah isim manshub yang berfungsi
menjelaskan dzat yang samar.
Adapun Tamyiz itu terbagi dua, yaitu:
 Tamyiz dzat , adalah Tamyiz yang menjelaskan kesamaran dzat yang
disebutkan sebelumnya.
 Tamyiz nisbat, adalah Tamyiz guna menjelaskan jumlah yang samar
penisbatan hukum yang disandarkan pada mahkum ‘alaih.
Ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh tamyiz:
a. Tamyiz dibaca nashab, ini hukum asalnya
b. Hukum asal tamyiz berupa isim nakirah.
c. Tamyiz dzat dan tamyiz yang amilnya berupa fi’il jamid tidak boleh
mendahului amilnya, maka tidak boleh mengatakan.
d. Tamyiz hanya berupa isim sharih, tidak ada yang berupa jumlah atau
shibhu jumlah seperti zhorof dan jar majrur.
e. Tamyiz tidak boleh berbilangan/ lebih dari satu, lain halnya hal
diperbolehkan lebih dari satu dari satu shahibul hal.
f. Hukum asal tamyiz berupa isim jamid,
g. Tidak boleh memisah antara tamyiz dengan isim ‘adad, kecuali dharurot
syi’ir.
10

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Bahaud Bin Ibnu ‘Aqil. Terjmahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil
Jilid I, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000)
An’im, Abu. Sang Pangeran Nahwu Al-Jurmiyyah, ( Jawa Barat: Mu’jizat
Group, 2016)
Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Cet. I;
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004)
Ikhsan. Mahfudh Al-wina’I, Konsep Kitab Kuning, (Jakarta: Pt Raja Grafindo
Persada, 1995)
https://adinawas.com/pengertian-tamyiz-dalam-nahwu-bahasa-arab.html
http://www.vianeso.com/2017/03/pengertian-dan-contoh-tamyiz-dalam.html
http://fitriano.blogspot.co.id/p/isim-jamid-dan-musytaq.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai