Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu nahwu merupakan cabang ilmu yang membahas mengenai kata-kata arab baik
perkata maupun dalam kalimat sehingga dapat mengetahui baris akhir kata, kata yang tetap
barisnya, atau kata yang dapat berubah. Ibnu Khaldun dalam al-Muqaddimahnya memandang
ilmu nahwu sebagai bagian integral dari seluruh pilar linguistic arab, yang terdiri dari: ilmu
bahasa (‘ilm lughah), ilmu nahwu (‘ilm nahwu), ilmu bayan (‘ilm bayan), dan ilmu sastra
(‘ilm al-adab). Biasanya ilmu nahwu digunakan untuk meluruskan atas bacaan-bacaan bahasa
arab (terutama ayat-ayat Al-Qur’an) yang dianggap menyalahi bacaan konvensional, Seperti
yang telah kita ketahui, orang yang pertama kali mencetuskan ilmu nahwu adalah Abu Aswad
Ad-Duali dari Bani Kinanah, seorang hakim di kota Bashrah, Irak yang semakin prihatin
terhadap maraknya lahn saat membaca Al-Qur’an.

Dalam ilmu nahwu sendiri, terdapat banyak pembahasan didalamnya, seperti


pembahasan tentang I’rob, nakiroh dan ma’rifat, dan pembahasan lainnya. Dalam kesempatan
ini, kami akan mengulas tentang isim-isim yang dinashobkan (manshubatul asma’), yakni bab
maf’ul fih: dzaraf zaman dan dzaraf makan, serta kaidahnya dalam praktek memahami ayat
suci Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian dzaraf zaman dan dzaraf makan?
B. Bagaimana hukum pengamalan dzaraf zaman dan dzaraf makan?
C. Apa saja kaidah pengamalan hukum dzaraf zaman dan dzaraf makan dalam Al-Qur’an?

C. Tujuan

A. Mengetahui dan memahami Pengertian dzaraf zaman dan dzaraf makan


B. Mengetahui dan memahami hukum pengamalan dzaraf zaman dan dzaraf makan
C. Mengetahui dan memahami kaidah pengamalan hukum dzaraf zaman dan dzaraf makan
dalam Al-Qur’an

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DZOROF

Dzorof atau disebut juga maf’ul fih adalah isim yang dibaca nashob yang
menunjukkan waktu atau tempat terjadinya perbuatan, dengan mengira-ngirakan /menyimpan
makna huruf ‫( في‬di/pada).

ِ ‫ت يَوْ َم ْال َخ ِمي‬


Contoh: ‫ْس‬ ُ ‫ص ْم‬
ُ (saya berpuasa pada hari kamis)

ِ ‫ْت اَ َما َم ْال َمس‬


‫ْج ِد‬ ُ ‫( َجلَس‬saya duduk didepan masjid)

Lafadz ‫يَوْ َم اَ َما َم‬dibaca nashob sebagai dzorof atau maf’ul fih.

B. HUKUM PENGAMALAN DZOROF

Dzorof harus dibaca nashob, oleh sebab itu jika kalimat yang menunjukkan arti waktu
atau tempat tidak dibaca nashob, maka tidak dinamakan dzorof.

ٌ ‫( هَ َذا يَوْ ٌم ُمبَا َر‬hari ini adalah hari yang berkah)


Contoh: ‫ك‬

ِ ‫ت فِ ْي يَوْ ِم ْال َخ ِمي‬


‫ْس‬ ُ ‫ص ْم‬
ُ (saya berpuasa pada hari kamis).

Kedua lafadz ‫ يوم‬diatas tidak disebut dzorof, karena sudah keluar dari ketentuan dzorof yang
mengharuskan untuk dibaca nashob, karena‫ يوم‬pada contoh pertama menjadi Khobar dan
dibaca rofa’, sedangkan contoh‫ يوم‬kedua menjadi majrur dan dibaca jar.

Pengecualian isim yang menunjukkan makna waktu atau tempat yang tidak
menyimpan makna ‫ في‬,seperti jika ditarkib menjadi:

َ َ‫( يَوْ ُم ْال ُج ْم َع ِة يَوْ ٌم ُمب‬hari jum’at adalah hari yang diberkahi)
ٌ ‫ار‬
mubtada’: ‫ك‬

ُ ‫( َش ِه ْد‬saya menghadiri hari ‘arafah)


maf’ul bih: َ‫ت يَوْ َم َع َرفَة‬

kemasukan huruf jar: ‫االح ِد‬ ُ ْ‫( ِسر‬saya berjalan di hari ahad)
َ ‫ت فِي يَوْ ِم‬

C. AMIL YANG MENASHOBKAN DZOROF

‘Amil dzorof dapat berupa:

a. Mashdar, seperti‫ضرْ بِكَ َز ْيدًا يَوْ َم ْال ُج ُم َع ِة ِع ْن َد ْاالَ ِمي ِْر‬ ُ ‫َع ِجب‬
َ ‫ْت ِم ْن‬
b. Fi’il, seperti‫ْت َز ْيدًا يَوْ َم ْال ُج ُم َع ِة اَ َما َم ْاالَ ِمي ِْر‬
ُ ‫ض َرب‬
َ
c. Isim sifat, seperti َ ‫اربٌ َز ْيدًا ْاليَوْ َم ِع ْن َد‬
‫ك‬ ِ ‫ض‬َ ‫اَنَا‬

2
‘Amil yang menashobkan dzorof adakalanya tampak seperti contoh-contoh diatas, dan
adakalanya dibuang. ‘Amil yang dibuang ada dua macam:
1. Dibuang secara wajib, yaitu ketika dhorof ditarkib menjadi.
a. Na’at, seperti َ‫ت بِ َرج ٍُل ِع ْندَك‬
ُ ْ‫َم َرر‬
b. Shilah, seperti َ‫َجا َء الَّ ِذيْ ِع ْندَك‬
َ ‫ت بِ َز ْي ٍد ِع ْن َد‬
c. Hal, seperti‫ك‬ ُ ْ‫َم َرر‬
d. Khobar, seperti , َ‫ زَ ْي ٌد ِع ْندَك‬atau berasal dari tarkib Khobar, seperti‫ك‬
َ ‫ت زَ ْيدًا ِع ْن َد‬
ُ ‫ظَنَ ْن‬
2. Dibuang secara jawaz, seperti contoh-contoh yang digunakan menjawab pertanyaan,
seperti lafadh ‫ يَوْ َم ْال ُخ ُم َع ِة‬yang digunakan untuk menjawab pertanyaan َ‫ َمتَى ِجْئت‬, yang jika
dijawab dengan sempurna berbunyi ‫ت يَوْ َم ْال ُخ ُم َع ِة‬
ُ ‫جْئ‬. ُ ‫جْئ‬boleh
ِ Lafadh ‫ت‬ ِ dibuang karena
terdapat petunjuk dalam kata tanya, yakni َ‫ِجْئت‬

D. PEMBAGIAN DZOROF

Dzorof terbagi menjadi 2 macam:

1. Dzorof Zaman

Yaitu isim yang dibaca nashob dan menunjukkan arti zaman (waktu) dengan
menyimpan makna ‫يى‬rr‫ف‬. dzorof zaman adakalanya yang mubham dan adakalanya yang
mukhtash.

a. Dzorof makan mubham. ‫ َر ُم َعيَّ ٍن‬rrrْ‫ا ِن َغي‬rrr‫ ْد ٍر ِمنَ ال َّز َم‬rrrَ‫ا َد َّل َعلَى ق‬rrr‫ َو َم‬rrrُ‫ ه‬yaitu isim yang
menunjukkan zaman yang tidak tertentu (waktu yang tidak jelas batasnya). Seperti ‫اَبَدًا‬
(selamanya), ‫( ِح ْينًا‬pada saaat), ‫( َو ْقتًا‬pada waktu),‫( زَ َمانًا‬Semasa).
ُ ‫ص ْم‬
Contoh: ‫ت يَوْ ًما‬ ُ (saya berpuasa pada satu hari).
Contoh dalam Al-Qur’an:
ُ َ‫اَ ْليَوْ َم اً ِح َّل لَ ُك ُم الطَّيِّب‬
‫ات‬
“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik”. (QS. Al-Maidah[5]:5)
ٍ ‫ هُ َو َما َد َّل َعلَى َو ْق‬yaitu isim yang menunjukkan
b. Dzorof zaman mukhtash. ‫ت ُمقَ َّد ٍر ُم َعيَّ ٍن َمحْ ُدوْ ٍد‬
zaman yang sudah tertentu (waktu yang jelas dan terbatas) dengan cara di ma’rifahkan
atau dimudhofkan atau disifati . Seperti: ً‫( َسا َعة‬satu jam), ‫ ( يَوْ ٌم‬sehari), ً‫( لَ ْيلَة‬semalam),
ٌ ْ‫( اُ ْسبُو‬seminggu), ‫( َش ْه ٌر‬sebulan) , ً‫( َسنَة‬setahun), ‫( عَا ٌم‬setahun), ‫(اَ ْس َما ُء ال ُّشهُوْ ِر‬nama-nama
‫ع‬
bulan).
ِ ‫ت يَوْ َم ْال َخ ِمي‬
Contoh:‫ْس‬ ُ ‫ص ْم‬
ُ (saya berpuasa pada hari kamis).
Contoh dalam Al-Qur’an:

3
ُ َ‫اُ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَةَ الصِّ يَ ِام ال َّرف‬
‫ث الَى نِ َساء ُكم‬

Artinya: “Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa untuk bercampur dengan istri-
Istrimu”. (QS. Al-Baqoroh[2]:187)

Lafadz-lafadz dzorof zaman adalah:

ْ waktu sejak terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari.


a. ‫اليَوْ َم‬:
Contoh: ‫ْس‬ ُ ‫ص ْم‬
ِ ‫ت يَوْ َم الخَ ِمي‬ ٌ (saya berpuasa pada hari kamis.
Contoh dalam Al-Qur’an:

ُ َ‫اَ ْليَوْ َم اً ِح َّل لَ ُك ُم الطَّيِّب‬


‫ات‬

Artinya: “pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik”. (QS. Al-Maidah[5]:5)

b. َ‫ الَّ ْيلَة‬: waktu sejak tenggelamnya matahari sampai terbitnya fajar.


Contoh:

‫ت لَ ْيلَةَ ْال ُج ْم َع ِة‬


ُ ‫اِ ْعتَ َك ْف‬

Artinya: “saya i’tikaf pada malam jum’at”.

Contoh dalam Al-Qur’an:

ُ َ‫اُ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَةَ الصِّ يَ ِام ال َّرف‬


‫ث الَى نِ َساء ُكم‬

Artinya: “dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa untuk bercampur dengan

istri-Istrimu”. (QS. Al-Baqoroh[2]:187)

c. ً‫ َغ ْد َوة‬: waktu setelah sholat subuh sampai terbitnya matahari.

Contoh: ‫ك َغ ْد َوةَ يَوْ ِم ااْل َ َح ِد‬


َ ‫( اَ ُزوْ ُر‬saya akan datang padamu hari ahad pagi)

d. ً‫بُ ْك َرة‬: waktu permulaan pagi, sejak terbitnya fajar shodiq.

Contoh: ‫ك بُ ْك َرةَ يَوْ ِم ال ُج ْم َع ِة‬


َ ‫( اَ ُزوْ ُر‬saya akan datang padamu hari jumat pagi)

e. ‫ َس َحرًا‬: waktu akhirnya malam sebelum fajar.

Contoh: ‫ك َس َح َر يَوْ ِم ْال ُج ْم َع ِة‬


َ ‫( اَ ِج ْيُئ‬saya akan datang padamu waktu sahur hari jum’at)

ٍ ُ‫ِإاَّل آ َل ل‬
‫وط نَ َّج ْينَاهُ ْم بِ َس َح ٍر‬

Artinya: “Kecuali keluarga Luth, Kami selamatkan mereka sebelum fajar


menyingsing”. (QS. Qamar[54]:34)

4
f. ‫ َغدًا‬: esok hari, hari setelah hari ini.

َ ‫( اَ ِج ْيُئ‬saya akan datang padamu besok)


Contoh: ‫ك َغدًا‬

g. ً‫ َعتَ َمة‬: waktu sepertiga malam yang awal.

Contoh: ً‫( اَتِ ْيكَ َعتَ َمة‬saya akan datang padamu di awal malam)

h. ‫صبَاحًا‬
َ (waktu permulaan hari sampai zawal/dzuhur)

Contoh: ‫صبَاحًا‬ َ ‫( اَتِ ْي‬saya akan datang padamu waktu pagi)


َ ‫ك‬

i. ‫( َم َسا ًء‬waktu sejak zawal/dzuhur sampai akhirnya separuh malam yang awal)

Contoh: ‫( َم َسا ًء اَتِيْك‬saya akan datang padamu waktu sore)

j. ‫( اَبَدًا‬waktu yang akan datang tanpa batas (selamanya))

Contoh: ‫( اَبَدًا الَ اُ َكلِّ ُم زَ ْيدًا‬saya tidak akan berbicara dengan zaid selamanya)

k. ‫( اَ َمدًا‬waktu yang akan datang tanpa batas (selamanya), sama dengan ‫اَبَدًا‬

Contoh: ‫( اَ َمدًا الَ اُ َكلِّ ُم َز ْيدًا‬saya tidak akan berbicara dengan zaid selamanya)

l. ‫( ِح ْينًا‬waktu yang tidak tertentu/suatu ketika)

ُ ‫( قَرْأ‬saya membaca suatu ketika)


Contoh: ‫ت ِح ْينًا‬

Selain lafadz-lafadz diatas masih banyak lafadz yang menunjukkan arti waktu
(zaman) yang bisa menjadi maf’ul fih. Diantaranya adalah: ‫ َو ْقتًا‬,ً‫ َسا َعة‬,‫ضحًى‬ َ ,ً‫ لَحْ ظَة‬,‫َد ْهرًا‬
ُ ,ً‫ضه َْوة‬

2. Dzorof Makan

Yaitu isim yang dibaca nashob dan menunjukkan arti tempat dengan menyimpan
ِ ‫ْت اَ َما َم ْال َمس‬
makna ‫في‬. Contoh: ‫ْج ِد‬ ُ ‫( َجلَس‬saya duduk didepan masjid). Adapun isim makan yang
bisa ditarkib menjadi dzorof ada 3 macam:

1. Isim Makan Mubham

‫ َوالَ ُح ُدوْ َد لِصُوْ َر ٍة‬,‫ك بِ ْال ِحسِّ الظَّا ِه ِر‬


ُ ‫ْس لَهُ صُوْ َرةٌ تُ ْد َر‬
َ ‫َما َد َّل َعلَى َم َكا ٍن َغ ْي َر ُم َعيَّ ٍن اى لَي‬

Adalah isim yang menunjukkan arti tempat yang tidak jelas batasnya, yakni tidak
memiki bentuk yang bisa dilihat oleh panca indera, dan bentuknya tidak terbatas. Seperti
َ ْ‫( فَو‬atas), ُ‫( يَ ِميْن‬kanan), ً‫ِش َماال‬
asma’ al-jihaat as sitti (isim-isim yang menunjukkan enam arah): ‫ق‬

5
(kiri), ‫( اَ َما َم‬depan), َ‫(خَ ْلف‬belakang). Dan selain itu, seperti:‫( قُ َّدا َم‬di depan), ‫( َو َرا َء‬di belakang),
‫( ِع ْن َد‬di sisi), ‫( َم َع‬beserta), ‫( اِزَ ا َء‬di depan), ‫( ِح َذا َء‬didekat), ‫( تِ ْلقَا َء‬dihadapan),‫( هُنَا‬disini).

Contoh: َ‫ْت اَ َما َمك‬


ُ ‫( َجلَس‬saya duduk didepanmu)

Contoh dalam Al-Qur’an:

َ‫ب فَ َش ِّر ْد بِ ِه ْم َّم ْن خَ ْلفَك‬


ِ ْ‫فَِإ َّما ت َْثقَفَنَّ ُك ْم فِي ْال َحر‬

Artinya: “jika kamu menemui meraka dalam peperangan maka cerai-beraikanlah


orangorang yang dibelakang mereka dengan menumpas mereka”. (Q.S. Al-Anfal [8] :57)

2. Asmaul Maqodir(nama ukuran)

Seperti:‫( َم ْي ٌل‬satu mil),‫( فَرْ َس ٌخ‬satu farsyakh), ‫( بَ ِر ْي ٌد‬satu barid), ٌ‫( قَصْ بَة‬sebatang bambu),
‫( ِك ْيلُوْ َمتَر‬satu kilometer). Contoh: ‫ت فَرْ َس ًخا‬
ُ ْ‫( ِسر‬saya berjalan satu farsakh)

3. Isim Makan yang Musytaq (tercetak dari amilnya)

Contoh: ‫س َز ْي ٍد‬ ُ ‫( َجلَس‬aku duduk di di tempat duduknya zaid)


َ ِ‫ْت َمجْ ل‬

Diperbolehkannya menarkib dzorof pada isim makan yang musytaq, apabila ia mustaq dari
amilnya seperti contoh diatas, sedangkan isim makan yang tidak musytaq dari amilnya tidak
boleh ditarkib mejadi dzorof, maka tidak boleh mengatakan: ‫س َز ْي ٍد‬ ُ ْ‫( َدعَو‬saya berdo’a
َ ِ‫ت َمجْ ل‬
َ ِ‫ َمجْ ل‬di jarkan
ditempat duduknya zaid). Kalau terpaksa ingin arti seperti itu, maka lafadz ‫س‬
dengan huruf jar ‫ في‬menjadi ‫س زَ ْي ٍد‬ ُ ْ‫َدعَو‬
ِ ِ‫ت فِي َمجْ ل‬

Lafad-lafad dzorof makan adalah:

a. ‫ = اَ َما َم‬depan.
Contoh ‫ْت اَ َما َم ْاالَ ِمي ِْر‬
ُ ‫جلَس‬:
َ (Saya duduk didepan raja).
b. َ‫ =خَ لَف‬belakang.
ُ ‫(خَ ْلفَكَ َجلَس‬Saya duduk dibelakangmu)
Contoh: ‫ْت‬
c. ‫ =قُ ّدا َم‬depan
Contoh: ‫ْت ق َّدا َم ْاالَ ِمي ِْر‬
ُ ‫( َجلَس‬Saya duduk didepan raja)
d. ‫=و َرا َء‬
َ belakang
Contoh: ‫ك‬ ُ ‫( َجلَس‬Saya duduk dibelakangmu).
َ ‫ْت َو َرا َء‬
e. َ ْ‫ =فَو‬atas
‫ق‬
Contoh: ‫ق ْال ِم ْنبَ ِر‬ ُ ‫( َجلَس‬Saya duduk didepan mimbar).
َ ْ‫ْت فَو‬
f. َ‫ =تَحْ ت‬bawah

6
Contoh: ‫ْت تَحْ تَ ال َّش َج َر ِة‬
ُ ‫( َجلَس‬Saya duduk dibawah pohon).
g. ‫=ع ْن َد‬
ِ samping
Contoh: ‫ْت ِع ْن َد َز ْي ٍد‬
ُ ‫( َجلَس‬Saya duduk disamping zaid), dan
ِ ‫َو ِع ْن َدهُ َمفَاتِ ُح ْال َغ ْي‬
‫ب‬
Artinya: “Dan disisi Allah lah kunci-kunci semua yang ghaib”. (QS. Al-
An’am[6]:59)
h. ‫ = َم َع‬tempat berkumpul, bersama.
ُ ‫( َجلَس‬Saya duduk bersama zaid).
Contoh: ‫ْت َم َع َز ْي ٍد‬
‫ِإ َّن هّللا َ َم َعنَا‬
Artinya: “Sesunggguhnya Allah bersama kita”. (QS. At-Taubah [9] :40)
i. ‫ =اِزَ ا َء‬arah lurus.
ُ ‫( َجلَس‬Saya duduk dihadapan zaid).
Contoh: ‫ْت اِزَ ا َء َز ْي ٍد‬
j. ‫=ح َذا َء‬
ِ tempat yang dekat.
Contoh: ‫ْت ِح َذا َءء َز ْي ٍد‬
ُ ‫(جلَس‬Saya
َ duduk didekat zaid).
k. ‫ =تِ ْلقَا َء‬arah lurus.
Contoh: ‫ْت تِ ْلقَا َء َز ْي ٍد‬
ُ ‫( َجلَس‬Saya duduk dihadapan zaid).
l. ‫ =ثَ َّم‬isim isyaroh untuk tempat yang jauh (disana).
Conto: ‫ْت ثَ َّم‬
ُ ‫( َجلَس‬Saya duduk disana).
m. ‫ = هُنَا‬isim isyaroh untuk tempat yang dekat (disini).
ُ ‫( َجلَس‬Saya duduk disini).
Contoh: ‫ْت هُنَا‬

E. DZOROF MUTASHORRIF DAN GHAIRU MUTASHORRIF

Dzorof zaman dan makan mutashorrif ialah lafadz yang hanya dapat digunakan
ٌ ‫َم َك‬
sebagai dzorof atau syibhu dzorof (serupa dzorof). Seperti lafadz ‫ يَوْ ٌم‬dan ‫ان‬

ُ ْ‫( ِسر‬Saya berjalan pada suatu hari)


Contoh sebagai dzorof: ‫ت يَوْ ًما‬

ٌ ‫يَوْ ُم ْال ُج ْم َع ِة يَوْ ٌم ُمبَا َر‬


Dzorof mutashorrif bisa ditarkib menjadi mubtada’, contoh isim zaman: ‫ك‬

Contoh isim makan: ‫َم َكانُكَ َح َس ٌن‬

Dzorof mutashorrif bisa ditarkib menjadi fa’il, contoh isim zaman: ‫ ِة‬r‫( َجا َء يَوْ ُم ْال ُج ْم َع‬Telah
datang hari jum’at)

َ ُ‫اِرْ تَفَ َع َم َكان‬


Contoh isim makan: ‫ك‬

7
Adapun dzorof zaman dan makan ghairu mutashorrif adalah lafadz yang hanya dapat
digunakan sebagai dzorof atau syibhu dzorof (ialah dijarkan dengan huruf jar ‫) ِم ْن‬

Contoh sebagai dzorof: ‫ْت تَحْ تَ ال َّش َج َر ِة‬


ُ ‫ َجلَس‬: (Saya duduk dibawah pohon)

Contoh sebagai syibhu dzorof: ‫ت َأرْ ُجلِ ِه ْم‬


ِ ْ‫يَوْ َم يَ ْغ َشاهُ ُم ْال َع َذابُ ِم ْن فَوْ قِ ِه ْم َو ِم ْن تَح‬

Artinya: “Pada hari (ketika) azan menutup mereka dari atas dan dari bawah kaki mereka”
(QS. Al-Ankabut[23]:55)

F. MASHDAR MENGGANTIKAN DZOROF

Terkadang dzorof makan digantikan mashdar, namun hal ini jarang terjadi, seperti
َ ْ‫ْت قُر‬
‫ب زَ ْي ٍد‬ ِ ْ‫ْت َم َكانَ قُر‬
ُ ‫( َجلَس‬Saya duduk di tempat dekat zaid), yang asalnya ialah ‫ب َز ْي ٍد‬ ُ ‫َجلَس‬
terbetuknya mudhof-mudhof ilaih dengan membuang mudhofnya ( َ‫) َم َكان‬, dan menempatkan
ِ ْ‫ ) قُر‬diposisinya.
mudhof ilaih (‫ب‬

Adapun dzorof zaman sering digantikan oleh mashdar secara kiasi, sehingga dapat
diberlakukan pada setiap mashdar, seperti:

‫ ُخرُوْ َج َز ْي ٍد‬/ ‫ قُ ُدوْ َم ْال َح ِّج‬/ ‫س‬


ِ ‫ك طُلُوْ َع ال َّش ْم‬
َ ‫اَتِ ْي‬

“Saya mendatangimu pada waktu terbutnya matahari/waktu datangya haji/waktu keluarnya


zaid”

ِ ْ‫ َو ْقتَ ُخرُو‬/ ِّ‫ َو ْقتَ قُ ُدوْ ِم ْال َحج‬/ ‫س‬


Yang asalnya ialah: ‫ج زَ ْي ٍد‬ ِ ْ‫ك َو ْقتَ طُلُو‬
ِ ‫ع ال َّش ْم‬ َ ‫اَتِ ْي‬

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dzorof atau disebut juga maf’ul fih adalah isim yang dibaca nashob yang
menunjukkan waktu atau tempat terjadinya perbuatan, dengan mengira-ngirakan /menyimpan
makna huruf ‫( في‬di/pada). Dzorof harus dibaca nashob, oleh sebab itu jika kalimat yang
menunjukkan arti waktu atau tempat tidak dibaca nashob, maka tidak dinamakan dzorof.
‘Amil dzorof dapat berupa: Mashdar, Fi’il, Isim sifat. Amil yang menashobkan dzorof
adakalanya tampak seperti contoh-contoh diatas, dan adakalanya dibuang. ‘Amil yang
dibuang ada dua macam: Dibuang secara wajib dan dibuang secara jawaz. Dzorof terbagi
menjadi 2 macam yaitu 1) Dzorof Zaman, yaitu isim yang dibaca nashob dan menunjukkan
arti zaman (waktu) dengan menyimpan makna ‫فيى‬. dzorof zaman adakalanya yang mubham
dan adakalanya yang mukhtash, dan 2) Dzorof Makan, yaitu isim yang dibaca nashob dan
menunjukkan arti tempat dengan menyimpan makna ‫في‬. Dzorof zaman dan makan
mutashorrif ialah lafadz yang hanya dapat digunakan sebagai dzorof atau syibhu dzorof
(serupa dzorof).

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghalayani, Syaikh Musthafa bin Muhammad Salim. Ibnu ‘Aqil Syarh Alfiyyah.

Huda, Nailul dan M. Muqoyyim. 2018. Alfiyyahku Istimewa. Kediri: Santri Salaf Press

Ghazali, Muhammad Khoirun. 2012. Ensi Mini Nahwu Sharf. Malang: Citra A Media

Hasan, Afif Zainul. 2021. Syarah dan Terjemah Perkata Nadzom ‘Imrithi. Bondowoso:
Miftahul Ulum Lombok Kulon

Ahmad, H. Asep Faqih. 2006. Nahwu Al-Qur’an. Sukabumi: PT. Alma’ Arif

Hakim, Muhammad Fikril. 2013. Terjemah Matan Al-Ajurumiyah. Kediri: Lirboyo Press

10

Anda mungkin juga menyukai