FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah matakuliah Qaqaidul Imla yang berjudul Penambahan Wawu dalam Kata atau Kalimat ini. Shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas matakuliah ini, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami, umumnya bagi siapa saja yang membacanya. Amin. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan makalah kami selanjutnya.
Salatiga, Mei 2014
Penyusun
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN A. .................................................................................................................. L atar Belakang ......................................................................................................1 B. .................................................................................................................. R umusan Masalah ..................................................................................................1 C. .................................................................................................................. T ujuan Pembahasan ...............................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN A. Makna Wawu dalam Kata atau Kalimat ............................................................. 2 B. Cara Menambahkan Wawu dalam Kata atau Kalimat ........................................ 2 C. Fungsi dan Macam Wawu ................................................................................... 3 BAB III KESIMPULAN Kesimpulan ............................................................................................................... 7 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menambah wawu dalam kata atau kalimat sering kita jumpai dalam bacaan bahasa arab. Namun perlu diketahui sebab kenapa wawu tersebut ditempatkan di awal maupun di akhir. Wawu juga merupakan salah satu harf qasam atau sumpah yang biasa digunakan untuk mempertegas suatu ungkapan atau pendapat agar dapat dipercaya.
B. Rumusan Masalah 1. Apa itu Makna Wawu dalam Kata atau Kalimat? 2. Bagaimana Cara Menambahkan Wawu dalam Kata atau Kalimat? 3. Apa saja Fungsi dan Macam Wawu?
C. Tujuan 1. Untuk Mengetahui Makna Wawu dalam Kata atau Kalimat. 2. Untuk Mengetahui Cara Menambahkan Wawu dalam Kata atau Kalimat. 3. Untuk Mengetahui Fungsi dan Macam Wawu.
BAB II PEMBAHASAN A. Makna Wawu dalam Kata atau Kalimat Wawu ( ) merupakan salah satu dari huruf vokal yang berbunyi U atau dhammah. Wawu itu maknanya ada 3 kemungkinan: 1. Artinya: dan (and). 2. Artinya: demi (untuk sumpah). 3. Artinya: padahal. Contohnya: - wa al-ashri (Demi Masa) WAwu jika diikuti isim yang harokatnya kashroh, maka kata WAwu disitu artinya DEMI yang diucapkan dalam rangka sumpah. Dan jika berharokat fathah dan dhommah maka berarti DAN.
B. Cara Menambahkan Wawu dalam Kata atau Kalimat Di dalam suatu kata atau kalimat harus ditambahi dengan huruf wawu ( ) apabila: kalimat itu adalah kalimat isim, kalimat itu harus irob rofa dan kalimat itu dibagi menjadi dua yaitu: 1. Isim Jama Mudzakar Salim (kalimat yang menunjukkan makna atau arti laki- laki banyak). Contohnya: 2. Isim Asmaul Khomsah (Isim 5). Yaitu a. b. c. d. e. Dan yang dimaksud dengan kalimat isim adalah suatu kalimat yang dapat diberi irob dan tambah ditambahi dengan ( ) dan dapat diberi harokat tanwin juga dapat ditambai dengan kalimat huruf. Dan yang dimaksud dengan irob adalah berubahnya di akhir sebuah kalimat sebab ada sesuatu yang merubahnya. Dan irob itu ada yang kelihatan ( ) dan juga ada yang tidak kelihatan ( ). Kekhusussan kata-kata tersebut berlaku ketika difrasekan (idhafah) dengan kata lain. Namun jika tidak difrasekan maka termasuk isim mufrad (kata tunggal) dengan dhammah sebagai tanda rafanya, bukan wawu. Misalnya (seorang ayah adalah lelaki yang tangguh). C. Fungsi dan Macam Wawu Ada dua fungsi Wawu, yaitu: 1. Wawu Qasam (wawu janji) yang diterjemahkan Demi. Waw qasam adalah harf yang berfungsi (beramal) untuk membuat kata sesudahnya berirab jar ditandai dengan harkat kasrah. Hal ini seperti dijelaskan oleh Nimah (t.t:180) sebagai berikut: /Wa hiya hurufu jarrin tajurru m badah/ Dan (harf qasam) itu adalah harf jar yang berfungsi men-jar-kan kata sesudahnya Contoh: /wa al-fajri/ Demi fajar (QS.Al-Fajr [89]:1) /wa Al-Qur`ni al-hakim/ Demi Al Qur'an yang penuh hikmah (QS.Yaa siin [36]:2) /wa al-mursalti urfa/ Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan (QS.al-Mursalat [77]:1) Apabila kita teliti beberapa contoh di atas, semua ism yang berada sesudah waw qasam itu ber-irab jar. Kata sesudah harf waw berkedudukan sebagai muqsam bih. 2. Wawu Athof (wawu penyambung) yang diterjemahkan Dan. Waw atf adalah harf yang berfungsi menggabungkan kata sebelum harf waw yang disebut (matuf alaihi) dan sesudahnya (matuf) dalam irab yaitu ketika rafa, nashb, jar, dan jazm. Matuf dan matuf alayhi bisa berbentuk ism, fiil, sibhul jumlah maupun jumlah. Contoh: /huwa al-awwalu wa al-akhiru wa az-zhiru wa al-btinu wa huwa bikulli syay`in alimun/ Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (QS.Al- Hadid [57]:3) /qala innamv `asyku bassi wa huzni ila Allhi wa alamu mina Allahi ma l talamuna/ Ya`qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya (QS.Yusuf [12]:86) Pada contoh (1) di atas terdapat harf waw yang menghubungkan ism dengan ism yaitu kata /al-akhiru/ dengan kata /al-awwalu/ berkedudukan sebagai khabar. Pada contoh (2) di atas terdapat harf waw yang menghubungkan ism dengan ism yaitu kata /huzni/ dengan kata /bassi/ berkedudukan sebagai maful bih. Ada jenis wawu yang ke tiga yaitu Wawu Hal, yaitu wawu yanng menjelaskan suatu keadaan (yang biasa bertentangan dengan asumsi). Misalnya dalam Qs. Al-Maarij ayat 7: (wa naraa hu qoriiban). wa = padahal naraa = kami melihat hu = nya qoriiban = dekat Orang kafir memandang siksaan akhirat itu jauh (Ibnu Katsir menafsirkan maksud jauh itu mustahil terjadi). Jadi orang kafir merasa siksaan akhirat itu mustahil terjadi. Padahal Allah SWT memandang siksaan itu sangatlah dekat dengan mereka. Lihat wawu di atas diterjemahkan padahal. Selain fungsi wawu di atas, ada jenis wawu yang tidak berfungsi (waw gairu amilah) yaitu waw ibtida`, waw isti`naf, waw maiyyah, waw hal, dan waw zaidah. Berikut ini akan dijelaskan tentang waw gairu al-amilah, yang terbagi menjadi 5 jenis yaitu: a. Wwu Ibtid` Secara gramatikal harf ibtida` merupakan harf yang terletak dipermulaan kalam dan permulaan alinea. Terletak di depan isim, fiil ataupun harf. (Menurut Massih, 1982) yang temasuk harf ibtida` adalah /wwu/, /lakin/, /la/, /fa/, /hatta/, /bal/. Sebahagian harf ibtida` termasuk harf yang berfungsi menentukan irab katasesudahnya dan sebahagian lagi tidak. Diantara harf ibtida`, harf /wwu/ adalah harf yang tidak berfungsi dalam menentukan irab kata sesudahnya, tidak memiliki arti tertentu melainkan hanya bertugas untuk menyatakan permulaan kalam dan alinea, dan terletak di depan ism, fiil dan harf. Contoh : /Wa taqabbal tahyti wa aswqi/ Terimalah salam hormat dan rindu dariku. Pada contoh di atas waw ibtida` terletak di depan fiil, terletak di awal kalam, bertugas untuk menyatakan permulaan kalam dan alinea serta tidak berfungsi menentukan irab kata sesudahnya. b. wwu isti`nf Secara gramatikal harf isti`naf merupakan harf yang tidak berfungsi dalam menentukan irab kata sesudahnya, tidak memiliki arti tertentu, dan terletak dipermulaan kalimat di tengah kalam baik jumlah ismiyah maupun jumlah fi`liyah. Harf isti`naf terletak di depan ism, fiil, dan harf. Disebut isti`naf sebab apabila harf tersebut dibuang dari kalam tidak menyebabkan perubahan arti. Adapun yang termasuk harf isti`naf adalah harf /wwu/ dan harf /f`u/. Perlu diperhatikan bahwa dalam penggunaan isti`naf kalam (kalimat) sesudahnya tidak berhubungan dengan kalam (kalimat) sebelumnya, kalimat sesudahnya disebut dengan insya`iyah dan kalimat sebelumnya disebut dengan khabariyyah. Contoh: /Waada Allahu haqqan wa man asdaqa mina Allhi qilan/ Allah telah membuat suatu janji yang benar siapakah yang lebih benar perkataannya dari Allah Pada contoh di atas waw isti`naf terletak di depan ism dan tidak berfungsi dan wawtersebut tidak mungkin sebagai waw atf kalimat yang sesudahnya kepada kalimat sebelumnya. c. wwu maiyyah Waw maiyyah adalah harf yang terletak di depan ism sebagai penghubung untuk menyatakan kesamaan waktu. Dan ism sesudahnya mansub selamanya karena menjadi maf`ul maah. Waw maiyyah tidak berfungsi menentukan irab kata sesudahnya. Contoh: /Utrukni wa al-kitba/ Tinggalkan saya bersama buku itu d. wwu hl Sebelum membahas /wwu hli/, akan dijelaskan terlebih dahulu pengertian hal. Hal adalah ism untuk menerangkan keadaan fail atau maful bih ketika terjadi suatu perbuatan. Fail (subjek) atau maful bih (objek) yang diterangkan keadaannya itu dinamakan /shibul hl/. Hal dilihat dari segi pemakaiannya terbagi menjadi tiga,yaitu hal yang berupa mufrad, hal yang berupa syibhul jumlah, dan hal yang berupa jumlah ismiyyah ataupun jumlah filiyyah. Hal mufrad harus sama-sama sahibul halnya dengan hal-nya, baik dari segi mufrad, musanna dengan mussana, jama dengan jama, baik mu`annas maupun muzakkar. Sedangkan hal yang berupa syibhul jumlah terdiri dari zaraf mazuf atau jar majrur. Yang terakhir hal yang terdiri baik dari jumlah ismiyyah maupun jumlah filiyyah. Hal yang berupa kalimat harus mempunyai rabit (penghubung) yang menghubungkan jumlah itu dengan sahibul halnya. Waw merupakan salah satu dari rabit yang menghubungkan jumlah ismiyyah dengan sahibul hal. Waw hanya dapat masuk pada hal yang berupa jumlah ismiyyah maupun jumlah filiyyah, waw hal boleh menempati zarfiyyah. Contoh: /Nazhabu ila al-jmiah wa al-mataru yanzilu/ Kami pergi ke kampus ketika hujan turun /Ya ayyuha allazina amanu l taqrabu as-shalata wa antum sukara/ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk(QS.An-Nisa[4]:43) Pada contoh di atas dapat kita ketahui bahwa harf waw adalah sebagai rabit (penghubung) yang menerangkan keadaan kata sebelumnya. Pada contoh di atas harf waw sebagai penghubung yang menghubungkan kalimat sebelumnya dengan kalimat sesudahnya (jumlah ismiyyah) yang terdiri dari mubtada` dan kabar. e. wawu zaidah Harf waw zaidah adalah harf yang tidak mempunyai arti tertentu, melainkan hanya sebagai tambahan saja. Harf waw zaidah baik dipergunakan atau tidak, tidak akan menimbulkan perubahan arti dan irab. Waw zaidah dapat terletak di depan ism, fiil, dan harf dan juga terletak sesudah illa sebagai penguat hukum. Contoh: /m min ahadin illa wa lahu tamaun aw hasdun/ Tidak ada satu pun dari diri seseorang kecuali tamak dan dengki
BAB III PENUTUP
Kesimpulan Wawu ( ) merupakan salah satu dari huruf vokal yang berbunyi U atau dhammah. Wawu itu maknanya ada 3 kemungkinan: 1. Artinya: dan (and). 2. Artinya: demi (untuk sumpah). 3. Artinya: padahal. Di dalam suatu kata atau kalimat harus ditambahi dengan huruf wawu ( ) apabila: kalimat itu adalah kalimat isim, kalimat itu harus irob rofa dan kalimat itu dibagi menjadi dua yaitu: 1. Isim Jama Mudzakar Salim (kalimat yang menunjukkan makna atau arti laki-laki banyak). Contohnya: 2. Isim Asmaul Khomsah (Isim 5). Yaitu: a. b. c. d. e. Selain fungsi wawu di atas, ada jenis wawu yang tidak berfungsi (waw gairu amilah) yaitu waw ibtida`, waw isti`naf, waw maiyyah, waw hal, dan waw zaidah.
DAFTAR PUSTAKA Mukhlish. 2007. Dasar-Dasar Bahasa Arab. Yogyakarta: Insan Madani.