Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AL JUMLATUL MUFIDAH

Dosen pembimbing :
Elvina asmi,M.Pd

Disusun oleh
 Refika suci ulan dari

INSTUTUT AGAMA ISLAM KERINCI


FAKULTAS SYARIAH
HUKUM EKONOMI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan kekuatan kepada kami sehingga kami
dengan segala penuh taufiq dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan penyusuanan tugas makalah
bahasa arab ini dengan tema “AL_MUTSANNA”.
Kami yang masih dalam tahap dan proses belajar ini menccoba mengajak berlajar bersama
tentang isim tasniyah. Hal ini di perlukan sebagai pelengkap atas makalah dan tema-tema yang
telah teman kami buat.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya selaku BAHASA ARAB mata
kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1 Latar belakang.................................................................................1.
2 Rumusan masalah............................................................................ 1
3 Tujuan..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Apa itu Al-Mutsanna.........................................................................
B. Apasajayang termasuk dalam kategori Al-Mutsa….................................
C. Karakteristik Karya Ilmiah.......................................................................
D. Bagaimana membedakan antara isim ...................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Zaman sekarang seakan menuntut para Mahasisiwa untuk tidak hanya mampu bicara dalam
bahasa Inggris saja, namun juga bahasa-bahasa lain juga dianggap penting sebagai bahan
pembelajaran. Apalagi mahasiswa Universitas Islam Negeri yang memiliki basic keislaman,
setidaknya bahasa Arab dianggap sangat penting sebagai penunjang pemahan akademiknya
kedepan.
Dalam hal ini, kami mencoba menyusun sedikit dari materi bahsa Arab sebagai bahan belajar
bersama untuk lebih memahami bahasa Arab. Materi yang kami susun berjudul “AL-
MUTSANNA”, suatu isim yang menyatakan “dua” dalam kaidah bahasa Arab.

2. RUMUSAN MASALAH.
1. Apa itu Al-Mutsanna?
2. Apa saja yang termasuk dalam kategori Al-Mutsanna?
3. Bagaimana membedakan antara isim Tasniyah dengan isim mudzakar salim dalam
keadaan nashob dan jer?

3. TUJUAN PENULISAN MAKALAH.


1. Menjelaskan pengertian al-Mutsanna
2. Memaparkan beberapa hal yang masuk dalam kategori Al-Mutsanna.
3. Menjelaskan bagaiamana untuk membedakan Al-Mutsanna dengan isim mudzakar salim
dalam keadaan I’rob nashob dan jer.
BAB II
PEMBAHASAN

AL-MUTSANNA
1. PENGERTIAN (Ta’rif)
Al mutsanna (tatsniyah) adalah isim yang menunjukan makna dua, dimana ketika dalam
I’robnya, tasniyah dalam I’rob rofa’ di tandai dengan alif dan nun, sedangkan dalam I’rob
nashob dan khofadl di tandai dengan huruf Ya dan Nun.

‫ما يدٌل على اثنين بزيا ة األليف والنون في حالة الرفع وبزيادة اليِأ والنون في حالتي النصب والجِّر وصالٌح للتجريد وععطف‬
]1[‫مثله عليه‬
Isim mutsanna adalah isim yang menunjukan makna dua dengan tambahan huruf alif ketika
dalam keadaan rofa’, dan huruf ya dan nun dalam keadaan nasob dan jer.

Contoh:
1. Rofa’.
‫ جَأ الزيدان‬---- )‫جأ زيٌد (مفراد‬
Lafadz ‫ الزيدان‬dengan tambahan huruf alif dan nun menunjukkan bahwa itu tastniyah dalam
keadaan i’rob rofa’.

‫إَّن ِع َّدَة الُش ُهْو ِر ِع ْنَد ِهللا ِاْثَنا َع َش َر َش ْهرًا‬

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Alloh ialah dua belas bulan.” (At-Taubah:36).

Lafadz ‫ ِاْثَنا َع َش َر‬adalah contoh isim tastniyah pada keadaan rofa’.

2. Nashob.

)‫الَزْيَد ْيِن ضربُت …… َزْيدًا َضَر ْبُت (مفراد‬


Lafadz ‫ الَزْيَد ْيِن‬dengan tambahan “ya” dan “nun” menunjukkan bahwa itu isim tastniyah dalam
keadaan nashob.

‫َر َّبَنا َو اْج َع ْلَنا ُم ْس ِلَم ْين َلَك‬

“Ya Robb kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau.” (Al-
Baqoroh:28).

3. Jer / khofadl.

‫ مرْر ُت ِبالّز ْيَد ْيِن‬---- )‫مرْر ُت بَزْيٍد (مفراد‬


Lafadz ‫ بالزيَد ْيِن‬dengan tambahan “ya” dan “nun” menunjukkan bahwa itu adalah isim tastniyah
dalam keadaan I’rob jer.

‫َح َّتى َأبُلَغ َم ْج َم َع الَبْح َر ْيِن‬


"Sebelum sampai ke pertemuan dua buah laut.” (Al-Kahfi:60).[2]

2. Hal-hal yang di-mulhaq-kan kepada isim tastniyah.


Ada beberapa isim yang di-mulhaq-kan (di kategorikan) pada isim tastniyah. Dalam Nadzom
Alfiyah Ibnu Malik, kita dapat menemukannya sebagia berikut:

‫ اْبَنتْيِن‬,‫ اْبَنان‬, ‫ اْثنَتاِن‬,‫ اْثنان‬, ‫ ِكْلَت‬,‫ِكَال‬

Dalam suatu refresensi menyebutkan isim tastniyah beserta mulhaq isim tastniyah sebagai
berikut:
‫ ِإَذ ا ِبُم ْض َمٍر ُمَض افًا ُوِص اَل‬# ‫ِباَأْلِلْيِف اْر َفِع ْالُم َثَّنى َوِك لاَل‬

Dengan alif, rofa’kanlah isim mutsanna dan lafadz kilaa, yaitu apabila di mudlofkan kepada isim
dlomir yang di sambungkan kepadanya.
]3[‫ كبنين وابنتين يجريان‬# ‫كلتا كذاك اثنان واثنتان‬

Demikian pula lafadz kiltaa, itsnaani, dan itsnataani sama dengan ibnaini
dan wabnataini dalam ketentuannya (keberlakuannya).

Bait di atas menjelaskan bahwa lafadz ‫ ابنتين‬,‫ إبنين‬,‫ اثنتان‬, ‫ اثنان‬,‫ كلتا‬, ‫ َوِكلاَل‬ini berlaku seperti isim
tastniyah dengan beberapa syarat, diantaranya:
Ø Untuk lafadz ‫ كلتا‬, ‫ ِك لاَل‬keduanya dapat berlaku seperti isim tasniyah pada umumnya, maka
keduanya harus mudlof kepada isim dlomir.
Contoh: ‫ = جاءني كالهما وكلتاهما‬telah datang kepadaku kedua laki-laki dan kedua
wanita itu.
‫ = رأيت كليهما وكلتيهما‬aku telah melihat kedua laki-laki dan kedua wanita itu.
‫ = مررت بكليهما وكلتيهما‬aku telah bersua dengan kedua laki-laki dan kedua wanita itu.
Ø Jika saja kedua lafadz diatas tidak mudlof terhadap isim dlomir (mudlof terhadap isim
dzohir), maka kedua lafadz tersebut memakai alif sebagai tanda tasniyah di tiga keadaan dalam
dalam perubahan I’robnya.
Contoh: ‫ = جاءني كال الرجلين وكلتا المرأتين‬telah datang kepadaku kedua laki-laki dan kedua wanita itu.
‫ = رأيت كالالرجلين وكلتاالمرأتين‬aku telah melihat kedua laki-laki dan kedua wanita itu.
‫ = مررت كالالرجلين وكلتا المرأتين‬aku telah bersua dengan kedua laki-laki dan kedua wanita itu.
Dengan demikian jelaslah bahwa kedua lafadz tersebut tidaklah berubah, dan ketentuan I’robnya
di perkirakan kepada alif-nya.[4]
Ø Sedangkan lafadz ‫ اثنتان‬, ‫ اثنان‬di samakan seperti halnya ‫ ابنتين‬,‫إبنين‬. Maksudnya adalah
keduanya dilakukan seperti halnya isim tasniyah pada umumnya.
Contoh: ‫ مررت باالثنين‬,‫رأيت االثنين‬,

3. Membedakan antara tambahan huruf ‫ يأ‬dan (‫)ن‬pada isim tastniyah dan jamak mudzakar
salim.
a.) Dalam isim tastniyah, huruf sebelum ya’ di harokati fathah dan nun di harokati kasroh.
Contoh: ‫ َم َر ْر ُت ِبالَّز ْيَدْين‬, ‫ َر أْيُت الَّز ْيَد ْيِن‬, ‫َج َأ الَّز ْيَداِن‬
b.) Dalam isim jamak mudzakar salim, huruf sebelum ya’ di harokati kasroh dan nun di harokati
fathah.
Contoh: ‫ َم َر ْر ُت ِبالُم ْس ِلُم ْو َن‬, ‫ َر َئْيُت الُم ْس ِلُم ْو َن‬, ‫َج َأ الُم ْس ِلُم ْو َن‬

Meskipun demikian, tetapi adakalanya huruf tambahan dalam isim tasniyah di baca selayaknya
isim jamak mudazakar salim dan sebaliknya. Namun, untuk hal ini di hukumi syadz.

4. Syarat-syarat Isim Tasniyah.


Syarat-syarat isim tastniyah dapat dikumpulkan dalam bait-bait berikut ini:
‫ ومفردًا منكرا ما رّك ب‬# ‫شرط المثنى أن يكون معربًا‬
‫ ممثآل لم يغني عنه غيره‬# ‫موافقا في اللفظ والمعني له‬
Adapun syarat untuk membuat isim tastniyah ada delapan yang telah terkumpul dalam susunan
bait di atas. Untuk keterangan lebih lanjut, mari kita ikuti ulasan di bawah ini:

1. Mu’rob.
Isim mu’rob adalah isim yang bebas dari keserupaan dengan huruf.[5] Sehingga ketika akan
membuat tatsniyah di kecualikan isim-isim yang tidak mu’rob (mabni), Misal: ‫ِسَبَو ْيِه‬
Contoh:
2. Mufrod.
Mufrod adalah bentuk tunggal. Untuk tastniyah mengecualikan yang bukan mufrod, seperti
mutsanna dan jamak. ‫ ِكَتَباِن‬tidak bisa di buat isim tatsniyah, karena bentuk kata tersebut bukan
bentuk mufrod, melainkan tatsniyah.
Contoh:
3. Nakiroh.
Isim nakiroh adalah isim yang dapat menerima ‫ ال ادة التعريف‬dimana ‫ ال‬akan menjadikan isim
nakiroh menjadi isim ma’rifat (tertentu/ dapat diketahui/ khusus). Bisa kita sederhanakan
pengertian isim nakiroh sebagai isim yang masih memiliki keadaan yang belum tertentu, masih
samar, atau juga bermakna umum.
Contoh:
4. Tidak berupa Tarkib mazji.
Tarkib mazji adalah sebuah susunan
5. Cocok di dalam lafadz ketika di tajrid.

6. Cocok di dalam maknanya.

7. Harus cocok dan sesuai dalam lafadz dan maknanya.

8. Tidak butuh dari bentuk tasniyah kalimat lain.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Al mutsanna (tatsniyah) adalah isim yang menunjukan makna dua, dimana ketika dalam
I’robnya, tasniyah dalam I’rob rofa’ di tandai dengan alif dan nun, sedangkan dalam I’rob
nashob dan khofadl di tandai dengan huruf Ya dan Nun. Isim mutsanna adalah isim yang
menunjukan makna dua dengan tambahan huruf alif ketika dalam keadaan rofa’, dan huruf ya
dan nun dalam keadaan nasob dan jer.

Anda mungkin juga menyukai