Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BAHASA ARAB
Aqsaamul Kalimah

Dosen Pembimbing:
Rufa Hindun Farhisiyati, M.Pd I
Penyusun:
Istiqlal Hilmi Rahmawan (1120078)
Rizal Sukmajati (1120088)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI


(STAIP)
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam tak
lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa
membimbing dan menyayangi umatnya hingga akhir zaman.
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah “ Bahasa Arab I “ selain itu dapat
memberikan pengetahuan dasar tentang pembagian kalimah dalam Bahasa Arab.
Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu dosen selaku pengajar mata kuliah ini
yang telah memberikan kesempatan kepada saya membuat pembahasan ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan, pedoman dan tuntutan bagi
generasi muda dalam mempelajari bahasa arab, Semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kita semua. Amin...

2
DAFTAR ISI
HALAMAN

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… I
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………………………………………... 1
Rumusan Masalah………………..………………..……………………………2
Tujuan Penulisan………………………….………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN :
Pengertian Kalimah……………………………..…………………………… …..3
Bagian-Bagian Kalimah…………………………………………………….. …...5
BAB 3 PENUTUP :
Kesimpulan …………………..………………………………………………… 9
Saran …………………………………………………………………………….9
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam setiap bahasa,memiliki sebuah dasar-dasar kaidah, dan
pembagian kata (aqsaamul kalimah) adalah salah satu pembelajaran dari
kaidahnya itu,maka perlu kita fahami sebelum masuk belajar lebih dalam
lagi tentang dasar-dasar Bahasa Arab yang akan kita awali dengan
pembahasan pembagian kalimat Bahasa Arab.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kalimah
2. Pembagian Kalimah Dalam Bahasa Arab

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Kalimah.
2. Mengetahui Pembagian Kalimah Dalam Bahasa Arab.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian kalimah
Kalimah adalah suatu lafaz yang digunakan untuk menunjukan makna
yang bersifat mufrod/tunggal. Jika kalimah dalam bahasa arab di bahasa
indonesiakan maka disebut kata.
Kalam. Adalah ucapan yang tersusun sehingga pendengar memahami
maksudnya. Sesuai dengan objek pembicaraannya, maka ucapan tersebut
harus dalam bahasa Arab. Sehingga suatu ucapan disebut kalam apabila
memenuhi 4 (empat kriteria), yakni:
a.Diucapan ( υ˸Ϯ˵ϔ )
b.Disusun ( ΐ͉ϛϔ ),
c.Difahami dan ( Ϊ˸Ϯϔ ),
d.Berbahasa Arab ( ˸ ϛ 䆎ꕖ 쳌
Untuk nahwu pertama-tama kita akan mempelajari tentang dasar yaitu
pengertian kalam sebagaimana dikutip dalam kitab jurumiyyah (kitab dasar
ilmu nahwu)dan kita akan mempelajari kitab itu disini sebagai permulaan ,
disitu dituiskan :
Ϊ˸Ϯ 䆎ꕖ ΐ͉ϛ 䆎ꕖ φϮ˵䆎ꕖ ˸⹉ ϡ˴ϼ䆎˴
쳌 ˸ 䆎Ϯ
“ALKALAAMU HUWAL LAFDJUL MURAKKABUL MIFYDU BIL
WAD’I”
Artinya: Adapun pengertian kalam secara harfiyah yaitu satu lafadz yang
tersusun lagi memberi faedah dengan letaknya (dengan bahasa arab).
Contoh : Ϣ Ϯ΋ Ϊ˴ϗ ˯Ϯ zaid datang dalam keadaan berdiri
Seperti dijelaskan kalam adalah lafadz, yang memberi faedah, yang tersusun
dan dengan letaknya( dengan bahasa arab), itu hanyalah pengertian umumnya
sedangkan kita yang pemula tidak mengetaui apa arti lafadz,memberi
faedah,DLL, untuk itulah saya menambahkan beberapa pengetian mengenai
lafadz DLL.
Lafadz adalah suara yang mengandung sebagian huruf hijaiyyah contoh : Ϊ˴ϗ
Ϊ˴ϗ ˸ , ˸ Ϯ 䆎ꕖ ϑ ϛ 䆎ꕖ Ϊ ˵ Ϟ Ϥ˴˴ ˸ ˸⹉ : φϮ˵䆎˴

5
“ALLAFDJU : HUWA SHOWTUN YASYTAMILU ALA’ BA’DIL
HURUUFIL HIJAAIYATI , NAHWU ZAIDUN”
Dan ada pula beberapa yang tidak dikategorikan sebagai lafadz yaitu suara
yang tidak terkandung didalamnya sebagian huruf hijaiyyah seperti suara
suara gendang, suara tepukan tangan Dan tidak termasuk lafadz juga yaitu
setiap yang bukan termasuk suara saperti sebuah isyarat atupun sebuah
tulisan.
Kita masuk ke pembahasan kedua yaitu murokkab (tersusun) adalah
sesuatu yang tersusun dari dua kalimat atau lebih contoh :

Ϣ Ϯ΋ Ϊ˴ϗ zaid berdiri Ϊ ϔ ϡϮ΋ telah berdiri muhammad


Ϊ ϔ ϡϮ΋ , Ϣ Ϯ΋ Ϊ˴ϗ ˸ ϛ˴͉˸ϛ Ϧ˸Ϥ ˸˵͉ Ϧϔ ΐ͉ϛ˴ Ϯϔ : ΐ͉ϛ 䆎˴
“ALMUROKKABU : MA TARAKKABA MIN KALIYMATAYNI
FA’AKTSARA NAHWU ZAIDUN QOOIMUN , QOOMA
MUHAMMADUN”
Disini dijelaskan murokkab/tersusun adalah yang tersusun dari dua kalimat,
maka jika hanya berupa satu kalimat saja dalam artian tidak tersusun dari dua
kalimat maka tidak bisa dikatakan murokkab dan tidak termasuk dalam kalam.
˵ϼ䆎˴
e˵ , Ϊ˴ϗ ˸ ΓΪΪꕖ˸䆎ꕖ ΐ͉ϛ 䆎ꕖ Ϧϔ Νϛήϛ
“FAKHARAJA MINAL MUROKKABI ALKALIMATUL WAAHIDATU
NAHWU ZAIDUN , JALASA”
artinya : Maka keluar/tidak termasuk dari murokkab(tersusun) yaitu kalimat
yang tunggal(1 kata) contoh ;
Ϊ˴ϗ zaid(nama orang) e˵ duduk
Sekarang kita membahas tentang mufiyd(memberi faedah) adalah sesuatu
kalimat yang memberi faedah/memberi kejelasan dengan sekiranya bisa diam
dari orang yag berbicaa maupun pendengar, contoh ;
Maha benar Allah QΪ zaid telah memukul Amar ꕖϛ˱ Ϊ˴ϗ ˱ϛ
Maka jika dikatakan seperti cotoh di atas atau yang lain dan yang
mendengarkan diam dalam artian mengerti maka itulah yang dinamakan
Mufiyd.
Ϊ˴ϗ ϡϮ΋ ⹉ ˸
ϛ˴͉˸ϛ Ϧ˸Ϥ ˸˵͉ Ϧϔ ΐ͉ϛ˴ ⹉ ꕖ˱Ϊ˸Ϯϔ e˸䆎 Ϯϔ Ϟ͉ Ϊ˸Ϯ 䆎ꕖ Ϧϔ Νϛήϛ
“FAKHORAJA MINAL MUFIYDI KULLU MAA LAYSA MUFIYDAN

6
WA IN TARAKKABA MIN KALIYMATAYNI FA’AKTSARA NAHWU
IN QOMA ZAIDUN”
Artinya : Dan keluar/tidak termasuk Mufid yaitu setiap apa-apa(perkataan)
yang tidak memberi faedah sekalipun tersusun dari beberapa kalimat
seperti contoh :
Jika Zaid telah berdiri Ϊ˴ϗ ϡϮ΋ ⹉
sebagaimana contoh yang saya sebutkan di atas dikatakan “jika Zaid telah
berdiri” ,,,? Apa maksudnya ,,,? Kalimat tsb sama sekali tidak
memberi faedah meskipun tersusun dari beberapa kata karna kalimat
tersebut masih membutuhkan sebuah jawab atau kalimat tambahan contoh :
Jika Zaid telah berdiri maka aku akan memukulnya Ϊ˴ϗ ϡϮ΋ ⹉ 䆎 ϛ ˸ ϛ
Kalimat tersebut baru bisa dikatakan mufid.
Selanjutnya kita membahas tentang bil wad’i /dengan letaknya (dengan
bahasa arab) iyalah ada dua penjelasan mengenai hal ini , yaitu ;
Dengan bahasa arab maka yang tidak termasuk dalam hal ini adalah perkata’an al
ajm (perkataan selain bahasa arab) sepeti contoh ; ˸ϔ
“Kata musa diambil bukan dari kata bahasa arab melainkan dari bahasa lain.
Dengan disengaja , maka seperti perkataan orang yang sedang tidur dan perkataan
orang mabuk dan orang gila dan lainnya itu tidak termasuk dalam bil wad’i
karena semuanya berupa tidak disengaja.
Nah, dengan ini anda sudah mengerti tentang kalam (ϡ˴͉) dan apa-apa yang
termasuk dalam kalam dan yang tidak termasuk kalam, dipostingan
berikutnya akan dijelaskan mengenai pembagian/pengkategorian kalam.

7
B. Bagian-bagian kalimah
Kalimah terbagi dalam 3 bagian, yaitu: isim, fi’il dan haraf.
1. Isim (kata benda)
a. Ta’rif isim yaitu:
Ϯ Ϧϔ ϛϤ˴ Ϣ䆎 Ϯ ‫ܜ‬Ϯ ΋ Ϭϔ ˵ 䆎 ˵͉˸⹉
“Adalah kalimah yang menunjukan pada arti pada dirinya sendiri tanpa
tidak disertai oleh waktu”.
Contoh: Ϯ ꕖ, Ϊ˴ϗ (zaed dan saya)
b. Tanda-tanda isim
䆎ꕖ ϡ ˴ Ϯo ϑϛΪ ϑϛ Ϯή䆎ꕖ Ϧ˴˸ϬϤ䆎 Ϯ Ϣ Ϯϛ
Isim Dengan Tanwin Dan Kasrah Diketahui Itu Isim Dan Haraf Kasrah
Dan Alif Lam
Tanda-tanda isim dalam ilmu nahwu ada 4, yaitu:
1) Harkat jar ( Ϯo) pada akhir kalimat, contoh:Ϊ˴ ϛϔ ( saya
melewati pada zaed )
2) Tanwin, adapun ta’rif tanwin:
Ϯ o Ϯ㲰Ϯ䆎 Ϣ ꕖ ϛoꕖ ˵˴ Ϭ͉ Ϯ ˸ ˸⹉ Ϧ˴˸ϬϤ䆎ꕖ
“Tanwin adalah nun sukun yang bertemu akhiran isim pelafalannya
tidak pada tulisannya”.
Tanwin ada empat, yaitu:
a) Tanwin tamkin, yaitu:
ϛ 䆎ꕖ ˯Ϯ ˴䆎 䆎ꕖ ˸⹉
“tanwin yang terdapat pada isim-isim yang mu’rob,
seperti lafaz Ϊ˴ϗ dan Ϟ . dikecualikan yaitu tanwin yang terdapat
pada muanats salaim seperti yang terdapat pada lapaz Ϯ ˵‫ܜ‬ϔ .
dikecualikan pula tanwin yang terdapat pada kalimat ꕖ˸
dan ꕖ˸⹉ .
b) Tanwin tankir, yaitu:
Ϯ ˴ϛ Ϯ Ϥϛϛ ϔ Ϧ˸ Qϛϛ ˸Ϭ 䆎ꕖ ˯Ϯ ˴䆎 䆎ꕖ˸⹉
“ tanwin yang berada dalam isim mabni untuk membedakan
antara nakiroh dan ma’rifatnya”
Seperti lafaz: 䆎 artinya diam dari segala perkataan(nakiroh).

8
Jika lafaz 䆎 Artinya: Diam dari sesuatu hal tertentu
( Ma’rifat) . ˸ ‫˸ ˴ ܜ‬ 䆎˴
c) Tanwin Muqabalah, yaitu:
Ϣ䆎 Ϯ‫ܜ‬䆎 ꕖ 䆎ꕖ쳌 䆎 䆎 ꕖ˸⹉
“ Tanwin yang berada pada Jama’ muanassalim “
Contoh : Ϧ ˴ Ϯ ˵‫ܜ‬ϔ ꕖ . Tanwin ini berkedudukan sebagai
pembanding huruf Nun yang terdapat pada Jamak
mudakarsalim, seperti lafadz Ϧ˸ ˵‫ܜ‬ϔ.
Tanwin Iwadh, terbagi 3, yaitu :
1) Tanwin Iwadh ‘anilharpi.
ꕖ˸ 䆎ꕖ ꕖ˸ 䆎 䆎ꕖ ˸⹉
“Tanwin yang terdapat pada lafadz Jawarin dan
Ghowassin“
Contoh: ꕖ˸
2) Iwadh ‘anil Ismi, yaitu :
䆎˸䆎ꕖ ϑ Ϯ ˴ Ϯ Ϯ ꕖ˸ Ϊ Ϟϼ䆎 䆎ꕖ˸⹉
“ Tanwin yang berada pada lafadz kullun dan ‘iidin sambil
menjadi pengganti dari mudop ilaih.
Contoh:Ϣ Ϯ΋ Ϟ͉ (setiap yang berdiri)
3)Iwad ‘anil jumlah, yaitu :
Ϯ⹉Ϊ ϡ ˸˴ ˵ Ϧ Ϯ ꕖ˸ Ϊ 䆎ꕖ ˸⹉
“tanwin yang ada pada lafaz ‘id yang menjadi penggantio
dari haraf sebelumnya”
Contoh : ϛ Ϭ˴ Ϊ Ϭ˸⹉ ϢϤ ꕖ
d) Alif lam ( ꕖ), contoh: Ϟ ϛ䆎ꕖ ϡ˴ 䆎ꕖ (laki-laki itu dan pemuda itu).
4) Haraf jar, Yaitu:
a) Ϧϔ (dari), contoh : ˸ 䆎ꕖ Ϧϔ ϛ (saya berjalan dari rumah)
b) 䆎ꕖ (ke), contoh: Ϊ 䆎ꕖ 䆎ꕖ (ke sekolah)
c) Ϧ (melewati), contoh: ˸ϼ䆎ꕖ Ϧ Ϣ ‫ܜ‬䆎ꕖ ˸ϔ (saya melempar panah
melewati busurnya)
d) ˵ (di atas), contoh: ϛϮ䆎ꕖ ˵ ͉ (saya naik di atas kuda)
e) ϛ (di dalam), contoh: ϗ˸ϼ䆎ꕖ ϛ ˯Ϯ 䆎ꕖ(air di dalam dendi)

9
f) ˱ ada yang bermakna menyedikitkan, contoh: Ϟ˸ή Ϟ ˱
(sedikit laki-laki yang pelit). Dan ada yang bermakna banyak,
contoh: Ϣ˴ϛ͉ Ϟ ˱ (banyak lki-laki yang penyayang).
g) ˯Ϯ (mempertemukan), contoh: Ϊ˴ ϛϔ (saya meleati zaed).
h) ϑϮ͉ (seperti), contoh: Ϊ 䆎 Ϯ͉ Ϊ˴ϗ (zaed seperti bulan).
i) ϡ (memiliki), contoh: Ϊ˴ 䆎 Ϯ 䆎ꕖ (harta milik zaed).
5) Adapun dengan haraf sumpah, yaitu:
a) ꕖ (demi), contoh: (demi allah).
b) ˯Ϯ (demi), contih: Ϯ (demi allah).
c) ˯Ϯ˴ (demi), contoh: Ϯ˴ (demi allah).
2. Fi’il (kata kerja)
a. Ta’rif fi’il, yaitu:
Ϯ Ϧϔ ϛϤ΋ꕖ Ϯ ‫ܜ‬Ϯ ΋ Ϭϔ ˵ 䆎 ˵͉˸⹉
“kalimah yang menunjukan pada arti pada dirinya sendiri yang disertai oleh
waktu melakukannya”.
Contoh: ϡϮ΋(telah berdiri).
b. Macam-macam fi’il, yaitu:
1) Fi’il madi, yaitu:
ꕖ ϔ ΪΪ ˵ Ϯϔ
” sesuatu yang menunjukkan pada waktu yang sudah lewat”.
Contoh: ϡ Ϯ΋(sudah berdiri).
2) Fi’il mudhori, yaitu:
Ϯ Ϥ ꕖ Ϯ 䆎ꕖ Ϟ ˴ ΪΪ Ϥ Ϯϔ
“sesuatu yang menunjukan pada wktu sekarang dan waktu yang akan datang”.
Contoh: ϡ˸˴ (sedang/akan berdiri).
3) Fi’il amar, yaitu:
Ϯ Ϥ‫ ܜ‬䆎ꕖ ϛ ΪΪ ˵ Ϯϔ
“sesuatu yang menunjukan pada waktu yang akan datang”.
contoh:Ϣ΋ (harus berdiri).
c. Tanda-tanda fi’il

10
Ϧ˸ϼ‫ܜ‬Ϥ䆎ꕖ 쳌ϔ ˸ Ϯ˴ ˯Ϯ˴ Ϧ˸‫ܜ‬䆎ꕖ Ϊ ϑ ϛ ϔ Ϟ Ϯ䆎ꕖ
Fi’il Diketahui Dengan Qad Dan Sin Ta Tanis Yang Sukun.
1) Ϊ΋, bisa pada fi’il madi dan fi’il mudhori.
Jika qod ada pada fi’il madi, maka bermakna littahqiq
(sesungguhnya),contoh: ϡϮ΋ Ϊ΋(sesungguhnya telah berdiri)
Jika qod ada pada fi’il mudhori, bermakna littaqlil (terkadang), contoh:ϡ˸˴ Ϊ΋
(terkadang berdiri).
2) Ϧ˸ dan ϑ˸ hanya bisa pada fi’il mudari saja
Sin bermakna littaswif, yaitu menunjukan pada waktu yang akan datang tapi
sudah dekat, contoh: ϡ˸˸ (akan berdiri sebentar lagi).
Saufa bermakna littaswif, yaitu menunjukan pada waktu yang akan datang
dan masih lama, contoh:ϡ˸˴ ϑ˸ (akan berdiri).
3) 䆎Ϭϼ e˸Ϭ˴ ˯Ϯ˴ hanya untuk fi’il madi,
contoh: ΪϬ⹉ ϔ Ϯ΋ (hindun sudah berdiri).
3. ϑϛΪ (huruf), yaitu:
Ϯ⹉ϛ˸⹉ ϛ Ϭ ϔ ˵ 䆎 ˵͉˸⹉
“Yaitu, kalimah yang menunjukan pada arti bukan pada dirinya sendiri”.
Contoh: 䆎ꕖ Ϣ䆎 Ϟ⹉ (apakah, tidak/belum, dan ke)
ϔ˴ 䆎ꕖ 䆎䆎˸ ΋ ϮϮϤ ꕖ ꕖ ϔ˴ 䆎䆎 ˵ ˴ Ϣ䆎 ϑϛ 䆎ꕖ
Huruf tidak mempunyai tanda kecuali merasa cukup dengan tanda
Kalimat huruf (kata keterangan) adalah kata yang tidak memiliki makna
tertentu, kecuali disandarkan pada kata benda.
Ϧϔ dari. Contoh kalimat, ˸ 䆎ꕖ Ϧϔ Νϛoꕖ Ϯ ꕖ saya keluar dari rumah
ke. Contoh kalimat, 䆎ϮϤ ꕖ dia menyerahkan buku itu ke
䆎ꕖ 䆎ꕖ ˱ϮϤϼ䆎ꕖ Ϣ˵‫⹉˸ ܜ‬
gurunya.
˴ϛ˴
ϛ dalam. Contoh kalimat, Ϊ ‫ ܜ‬䆎ꕖ ϛ ꕖꕖϛ䆎ꕖ anda membaca al-quran di
masjid
Ϧ dari. Contoh kalimat, ˴ϛ ˴䆎ꕖ Ϧ Ϊ˸ R ˸‫ ˴ܜ‬syahid menanyakan tentang
infak bulanan.
ke (atas). Contoh kalimat,ρ˴ 䆎ꕖ ˴Ϥ䆎ꕖ
˵ ˵ ˸ϔ ϡϮ΋ para siswa berdiri di atas
lantai.
˱ oleh. Contoh kalimat, Ϧ˸ϼ‫ܜ‬䆎Ϯ ϦϮϮϤ䆎ꕖ 쳌 ΋ꕖ Ϯ ꕖ saya memotong buah apel
dengan pisau.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalimah adalah suatu lafaz yang digunakan untuk menunjukan makna
yang bersifat mufrod/tunggal.
Kalimah terbagi 3, yaitu: kalimah isim, kalimah fi’il, dan kalimah haraf.
1) Isim adalah kalimah yang menunjukan pada arti pada dirinya sendiri
tanpa tidak disertai oleh waktu.
2) Fi’il adalah kalimah yang menunjukan pada arti pada dirinya sendiri
yang disertai oleh waktu melakukannya.
3) Haraf adalah , kalimah yang menunjukan pada arti bukan pada
dirinya sendiri.
B. Saran
Semoga dengan pembuatan makalah ini senatiasa menambah wawsan
serta pengetahuan dan yang terpenting adalah menjadi motivasi, baik bagi
penyusun maupun rekan-rekan sekalian.
Dengan penuh pengharapan kepada Allah Swt. semoga makalah ini bisa bisa
menjadi pembuka jalan untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak dan
manfaat lagi guna bekal untuk kehidupan yang akan datang.

12
Daftar Pustaka

Prof. Dr. Manna’ Al-Qhatthan, Mabahits fi ’Ulum Al-Qur’an, Mansyurat


al-‘Ashr al-Hadits, 1990
Prof. Dr. H. Abdul Djalal HA, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000
Muhammad bin Alwi Al-Maliki, Zubdah Al-Itqon fi ‘Ulumul Al-Qur’an,
Bandung: Pustaka Setia, cet. 1, 1999

13

Anda mungkin juga menyukai