Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

‫فعل األمر و عالمة و تصريف و اللغوى‬


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:
Shorof
Dosen Pengampu: Dra. Nurlaily M.Pd.I

Disusun Oleh:
Siti Nazirah Anjellin (401220012)
Fuji Lestari Syah (401220019)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat ilahi rabbi yaitu Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah shorrof.
Kami juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Dra. Nurlaily
M.Pd.I yaitu selaku dosen pada mata kuliah ini. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang tersebut. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...…2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..……3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..……4
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………….4
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………….4
C. TUJUAN MASALAH……………………………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………...5
A. PENGERTIAN FI’IL AMR…………………………………………………………5
B. CIRI-CIRI FI’IL AMR………………………………………………………………5
C. TANDA-TANDA MABNI FI’IL AMR……………………………………………..6
D. CARA MEMBENTUK FI’IL AMR…………………………….…………………..7
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………...……10
A. KESIMPULAN……………………………………………………………………..10
B. SARAN………………………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………11
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai Umat Islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari Al-
Qur’an dan Sunnah, sebagai dua sumber utama ajaranIslam yang harus kita pegang
teguh. Tentunya, kita tidak mungkin memahami kedua sumber itu kecuali setelah
mengetahiu kaidah-kaidah Bahasa Arab, khususnya Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf.
Karena keduanya merupakan kunci dalam mempelajari al-Qur’an dan Sunnah.
Ketika hendak mempelajari ilmu Nahwu dan Sharaf, kebanyakan kalangan Umat
Islam masih mempunyai pandangan bahwa belajar Ilmu Nahwu itu sulit, Sehingga
banyak juga kalangan Umat Islam yang merasa malas untuk mempelajari kaidah Bahasa
Arab yang disebut dengan Ilmu Nahwu dan Sharaf. Menurut kaidah hukum Islam,
mengerti akan ilmu Nahwu bagi mereka yang akan memahami Al-qur’an Hukumnya
Fardhu’ain.
Dalam Bahasa Arab terdapat kata kerja atau kata perintah, sementara itu di dalam
Ilmu nahwu kata kerja ini disebut dengan Fi’il. Menurut waktunya, fi’il dibagi menjadi
3 yaitu Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amr. Makalah ini akan mengupas tentang
apa itu Fi’il Amar dan bagaimana kaidah-kaidahnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Melihat uraian singkat diatas dapat kita Tarik beberapa poin permasalahan yang kita
rumuskan, antara lain:
1. Apa pengertian dari fi’il amr?
2. Apa ciri-ciri dari fi’il amr?
3. Apa tanda mabni dari fi’il amr?
4. Bagaimana cara membentuk fi’il amr?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian dari fi’il amr
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari fi’il amr
3. Untuk mengetahui tanda-tanda mabni pada fi’il amr
4. Untuk mengetahui cara pembentukan fi’il amr
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Fi’il Amr


Fi’il Amr adalah kata kerja yang menunjukkan arti permintaan melakukan sesuatu,
dengan kata lain fi’il amr berarti kata kerja perintah. Fi’il Amr adalah kata kerja yang
mengandung perintah dengan tuntutan untuk mendapatkan sesuatu hasil setelah kalimat
perintah ungkapan atau fi’il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh Mutakallim
(pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh Mukhatthab (lawan bicara)
sebagai orang yang diperintah.
Fi’il amr adalah kata kerja perintah untuk orang ke 2 laki-laki atau orang ke 2
perempuan. Digunakan untuk memerintah orang ke-II (yang diajak bicara) untuk pekerjaan
yang belum dikerjakan. Karena pelakunya yang akan mengerjakan perintah hanya orang
kedua, maka Fi’il amar hanya mempunyai 6 (enam) bentuk untuk mukhotob dan
mukhotobah. Adapun sebagai berikut bentuk-bentuk dari fi’il amr:
1. Bentuk ‫افعل‬, ini merupakan bentuk asli fiil amr.
2. Bentuk fiil mudhari' majzum dengan lam amr, seperti firman Allah Ta'ala: ( ‫لِيُ ْنفِ ْق ُذو َس َع ٍة‬
‫) ِم ْن َس َعتِ ِه‬.
3. Isim fiil amar, seperti firman Allah Ta'ala: (‫)يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َعلَ ْي ُك ْم َأ ْنفُ َس ُك ْم‬
4. Masdar yang menggantikan fail-nya, contoh: (‫ب‬ ِ ‫ب الرِّ قَا‬ َ َ‫)ف‬
َ ْ‫ضر‬
2. Ciri-ciri Fi’il Amr
Adapun ciri-ciri fi’il amr sebagai berikut:
1. Menerima Nun Taukid
Ciri-ciri fi’il amr yang pertama adalah menerima masuknya nun taukid baik itu
khafifah maupun tsaqilah. Nun taukid khafifah adalah nun yang berfaedah ta’kid
(penguat/penegas) tanpa adanya tasydid sehingga ringan ketika diucapkan. Sedangkan nun
taukid tsaqilah merupakan nun yang disertai tasydid sehingga berat dalam pengucapannya.
Misalkan fi’il “ ْ‫ ُكر‬hh‫( ”ُأ ْش‬bersyukurlah), ketika dipasangi nun taukid di akhir kalimahnya
menjadi “‫ ُك َر َّن‬hh‫ُأ ْش‬/‫ ُك َر ْن‬hh‫”ُأ ْش‬, maka mutakallim (pembicara) menegaskan perintahnya kepada
mukhatthab (lawan bicara) untuk benar-benar bersyukur. Contoh lain fi’il amr dengan nun
taukid seperti kalimat berikut:

ِ َ‫ِإ ْذهَبَ َّن لِلتَّ ْسلِيَ ِة َما ُد ْمتَ ف‬


‫ار ًغا‬
“Pergilah refreshing, selagi kamu sedang tidak sibuk.”
Lafadz “‫ ”ِإ ْذهَبَ َّن‬dalam kalimat barusan merupakan contoh fi’il amr dengan nun taukid tsaqilah
dan berstatus mabni fathah. Adanya nun tersebut berfungsi sebagai partikel penegas kepada
mukhatthab supaya benar-benar pergi untuk berefreshing.
2. Menunjukkan Makna Perintah Secara Mandiri
Ciri fi’il amr yang kedua yaitu menunjukkan arti kata perintah secara mandiri. Artinya,
fi’il tersebut dapat menyatakan kepada makna perintah tanpa disertai atau dipengaruhi oleh
qayyid lainnya. Contohnya seperti “‫( ” ُخ ْذ‬ambillah), “ ْ‫( ”ِإ ْفتَح‬bukalah), “‫( ”تَ َعلَّ ْم‬pelajarilah), “ ْ‫”ُأ ْكتُب‬
(tulislah), dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kalimah fi’il yang menunjukkan makna
perintah sebab adanya pengaruh dari kalimah lain tidak bisa dikatakan sebagai fi’il amr.
Contohnya adalah ayat Al-Qur’an berikut:
ُ ‫لِيُ ْنفِ ْق ُذو َس َع ٍة ِم ْن َس َعتِ ِه ۖ َو َم ْن قُ ِد َر َعلَ ْي ِه ِر ْزقُهُ فَ ْليُ ْنفِ ْق ِم َّما آتَاهُ هَّللا‬
Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan
orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan
Allah kepadanya.” (QS. At-Talaq ayat 7). Lafadz “‫ ”لِيُ ْنفِ ْق‬dan “‫ ”فَ ْليُ ْنفِ ْق‬dalam ayat Al-Qur’an di
atas tidak dapat disebut sebagai fi’il amr. Karena timbulnya arti kata perintah pada fi’il ini
sebab adanya lam amr, sekalipun ia layak apabila bertemu dengan nun taukid (khafifah dan
tsaqilah). Ada juga kalimah dalam bahasa Arab yang memiliki makna perintah secara
mandiri, akan tetapi tidak termasuk dalam kategori fi’il amr. Seperti “ْ‫”صه‬ َ (diamlah), “ ْ‫”حيَّهَل‬
َ
ُ‫ْن‬
(terimalah), dan “ ‫( ”آ ِمي‬kabulkanlah). Meskipun bermakna perintah atau permohonan, namun
lafadz-lafadz tersebut merupakan kelompok isim fi’il amr, karena tidak menerima tambahan
nun taukid di akhir kalimahnya.
3. Tanda Mabni Fi’il Amr.
Berikut ini adapun tanda mabni fi’il amr. Fi’il amr adalah kalimah fi’il yang berstatus
mabni secara mutlak, dan ini merupakan pendapat yang shahih. Karena menurut pendapat
para ulama ahli nahwu Kuffah fi’il amar dihukumi memiliki tanda i’rab (mu’rab). Fi’il amar
memiliki 4 tanda mabni, yaitu:
Mabni sukun
Mabni fathah
Mabni hadzfu nun (terbuangnya huruf nun)
Mabni hadzfu harfil illah (terbuangnya huruf illat)
1. Fi’il Amr Mabni Sukun
Fi’il amar mabni sukun apabila berupa fi’il shahih akhir (tidak diakhiri alif, wawu,
atau ya’), tidak pula disambung dengan alif tasniyah, wawu jamak, ya’ mukhathabah dan nun
taukid baik khafifah maupun tsaqilah. Contohnya seperti “ ْ‫( ”ِإجْ لِس‬duduklah [lk 1]), “ َ‫”قُ ْمن‬
(berdirilah [pr >2]), “ ْ‫( ”ُأ ْد ُخل‬masuklah [lk 1]), “ َ‫( ”ُأ ْنصُرْ ن‬menolonglah [pr >2]), dan sebagainya.
Contoh fi’il amar mabni sukun dalam kalimat:
‫الع ْل َم ِمنَ ال َم ْه ِد ِإلَى اللَّحْ ِد‬
ِ ‫ب‬ ْ ‫( ُأ‬Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang kubur)
ِ ُ ‫طل‬
2. Fi’il Amr Mabni Fathah
Fi’il amr mabni fathah apabila bertemu dengan nun taukid khafifah atau tsaqilah.
Contohnya seperti “‫( ”ُأ ْش ُك َر َّن‬bersyukurlah !), “‫( ”ِإ ْعلَ َم َّن‬ketahuilah !), “‫( ”ِإ ْش َربَ ْن‬minumlah !), dan
lain-lain.
Contoh fi’il amar mabni fathah dalam kalimat:
‫( ِإ ْذهَبَ َّن ِإلَى ال َمس ِْج ِد َم َع ال َع ْم ِر‬Pergilah ke masjid bersama Amr !)
3. Fi’il Amr Mabni Hadzfu Nun
Fi’il amar mabni hadzfu nun apabila bertemu dengan alif tasniyah, wawu jamak, dan
ya’ muannats mukhathabah. Maka ketika hendak memberi perintah kepada dua orang, lebih
dari dua, atau kepada seseorang berjenis perempuan, ucapkanlah “‫( ”قُوْ َما‬lk/pr), “‫( ”قُوْ ُموا‬lk), “
‫( ”قُوْ ِم ْي‬pr).
Contoh fi’il amar mabni hadzfu nun dalam kalimat:

ِ ‫ق هَّللا‬
ِ ‫( ُكلُوا َوا ْش َربُوا ِم ْن ِر ْز‬Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah)
4. Fi’il Amr Mabni Hadzfu Harfi Illah
Fi’il amar mabni dengan membuang huruf akhirnya ketika berupa salah satu dari huruf
illah yang tiga, yaitu wawu, alif, dan ya’. Contohnya kita hendak memerintahkan seseorang
untuk berzakat, maka katakanlah “ ِّ‫( ”زَك‬zakatkanlah). Asal polanya yaitu “‫ ”زَ ِّكي‬dari fi’il “
‫يُزَ ِّك ْي‬-‫”زَ َّكى‬, huruf ya’ kemudian dibuang (sebab mu’tal) dengan menetapkan harokat kasroh.
Contoh fi’il amr mabni hadzfu harfi illah dalam kalimat:
‫ْج ِد‬
ِ ‫صلِّ فِي ال َمس‬
َ (Shalatlah di masjid)
4. Cara Membentuk Fi’il Amr
1. Tsulatsi Mujarrad
Cara membuat fiil amar pada fi’il yang asli (tiga huruf) berpedoman kepada fi’il
mudhari’nya dengan ketentuan sebagai berikut:
Dengan membuang ya mudhari'nya ( ‫ يَ ْف ِع ُل‬menjadi ‫) ْف ِع ُل‬. Apabila setelah membuang ya’,
huruf pertamanya sukun, maka harus ditambah hamzah washal di depannya ( ‫ ْف ِع ُل‬menjadi
‫)ا ْف ِع ُل‬. Sedangkan untuk harakat hamzah washalnya: Bila huruf kedua sebelum huruf akhirnya
fathah atau kasrah maka harakat alifnya kasroh, contoh: ‫ يَ ْع َم ُل‬menjadi ْ‫اِ ْع َمل‬, dan ‫ يَ ْغ ِس ُل‬menjadi
ْ‫ل‬h ‫اِ ْغ ِس‬, atau ‫ ُل‬h‫ يَ ْف ِع‬menjadi ْ‫ ل‬h‫اِ ْف ِع‬. Dan apabila huruf kedua sebelum huruf akhir berharakat
dhammah, maka harakat alifnya juga dhammah, contoh: ُ‫ يَ ْكتُب‬menjadi ْ‫ اُ ْكتُب‬, atau ُ‫ ْدرُس‬hhَ‫ي‬
menjadi ْ‫اُ ْدرُس‬, dan lain sebagainya.
Apabila setelah membuang ya’, huruf pertamanya terdiri dari huruf hidup (baik
dhammah, fathah atau kasrah) maka yang menjadi fi’il amarnya langsung huruf yang tinggal
tersebut, tanpa perlu menambah hamzah washal. Contoh : ‫ يَقُوْ ُل‬menjadi ْ‫قُل‬, atau ُ‫ يَ ُكوْ ن‬menjadi
‫ ُك ْن‬, dan sebagainya.
2. Tsulatsi Mazid dan Ruba'i
Bagi fi’il tsulatsi mazid dan ruba’i, cara membuat fi’il amarnya sama, yaitu dengan
memperhatikan fiil madhi dan fiil mudhari'nya. Jumlah huruf dan harakat fi’il amar, sama
dengan fi’il madhi’nya. Hanya saja huruf kedua sebelum huruf akhir mengikuti fi’il
mudhari’nya.
a) Wazan af’ala ْ‫ اَ ْف ِعل‬- ‫ يُ ْف ِع ُل‬-‫اَ ْف َع َل‬
‫ = اَ ْكر َم– يُ ْك ِر ُم– اَ ْك ِر ْم‬Muliakanlah

b) Wazan fa’ala ْ‫ فَعِّل‬- ‫ يُفَ ِّع ُل‬- ‫فَع ََّل‬


ْ ِّ‫ نَظ‬- ُ‫ = نَظَّفَ – يُنَظِّف‬Bersihkanlah
‫ف‬
c) Wazan fa-‘ala ْ‫اع ُل – فَا ِعل‬ ِ َ‫فَا َع َل – يُف‬
ْ‫ = قَاتَ َل – يُقَاتِ ُل – قَاتِل‬Perangilah

d) Wazan tafa-‘ala ْ‫تَفَاع ََل – يَتَفَا َع ُل – تَفَا َعل‬


‫او ْن‬
َ ‫ = تَ َعا َونَ – يَتَ َعا َونُ – تَ َع‬bertolong- tolonglah

e) Wazan tafa’ala ْ‫تَفَ َّع َل – يَتَفَّ ُل – تَفَعَّل‬


‫ تَ َكلَّ ْم‬- ‫ = تَ َكلَّ َم – يَتَ َكلَّ ُم‬Bicaralah

f) Wazan ifta’ala ْ‫اِ ْفتَ َع َل – يَ ْفت َِع ُل – اِ ْفتِ َعل‬


ْ‫ = اِ ْغتَ َس َل – يَ ْغت َِس ُل – اِ ْغت َِسل‬Mandilah

g) Wazan infa’ala ْ‫اِ ْنفَ َع َل – يَ ْنفَ ِع ُل – اِ ْنفَ ِعل‬


ْ‫ = اِ ْنفَـتَ َح – يَ ْنفَتِ ُح – اِ ْنفَتِح‬Terbukalah

h) Wazan Istaf’ala ْ‫اِ ْستَ ْف َع َل – يَ ْستَ ْف ِع ُل – اِ ْستَ ْف ِعل‬


ْ‫ = اِ ْستَ ْغفَ َر – يَ ْستَ ْغفِ ُر – اِ ْستَ ْغفِر‬Mohon Ampunlah

Tashrif fi’il amr sama seperti tashrif pada fi’il madhi dan fi’il mudhari’ yang
mengalami perubahan berdasarkan dhamir. Akan tetapi, tashrif fi’il amr hanya berjumlah
enam untuk dhamir mukhatthab (kata ganti orang kedua) mulai dari “ َ‫( ”َأ ْنت‬kamu [lk]) sampai
dengan “‫( ”َأ ْنتُ َّن‬kalian [pr]).
Wazan tashrif lughawi fi’il amr bisa dilihat dalam tabel berikut:
Tashrif Fi’il Amr
Tsulatsi Mujarrad Mazid Dhamir
ْ‫ُأ ْفعُل‬ ْ‫ِإ ْف ِعل‬ ْ‫ِإ ْف َعل‬ ْ‫ِإ ْستَ ْف ِعل‬ َ‫َأ ْنت‬
‫ُأ ْف ُعاَل‬ ‫ِإ ْف ِعاَل‬ ‫ِإ ْف َعاَل‬ ‫َأ ْنتُ َما ِإ ْستَ ْف ِعاَل‬
‫ُأ ْف ُعلُوا‬ ‫ِإ ْف ِعلُوا‬ ‫ِإ ْف َعلُوا‬ ‫َأ ْنتُ ْم ِإ ْستَ ْف ِعلُوا‬
‫ُأ ْف ُعلِ ْي‬ ‫ِإ ْف ِعلِ ْي‬ ‫ِإ ْف َعلِ ْي‬ ِ ‫َأ ْن‬
‫ت ِإ ْستَ ْف ِعلِ ْي‬
‫ُأ ْف ُعاَل‬ ‫ِإ ْف ِعاَل‬ ‫ِإ ْف َعاَل‬ ‫َأ ْنتُ َما ِإ ْستَ ْف ِعاَل‬

َ‫ُأ ْفع ُْلن‬ َ‫ِإ ْف ِع ْلن‬ َ‫ِإ ْف َع ْلن‬ َ‫َأ ْنتُ َّن ِإ ْستَ ْف ِع ْلن‬
Contoh fi’il amr dalam kalimat:
‫( ُأ ْد ُخلُوا ِإلَى القَا َع ِة‬Masuklah kalian ke dalam ruangan)
َّ ‫( قُ ِل ال َح‬Katakanlah yang benar, meskipun itu pahit)
‫ق َولَوْ َكانَ ُم ًّرا‬
‫( ُك ْن َع ْبدًا َشا ِكرًا اَل يَ ْشتَ ِك ْي َأبَدًا‬Jadilah hamba yang bersyukur, yang tidak pernah mengeluh)
Contoh fi’il amr dalam ayat-ayat Al-Qur’an:
َ‫( َربَّنَا َواجْ َع ْلنَا ُم ْسلِ َمي ِْن لَك‬Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada
Engkau.) (QS. Al-Baqarah ayat 128)
ْ ‫( فَاَل ت َْخ َشوْ هُ ْم َو‬Maka jangan kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.) (QS.
‫اخ َشوْ نِ ْي‬
Al-Baqarah ayat 150)
‫( فَا ْعلَ ْم َأنَّ َما يَتَّبِعُونَ َأ ْه َوآ َءهُ ْم‬Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanya mengikuti hawa nafsu
mereka belaka.) (QS. Al-Qashash ayat 50)
‫( َواحْ فَظُوا َأ ْي َمانَ ُك ْم‬Dan jagalah sumpahmu.) (QS. Al-Maidah ayat 89)
‫( ِإرْ َكعُوا َوا ْس ُجدُوا َوا ْعبُدُوا َربَّ ُك ْم‬Ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu.) (QS. Al-Hajj
ayat 77)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fi’il amr adalah kata yang menunjukkan arti perintah/permohonan kepada seseorang
untuk melakukan apa yang kita kehendaki. Dalam tata bahasa Arab, fi’il amr (kata perintah)
memiliki dua ciri-ciri, yaitu:
a. Menerima adanya nun taukid.
b. Menunjukkan makna perintah secara mandiri.
Fi’il amr dihukumi mabni secara mutlak, yang mengikuti keadaan akhir fi’il mudhari ketika
menduduki tempat jazm. Sehingga dapat dirinci bahwa tanda mabninya fi’il amr adalah:
a. Mabni sukun, apabila shahih akhir dan tidak bertemu dengan dhamir apapun, tidak
pula dengan nun taukid.
b. Mabni fathah, apabila disambung dengan nun taukid.
c. Mabni hadzfu nun, apabila bertemu alif tasniyah, wawu jamak, dan ya’ mukhathabah.
d. Mabni hadzfu harfi illah, apabila berupa fi’il mu’tal akhir.
Tashrif fi’il amr hanya berjumlah enam khusus untuk dhamir mukhatthab.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bentuk kata perintah dalam bahasa Arab hanya
berlaku untuk kata ganti orang kedua mulai dari “ َ‫ ”َأ ْنت‬hingga “‫”َأ ْنتُ َّن‬.
B. SARAN
Makalah ini jauh dari kesempurnaan, kritikan dan masukan dari pembaca dapat
menambah kesempurnaan dari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
https://susiwariyanti.wordpress.com/2018/05/13/makalah-fiil-amr/
nahwushorof.ID(agustus 22,2021) fi’il amr, contoh,tashrif, tanda mabni dan penjelasannya.
https://www.nahwushorofid//2021/8/fiil-amr.html.

Abu hamzah yusuf al-atsary,2007, Pengantar Belajar Bahasa Arab, Bandung: Pustaka
adhwa.hlm.35.

https://masnahussarap.blogspot.com/2018/12/fiil-amar.html?m=1.

Anda mungkin juga menyukai