Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“JUMLAH WA ANWAU’HA ”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Arab
Dosen Pengampu : Bpk.Furqon Taufiq,M.Pd

Disusun Oleh:

KELAS : HKI 1B
KELOMPOK : 3 (Tiga)
ANGGOTA : Iqbal Sa’bani
Muhammad Ragil
Muldan Effendi
Nida Khafia Khairunnisa

HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
SINGAPARNA-TASIKMALAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Alah SWT pencipta segala alam semesta beserta isinya. Karena atas segala
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. sebagai
panutan dan ikutan terbaik bagi umat yang membawa cahaya islam.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Arab dengan judul
“Jumlah Wa Anwau’ha“.

Kami menyampaikan terima kasih kepada dosen Pengantar Ilmu Hukum yaitu bapak Furqon
Taufiq,M.Pd yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini dan tentunya kepada rekan-
rekan yang banyak membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan, kami berharap para
pembaca agar dapat memakluminya. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT, dan kekurangan
adalah milik kita. Oleh karena itu diharapkan bagi para pembaca dan para pemerhati pendidikan dimohon
untuk memberikan kritik dan sarannya kepada kami demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Tasikmalaya,15 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB 2 PEMBAHASAN

A. Jumlah Fi’liyah
B. Jumlah Ismiyah
BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Umat Islam secara umum sangatlah penting untuk berkomunikasi dan berinteraksi
antara satu dengan yang lain. Indonesia sangat kaya dan beragam bahasa yang digunakan
dalam berbicara meliputi: bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, Melayu, dan
sebagainnya. Namun sebagai penganut agama Islam sangat penting membaca,
mengetahui dan memahami bahasa Arab baik subtansinya dari al-Qur’an, hadis nabi
maupun kitab agama lain.
Oleh karena itu, hadirnya bahasa Arab merupakan bahasa yang berbentuk
konsonan berbeda dengan bahasa Indonesia yang meliputi konsonan dan vokal. Belajar
bahasa Arab dapat memberikan kemaslahatan umat Islam dan memberikan kemudahan
dalam memahami ilmu tafsir dan ilmu lain. Sejak abad ke XV Hijriah suatu abad yang
diyakini dan diharapkan menjadi awal kebangkitan umat Islam dan seiring dengan
disuarakannya kebangkitan Islam itu, kebutuhan akan kemampuan berbahasa Arab
semaking dirasakan oleh kaum muslim, khususnya di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud jumlah Fi’liyah dan Ismiyah?
2. Bagaimana perbedaan jumlsh fi’liyah dan ismiyah?
3. Berikan contoh jumlah fi’liyah dan ismiyah!

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jumlah Fi’liyah (Kalimat Verbal)


Jumlah fi’liyah menurut bahasa terbagi menjadi dua kalimat, yaitu: jumlah yang
artinya kalimat dan fi’liyah diambil dari kata fi’il dan ya’ nisbah. Adapun fi’il (kata
kerja)artinya al-hads (kejadian, peristiwa) dan menurut istilah artinya kata yang
menunjukkan suatu makna dan terikat dengan tiga masa yaitu masa lampau, sekarang dan
yang akan datang[1].

Sedangkan menurut istilah jumlah fi’liyah adalah:

]2[‫هي التي تبدأ بفعل وتكون مركبة من فعل وفاعل أو من فعل ونائب فاعل‬

Jumlah fi’liyah adalah kalimat yang dimulai (diawali) dengan fi’il (predikat) dan tersusun
dari fi’il dan fa’il (subjek) atau fi’il(kata kerja) dan naibul al-fa’il.

Kaidah-kaidah tentang al-jumlah al-fi’liyah ( ‫) الجملة الفعلية‬

Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il yang terkadang membutuhkan maf’ul yang
disebut sebagai fi’il muta’addi dan terkadang pula tidak membutuhkannya yang disebut
sebagai fi’il laazim karena maf’ul bukanlah syarat mutlak terbentuknya jumlah fi’liyah.
Juga terdiri dari fi’il dan naibul fa’il, fi’ilnya dinamakan sebagai fi’il majhul(intransitive).

Selanjutnya kita akan mencoba membedah mengenai fa’il dan naibul fa’il yang keduanya
erat kaitannya dengan jumlah fi’liyah.

A. FA’IL

Pengertian fa’il (subjek) adalah isim yang menunjukkan orang yang


mengerjakan suatu pekerjaan dan kedudukannya dalam I’rab adalah marfu’[3].
Sedangkan menurut Ibnu Aajurum didalam bab al-fa’il mengartikan fa’il menurut
istilah adalah isim marfu’ yang fi’ilnya disebutkan sebelumnya. Kemudian dijelaskan
oleh Muhyiyuddin bin Abdul Hamid didalam kitabnya At-tuhfah As-saniyah
bahwasannya fa’il secara global (umum) terbagi menjadi dua, yaitu: Isim Sharih dan
isim muawwal bi ash-sharih.

1. Isim Sharih terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Isim dzahir Ialah isim yang menunjukkan maknanya tanpa membutuhkan


qarinah (indikasi yang lain)[4], misalnya:

‫الفعل‬

‫الماضي‬ ‫يجلس أحمد‬ ‫جلس أحمد‬


‫يجلس‬ ‫يجلس‬ ‫قامت المسلمتان‬
‫الصديقان‬ ‫األصدقاء‬
‫تقوم المسلمات‬
‫جلس الصديقان‬ ‫جلس األصدقاء‬
‫قامت المسلمات‬
‫يجلس‬ ‫تقوم المسلمة‬
‫المسلمون‬ ‫تسافر الزنايت‬
‫قامت المسلمة‬
‫جلس السلمون‬ ‫سافرت الزنايت‬
‫تقوم المسلمتان‬

b. Isim mudhmar

Ialah isim (kata benda) yang tidak menunjukkan maksudnya melainkan dengan
bantuan qarinah (indikasi) takallum, khithab dan ghaibah.

Terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Baariz

Terdiri dari dua macam, yaitu:

a) Muttasil

b) Munfasil

2) Mustatir

Terbagi menjadi dua, yaitu:

a) Jawazan

b) Wujuban

2. Isim Muawwal bi Ash-sharih (isim yang dita’wil dengan isim yang sharih)

Misalnya:

‫يسرني تبسمك‬ ‫يسرني أن تتبسم‬

B. NAIBUL FA’IL

Ialah Isim marfu’ yang tidak disebutkan fa’ilnya[5].


Dalam suatu jumlah (kalimat) seharusnya membutuhkan fi’il (predikat), fa’il
(subjek) dan maf’ul bih (objek). Akan tetapi, dalam pembahasan ini, kita hanya
menggunakan fi’il (predikat) dan naibul fa’il (pengganti fa’il). Maka jumlah
(kalimat) aktif yang memenuhi tiga syarat diatas diubah menjadi jumlah
(kalimat) pasif yang tidak disebutkan fa’ilnya. Adapun fi’il (subjek) yang
digunakan dalam jumlah (kalimat) pasif adalah fi’il majhul dan kaidahnya
sebagai berikut:

]6[‫فـإن كان الفعل ماضيا ضم أوله وكسر ما قبل آخره وإن كان مضارعا ضم أوله وفتح ما قبل آخره‬

Jika fi’il madhi maka huruf yang pertamanya didhammahkan dan huruf sebelum
akhirnya dikasrahkan. Adapun untuk fi’il mudhari’ maka huruf yang pertama
didhammahkan dan difathahkan hurufnya sebelum akhirnya.

Contoh dari fi’il madhi yang didhammahkan huruf pertamanya dan dikasrahkan
huruf sebelum akhirnya adalah

‫فُتِح الباب‬

‫قُتِل الكافرون‬

‫قُ ِرأت الرسالة‬

‫ُكتِبت الرسائل‬

Kaidah ini ditambah oleh Fu’ad Ni’mah didalam kitabnnya Mukhtashor qawa’id
al-lughah al-‘arabiyah di juz pertama halaman 48 yaitu:

Jika suatu fi’il didahului dengan ta’ maka huruf yang kedua didhammahkan
seperti halnya ta’ Misalnya:

ُ‫ تُ ُسلِّمت الجائزة‬: ‫تسلمت سعاد الجائزة‬

Jika huruf sebelum akhir adalah alif maka alif tersebut diubah menjadi ya’ dan
huruf sebelum ya’ tersebut dikasrahkan[7]. Misalnya:

ّ ‫ قِيل الح‬:
‫ق‬ ‫قال محمد الحق‬

Kemudian contoh fi’il mudhari’ yang huruf pertamanya didhammahkan dan


huruf yang sebelum akhir difathahkan adalah:

‫ يُفتَح الباب‬: ‫يفتح محمد الباب‬

‫ يُقتَل الكافرون‬: ‫يقتل المسلمون الكافرين‬

َ ُ‫ ت‬:
‫قرأ الرسالة‬ ‫تقرأ عائشة الرسالة‬
‫ تُكتَب الرسائل‬: ‫يكتب محمد الرسائل‬

Ditambahkan oleh Fu’ad Ni’mah bahwasannya jika huruf sebelum akhirnya


adalah huruf ya’ atau wawu maka huruf tersebut diubah menjadi alif. Misalnya:

‫ يبَاع القطن‬: ‫يبيع الفالح القطن‬

‫صام رمضان‬
َ ‫ ي‬: ‫يصوم المسلمون رمضان‬

Macam-macam naibul fa’il:

Menurut Ash-shanhaji didalam matan Al-Aajurumiyah, naibul fa’il terbagi


menjadi dua macam yaitu dhahir dan mudhmar[8]. Sedangkan menurut Fu’ad
Ni’mah naibul fa’il terbagi menjadi empat, yaitu: isim mu’rab, isim mabni,
mashdar muawwal dan masdar sharih (dzarfu muttasharif / jar dan majrur)[9].

B. Pengertian Jumlah Ismiyah

Jumlah Ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata benda).
Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari mubtada’
dan khabar. Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah.
Sifat dari mubtada' adalah harus berupa isim ma'rifat. Khobar adalah isim yang berfungsi
untuk

melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna. Dengan kata lain, mubtada’
adalah subyek, sedangkan khabar adalah predikat (keterangan).

Mubtada’ dan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila mubtada’nya
isim mudzakar (laki-laki), khobarnya harus isim mudzakar. Begitu pula apabila mubtada’
berupa isim mufrod (kata tunggal), khobarnya juga harus isim mufrod.

Contoh : ‫ = ُم َح َّمد َرسُوْ ٌل‬Muhammad adalah Rasul.

‫ = زَ ْي ٌـٌُُد أُسْتا َ ـٌٌُُذ‬Zaid adalah seorang guru.

‫ = زَ ْي ٌـٌُُد بَ ْيتُهُ َكبِ ْي ٌـٌُُر‬Zaid rumahnya besar.

‫ = اَلقَلَ ُم َج ِدي ٌـد‬Pulpen itu baru

Keterangan : Kata yang berwarna merah adalah mubtada’ sedangkan yang berwarna
hitam adalah khobar.

· Mubtada’

Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah (kalimat). Sifat
dari mubtada’ yaitu harus isim ma’rifat. Isim ma’rifat adalah isim (kata benda) yang
menunjukkan makna khusus atau sudah jelas kekhususannya. Adapun yang termasuk
isim ma’rifat adalah sebagai berikut :

1) Isim yang diawali dengan alif lam.

Isim nakiroh apabila ditambah alif lam akan berubah menjadi isim ma’rifat.

Contoh : ‫ = اَ ْل ِمصْ بَا ُح‬lampu itu

‫ = اَ ْل َمس ِْج ُد‬masjid itu

2) Isim Dhomir (Kata Ganti)

Dhamir atau "kata ganti" ialah isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili
penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang.

Contoh :‫ = هُ َو‬dia (laki-laki)

َ‫ = أَ ْنت‬kamu (laki-laki)

‫ = أَنَا‬saya

3) Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)

Isim isyaroh adalah isim yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu. Dalam bahasa
Indonesia biasa diartikan dengan “ini” dan “itu”.

Contoh : ‫ = هَ َذا‬ini (muzakkar) ‫( = هَ ِذ ِه‬ini, untuk muannast)

َ‫ = َذالِك‬itu (muzakkar) َ‫( = تِ ْلك‬itu, untuk muannast)

4) Isim ‘Alam ( Nama orang atau benda)

Isim ‘alam adalah isim yang menunjukkan arti nama, baik nama manusia ataupun selain
manusia.

Contoh : ‫ = ُم َح َّم ٌد‬Muhammad

َ‫ = َم َّكة‬Kota Makkah

‫ = النِّ ْي ُل‬Sungai Nil

5) Isim nakiroh yang disandarkan pada isim ma’rifat yang lain

Isim nakiroh akan menjadi ma’rifat apabila bersambung dengan isim ma’rifat.

contoh : ُ‫ = قَلَ ُمه‬pulpennya

‫ = ِكتَابُ ُم َح َّم ٍد‬buku muhammad


Kata ‫ قَلَ ٌـٌُُم‬adalah isim nakiroh, tetapi menjadi ma’rifat karena dirangkai dengan dengan isim
ma’rifat yaitu ‫ُم َح َّم ٍٍِـِد‬

6) Isim Maushul

Isim maushul adalah isim yang berfungsi untuk menerangkan, sebagai perantara kata
yang disebutkan sesudahnya. Dalam bahasa indonsia biasa diartikan dengan “yang”.

Contoh : ‫( الَّ ِذي‬yang,untuk mudzakar), ‫( الَّتِي‬yang, untuk muannast).

· Khabar

Khabar adalah predikat pada jumlah ismiyah dan berfungsi untuk menerangkan keadaan
mubtada' serta bisa berupa kata ataupun kalimat ( sebagai anak kalimat).

Contoh : ٌ‫ = اأْل ُ ْستَا ُذ َم ِريْض‬Ustadz itu sakit


ٌ‫ = ْال َولَ ُد ن َِشيْط‬Anak itu rajin

· Kaidah-kaidah dalam Jumlah Ismiyah

Dalam Jumlah ismiyah terdapat kaidah-kaidah yang pembahasannya sangat panjang dan
mendetail. Kaidah-kaidah tersebut adalah :

a. Dibaca rofa’

Tanda Rofa’ pada isim adalah dhommah, wawu, alif, dan nun

Contoh: ‫ص ِغ ْي ٌر‬ ُ ‫ = البَي‬rumah itu kecil


َ ‫ْت‬

َ‫ = ال ُم ْسلِ ُموْ نَ َم ِه ْيرُوْ ن‬orang-orang muslim itu pintar

‫ان‬ ِ َ‫=الطَالِب‬dua murid itu pintar


ِ ‫ان َعاِل َم‬
b. Mubtada’ harus berupa Isim Ma’rifat.

Yang di maksud Isim Ma’rifat adalah Isim yang sudah jelas maknanya.

c. Khobar berupa isim nakiroh.

Isim nakiroh adalah isim yang maknanya tidak jelas atau masih umum. Tanda isim
nakiroh adalah adanya tanwin.

ٌ ‫ = البِاَل طَ ن َِظي‬lantai itu bersih


Contoh: ‫ْف‬

d. Mubtada’ dan khobar harus bersesuaian dalam hal muannas dan muzakar serta
mufrod, musanna dan jama’nya.
Contoh : ٌ‫اط َمةُ َج ِم ْيلَة‬
ِ َ‫ = ف‬Fatimah cantik

‫ = زَ ْي ٌد َج ِم ْي ٌل‬Zaid tampan

‫ = التلميذانـ ماهران‬dua murid itu pintar

BAB III

PENUTUP

Dari makalah yang telah kami susun ini, besar harapan kami agar bermanfaat bagi semua
kalangan, baik kalangan mahasiswa ataupun umat muslim di Negara kita ini. Wallahua’lam bi
ash-shawab
DAFTAR PUSTAKA

Al-Maqthari, Muhammad Ash-Shaghir bin Qa’id. Al-Hulalu adz-dzahabiyah ‘ala at-tuhfah as-
saniyah. 2007. San’a: Maktabah Al-Imam Al-Albani.

Fida’, Abu. Mumti’ah al-aajurumiyah ma’a ats-tsamru ad-daani. 2010. San’a: Dar al-atsar.

Abdul Hamid, Muhyiyuddin, At-tuhfah as-saniyah. 2010. Jogjakarta: Media hidayah.


Fuadz, Nikmah. Mulakhas Qawaid Al-lughah Al-‘arabiyah. Beirut: Dar Ast-staqafah Al-
islamiyah.

Al-Hamid, Abdullah, dkk. Silsilah ta’lim al-lughah al-‘arabiyah al-mustawa ats-tsani. Jakarta:
jami’ah ad-da’wah wa at-ta’lim.

Anda mungkin juga menyukai