“JUMLAH WA ANWAU’HA ”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Arab
Dosen Pengampu : Bpk.Furqon Taufiq,M.Pd
Disusun Oleh:
KELAS : HKI 1B
KELOMPOK : 3 (Tiga)
ANGGOTA : Iqbal Sa’bani
Muhammad Ragil
Muldan Effendi
Nida Khafia Khairunnisa
Puji syukur ke hadirat Alah SWT pencipta segala alam semesta beserta isinya. Karena atas segala
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. sebagai
panutan dan ikutan terbaik bagi umat yang membawa cahaya islam.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Arab dengan judul
“Jumlah Wa Anwau’ha“.
Kami menyampaikan terima kasih kepada dosen Pengantar Ilmu Hukum yaitu bapak Furqon
Taufiq,M.Pd yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini dan tentunya kepada rekan-
rekan yang banyak membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan, kami berharap para
pembaca agar dapat memakluminya. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT, dan kekurangan
adalah milik kita. Oleh karena itu diharapkan bagi para pembaca dan para pemerhati pendidikan dimohon
untuk memberikan kritik dan sarannya kepada kami demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Jumlah Fi’liyah
B. Jumlah Ismiyah
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat Islam secara umum sangatlah penting untuk berkomunikasi dan berinteraksi
antara satu dengan yang lain. Indonesia sangat kaya dan beragam bahasa yang digunakan
dalam berbicara meliputi: bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, Melayu, dan
sebagainnya. Namun sebagai penganut agama Islam sangat penting membaca,
mengetahui dan memahami bahasa Arab baik subtansinya dari al-Qur’an, hadis nabi
maupun kitab agama lain.
Oleh karena itu, hadirnya bahasa Arab merupakan bahasa yang berbentuk
konsonan berbeda dengan bahasa Indonesia yang meliputi konsonan dan vokal. Belajar
bahasa Arab dapat memberikan kemaslahatan umat Islam dan memberikan kemudahan
dalam memahami ilmu tafsir dan ilmu lain. Sejak abad ke XV Hijriah suatu abad yang
diyakini dan diharapkan menjadi awal kebangkitan umat Islam dan seiring dengan
disuarakannya kebangkitan Islam itu, kebutuhan akan kemampuan berbahasa Arab
semaking dirasakan oleh kaum muslim, khususnya di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud jumlah Fi’liyah dan Ismiyah?
2. Bagaimana perbedaan jumlsh fi’liyah dan ismiyah?
3. Berikan contoh jumlah fi’liyah dan ismiyah!
BAB II
PEMBAHASAN
]2[هي التي تبدأ بفعل وتكون مركبة من فعل وفاعل أو من فعل ونائب فاعل
Jumlah fi’liyah adalah kalimat yang dimulai (diawali) dengan fi’il (predikat) dan tersusun
dari fi’il dan fa’il (subjek) atau fi’il(kata kerja) dan naibul al-fa’il.
Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il yang terkadang membutuhkan maf’ul yang
disebut sebagai fi’il muta’addi dan terkadang pula tidak membutuhkannya yang disebut
sebagai fi’il laazim karena maf’ul bukanlah syarat mutlak terbentuknya jumlah fi’liyah.
Juga terdiri dari fi’il dan naibul fa’il, fi’ilnya dinamakan sebagai fi’il majhul(intransitive).
Selanjutnya kita akan mencoba membedah mengenai fa’il dan naibul fa’il yang keduanya
erat kaitannya dengan jumlah fi’liyah.
A. FA’IL
الفعل
b. Isim mudhmar
Ialah isim (kata benda) yang tidak menunjukkan maksudnya melainkan dengan
bantuan qarinah (indikasi) takallum, khithab dan ghaibah.
1) Baariz
a) Muttasil
b) Munfasil
2) Mustatir
a) Jawazan
b) Wujuban
2. Isim Muawwal bi Ash-sharih (isim yang dita’wil dengan isim yang sharih)
Misalnya:
B. NAIBUL FA’IL
]6[فـإن كان الفعل ماضيا ضم أوله وكسر ما قبل آخره وإن كان مضارعا ضم أوله وفتح ما قبل آخره
Jika fi’il madhi maka huruf yang pertamanya didhammahkan dan huruf sebelum
akhirnya dikasrahkan. Adapun untuk fi’il mudhari’ maka huruf yang pertama
didhammahkan dan difathahkan hurufnya sebelum akhirnya.
Contoh dari fi’il madhi yang didhammahkan huruf pertamanya dan dikasrahkan
huruf sebelum akhirnya adalah
فُتِح الباب
قُتِل الكافرون
ُكتِبت الرسائل
Kaidah ini ditambah oleh Fu’ad Ni’mah didalam kitabnnya Mukhtashor qawa’id
al-lughah al-‘arabiyah di juz pertama halaman 48 yaitu:
Jika suatu fi’il didahului dengan ta’ maka huruf yang kedua didhammahkan
seperti halnya ta’ Misalnya:
Jika huruf sebelum akhir adalah alif maka alif tersebut diubah menjadi ya’ dan
huruf sebelum ya’ tersebut dikasrahkan[7]. Misalnya:
ّ قِيل الح:
ق قال محمد الحق
َ ُ ت:
قرأ الرسالة تقرأ عائشة الرسالة
تُكتَب الرسائل: يكتب محمد الرسائل
صام رمضان
َ ي: يصوم المسلمون رمضان
Jumlah Ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata benda).
Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari mubtada’
dan khabar. Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah.
Sifat dari mubtada' adalah harus berupa isim ma'rifat. Khobar adalah isim yang berfungsi
untuk
melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna. Dengan kata lain, mubtada’
adalah subyek, sedangkan khabar adalah predikat (keterangan).
Mubtada’ dan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila mubtada’nya
isim mudzakar (laki-laki), khobarnya harus isim mudzakar. Begitu pula apabila mubtada’
berupa isim mufrod (kata tunggal), khobarnya juga harus isim mufrod.
Keterangan : Kata yang berwarna merah adalah mubtada’ sedangkan yang berwarna
hitam adalah khobar.
· Mubtada’
Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah (kalimat). Sifat
dari mubtada’ yaitu harus isim ma’rifat. Isim ma’rifat adalah isim (kata benda) yang
menunjukkan makna khusus atau sudah jelas kekhususannya. Adapun yang termasuk
isim ma’rifat adalah sebagai berikut :
Isim nakiroh apabila ditambah alif lam akan berubah menjadi isim ma’rifat.
Dhamir atau "kata ganti" ialah isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili
penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang.
َ = أَ ْنتkamu (laki-laki)
= أَنَاsaya
Isim isyaroh adalah isim yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu. Dalam bahasa
Indonesia biasa diartikan dengan “ini” dan “itu”.
Isim ‘alam adalah isim yang menunjukkan arti nama, baik nama manusia ataupun selain
manusia.
َ = َم َّكةKota Makkah
Isim nakiroh akan menjadi ma’rifat apabila bersambung dengan isim ma’rifat.
6) Isim Maushul
Isim maushul adalah isim yang berfungsi untuk menerangkan, sebagai perantara kata
yang disebutkan sesudahnya. Dalam bahasa indonsia biasa diartikan dengan “yang”.
· Khabar
Khabar adalah predikat pada jumlah ismiyah dan berfungsi untuk menerangkan keadaan
mubtada' serta bisa berupa kata ataupun kalimat ( sebagai anak kalimat).
Dalam Jumlah ismiyah terdapat kaidah-kaidah yang pembahasannya sangat panjang dan
mendetail. Kaidah-kaidah tersebut adalah :
a. Dibaca rofa’
Tanda Rofa’ pada isim adalah dhommah, wawu, alif, dan nun
Yang di maksud Isim Ma’rifat adalah Isim yang sudah jelas maknanya.
Isim nakiroh adalah isim yang maknanya tidak jelas atau masih umum. Tanda isim
nakiroh adalah adanya tanwin.
d. Mubtada’ dan khobar harus bersesuaian dalam hal muannas dan muzakar serta
mufrod, musanna dan jama’nya.
Contoh : ٌاط َمةُ َج ِم ْيلَة
ِ َ = فFatimah cantik
= زَ ْي ٌد َج ِم ْي ٌلZaid tampan
BAB III
PENUTUP
Dari makalah yang telah kami susun ini, besar harapan kami agar bermanfaat bagi semua
kalangan, baik kalangan mahasiswa ataupun umat muslim di Negara kita ini. Wallahua’lam bi
ash-shawab
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maqthari, Muhammad Ash-Shaghir bin Qa’id. Al-Hulalu adz-dzahabiyah ‘ala at-tuhfah as-
saniyah. 2007. San’a: Maktabah Al-Imam Al-Albani.
Fida’, Abu. Mumti’ah al-aajurumiyah ma’a ats-tsamru ad-daani. 2010. San’a: Dar al-atsar.
Al-Hamid, Abdullah, dkk. Silsilah ta’lim al-lughah al-‘arabiyah al-mustawa ats-tsani. Jakarta:
jami’ah ad-da’wah wa at-ta’lim.