Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Kelas/semester : J/3
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah” dengan baik. Shalawat dan
salam kami curahkan kepada nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita
dari zaman kegelapan menuju jalan yang terang seperti saat ini dengan ajaran
islam.
Selain dari itu, kami penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun bahasanya.Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk melengkapi penyempurnaan makalah
kami.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULIAN............................................................................... 1
A. Kesimpulan ........................................................................................... 8
B. Saran ....................................................................................................... 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab. Sebagai penganut agama Islam
sangat penting mengetahui dan memahami kaidah-kaidah bahasa Arab yang
baik dan benar. Belajar bahasa arab dapat memberikan kemaslahatan bagi
umat islam agar dapat membaca dan memahami makna dari Al-Quran, Hadist,
dan Kitab-Kitab lainya.
Salah satu kaidah pokok yang harus diketahui adalah bagaimana
mengtahui jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah. Oleh karena itu penulis akan
membahas jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah berserta ciri-ciri dan contoh
jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Jumlah Ismiyah Dan Jumlah Fi’liyah?
2. Bagaimana ciri kalimat yang termaksud Jumlah Ismiyah Dan Jumlah
Fi’liyah?
3. Apa saja contoh jumlah Jumlah Ismiyah Dan Jumlah Fi’liyah?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian Jumlah Ismiyah Dan Jumlah Fi’liyah.
2. Untuk menjelaskan ciri-ciri Jumlah Ismiyah Dan Jumlah Fi’liyah.
3. Untuk memberika contoh Jumlah Ismiyah Dan Jumlah Fi’liyah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
“Setiap kalimat yang tersusun dari mubtada’ dan khabar dinamakan jumlah
ismiyah”
Dan ada juga dikatakan bahwa jumlah ismiyah adalah
الجملة التي تبدا بإسم أو ضمير
“kalimat yang diawali dengan isim (kata benda) atau dhomir (kata ganti). 1
Sebelum berbicara mengenai jumlah ismiyah ( ) الجملة االسميةterlebih dahulu
penting dibicarakan unsur jumlah ismiyah sebagai syarat terbentuknya jumlah
ismiyah itu sendiri. Adapun unsur dari pada jumlah ismiyah ada dua yaitu
mubtada’ dan khabar. Mubtada adalah isim yang berada diawal kalimat
jumlah ismiyah (subjek), Mubtada’ adalah isim yang terletak di awal kalimat
yang dibaca rafa’ ( ُ- ), mubtada’ mempunyai beberapa sifat yaitu harus
berupa ma’rifat (kata khusus/spesifik) contoh: nama orang, kemasukan
alif+lam sedangkan khabar adalah pelengkap kalimat jumlah ismiyah
(predikat) sehingga kalimat menjadi sempurna. 2
a. Mubtada’
Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah
(kalimat). Sifat dari mubtada’ yaitu harus isim ma’rifat. Isim ma’rifat adalah
1
Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Quwaid al-Lughah al-Arabiyah, (Bairut: Dar al-Tsaqafah al-
Islamiyah ), h. 9
2
Fuad Ni’mah, opcit, h. 30
2
isim (kata benda) yang menunjukkan makna khusus atau sudah jelas
kekhususannya. Adapun yang termasuk isim ma’rifat adalah sebagai berikut :
3
= ال ِِّنيْلSungai Nil
6) Isim Maushul
Isim maushul adalah isim yang berfungsi untuk menerangkan, sebagai
perantara kata yang disebutkan sesudahnya. Dalam bahasa indonsia biasa
diartikan dengan “yang”.
Contoh : ( الَّذِيyang,untuk mudzakar), ( الَّتِيyang, untuk muannast).
b. Khabar
Khabar adalah predikat pada jumlah ismiyah dan berfungsi untuk
menerangkan keadaan mubtada' serta bisa berupa kata ataupun kalimat
( sebagai anak kalimat).
Contoh :
= ْاْل ْست َاذ َم ِريْضUstadz itu sakit
= ْال َولَد نَ ِشيْطAnak itu rajin
4
6. Biasanya khabar itu unsur nakirah.
Pengertian jumlah fi’liyah adalah kalimat yang tersusun dari fi’il (kata kerja)
dan fa’il (subjek) 3. Terkadang jumlah fi’liyah juga bisa terdiri dari fi’il, fa’il,
dan maf’ul bih (objek).4
Fi’il (kata kerja) berupa fi’il madhi (kata kerja lampau), fi’il mudhorik (yang
sedang dilakukan) dan fi’il Amr. Fa’il (subjek) dalam jumlah fi’liyah bisa
nampak dhomir/biasanya ditandai dengan nama orang tau benda).
3
Ali Al-Jarim dan Musthofa Amin, Nahwu Wadhih, (Surabaya: Al-Hidayah), h. 40
4
Abu Hamzah Yusuf, Belajar Mudah Bahasa Arab, (Berkah Bumi Manglayang), h.48
5
Pelaku perbuatan (faa'il).
Faa'il bisa dinyatakan dengan jelas (kelihatan) dan juga tersembunyi
(mustatir).
Contoh:
َاب
َ = قرأ ال ِكتqara-al kitaaba = dia telah membaca buku.
Faa'ilnya = ( ه َوdia laki-laki) -> mustatir.
- س ِم ْعت االذان
َ = sami'tu al-adzaana = aku telah mendengar adzan.
Faa'ilnya = ( أَنَاsaya), ditunjukkan oleh adanya ت
َ = ذَهdzahaba haamidun = hamid telah pergi
- َب َحا ِمد
Fa'ilnya = ( َحا ِمدhamid)
ْ = ذ َ َه َبdzahabat maryamu = maryam telah pergi.
- ت َم ْر َيم
Fa'ilnya = ( َم ْر َيمmaryam) 5
5
Abi Andy, Belajar Bahasa Arab,
https://belajarbahasaarabdasar.blogspot.com/2016/12/pengertian-jumlah-filiyyah-
dan-contohnya. Pukul 21.00
6
Dari contoh di atas kata (َسالَة
َ )الر,
ِّ ِ ( ) َبابًاdan ( َ )اللَّ َبنkedudukannya sebagai maf’ul
atau objek dan irabnya nashab. Tanda nashab ketiga kata tersebut ditandai
dengan fathah diakhirnya. 6
6
HaHuwa, maful bih pengertian pembagian contoh
https://hahuwa.blogspot.com/2019/08/maful-bih-pengertian-pembagian-contoh. Pukul 22.00
7
Abi Andy, Ibid Pukul 21.00
7
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jumlah Ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata
benda). Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang
terdiri dari mubtada’ dan khabar. Mubtada’ adalah subyek pada jumlah
ismiyah dan terletak diawal jumlah. Sifat dari mubtada' adalah harus berupa
isim ma'rifat. Khobar adalah isim yang berfungsi untuk melengkapi mubtada’
agar menjadi kalimat yang sempurna.
Jumlah fi’liyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan fi’il (kata
kea). Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang
terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku).
Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il, berikut adalah beberapa
ketentuan mengenai fi’il dan fa’il : Fa’il wajib berkedudukan setelah fi’il, Fi’il
wajib Ifrod meskipun fa’ilnya, Fi’il wajib dimu’anaskan jika fa’ilnya
Mu’annas hakiki.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun dan kami menyadari didalam
penyusunan makalah masih terdapat banyak kekurangan. Maka, kami akan
sangat menghargai jika tersapat kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini kedeanya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hamzah Yusuf. Belajar Mudah Bahasa Arab. Bandunh: Berkah Bumi
Manglayang.
Ali Al-Jarim dan Musthofa Amin. Nahwu Wadhih, (Surabaya: Al-Hidayah)
Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Quwaid al-Lughah al-Arabiyah, (Bairut: Dar al-
Tsaqafah al-Islamiyah )