disusun oleh :
Dewi Safitri
Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "
Mubtada' dan Khobar”.
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Saya berharap semoga karya ilmiah yang saya susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca. Kurang lebih nya saya ucapkan maaf
yang sebesar besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
ABSTRAK.....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mubtada’.............................................................................3
B. Macam-macam Mubtada’.....................................................................4
C. Pengertian Khobar.................................................................................6
D. Hukum Khobar.....................................................................................7
E. Macam-macam Khobar.........................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................11
ABSTRAK
iii
Sintaksis sangat diperlukan dalam memahami teks-teks berbahasa Arab.
Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang salah satu ‘amil yang dapat
merubah atau menghilangkan hukumnya mubtadā’ khabar dan menetapkan
hukum yang lain, yaitu kāna wa akhawātuhā yang merupakan salah satu ‘amil
nawāsikh yang berupa fi’il. Pengamalan kāna wa akhawātuhā adalah merafa’kan
mubtadā’ dan menashabkan khabar. Mubtadā’ setelah dimasuki kāna disebut
ismnya kāna dan khabar setelah dimasuki kāna disebut khabarnya kāna.Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian library research. Data
berupa kāna wa akhawātuhā dalam surat Al-Māidah. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini berupa kartu data. Teknik pengumpulan data menggunakan
metode dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik bagi unsur
langsung
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan dalam Al Quran dan sebagian
besar kitab kitab hukum Islam. Dan bahasa yang akan digunakan kelak di akhirat.
Oleh karena itu mempelajari Bahasa Arab merupakan hal yang penting untuk
dapat memahami hukum Islam yang memang pada kenyataannya sebagian besar
ditulis dengan Bahasa Arab.
Mubtada’ dan Khobar adalah bentuk kalimat yang saling berkaitan satu sama
lainnya, sehingga belumlah menjadi kalimat yang sempurna jika kalau mubtada’
belum dilengkapi oleh khobar. Mubtada’ dan Khobar juga memiliki ketentuan
ketentuan yang sudah baku, seperti harus sesuainya antara mubtada’ dan khobar
dalam mufrod, tasniah,jama’nya dan muannats, mudzakkarnya. Pada makalah ini
penulis akan memperdalam pembahasan tentang kesesuaian antara mubtada dan
khobar.
Akhirnya semoga tulisan ini dapat bermanfa’at khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi seluruh ummat islam di seluruh dunia.
1
B. Rumusan Masalah
?’Apa Pengertian Mubtada.1
?'Macam-macam Mubtada.2
4.Hukum Khobar?
5.Macam-macam Khobar?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mubtada
Mubtada’ secara bahasa merupakan bentuk isim maf’ul dari kata اِ ْبتَ َدَأ yang
berarti “permulaan”. Hal itu sesuai dengan kondisinya yang berada diawal jumlah
ismiyah.Adapun secara istilah mubtada’ adalah isim yang beri’rab marfu’ yang
bebas dari amil-amil lafdhiyah.
Contoh :
ٌ( اُأْل ْستَا ُذ َم ِريْضUstad itu sakit).
َ ( ْال ُم ْسلِ ُمOrang muslim itu saleh).
صالِ ٌح
ٌ( ْال َولَ ُد نَ ِشيْطAnak itu rajin).
Mubtada’ juga dimaksud setiap isim yang berada pada awal kalimat baik
didahului oleh nafyu maupun istifham, contoh (د مبتسمcccc= محمMuhammad
tersenyum), contoh didahului oleh nafyu (= ما قادم الضيفtamu itu tidak datang) dan
contoh isim yang didahului oleh kata Tanya (علي
ُّ = أ ناجحapakah yang lulus adalah
Ali.
Dan hukum isim yang dimulai pada awal kalimat tersebut (دأcc )المبتadalah
Marfu’ (dibaca akhir katanya dengan harakah dhamma), kecuali apabila isim
tersebut didahului oleh huruf Jarr tambahan atau yang menyerupainya maka
hukumnya secara Lafadznya adalah Majrur namun kedudukannya dalam kalimat
tetaplah Marfu’. Contohnya firman Allah SWT : وما من إله إال هللاkata Ilah pada ayat
tersebut secara lafadznya adalah majrur namun kedudukannya tetaplah Rafa’.
3
Dan Mubtada’ terbagi menjadi dua, yaitu Mubtada’ Sharih ( )مبتدأ صريحyang
mencakup semua isim dhahir seperti pada contoh di atas, dan juga terdiri dari
Dhamir, contohnya (cو مجتهدcc= هdia bersungguh-sungguh) atau (= أنت مخلصkamu
ikhlas), yang Kedua adalah Mubtada’ Muawwal ( )مؤولdari An ( )أنdan fi’ilnya,
contohnya firman Allah SWT (ير لكمccوموا خcc )وأن تصdan (دوكمccدوا أرهب لعcc)أن تتح
mubtada’ pada contoh ini adalah An dan Fi’ilnya dita’wilkan menjadi isim
mashdar sebagai mubtada’
B. Macam-macam Mubtada'
4
Sifat yang pertama (musafir) adalah khabar yang didahulukan (khabar
muqaddam) sedangkan kata (rajul) adalah mubtada yang diakhirkan (mubtada
muakkhar).
Apabila sifat yang pertama menunjukkan pada isim tunggal kemudian
setelahnya adalah Mutsanna (yang menunjukkan bentuk dua) atau Jamak, maka
sifat yang pertama adalah mubtada’ dan isim setelahnya tersebut adalah Fa’il atau
naib fa’il yang menempati posisi khabar, contoh ( )ما مهمل الطالبانdan (وبccما محب
)المقصرونkata Muhmil adalah mubtada’ sedangkan thalibani adalah Fa’il karena
terletak setelah isim Fa’il, dan kata Mahbub adalah mubtada’ sedangkan
Muqshirun adalah Naíb Fa’il karena terletak setelah Isim Maf’ul.
Apabila sifat yang pertama berbentu dua (mutsanna) atau Jamak dan
setelahnya adalah mutsanna atau jamak maka isim yang pertama adalah khabar
yang didahulukan (khabar muqaddam) dan isim yang setelahnya adalah mubtada’
yang diakhirkan (mubtada’ muakkhar), contohnya ( )أ مسافران الضيفانdan (ما مقصرون
)المجتهدون, kata musafirani dan muqshirun adalah khabar muqaddam sedangkan
dhaifani dan mujtahidun adalah Mubtada’ muakkhar.
Apabila dilihat dari contoh-contoh di atas dapat dilihat perbedaan kedudukan
mubtada’ yang kadang didahulukan (mubtada’ muqaddam) dan kadang diakhirkan
(mubtada’ muakkhar), kesemuanya itu mempunyai aturan yang wajib didahulukan
maupun boleh didahulukan.
a. Wajib mendahulukan dan Wajib menghilangkan Mubtada
Mubtada’ itu wajib didahulukan apabila:
Isim yang mempunyai kedudukan sebagai pendahuluan di dalam
kalimat, seperti isim syarat, atau istifham atau Ma yang menunjukkan
ketakjuban, contohnya (ه اللغويةccعر ينم ثروتccرأ الشccيق = منbarangsiapa
yang membaca syair maka akan bertambah kekayaannya dengan
bahasa), kata Man di sini adalah mubtada’ yang harus di dahulukan
karena posisinya dalam kalimat sebagai pembukaan dan pendahuluan,
Mubtada’ yang menyerupai isim syarat
Isim tersebut haruslah disandarkan kepada isim yang menempati
posisi dan kedudukan kata pendahuluan,
5
Apabila khabarnya adalah jumlah fi’liyah dan fa’ilnya adalah dhamir
yang tersembunyi yang kembali kepada mubtada.'
Isim tersebut haruslah disertai dengan huruf Lam untuk memulai atau
Lam tauwkid.
Mubtada’ dan khabarnya adalah Ma’rifat atau kedua-duanya nakirah
dan tidak adanya kata yang menjelaskannya.
Mubtada’ teringkas khabarnya oleh Illa atau Innama.
Selain dari tujuh masalah di atas, maka boleh mendahulukan atau
mengakhirkan mubtada'.
C. Pengertian Khabar
6
bentuk sifat baik ia isim fa’il, atau maf’ul ataupun tafdhil, contohnya, ()محمد فاضل
dan ()علي محبوب.
D. Hukum Khabar
Para ahli nahwu menyebutkan hukum dari pada khabar adalah sebagai
berikut:
E. Macam-macam Khabar
Khabar Mufrad (ردcc)المف, khabar yang bukan berbentuk kalimat atau yang
menyerupai kalimat, akan tetapi terdiri dari satu kata baik menunjukkan pada
tunggal atau mutsanna (bentuk dua) ataupun jamak, dan harus disesuaikan
7
dengan Mubtada dalam pentazkiran (berbentuk muzakkarf=lk) atau ta’nis
juga dalam bentuk tunggal, mutsanna dan jamak. Contoh (= القمر منيرbulan
bersinar), (= الطالبة مؤدبةpelajar pr itu sopan
Khabar Jumlah (جملةkabar (ميةcc )اسmaupun fi’liyah ()فعليه. Contoh khabar
jumlah ismiah (= الحديقة أشجارها خضراءtaman itu pepohonannya berwarna hijau)
atau (= الثوب لونه ناصعpakaian itu warnanya bersih), Atsaub =adalah mubtada
pertama, Lawn=Mubtada kedua dan mudhaf, dhamir Hu=mudhaf ilaih,
Nashi’=khabar mubtada kedua, Jumlah dari mubtada kedua dan khabarnya
menempati posisi rafa’ yaitu khabar dari mubtada pertama.
Khabar syibhu jumlah ()شبه الجملة, khabar yang bukan mufrad atau jumlah
akan tetapi menyerupai jumlah, terdiri dari Jarr wal majrur ( )جار ومجرورdan
dharf =kata keterangan,()ظرف. Contoh khabar dari jar wal majrur (الكتاب في
= الحقيبةbuku di dalam tas), (= الماء في اإلبريقair di dalam teko.
8
b. Adapun tempat-tempat dimana khabar itu wajib dihilangkan adalah
sebagai berikut:
apabila mubtadanya adalah isim yang sharih yang menunjukkan pada
sumpah, contohnya (= لعمرك ألشهدن الحقdemi hidupmu saya bersaksi dengan
kebenaran), khabarnya wajib dihilangkan, asalnya adalah ()لعمرك قسمي.
Khabarnya menunjukkan pada sifat yang mutlak artinya sifat tersebut
menunjukkan akan keberadaan dari sesuatu, dan hal itu terdapat pada kata
yang bergandengan dengan jar majrur atau dharf, contohnya (الماء في اإلبريق
=air berada di dalam teko), (= الكتاب فوق المكتبbuku berada di atas meja),
yang menunjukkan khabarnya telah dihilangkan yaitu ()موجود. Dan apabila
mubtadanya terletak setelah Lau la (والcc )لmaka khabarnya yang berarti
keberadaan pun wajib dihilangkan, contohnya (يارة الطفلccدمت السccوال هللا لصccل
=jika tidak ada Allah, maka mobil akan menabrak anak itu), khabar yang
dihilangkan adalah kata ( )موجودpada contoh ini.
Jika mubtadanya adalah mashdar atau isim tafdhil yang disandarkan pada
mashdar dan setelahnya bukanlah khabar melainkan hal yang menduduki
tempatnya khabar, contohnya (= تشجيعي الطالب متفوقاsaya mendukung pelajar
yang berprestasi), (: عاccد خاشccالة العبccل صcc= أفضsebaik-baik shalatnya sorang
hamba dalam keadaan khusu’) asalnya adalah ()أفضل صالة العبد عند خشوعه.
Khabarnya terletak setelah huruf Wau ( )واوyang berarti dengan/bersama (
)مع, contohnya, (= كل طالب وزميلهsemua pelajar bersama kawanya), wau di
sini berarti bersama sehingga khabarnya dihilangkan, dan khabar yang
dihilangkan adalah kata ()مقرونان
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mubtada’ secara bahasa merupakan bentuk isim maf’ul dari kata اِ ْبتَ َدَأ yang
berarti “permulaan”. Hal itu sesuai dengan kondisinya yang berada diawal jumlah
ismiyah.Adapun secara istilah mubtada’ adalah isim yang beri’rab marfu’ yang
bebas dari amil-amil lafdhiyah, Sedangkan Yang dimaksud amil dalam pengertian
diatas adalah sesuatu (faktor) yang mempengaruhi kata, sehingga ia beri’rab rafa’,
nashab, jar, ataupun jazm. Ia mempunyai 2 macam, yakni amil lafdziyah dan amil
maknawiyah.
Mubtada’ terbagi menjadi dua, Mubtada isim dhahir. Mubtada isim dhamir.
Mubtada dhahir pembicaraannya sudah disampaikan. Sedangkan mubtada isim
dhomir ada 12.Dan ini juga di namakan Mubtada’ yang mempunyai khabar, dan
Mubtada’ yang tidak memiliki Khabar, akan tetapi mempunyai isim marfu’yang
menempati posisi dari pada khabar, contohnya (= أنائم الطفلapakah bayi telah tidur.
Khobar merupakan sesuatu yang menyandarkan maknanya kepada Mubtada,
oleh karenanya Khobar selalu harus mengikuti Mubtada dalam segi bilangan dan
jenisnya.
Khabar Mufrad adalah khabar yang bukan berbentuk kalimat atau yang
menyerupai kalimat, akan tetapi terdiri dari satu kata baik menunjukkan pada
tunggal atau mutsanna (bentuk dua) ataupun jamak.
Khabar Jumlah (جملةkabar ( )اسميةmaupun fi’liyah ()فعليه. Contoh khabar
jumlah ismiah (= الحديقة أشجارها خضراءtaman itu pepohonannya berwarna hijau.
Khabar syibhu jumlah ()شبه الجملة, khabar yang bukan mufrad atau jumlah
akan tetapi menyerupai jumlah, terdiri dari Jarr wal majrur ( )جار ومجرورdan dharf
10
=kata keterangan,()ظرف. Contoh khabar dari jar wal majrur (= الكتاب في الحقيبةbuku
di dalam tas), (= الماء في اإلبريقair di dalam teko.
DAFTAR PUSTAKA
11