Tarsir Tarbawi tentang Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Anak
At-Tahrim Ayat 6
َارةُ َعلَ ْيهَا َماَل ِئ َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَّل يَ ْعصُونَ هَّللا َ َما َأ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُون
َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا َأنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َج
ََما يُْؤ َمرُون
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai ( perintah ) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”, (Q.S. A-Tahrim/66: 6 )[1]
Tafsir mufrodat
قُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم :bermakna jadilah dirimu itu pelindung dari api neraka dengan meninggalkan
maksiat.
َوَأ ْهلِي ُكم نَا ًر :bermakna membawa keluargamu kepada hal itu dengan nasehat dan pelajaran.
َ ْال ِح َج
ُارة :bermakna berhala-berhala yang disembah berdasarkan firman Allah SWT yaitu:
َمالِئ َكة :bermakna para penjaga neraka yang sembilan belas orang.
ِغالظ :bermakna kesat hati dan tidak mau mengasihi apabila mereka dimintai belas
kasih.
َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِي ُكم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َج
ارة
Wahai orang yang percaya kepada Allah dan rasulNya hendaknya sebagian dari kamu
memberitahukan kepada sebagian yang lain apa yang dapat menjaga dirimu dari api neraka dan
menjauhkan dirimu daripadanya yaitu ketaatan kepada Allah dan menuruti segala perintahNya.
Dan bawalah mereka kepada yang demikian ini melalui nasehat dan pengajaran. Semakna
dengan ayat ini adalah firman Allah sebagai berikut:
َ ََوْأ ُمرْ َأ ْهل
ك بِالصَّال ِة َواصْ طَبِرْ َعلَ ْيهَا
Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya”. (Taha, 20: 132)
Telah diriwayatkan bahwa Umar berkata ketika turun ayat itu, “ Wahai Rasulullah kita
menjaga diri kita sendiri. Tetapi bagaimanakah kita menjaga keluarga kita? Rasulullah
menjawab, “Kamu larang mereka mengerjakan apa yang dilarang Allah untukmu, dan kamu
perintahkan kepada mereka apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Itulah penjagaan antara
kamu dengan mereka.
Telah dikeluarkan oleh Ibu Munzil dan Al Hakin di dalam Ja’maah Akharin dari Ali
Karramallahu wajhah bahwa dia mengatakan tentang ayat itu” ajarilah dirimu dan keluargamu
kebaikan dan didiklah mereka.[4] Yang dimaksud dengan al-ahl disini mencakup isteri, anak,
budak laki-laki dan perempuan. Di dalam ayat ini terdapat isyarat mengenai kewajiban seorang
suami mempelajari fardu-fardu agama yang diwajibkan baginya dan mengajarkannya kepada
mereka.
“Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar.Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu?
Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. Neraka Saqar adalah pembakar kulit
manusia. Dan di atasnya ada sembilan belas (Malaikat penjaga).” (QS. Al-Mudatsir 74, 26-30).
Kemudian Allah menjelaskan besarnya ketaatan mereka kepada Tuhan mereka. FirmanNya:
ال يَ ْعصُونَ هَّللا َ َما َأ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُونَ َما يُْؤ َمرُون
Berikut adalah beberapa pelajaran yang dapat diambil dari surat At-Tahrim ayat 6;
Di dalam buku yang lain yakni Tafsir ayat-ayat pendidikan karya Abudin Nata dijelaskan seagai
berikut;
Pengertian tentang pentingnya membina keluarga agar terhindar dari api neraka ini
tidak semata-mata diartikan api neraka yang ada di akhirat nanti, melainkan termasuk pula
berbagai masalah dan bencana yang menyedihkan, merugikan dan merusak citra pribadi
seseorang. Sebuah keluarga yang anaknya terlibat dalam berbagai perbuatan tercela seperti
mencuri, merampok, menipu, berzina, minum-minuman keras, terlibat narkoba, membunuh,
dan sebagainya adalah termasuk kedalam hal-hal yang dapat mengakibatkan bencana di muka
bumi dan merugikan orang yang melakukannya, dan hal itu termasuk perbuatan yang
membawa bencana.[6]
Al-Hasil
Dari berbagai uraian di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa manusia selain menjaga
dirinya sendiri juga wajib menjaga keluarganya. Begitu juga orangtua, selain wajib menjaga
dirinya sendiri, wajib menjaga anak-anaknya dari berbagai hal yang buruk, baik itu sombong,
berbohong, mencuri, mabuk, membunuh, dan lain²
Ada 9 prinsip yang berkaitan dengan akhlak yang terkandung dari beberapa buku karya
Said Nursi, yaitu meneguhkan iman, berpegang teguh pada Al-Qur'an, pentingnya
memahami hakikat penciptaan manusia, pentingnya memahami alam semesta, pentingnya
memahami ' asma al-Husna, pentingnya mengetahui Tanda-tanda kiamat, pentingnya
meyakini akhir zaman, meneladani nabi Muhammad, dan menanamkan ikhlas, takwa dan
sedekah.
Dan dari beberapa prinsip/akhlak di atas, hal yang paling mendasar dalam memperkuat
pemahamannya adalah penafsirannya tentang Tuhan, manusia, dan alam semesta. Moralitas
pertama kepada Tuhan terkait dengan prinsip penguatan iman. Said Nursi meyakini bahwa
keyakinan tertinggi dalam menjalani kehidupan. Iman yang dimaksud adalah iman yang
cukup dalam iman. Kedua, moralitas terhadap manusia, merupakan manifestasi dari
pemahaman tentang penciptaan manusia yang sebenarnya. Manusia memiliki
kecenderungan kepada kebaikan dan selalu ke jalan yang benar. Dan ketiga, akhlak terhadap
alam semesta, Said Nursi mengatakan bahwa alam semesta dengan segala unsurnya, dari
yang terbesar sampai yang terkecil, dari benda mati hingga makhluk hidup, semuanya
diciptakan dengan takaran yang sesuai dengan porsinya masing-masing
Pada masa modern dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai peran org
tua terhadap anak
Mendidik anak di era digital saat ini rasanya lebih sulit dibandingkan dengan mendidik
anak pada zaman dahulu. Sebabnya, anak-anak saat ini tumbuh bersama kecanggihan teknologi
yang sangat mudah untuk mengakses informasi darimanapun kapapun dan dimanapun berada.
Zaman yang berubah tentunya pola mendidik anakpun mengikuti zamannya hal ini senada
dengan perkataan Ali bin Abi Thalib.
“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup bukan di zamanmu”. (Ali
Bin Abi Thalib)
Ketika zaman berubah, tentu tantangannya pun berubah. Baik tantangan untuk bergaul,
menuntut ilmu, cara berkomunikasi dengan anak, maupun tan-tangan lainnya. Hal yang
menjadi PR besar bagi kita sebagai orangtua adalah mempersiapkan anak-anak- dalam
menghadapi zmannya, bukan zaman kita.
Disinilah peran orangtua sangat dibutuhkan untuk membentengi anak-anak dari pengaruh
negatif teknologi, meskipun ada banyak pula manfaat yang dapat diperoleh dari kemajuan
teknologi ini.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Orangtua:
1. Kesehatan Mata
Walaupun sinar cahaya biru yang dihasilkan oleh smartphone kita tidaklah terlalu besar,
Apabila jika tatapan mata ke layar smart phone terjadi secara berulang-ulang tanpa jeda
maka cukup untuk bisa menimbulkan penyakit mata.
2. Masalah Tidur
Selain kesehatan mata, timbul masalah lainnya yaitu anak mengalami kesulitan tidur hal
ini dapat terjadi karena lamanya melihat layar gadget atau smart phone, yang
mengakibatkan otak tetap aktif walaupun mata tertutup.
Selain itu, menurut National Geography paparan cahaya biru sebelum tidur mengakibatkan
akan tertundanya sleepiness scale selama 59 menit.
3. Kesulitan Konsentrasi
Penggunaan gadget atau smart phone juga memiliki efek buruk pada keterampilan
mengubah perhatikan anak, sehingga bisa meningkatkan perilaku terlalu aktif kesulitan
untuk berkonsentrasi.
Penggunaan gadget atau smart phone yang berlebihan dapat menurunkan presentasi
belajar anak. Oleh sebab itu, jangan sampai karena kuranngya pengawasan orangtua
mengakibatkan anak lalai atas kewajibannya untuk belajar.
5. Perkembangan Fisik
Terlalu perhatian terhadap gadget mengakibatkan aktifitas fisik terbatas sehingga tubuh
kembang yang tidak optimal.
Terkadang anak sering menahan lapar, haus, dan keinginan buang air sehingga mengganggu
sistem pencernaan, yang menyebabkan ketidak seimbangan bobot tubuh (terlalu gemuk
atau terlalu kurus).
6. Perkembangan Sosial
Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih mementingkan diri sendiri sehingga sulit
bergaul secara langsung. Selain itu juga memiliki kesulitan mengenali berbagai nuasa
perasaan yang dimiliki si Anak.
Penting bagi anak-anak untuk menyeimbangkan antara bermain di perangkat digital dan
bermain seara aktif tanpa perangkat digital, seperti main sepak bola ataupun bermain yang
mengarah kepada kreativitasnya.