B. PEMBAHASAN
1. Makna Ketahanan Keluarga
Keluarga dalam arti luas meliputi seluruh subjek yang memiliki anggota
keluarga, lebih jelasnya keluarga mencakup orang tua dan anak-anaknya.
Keluarga juga merupakan sekelompok orang yang terikat dalam perkawinan,
keturunan atau adopsi yg tinggal pada rumah tangga yang sama. Keluarga
memiliki korelasi yang erat untuk mencapai suatu tujuan bersama1.
Istilah ketahanan berarti kuat, kokoh, serta tangguh. menjadi kata sifat,
ketahanan memberikan kemampuan untuk berpegang pada prinsip serta aturan
dasar yang mendasari perilaku serta pemikiran pada melakukan tindakan tersebut
meskipun kondisi lingkungan kurang lebih sudah mulai berubah. Ketahanan
keluarga adalah kondisi kecukupan dan kesinambungan akses pendapatan dan
sumber daya untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar, antara lain: pangan, air
minum, pelayanan kesehatan, peluang integrasi sosial2.
Setiap keluarga dituntut untuk memperkuat ketahanan keluarganya.
Adapun firman Allah yang menekankan hal ini pada (QS. At Tahrim ayat 6)
berikut ini :
ٰٓي َاُّي َه ا اَّلِذ ْي َن ٰا َم ُنْو ا ُقْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم َو َاْه ِلْي ُك ْم َن اًر ا َّو ُقْو ُد َه ا الَّن اُس َو اْلِحَج اَر ُة َع َلْي َه ا َم ٰۤل ِٕىَك ٌة
٦َ ِغ اَل ٌظ ِش َداٌد اَّل َي ْع ُصْو َن َهّٰللا َم ٓا َاَمَر ُه ْم َو َي ْف َع ُلْو َن َم ا ُيْؤ َم ُرْو َن
1
W.D. Suhendi, Pengantar Studi Keluarga, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), Hal. 123
2
A. Darahim, Membina Keharmonisan Dan Ketahanan Keluarga, (Jakarta Timur: IPGH,
2015). Hal 34
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At
Tahrim ayat 6)
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar
menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan
batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah. Mereka juga
diperintahkan untuk mengajarkan kepada keluarganya agar taat dan patuh kepada
perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api neraka. Keluarga
merupakan amanat yang harus dipelihara kesejahteraannya baik jasmani maupun
rohani.
Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan
salat dan bersabar, sebagaimana firman Allah:
3
E.B. Hurlock. Psikologi Perkembangan ; Buatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupnn. terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo. (Jakarta : Erlangga, 1999), Hal. 206.
3. Pernikahan Dini Dalam Persfektif Islam
Substansi hukum Islam adalah menciptakan kemaslahatan sosial bagi
manusia baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Hukum Islam
bersifat luas dan luwes, humanis, dan selalu membawa rahmat bagi seluruh
manusia di alam ini.12 Termasuk dalam ranah pemikiran tentang hal ini adalah
ayat-ayat dan hadis – hadis Nabi yang mengupas masalah pernikahan, karena pada
prinsipnya semua perbuatan orang muslim yang sudah akil baligh tidak bisa
terlepas dari hukum syara’ sebagaimana terumuskan dalam kaidah syara’ al ashlu
fii al ‘af’aal attaqayyudi bi al-hukmi al-syar’iyy. 4 Pada mulanya hukum menikah
adalah sunnah sesuai dengan (Q.S An-Nisa’ ayat 3)
ِّم َن الِّن َس ۤا ِء َم ْثٰن ى َو ُثٰل َث َااَّل ُتْق ِس ُط ْو ا ِفى اْلَي ٰت ٰم ى َفاْن ِك ُحْو ا َم ا َط اَب َلُك ْم َو ِاْن ِخْفُتْم
ٰذ ِلَك َاْد ٰٓن ى َااَّل َت ُعْو ُلْو ا ِخ ْفُتْم َااَّل َت ْع ِد ُلْو ا َفَو اِحَد ًة َاْو َم ا َم َلَكْت َاْي َم اُنُك ْم َو ُر ٰب َع َفِاْن
Artinya : “Jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), nikahilah perempuan
(lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Akan tetapi, jika kamu
khawatir tidak akan mampu berlaku adil, (nikahilah) seorang saja atau
hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih
dekat untuk tidak berbuat zalim”
Allah menjelaskan seandainya kamu tidak dapat berlaku adil atau tak
dapat menahan diri dari makan harta anak yatim itu, bila kamu menikahinya,
maka janganlah kamu menikahinya dengan tujuan menghabiskan hartanya,
melainkan nikahkanlah ia dengan orang lain. Dan kamu pilihlah perempuan lain
yang kamu senangi satu, dua, tiga, atau empat, dengan konsekuensi kamu
memperlakukan istri-istri kamu itu dengan adil dalam pembagian waktu
bermalam (giliran), nafkah, perumahan serta hal-hal yang berbentuk materi
lainnya. Islam membolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Tetapi pada
dasarnya satu istri lebih baik, seperti dalam lanjutan ayat itu. Sebelum turun ayat
ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para nabi sebelum Nabi
Muhammad saw. Ayat ini membatasi poligami sampai empat orang.
4
Imam Syathibi, Al-Muwafaqat. (Beirut, Libanon: Darul Kutub Ilmiah). Hal. 220
Memang benar, rumah tangga yang baik dan harmonis dapat diwujudkan
oleh pernikahan monogami. Adanya poligami dalam rumah tangga dapat
menimbulkan banyak hal yang dapat mengganggu ketenteraman rumah tangga.
Selain dampak positif pernikahan dini yang diuraikan di atas berikut ini
akan dipaparkan pula efek negatif pernikahan dini diantaranya:
C. Kesimpulan
Pernikahan di usia dini akan menghambat studi atau rentan konflik yang
berujung pada perceraian, akibat kekurangsiapan mental dari kedua pasangan
yang belum dewasa. Namun sebetulnya kekhawatiran dan kecemasan timbulnya
persoalan – persoalan psikis dan sosial, pernikahan di usia remaja dan masih
duduk di bangku sekolah bukan penghalang untuk meraih prestasi yang lebih
baik, bahwa usia bukan ukuran utama untuk menentukan kesiapan mental dan
kedewasaan seseorang untuk meraih puncak prestasi yang lebih cemerlang.
Disamping itu, salah satu faktor dominan yang sering membuat keraguan
dalam melangkah adalah kesiapan dari sisi ekonomi. Ini memang wajar, tapi
bukankah Allah telah menjanjikan bagi hambanya dengan limpahan karunia-Nya.
Tuhan pasti menjamin rejeki hambanya yang menikah sebagaimana tersirat dalam
(QS An-Nur ayat 32)
َو َاْن ِكُحوا اَاْلَي اٰم ى ِم ْنُك ْم َو الّٰص ِلِح ْي َن ِم ْن ِع َباِد ُك ْم َو ِاَم ۤا ِٕىُك ْۗم ِاْن َّي ُك ْو ُنْو ا ُفَقَر ۤا َء ُيْغ ِنِه ُم ُهّٰللا
ِم ْن َفْض ِلٖۗه َو ُهّٰللا َو اِس ٌع َع ِلْي ٌم
Daftar Pustaka
6
Al-fadlil Abu Ammar Ali Al-Hudzaifi. “Hikmah dan Ketentuan Pernikahan Dini”.
Dalam Jurnal Salfiyyun http://fadhlihsan.wordpress.com
Al-fadlil Abu Ammar Ali Al-Hudzaifi. “Hikmah dan Ketentuan Pernikahan
Dini”. Dalam Jurnal Salfiyyun http://fadhlihsan.wordpress.com
Darahim, A. 2015. Membina Keharmonisan Dan Ketahanan Keluarga. Jakarta
Timur: IPGH
E.B. Hurlock. 1999. Psikologi Perkembangan ; Buatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupnn. terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta : Erlangga,
Fauzil Adhim. 2002. Indahnya Pernikahan Dini. Jakarta : Gema Insani Press
Imam Syathibi. Al-Muwafaqat. Beirut, Libanon: Darul Kutub Ilmiah
Suhendi, W.D. 2000. Pengantar Studi Keluarga. Bandung: Pustaka Setia