Anda di halaman 1dari 14

MODEL DAN TIPE SUPERVISI PENDIDIKAN

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Supervisi Pendidikan)

DOSEN PENGAMPU : HERWINA AZHABI, M.Pd

DI SUSUN OLEH: MUHAMMAD AQIL KHAIRI


(2101020014)
SEMESTER: IV MPIA NON REGULER

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH MEDAN

2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah


melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Inayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “MODEL DAN TIPE
SUPERVISI PENDIDIKAN“ dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini telah penulis selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sampaikan banyak
terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal
dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini maih jauh dari kata
sempurna. Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan makalah yang akan datang. Harapan penulis semoga makalah ini
bermanfaat dan memenuhi harapan dari berbagai pihak.
Aamiin

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ..................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................ 1
C. TUJUAN ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Model-Model Supervisi pendidikan ................................................. 2
B. Tipe-Tipe Supervisi Pendidikan ...................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Supervisi merupakan istilah baru yang menunjuk pada suatu pengawasan
tetapi konsepnya lebih manusiawi. Dalam kegiatan supervisi pelaksana bukan
mencari kesalahan, akan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan agar
pekerjaan yang diawasi diketahui kekurangannya untuk dapat diberitahu
bagaimana cara peningkatannya. Pembelajaraan merupakan unsur terpenting
dalam pencapaian keberhasilan pendidikan dan guru memiliki peran yang sangat
strategis, baik sebagai perencana pembelajaran, pelaksana pembelajaran, dan
menilai pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja model-model supervisi pendidikan ?
2. Apa saja Tipe supervisi pendidikan?

C. Tujuan
1. Mengetahui macam-macam model supervisi pendidikan.
2. Mengetahui macam-macam Tipe supervisi pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. MODEL-MODEL SUPERVISI PENDIDIKAN


Banyak model supervisi yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli
pendidikan. Dalam mengklasifikasikan model tersebut antara satu ahli dengan
lainnya memiliki perbedaan, dengan kata lain para ahli pun memiliki pemahaman
yang berbeda tentang model-model supervisi tersebut. Meskipun demikian model
yang dikemukakan para ahli memiliki kesamaan, artinya dapat ditarik
persamaannya dari berbagai klasifikasi tersebut.1
Menurut Piet A sahertain supervisi dapat dibagi atas empa tmacam model,
yaitu:
1. Model Supervisi Konvensional (tradisional)
Model konvensional berkaitan erat dengan keadaan masyarakat ketika itu
yang otoriter dan feodal. Pemimpin cenderung mencari-cari kesalahan dan
menemukan kesalahan. Dengan demikian berpengaruh terhadap model supervisi
yang mengandalkan inspeksi untuk mencari-cari kesalahan dan menemukan
kesalahan, bahkan bersifat memata-matai2.
2. Model Supervisi Ilmiah
Model supervisi ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: dilaksanakan
secara berencana dan kontiniu, sistematis dan menggunakan teknik tertentu,
menggunakan instrument pengumpulan data, dan memiliki data objektif dari
keadaan yang riil. Dengan kata lain model supervise ilmiah mengarah kepada
cara-cara ilmiah dalam melakukan supervisi. Hasil penelitian yang ilmiah
tersebut diberikan kepada guru-guru sebagai umpan balik dan pedoman perbaikan
mengajar pada semester berikutnya.

1
DiatPrasojo, Lantip., Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media.
2
Piet A. Sahertain, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta:
RinekaCipta, 2008), h. 35-42.

2
3. Model Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan
yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan
mengajar melalui observasi dan analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar
untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru.
4. Model Artistik
Mengajar selain sebagai knowledge dan skill, tetapi juga art (kiat), begitu
juga dengan supervisi yang merupakan pengetahuan, keterampilan dan juga
suatukiat. Supervisor yang mengembangkan model artistik akan menampakkan
dirinya dalam relasi dengan guru-guru yang dibimbingnya sedemikian baiknya
sehingga para guru merasa diterima. Adanya perasaan aman dan dorongan positif
untuk berusaha maju. Sikap seperti mau belajar mendengarkan perasaan orang
lain, mengerti orang lain dengan problema yang dikemukakannya, menerima
orang lain apa adanya, sehingga orang menjadi dirinya sendiri, itulah supervise
artistik.
Menurut Nur Aedi tentang model-model supervisi, namun ia merinci
model supervisi menjadi delapan macam model supervisi, yaitu:
1. Model Konvensional
Model konvensional merupakan model supervisi yang berada pada zaman
feodalisme, yang mencerminkan kekuasaan bersifat feudal dan otoriter. Model
konvesional menerapkan cara kerja mencari dan menemukan kesalahan. Bahkan
kadang kegiatan supervise dilakukan seperti memata-matai.3
2. Model Pendekatan Sains
Menurut model pendekatan sains ini pembelajaran dipandang sebagai
suatu ilmu atau science. Oleh sebab itu, maka perbaikan pembelajaran dilakukan
dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dilaksanakan berdasarkan temuan penelitian atau teori yang secara empiric
telah teruji kebenarannya. Apabila telah banyak temuan penelitian baik berupa

3
NurAedi, Pengawasan Pendidikan, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2014), h. 55-66.

3
deskripsi, konsep, atau teori yang telah teruji kebenarannya, maka selanjutnya
tugas guru dan supervisor adalah memanfaatkan hasil penelitian tersebut.
3. Model Supervisi Klinis
Model supervisi klinis menggunakan pendekatan kolaboratif antara
supervisor dengan guru untuk secara konstruktif dan berkesinambungan
meningkatkan pembelajaran. Dalam model ini dijalin interaksi langsung antara
guru dengan supervisor dalam upaya memahami secara akurat aspek yang
memerlukan perbaikan serta melakukan praktik untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
4. Model Supervisi Artistik
Model supervisi ini berasumsi bahwa pendidikan bukanlah serba ilmiah
yang dapat dipelajari secara terstruktur, mekanistik, dan mengikuti prosedur
tertentu. Pendidikan bukanlah perkara yang simple dan dapat diprediksi.
Pendidikan merupakan sebuah proses yang sangat kompleks dan sulit diprediksi.
Model ini beranggapan bahwa pendidikan adalah seni. Model supervisi artistic
dalam melaksanakan kegiatan supervisinya menggunakan sensitivitas, persepsi
dan pemahaman supervisor dalam mengaprsiasi semua aspek yang terjadi di
kelas.
5. Model Gabungan Supervisi Saintifik, Klinis, dan Artistik
Pada model gabungan ini, model saintifik digunakan oleh supervisor untuk
mengidentifikasi hal-hal yang seharusnya terjadi berdasarkan temuan empiris.
Model artistic digunakan untuk seni menafsirkan dan interpretasi atas apa yang
terjadi di dalam kelas. Selanjutnya model supervisi klinis dalam model ini
digunakan untuk memperbaiki atau menyelesaikan permasalahan pembelajaran.
6. Model Supervisi Pengembangan
Model ini memandang guru sebagai individu yang berada pada berbagai
tingkat pertumbuhan dan perkembangan profesionalitas yang beragam. Model ini
dibangun di atas premis bahwa perkembangan manusia merupakan tujuan
pendidikan. Model ini berdasarkan asumsi bahwa supervisor bekerja dengan
guru, mereka membutuhkan asistensi yang sesuai dengan level konseptual yang

4
dimiliki guru, dan mereka juga membutuhkan keleluasaan untuk tertarik terhadap
perbaikan dirinya.
7. Model Supervisi Terdiferensiasi
Model supervisi ini didefinisikan sebagai pendekatan dalam supervisi yang
memberikan pilihan bagi guru mengenai jenis supervisi dan jenis layanan evaluasi
yang diinginkan. Supervisor bertindak hanya sebagai fasilitator, tetapi
memberikan opsi supervisi bagi guru dimana mereka bertanggung jawab atas
proses supervisi tersebut. Model ini mirip dengan model supervisi
pengembangan, hanya saja pada model ini supervisor memberikan alternatif-
alternatif.
8. Model Collaborative Supervision
Supervisi kolaboratif merupakan proses di mana orang dengan keahlian
yang beragam bekerja sama dalam status yang sama dan dengan komitmen yang
sama untuk mencapai tujuan bersama pula. Ciri khas model supervisi ini yang
membedakannya dengan model yang lain adalah lebih mengutamakan pendekatan
kelompok dalam supervisi.
Berdasarkan dua pendapat yang mengkalisifikasikan beberapa model
supervisi di atas, dapat dilihat perbedaan dalam membagi model supervisi
tersebut. Tetapi secara garis besar memiliki kesamaan, seperti supervisi
konvensional, ilmiah, klinis, dan artistik. Adapun model yang lainnya merupakan
pengembangan dari keempat model tersebut. Pembagian model di atas belum
terlihat secara praktis dan teknis, masih dalam pengertian dan prinsipnya saja.
Sedangkan secara praktis dan umum, model supervisi terdiri dari dua
model, yakni model Tradisonal dan Modern. Berikut akan diuraikan yang
dimaksud dengan model Tradisional dan Modern tersebut.
1. Model Supervisi Tradisional
Model supervise tradisional terdiri dari observasi langsung dan observasi
tidak langsung. Observasi langsung kepada guru yang sedang mengajar melalui
prosedur: pra observasi, observasi, dan post-observasi.
a. Praobservasi

5
Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan wawancara
serta diskusi dengan guru yang diamati. Isi diskusi dan wawancara tersebut
mencakup kurikulum, pendekatan, metode dan strategi, media pengajaran,
evaluasi dan analisis.
b. Observasi
Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan dilaksanakan
guru dalam kegiatan belajar mengajar, kemudiaan supervisor mengadakan
observasi kelas. Observasi kelas meliputi pendahuluan (apersepsi),
pengembangan, penerapan, dan penutupan.
c. Post-observasi
Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor mengadakan
wawancara dan diskusi tentang: kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi
keberhasilan dan kelemahan guru, identifikasi keterampilan-keterampilan
mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan dan
sebagainya.
Sedangkan observasi tidak langsung kepada guru dapat dilalukakan
dengan tes dadakan, diskusi kasus, dan metode angket. Dalam menggunakan tes
dadakan sebaiknya soal-soal yang diberikan sudah diketahui validitas dan
reliabilitasnya. Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada
observasi, laporan-laporan, dan studi dokumentasi. Adapun metode angket berisi
pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan mencerminkan penampilan
kinerja guru, kualifikasi dan hubungan guru dengan peserta didik.
2. Model Kontemporer atau Modern
Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan
klinis, sehingga sering disebut model supervisi klinis. Supervisi klinis merupakan
supervisi akademik yang kolaboratif dengan pendekatan klinis. Prosedur supervisi
klinissamadengan supervise akdemiklangsungnamunpendekatannyaberbeda.

6
B. TIPE-TIPE SUPERVISI
Ada lima tipe supervisi, dari yang paling memberikan kebebasan kepada
guru dan staf tata usaha sampai pada yang paling ketat aturannya, dengan
supervisor sebagai penguasa kelima tipe, tipe supervise tersebut adalah : (1) Tipe
Inspeksi; (2) Laises Faire; (3) Coursive; (4) Training and Guidance; (5)
Demokratis.
1. Tipe Inspeksi
Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model
kepernimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan
orang lain bertindak sebagai "Inspektur" yang bertugas mengawasi pekerjaan
guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan
mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh
tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya. Supervisor juga
mengukur sejauh mana tugas-tugas yang diperintahkan tersebut sudah dapat
diselesaikan, masih membutuhkan bantuan dan pembinaaan.
2. Tipe Laissez Eairc
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inipeksi
bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada Supervisi
Laissez Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sehendaknya tanpa diberi
petunjuk yang benar, misalnya guru boleh mengajar sebagaimana yang meraka
inginkan baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran
3. Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan
kehendaknya, apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun
tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang di supervisi tetap saja
dipaksa berlakunya dan guru sama sekali tidak diberi kesempatan bertanaya
mengapa harus demikian dan yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu tlan
bahkan kehilangan arah yang pasti.
4. Tipe Training dan Guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan birnbingan. Hal yang
positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan

7
dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya
kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri
tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.
5. Tipe Demokratis
Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan
kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemirnpin
saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para
anggota atau warga sekolah. sesuai dengan kemampuan dan keailian masing-
masing. Apabila dikaitkan dengan fungsi-fungsi manajemen supervisi berada atau
terselip dalam fungsi dinamis, yaitu pengarahan, koordinasi, dan evaluasi. Apabila
kondisi dan situasi kepernimpinan sekolah memang kondusif untuk terjadinya
supervisi tipe demokratis, maka fungsi - fungsi pengarahan, koordinasi, dan
evaluasi dapat terjadi bukan dari satu arah, tetapi kolaboratif , ada kerja sama
semua pihak, yang ada di dalam organisasi. Tanggung jawab bukan hanya seorang
pemimpin saia yang memegangnya, tetapi di distribusikan atau didelegasikan
kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian
masing-masing.
Apapun tipe yang dipilih oleh supervisor dalam dalam melaksanakan
supervisi namun tidak boleh melupakan prinsip-prinsip menjadi paduan keria,
yaitu :
a. Supervisi adalah pemberian bimbingan dan batuan kepada guru dan staf
tata usaha agar mampu meningkatkan kinerja.
b. Pemberian birnbingan dan batuan dilakukan secara langsung, tidak perlu
ada perantara.
c. Pemberian bimbingan dan batuan harus dikaitkan dengan peristiwa yang
memerlukan bimbingan.
d. Kegiatan supervisi dilakukan secara berkala agar terjadi mekanisme yang
ajek dan rutin.
e. Supervise terjadi dalam suasana kondusif penuh silat kekeluargaan agar
terjalin kerja sama yang baik

8
f. Supervise dilakukan dengan menggunakan catatan agar apa yang
dilakukan dan ditemukan tidak hilang. Temuan dan hal-hal penting
lainnya merupakan bahan binaan yang sangat penting artinya dan dapat
dibaltas dalam pertemuan rutin pengawas (KKPS) Dan kepala sekolah
(KKKS).
g. Prinsip-prinsip supervisi yang dikemukakan oleh ngalim purwanto dan
oteng sutrisna lebih mengejar persyaratan yang perlu ditaati untuk
dipenuhi bagi petugas supervisor yang ingin sukses.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Supervisi merupakan bantuan dalam wujud layanan professional yang
diberikan oleh orang yang lebih ahli dalam proses belajar mengajar. Adapun
tujuan supervisi adalah terbaikinya proses belajar mengajar, yang didalamnya
melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian tindakan, bimbingan dan arahan.
Proses supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi
dilaksanakan.
Prosedur supervisi juga dapat dilaksanakan dengan proses yaitu pertemuan
pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan.
Pelaksanaannya supervisi pengajaran juga berkembang melalui pendekatan-
pendekatan yang memiliki pijakan ilmu tertentu.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aedi, Nur.2014. Pengawasan Pendidikan, TinjauanTeori Dan Praktik, Jakarta:


Raja GrafindoPersada. 2008.
DiatPrasojo, Lantip., Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava
Media.
Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2014)
JuniPriansa, Doni., RismiSomad. 2014. Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta.
NurAedi, Pengawasan Pendidikan, Tinjauan Teori Dan Praktik, (Jakarta: Raja
GrafindoPersada, 2014), h. 55.
Piet A. Sahertain, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta:
RinekaCipta, 2008), h. 35-42.
Sahertain, Piet. 2008. Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta:
RinekaCipta.

11

Anda mungkin juga menyukai