Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SUPERVISI ARTISTIK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Analisis Model dan Pendekatan Supervisi
Dosen Pengampu : Dr.H.M. Saleh, M.Pd

Oleh :
HALIMAH
NIM 2020111320022

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Segala puji dan syukur bagi Allah SWT karena hanya dengan
kuasa dan kehendak-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini, sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Analisis Model dan Pendekatan Supervisi yang diampu oleh Dr.H.M. Saleh,
M.Pd. Makalah ini diberi judul ”Supervisi Artistik”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dengan kata sempurna yang
masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu, saran dan kritik
dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Paringin, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………. 1
BAB II PERMASALAHAN…………………………………………… 3
BAB III PEMBAHASAN
A. Konsep dasar pendekatan supervisi artistik 4
B. Model supervisi artistik 7
C. Kelebihan dan kelemahan dari pendekatan supervisi artistik 8
D. Implementasi pendekatan artistik dalam supervisi pembelajaran 9
E. Ciri-Ciri Pendekatan Supervisi Artistik 12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana manusia dalam mengembangkan potensi
dirinya. Pendidikan dianggap penting bagi sebagian besar masyarakat karena dapat
menjadikan manusia menjadi lebih baik dari segi karakter, keterampilan,
pengetahuan, dan ekonomi. Dengan demikian, masyarakat akan mengandalkan
pendidikan sebagai proses peningkatan derajat mereka di masyarakat sekitarnya.
Tentunya mereka menuntut adanya pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang
berkualitas dapat dihasilkan dari aspek-aspek pendidikan yang berkualitas pula,
salah satunya adalah pembelajaran. Pembelajaran harus dikonsep sedemikian rupa
agar mendapatkan hasil yang maksimal, hal inilah yang sering disebut sebagai
strategi pembelajaran. Menurut Sunarto (2013:424) terdapat tiga hal pokok dalam
strategi pembelajaran yaitu perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa pembelajaran akan sangat efektif dan bermakna jika dengan
pembelajaran tersebut peserta didik menjadi lebih mudah dalam memahami
pelajaran dan dengan pembelajaran itu pula peserta didik menjadi senang dan
termotivasi untuk belajar serta tidak mudah jenuh.
Dalam penelitiannya, Akbar (2015:68) menjelaskan bahwa manusia bukanlah
mesin dalam pelaksanaan pekerjaannya sehingga membutuhkan aspek fisik,
pikiran, psikologis, dan motivasi. Dalam pelaksanaan pekerjaannya manusia
membutuhkan aspek tersebut karena berhubungan dengan ketepatan, konsistensi,
kecermatan maupun ketelitiannya. Dalam pelaksanaan pekerjaan haruslah ada
perbedaan pada masing-masing pekerjaan mulai dari cara, metode, perlakuaan dan
lain sebagainya. Hal inilah yang mendasari aspek psikologi dan motivasi harus ada
dalam pelaksanaan pekerjaan. Supervisi menurut Akbar (2015:68) adalah upaya
yang dilakukan untuk memberikan bantuan, dorongan, motivasi dan saran
pemecahan masalah pekerjaan secara lebih manusiawi, sehingga model, pendekatan
dan teknik yang digunakan dipilih sedemikian rupa agar sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pekerja maupun organisasi. Supervisi ini menghasilkan paradigma

1
bahwa setiap pekerjaan membutuhkan aspek psikologis dalam pelaksanaannya.
Supervisi merupakan kegiatan monitoring dimana seorang kepala sekolah
melakukan pengamatan kepada guru dengan tujuan memperbaiki langkah yang
salah dalam pelaksanaan kegiatan. Kepala sekolah sebagai supervisor harus selalu
memantau proses pembelajaran oleh guru. Dengan demikian, segala bentuk
kegiatan pembelajaran akan mudah dikontrol oleh kepala sekolah.
Pelaksanaan supervisi bukan hanya sekedar kegiatan yang bertujuan untuk
mengetahui progress pekerjaan yang telah tercapai saja. Supervisi juga bukan
kegiatan yang hanya digunakan untuk mencari kesalahan bawahan agar nantinya
seorang supervisor dapat melontarkan suatu teguran kepada bawahan. Kegiatan
supervisi menekankan pada bantuan pemecahan masalah untuk dilaksanakan di
kesempatan yang berbeda sehingga tidak terjadi penyimpangan konsep yang
diharapkan oleh kedua belah pihak. Oleh karena itu Akbar (2015:70) menjelaskan
bahwa seorang supervisor dalam melakukan supervisi harus memiliki cara-cara
yang baik dan persuasif. Kepala sekolah harus mendapatkan teknik, model, serta
pendekatan yang tepat dalam pelaksanaan supervisinya sesuai kondisi yang terjadi
pada lembaga bersangkutan. Dalam pembahasan kali ini, penulis akan memaparkan
mengenai pendekatan artistik pada supervisi. Hal ini diharapkan menjadi
rekomendasi bagi supervisor dalam menentukan teknik, model, dan pendekatan
dalam melaksanakan supervisinya terhadap pembelajaran.

2
BAB II
PERMASALAHAN
Adapun permasalahan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah konsep dasar pendekatan supervisi artistik?


2. Bagaimanakah model supervisi artistik?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari pendekatan supervisi artistik?
4. Bagaimanakah implementasi pendekatan artistik dalam supervisi pembelajaran?
5. Apa ciri-Ciri Pendekatan Supervisi Artistik?
6.

3
BAB III
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pendekatan Supervisi Artistik
Supervisi berasal dari kata supervision yang terdiri dari super yang berarti
lebih, dan vision yang berarti melihat. Secara terminologi supervisi pengajaran
merupakan serangkaian usaha bantuan untuk pendidik (guru), sehingga mempunyai
konsekuensi pengertian yang sama antara supervisi dengan pengawasan dalam
pengertian lama, berupa inspeksi sebagai kegiatan kontrol yang otoriter. Menurut
Imron (2012:51) pendekatan supervisi artistik dalam supervisi pembelajaran adalah
suatu pendekatan yang menyadarkan pada kepekaan, persepsi dan pengetahuan
supervisor sebagai sarana untuk mengapresiasi kejadian-kejadian pembelajaran
yang bersifat subtle (halus) dan sangat bermakna di dalam kelas. Pendekatan
supervisi artistik muncul sebagai respons atas ketidakpuasan terhadap supervisi
pengajaran dengan pendekatan ilmiah yang dipengaruhi oleh aliran scientific
management.
Adanya pendekatan supervisi artistik ini karena adanya kegagalan-kegagalan
yang terjadi di pendekatan supervisi pengajaran sebelumnya. Supervisi pengajaran
dengan pendekatan ilmiah ini dianggap gagal karena terlalu berani
menggeneralisasikan tampilan pembelajaran yang tampak sebagai keseluruhan
peristiwa pembelajaran. Sedangkan pembelajaran dengan meggunakan pendekatan
supervisi artistik ini dapat menerobos keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh
pendekatan ilmiah. Menurut Imron (2012:44) kesalahan pendekatan ilmiah dan
argumen penyangga pendekatan artistik dalam supervisi pembalajaran yaitu: (1)
Kesalahan perhitungan, yang ditimbulkan karena kejadian khusus dalam perilaku
pembelajaran, dihitung sebagai kesuksesan pembelajaran; (2) Kesalahan komposisi,
dapat dilihat dari kenyataan, bahwa kualitas pembelajaran lebih dilihat dari
penjumlahan skor dari yang dihasilkan oleh variabel-variabelnya; (3) Kesalahan
konkretisasi, disebabkan tertipunya pendekatan ilmiah pada tampilan-tampilan
pembelajaran yang tampak, atau yang bersifat lahiriah; (4) Kesalahan urus, dilihat
dari terbatasnya urusan-urusan pembelajaran pada hal-hal yang berada di luar kelas,

4
yang sedikit ataupun banyak, mempunyai kadar intervensi terhadap pembelajaran
yang sedang berlangsung.
Sergiovanni (1991) menyatakan supervisi pengajaran dengan pendekatan
artistik dalam melihat berhasil tidaknya pengajaran, usaha meningkatkan mutu guru
banyak menekankan pada kepekaan, persepsi, dan pengetahuan supervisor.
Pandangan dari pendekatan artistik yaitu keberhasilan pengajaran tidak dapat
diukur dengan menggunakan peristiwa pengajaran yang berada dalam konteks yang
berbeda. Karena itu pendekatan artistik merekomendasikan agar supervisor untuk
turut mengamati, merasakan, dan mengapresiasikan pengajaran yang dilakukan
oleh guru dengan cermat, telaten, dan utuh. Dalam lukisan Elliot W. Eisner,
menyatakan bahwa supervisor bagaikan menyaksikan tampilan-tampilan karya seni,
yang tidak dapat dilihat sebagian demi sebagian. Maka dari itu harus dilihat secara
menyeluruh atau dengan kata lain supervisor harus mengapresiasikan pembelajaran
guru. Pendekatan artistik mencoba untuk menempatkan supervisor sebagai
instrumen observasi untuk mendapatkan data dalam rangka mengambil langkah-
langkah atau prosedur supervisi. Oleh karena supervisor yang ditempatkan sebagai
instrumennya, maka supervisorlah yang membuat pemaknaan dan pembelajaran
yang sedang berlangsung.
Menurut Imron (2012:54-55) ciri-ciri pendekatan artistik dalam supervisi
pembelajaran, yaitu: (1) Menaruh perhatian terhadap karakter ekspresif tentang
peristiwa pembelajaran yang terjadi; (2) Memerlukan ahli seni dalam pendidikan,
yang dapat melihat suatu yang subtle (halus, lembut, dan untuk menjangkaunya
penuh dengan rasa) dalam pembelajaran; (3) Mengapresiasi setiap kontribusi unik
pada guru yang disupervisi terhadap pengembangan siswa; (4) Menaruh perhatian
pada kehidupan kelas secara keseluruhan; (5) Memerlukan hubungan yang baik dan
menyenangkan antara supervisor dan guru; (6) Memerlukan kemampuan
penggunaan bahasa yang dapat menggali potensi-potensi guru; (7) Memerlukan
kemampuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan setiap peristiwa
pembelajaran yang terjadi; (8) Menerima kenyataan bahwa supervisor dengan
segala kelebihan dan kekurangannya, kepekaanya dan pengalamanya merupakan
instrumen pokok.

5
Supervisi artistik dapat dikatakan sebagai antitesa terhadap supervisi ilmiah.
Supervisi ini bertolak dari pandangan bahwa mengajar, bukan semata-mata sebagai
science tapi juga merupakan suatu art. Dalam sudut pandang pendekatan artistik,
keberhasilan pembelajaran tidak dapat diukur dengan keberhasilan pembelajaran
yang lain yang berbeda pelakunya dan berbeda konteks nya.Sehingga pendekatan
artistik merekomendasikan agar supervisor turut mengamati, merasakan dan
mengapresiasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru, Oleh karena itu pendekatan
yang digunakan dalam meningkatkan kinerja mengajar guru juga harus
mempertimbangkan dimensi tersebut.
Berikut ini beberapa pendapat mengenai konsep dan pengertian supervisi :
Elliot W. Eisner (1982) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan
supervisi artistik, ialah pendekatan yang menekankan pada sensitivitas,
perceptivity, dan pengetahuan supervisor untuk mengapresiasi segala aspek yang
terjadi di kelas, dan kemudian menggunakan bahasa yang ekspresif, puitis serta ada
kalanya metaforik untuk mempengaruhi guru agar melakukan perubahan terhadap
apa yang telah diamati di dalam kelas. Dalam supervisi ini, instrumen utamanya
bukanlah alat ukur atau pedoman observasi, melainkan manusia itu sendiri yang
memiliki perasaan terhadap apa yang terjadi. Tujuan utama pendekatan ini adalah
untuk meningkatkan kualitas kehidupan (suasana) kependidikan di sekolah.
"An artistic approach to supervision would attend to the expressive character
of what teachers and students are doing, the meta messages contained in the
explicit actions they engage in. It would attempt to understand the kind of
experience that pupils and teachers have, and not simply describe or count the
behaviors they display. What the situation means to the other people who are in it
and how the actions within the situation convey or create such meaning are the
phenomena of interest in an artistic approach to supervision (Eisner1982:p. 62)."
Supervisi dengan pendekatan artistik menghadirkan karakter ekspresif tentang apa
yang dilakukan oleh para guru dan siswa, menampilkan satu pesan pembelajaran
yang sangat bermakna yang terkandung dalam tindakan eksplisit mereka yang
terlibat dalamnya. Pendekatan ini berupaya untuk memahami jenis pengalaman
yang siswa dan guru miliki, dan bukan hanya menggambarkan atau menghitung

6
perilaku yang mereka tampilkan juga Penyampaian tentang pemahaman arti kepada
orang-orang lain yang sedang di dalamnya dan bagaimana tindakan dalam situasi
menyampaikan atau menciptakan makna tersebut dalam proses pembelajaran
merupakan fenomena yang menarik dalam supervisi dengan pendekatan artistik
(Eisner:1982:p. 62). "
Selanjutnya kata artistik diselaraskan dengan musik. Seorang pendengar
musik yang baik bukan hanya mendengar tetapi menyimak musik tersebut.
Demikian juga dengan kerja seorang supervisor, ketika melihat seorang guru
mengajar, ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama adalah yang berkaitan
dengan karakter dan kualitas pengajaran sebagai suatu keseluruhan dan juga
berbagai macam bagian yang ada didalamnya. Hal kedua adalah bahwa setiap guru
mempunyai gaya dan kekuatan mereka sendiri. Seorang supervisor yang
berorientasi artistik mampu mengenali gaya tersebut dan akan membantu guru
tersebut mengembangkan gaya tersebut ke arah yang positif.
Pada hakikatnya pendekatan artistik dibagi menjadi dua konsep pemahaman
yaitu pemahaman melalui supervisi pembelajaran dengan pendekatan artistik dan
melalui observasi siapa saja yang terlibat dalam kegiatan supervisi tersebut.Adapun
definisi pendekatan artistik dalam supervisi pembelajaran adalah suatu pendekatan
yang menyadarkan pada kepekaan, persepsi dan pengetahuan supervisor sebagai
sarana untuk mengapresiasikan kejadian kejadian pembelajaran yang bersifat subtle
(halus) dan sangat bermakna didalam kelas.(Ali Imron:2011:51)
Pada Pemahaman observasi artistik melalui observasi siapa yang terlibat
pendekatan supervisi dimana supervisor mengobservasi situasi dan kondisi
pembelajaran secara utuh dan menyeluruh.sehingga dapat mengapresiasikan
karakteristik dan kualitas penampilan pembelajar secara utuh.
B. Model Supervisi Artistik
Model Supervisi artistik menurut Musrikah (2016:52) model supervisi artistik
menempatkan supervisor sebagai instrumen observasi dalam mencari data untuk
keperluan supervisi. Oleh karena itu supervisor sendiri yang ditempatkan sebagai
instrumennya, oleh karena itu supervisor yang membuat pelaksanan atas pengajaran
yang sedang berlangsung. Dalam supervisi  artistik pendidik dinilai tidak hanya

7
pada tingkat pengetahuannya (knowledge) saja, namun juga tingkat keterampilan
(skill) dan seni (art). Supervisi artistik bertolak dari pandangan bahwa mengajar,
bukan semata-mata sebagai pengetahuan (knowledge) tapi juga merupakan suatu
seni (art).
Supervisor yang mengembangkan model artistik akan memeperlihatkan
kinerjanya dalam menjalin relasi dengan guru-guru yang di bimbing untuk
memebentuk kinerja yang ada pada dirinya sehingga pendidik akan merasa di bina
dan bentuk kinerjanya, serta supervisor ajuga memberikan motivasi untuk terus
mengasah keterampilanya dalam meningkatkan passio. selain itu penidik juga
harus mau belajar mendengarkan perasaan orang lain, mengerti dan memahami
kondisi orang lain dengan segala problema-problema yang dihadapi, menerima dan
menghargai pendapat orang lain, dengan hal itu supervisor harus terus menerus
mengontrol dan mengawasi perkembangan kinerja pendidik. Dengan demikian
supervisi artistik juga dapat menyadarkan kepekaan, presepsi dan penegtahuan
dalam mengapresiasi dan menilai kejadian-kejadian pada proses pembelajaran.
Menurut Akbar (2015) seorang supervisor yang baik adalah seorang yang dapat
melakukan pendekatan untuk memberikan pembinaan dan pengembangan aspek-
aspek yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
Pendekatan artistik berupaya melihat pembelajaran dengan menjangkau latar
psikologi dan sosiologis pelakunya. Hal ini karena secara psikologis, manusia satu
berbeda dengan yang lain, sehingga menuntut perlakuan yang berbeda pula sesuai
dengan keragamannya. Instrumen-instrumen baku yang dikembangkan pada
pendekatan ilmiah, tidak mungkin dapat menggambarkan keseluruhan dari situasi
pembelajaran secara holistik dan komprehensif.

C. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Supervisi Artistik


Dalam pendekatan supervisi artistik ini tidak lepas dari adanya kelebihan dan
kerurangan. Kelebihan dari pendekatan supervisi artistik sendiri ialah terlihat dalam
melihat fenomena pengajaran dalam hal ini supervisor melihat secara teliti, cermat,
dan  di kaitkan dengan proses belajar dan pebelajaran. Guna mengetahu karektristik
pendidik dalam menyampaikan materi serta memebrikan apresiasi atau dorongan

8
dalam meningkatkan kinerja pendidik. Oleh sebab itu supervisor juga harus
memberikan pembinaan secara kerkala dan terus menerus. Apabila pembinannya
tidak dilakukan secara efektif akan terdapat kelemahan yang mana pendekatan
supervisi artistik ini tidak semua supervisor mampu mengapresiasikan fenomena
secara tepat, supervisor juga perlu memperhatikan waktu dan suasana dalam
melaksanakan supervisi artistik.

D. Implementasi Pendekatan Artistik dalam Supervisi Pembelajaran


Menurut Imron (2011:55) menyatakan bahwa seorang supervisor yang
menerapkan pendekatan artistik dalam melaksanakan supervisi pembelajaran,
diibaratkan sebagai seorang pelatih musik dan/atau seni yang berhadapan dengan
mereka yang sedang belajar atau mempersiapkan tampilan-tampilan seni atau
sebuah pertunjukan. Dengan demikian hanya mereka yang tahu seni sajalah yang
dapat melatih. Jadi, dapat dikatakan bahwa supervisor harus benar-benar mampu
melatih dan membina para guru agar kualitas pembelajaran yang dilakukan dapat
meningkat.
Menurut Hartono (2016) dalam pengajaran, guru dibedakan melalui gaya dan
kekuatan khususnya. Supervisor yang melakukan pendekatan artistik akan dapat
mengenali gaya guru yang memiliki gaya dan kekuatan khusus tersebut dan
berupaya membantu guru untuk mengeksploitasi dan menguatkan hal-hal yang
positif dalam dirinya. Oleh karena itu, kompetensi pengajaran maupun karakteristik
unik yang dimiliki guru harus dipersepsikan dan dihargai.
Pada sisi apresiasif, pendekatan artistik untuk supervisi berfungsi ganda yaitu
mencari apresiasi terhadap keseluruhan kualitas penampilan dan mencoba
mengaperesiasi karakter penampilan yang berbeda. Pendekatan ini bertujuan agar
dapat diketahui suatu keunikan dan perbedaan dari guru satu dengan yang lain.
Setelah ditemukan adanya nilai-nilai khusus atau unik maka supervisor harus
mampu menguatkan nilai-nilai tersebut agar dapat dijadikan sebagai salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Pendekatan artistik dalam supervisi memperhatikan karakter ekspresif dari
apa yang dilakukan guru dan siswa termasuk pesan-pesan yang berisi tindakan-

9
tindakan eksplisit yang mereka lakukan. Hal tersebut dapat dipahami dari
pengalaman yang dimiliki para siswa dan guru, dan tidak mudah untuk menjelaskan
dan merincikan tindakan-tindakan yang mereka lakukan. Sebuah kondisi memiliki
arti bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya serta bagaimana tindakan-tindakan
dalam suatu situasi tercipta atau memberi suatu arti. Hal ini tentunya merupakan
fenomena yang menarik yang dapat diamati melalui pendekatan artistik supervisi.
Imron (2011:55) menyatakan bahwa dalam pendekatan artistik, supervisor
haruslah tahu mengenai pembelajaran serta berpengalaman menjadi seorang
pengajar sehingga saat yang bersangkutan memberikan makna atas pembelajaran
yang sedang berlangsung maka tidak terjadi penyimpangan. Dalam melakukan
pendekatan artistik, Imron (2011:56) menjelaskan bahwa terdapat beberapa langkah
yang dapat digunakan oleh supervisor, yaitu:
1. Saat akan berangkat ke sekolah, supervisor tidak boleh memiliki pretensi
apapun tentang pembelajaran yang akan diamati. Dalam hal ini yang dimaksud
dengan tidak memiliki pretensi yaitu agar saat melakukan pengamatan
supervisor dapat memperoleh informasi secara lengkap dan benar-benar fokus
mengamati proses pembelajaran.
2. Supervisor mengadakan pengamatan terhadap guru yang sedang mengajar
secara cermat, teliti, utuh, menyeluruh serta berulang-ulang. Akan tetapi,
supervisor tidak boleh hanya terpaku terhadap hal-hal yang terjadi di dalam
kelas dan harus berani melihat hubungan atau keterkaitan antara fenomena di
dalam kelas maupun di luar sekolah.
3. Supervisor memberikan interpretasi atas hasil pengamatan secara formal agar
dapat lebih terfokus karena dilakukan setelah pembelajaran selesai. Meskipun
saat proses pengamatan berlangsung supervisor melakukan interpretasi terhadap
fenomena yang terjadi saat itu akan tetapi interpretasi ulang atau formal juga
perlu dilakukan agar dapat menyempurnakan interpretasi yang sudah dilakukan
saat pengamatan.
4.  Supervisor menyusun hasil interpretasinya dalam bentuk narasi yang nantinya
dapat dipahami oleh guru secara berulang-ulang. Narasi dibuat dengan maksud
untuk menggambarkan pembelajaran guru yang sesuai dengan kenyataan serta

10
dengan adanya narasi ini maka hasil interpretasi dapat ditangkap secara
keseluruhan.
5. Supervisor menyampaikan hasil interpretasi mengajar yang sudah dinarasikan
kepada guru baik secara lisan maupun tertulis. Penyampaian ini dapat dilakukan
secara tertulis maupun lisan. Di sini supervisor harus memberikan informasi
kepada guru bahwa hasil yang diberikan merupakan hasil apa adanya yang
terjadi saat proses pembelajaran berlangsung. Supervisor juga dapat
memberikan kritik-kritik ala kritik seni kepada guru agar guru dapat berbenah
diri untuk proses pembelajaran yang lebih baik ke depannya.
6. Balikan dari guru terhadap supervisi yang dilakukan oleh supervisor. Dalam
balikan ini, terdapat kemungkinan adanya semacam diskusi dan bisa juga tidak.
Supervisor dan guru saling mengemukakan visi masing-masing atas
pembelajaran yang berlangsung dan hal tersebut dapat menjadi salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

Tahapan pendekatan supervisi artistik Supervisor dapat mengaplikasikan


pendekatan artistik ini dengan beberapa langkah :
1. Pada saat akan melakukan observasi artistik supervisor tidak boleh punya
pretensi apapaun tentang pembelajaran yang akan di supervisi. Sehingga
gambaran pembelajaran baru dapat digambarkan setelah betul-betul
menyaksikan proses pembelajaran.
2. Mengadakan pengamatan terhadap guru yang mengajar dengan cermat, teliti,
utuh dan menyeluruh serta berulang-ulang dan tidak hanya terpaku pada situasi
didalam kelas namun harus berani melihat interelasi kehidupan kelas, sekolah
dan diluar kelas dan sekolah.
3. Memberikan interpretasi atas hasil pengamatan secara formal. dan dilakukan
saat pengamatan berlangsung pada kejadian-kejadian pembelajaran agar makna
yang dikandung dapat ditangkap
4. Menyusun Hasil interpretasi secara narasi yang menggambarkan pembelajaran
sesuai dengan kenyataan.dalam bentuk tulisan agar dapat dipahami oleh guru
secara berulang-ulang

11
5. Menyampaikan hasil interpretasi mengajar yang sudah dinarasikan kepada guru
yang dapat dilakukan secara tertulis atau lisan yang berisi kritik-kritik atas
pembelajaran dengan tidak memvonis guru namun sebagai refleksi atas hasil
pengamatan yang disampaikan dengan santun dan trik serta seni tersendiri
6. Balikan dari guru terhadap supervisi yang dilakukan oleh supervisor dalam
diskusi yang memungkinkan guru dan supervisor mengemukakan visi masing-
masing atas pembelajaran yang berlangsung.

E. Ciri-Ciri Pendekatan Supervisi Artistik


Pendekatan supervisi artistik dalam supervisi pengajaran ini memiliki
beberapa ciri yang diantaranya adalah
1.    Menaruh perhatian terhadap karakter ekspresiftentang peristiwa
pembelajaran yang terjadi. Pendekatan artistik tidak menyederhanakan
kejadian yang luas dan kompleks ia mengartikan kenyataan secara benar.
2.    Memerlukan ahli seni dalam pendidikan yang dapat melihat sesuatu
yangsubtle (halus, lembut dan untuk menjangkaunya perlu dengan rasa)
dalam pembelajaran. Karena sesuatu yang subtle tersebut mempengaruhi
individu dalam bertindak.
3.    Mengapresiasi setiap konstribusi unik para guru yang di supervisi terhadap
pengembangan siswa. Kritik yang di berikan oleh supervisor adalah sebagai
kritik seni, kritik musik, dan kritik film dan bukan kritik negatif. Kritik yang
di kemukakan sebagaimana kritik seni ini sangat bermanfaat bagi guru
dalam melaksanakan pembelajaran.
4.    Menaruh perhatian pada kehidupan kelas secara keseluruhan.
5.    Memerlukan hubungan yang baik dan menyenangkan antara supervisor dan
guru. Karena melalui hubungan yang baik dan menyenangkan ini suasana
dialogis dan akrab akan tercipta.
6.    Memerlukan kemampuan penggunan bahasa yang dapat menggali potensi-
potensi guru. Penguasaan ini diperlukan karena guru-guru yang berpotensi
adakalanya mengalami kesulitan dalam mengekspresikan potensinya.
Kesulitan yang terjadi bisa di sebabkan oleh hal-hal intern yang berasal dari

12
dirinya sendiri, atau sifat dari potensi tersebut yang sukar diekspresikan dan
bahkan bisa jadi di sebabkan oleh terbatasnya kemampuan bahasa yang
dimiliki untuk mengekspresikan serta terbatasnya medium-medium
ekspresi.
7.    Memerlukan kemampuan untuk mendiskripsikan dan menginterpretasikan
setiap peristiwa pembelajaran yang terjadi. Sebab, apa-apa yang signifikan
dalam pendidikan tidak dapat di tentukan sekedar melalui tes-tes statistik.
Tes statistik tidak dapat menangkap nilai dan makna, melainkan hanya dapat
berhubungan dengan hal-hal yang bersifat mungkin atau probabilitas saja.
8.    Menerima kenyataan bahwa supervisor dengan segala kelebihan dan
kekurangannya, kepekaan dan pengalamannya merupakan instrumen pokok.
Berarti, dialah yang memberikan makna atas segala kejadian pembelajaran
yang diamati.

13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu lembaga pendidikan atau organisasi harus ada supervisi atau kegiatan
monitoring seorang kepala sekolah untuk melakukan pengamatan kepada guru guna
mencapai tujuan dalam memperbaiki langkah yang salah dalam suatu pelaksanaan
kegiatan. Pelaksanaan supervisi bukan hanya sekedar kegiatan yang bertujuan
untuk mengetahui progress pekerjaan yang telah tercapai saja akan tetepai terdapat
bergai banyak cara pendektan dalam pelaksnan supervisi seperti pendektan
artistik. Pendekatan artistik berupaya melihat pembelajaran dengan menjangkau
latar psikologi dan sosiologis pelakunya. dalam memahami pembelajaran berusaha
menerobos keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh pendekatan ilmiah, maka
Pendekatan  supervisi artistik ini tidak lepas dari adanya kelebihan dan kekurangan.
Dengan demikian pendekatan artistik mencoba untuk menempatkan
supervisor sebagai instrumen observasi untuk mendapatkan data dalam rangka
mengambil langkah-langkah atau prosedur supervisi. Oleh karena itu, supervisor
yang ditempatkan sebagai instrumennya, maka supervisorlah yang membuat
pemaknaan dan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pendekatan artistik dalam
supervisi memperhatikan karakter ekspresif dari apa yang dilakukan guru dan siswa
termasuk pesan-pesan yang berisi tindakan-tindakan eksplisit yang mereka
lakukan. Oleh sebab itu, supervisor juga harus memebrikan pembinaan secara
kerkala dan terus menerus.
B. Saran
Kepala sekolah sebagai supervisor hendaknya senantiasa melakukan supervisi
terhadap guru khususnya dengan menggunakan pendekatan artistik dengan tujuan
meningkatkan kualitas pembelajaran guru ke depannya. Kepala sekolah juga
hendaknya mengamati segala aspek yang ada saat proses supervisi berlangsung
agar segala fenomena yang terjadi dapat ditangkap. Selain itu, supervisor juga
hendaknya memberikan hasil supervisi kepada guru yang bersangkutan agar guru
tersebut dapat melakukan evaluasi atau bisa juga melakukan evaluasi bersama.

14
Guru sebagai pihak yang disupervisi maka hendaknya mempersiapkan segala
hal yang sekiranya akan dilihat dan dinilai oleh supervisor meskipun dengan
menggunakan pendekatan artistik dimana supervisor sama sekali tidak memiliki
bayangan atau pretense mengenai apa yang akan disupervisi. Selain itu, setelah
adanya supervisi dan hasil dari supervisi tersebut diberikan kepada guru maka
hendaknya guru melakukan evaluasi diri sehingga ke depannya bisa memperbaiki
apa saja hal yang masih perlu dibenahi saat proses pembelajaran.
Saran yang penulis berikan kepada pembaca yaitu agar pembaca hendaknya
mencari sumber yang lain guna membandingkan dengan pembahasan yang penulis
susun serta mengoreksi bila terjadi kesalahan dalam pembuatan artikel ini.

15
DAFTAR RUJUKAN
Akbar, R. F. 2015. Model Supervisi Artistik - Religious Humanistik Kepala MTs Al
Kautsar Sidang Iso Mukti Kec. Rawajitu Utara Kab. Mesuji. Jurnal Quality.
3(1). 67-88. (Online).
Dari http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Quality/article/view/1174, diakses
tanggal 05 Mei 2021
Glickman, Carl D. Supervision and Instructional Leadership. Boston: Pearson Inc,
2010.
Hartono, M. 2016. Supervisi dengan Pendekatan Artistik pada Pembelajaran.
(Online). Dari https://pgsd.binus.ac.id/2016/12/26/supervisi-dengan-
pendekatan-artistik-pada-pembelajaran/), diakses 05 Mei 2021.

Imron, A. 2012. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: PT


Bumi Aksara.
Musrikah, S. 2016. Pengelolaan Supervisi Artistik Kepala Sekolah Dasar Negeri
1 Selojari Klambu Grobogan. Jurnal Varidika 28(1). (Online). Dari
https://onesearch.id/Record/IOS2094.article-2404) diakses tanggal 12
September 2019.

Sagala,Syaiful. Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010.

Sergiovanni,Thomas J. Supervision: Human Perspectives. New York: McGraw Hill,


1983.

Sergiovanni, T. J. 1991. The Principalship: a Reflective Practice Perpective. Boston:


Allyn and Bacon, Inc.
Sullivan, Susan. Supervision that Improves Teaching and Learning . California:Corwin,
2009.

Sunarto, W. 2013. Peningkatan Kulaitas Pembelajaran Guru Melalui Model Supervisi


Artistik dengan Strategi Focus Group Discussion (FGD). Jurnal Dinamika. 3(3).
424-431. (Online). Dari http://i-rpp.com/index.php/dinamika/article/view/72,
diakses tanggal 05 Mei 2021.

16

Anda mungkin juga menyukai