Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SUPERVISI ILMIAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Analisis Model dan Pendekatan Supervisi
Dosen Pengampu : Dr.H.M. Saleh, M.Pd

Oleh :
ATO WARTONI
NIM 2020111310071

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT karena hanya dengan Rahmat dan
HidayahNya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Supervisi Ilmiah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Analisis Model dan Pendekatan Supervisi yang diampu oleh Dr.H.M. Saleh, M.Pd.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, sehingga
penulis sangat mengaharapkan, masukan, saran dan kritik dari para pembaca untuk
penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan bermanfaat
dan memberikan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Aamiin

Paringin, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………. 1
BAB II PERMASALAHAN………………………………………………… 2
BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………. 4
A. Pendekatan Saintifik atau Ilmiah……………………………………….. 4
B. Supervisi Saintifik sebagai Bagian Pergerakan Manajemen Ilmiah.. … 6
C. Supervisi Saintifik sebagai Gambaran Hasil Penelitian dan Aplikasi Metode
Pemecahan Masalah………………………………............................. 7
D. Supervisi Saintifik Sebagai Ideologi Demokrasi……………………. 8
E. Masa Depan Supervisi Saintifik…………………………………… 9
F. Kesalahan-Kesalahan Dalam Supervisi Saintifik…………………… 11
G. Langkah-langkah Pelaksanaan Supervisi Ilmiah …………………… 14

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendekatan supervisi merupakan aspek penting yang harus dikaji dan
dipahami. Dengan memahami makna pendekatan supervisi, maka menjadikan
seorang supervisi akan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai seorang supervisor. Mengapa pemahaman tentang pendekatan perlu
disinggung terlebih dahulu sebelum membicarakan pemahaman pendekatan
supervisi saintifik. Hal ini menurut ppenulis karena orang sering terkaburkan atau
kacau dengan istilah-istilah seperti strategi, metode, teknik, cara, dan model.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003:246), pendekatan
berasal dari kata dekat yaitu proses, cara, perbuatan mendekati ... yang
dilakukannya, ancangan. Strategi (KBBI, 2003:1092), adalah ilmu atau seni
menggunakan semua sumber daya untuk melaksanakan sesuatu. Ilmu dan seni
menguasai perang (menguasai betul), rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran. Teknik (KBBI, 2003:1158) adalah pengetahuan dan
kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil ...., cara adalah
kepandaian membuat, atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan “seni”,
sedangkan metode (KBBI, 2003:740) adalah cara yang teratur digunakan untuk
melaksanakan sesuatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikendaki, atau
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu target guna
mencapai tujuan yang ditentukan.
Pendekatan adalah bagian penting yang dapat menyebabkan berhasil tidaknya
suatu kegiatan. Pendekatan supervisi sebagai titik tolak atau sudut pandang
terhadap proses supervisi, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode supervisi dengan cakupan teoritis tertentu.
Pendekatan dalam proses pelaksanaan supervisi pengajaran tentu akan
memperlancar ketercapaian tujuan supervisi yang akan dilaksanakan. Pada saat ini,
secara umum pendekatan yang berkembang dan digunakan dalam pelaksanaan

1
supervisi pengajaran ada tiga, yaitu: 1) pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah,
2) pendekatan artistik, dan 3) pendekatan klinik. Tentu saja diantara ketiga
pendekatan ini selain mempunyai keunggulan masing-masing, namun juga
memiliki kelemahan atau kritikan terhadap ketiganya.

2
BAB II
PERMASALAHAN
Sebagaimana tugas untuk makalah ini, pendekatan supervisi yang dibahas
dibatasi pada hanya pendekatan pendekatan ilmiah. Untuk membahas pendekatan ini,
penulis lebih mendasarkan dari karya John D. McNeil.

3
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Saintifik atau Ilmiah
Uraian tentang pendekatan saintifik dalam paparan ini didasarkan atas
pemikiran John D. McNeil. Adapun intisari dari pemikiran McNail sebagai berikut.
Supervisi saintifik dimulai dengan janji optimistis untuk mengantarkan lebih dari
wewenang untuk meningkatkan guru dan hasil belajar. Empat puluh tahun yang
lalu pada tahun 1960, supervisi saintifik sangat diremehkan bukan untuk
peningkatan pengajaran atau metode terbaik belajar siswa. Konsekuensi dan
perlawanan optimis dan peneliti profesional –perilaku ilmuan. Pengambilan
tanggung jawab untuk penelitian pengetahuan yang mana akan lebih efektif dan
supervisor akan lebih relevan dengan implementasi yang mereka temukan .sebuah
dukungan besar dari R and D dimaksudkan sebagai kekuatan dasar penelitian untuk
peningkatan efektivitas guru.
Bagaimanapun diawal tahun 1980, gejolak ini masih terlihat meragukan.
Perilaku peneliti diberi kritik dimana yang hanya memiliki pengaruh kecil pada apa
atau bagaimana siswa belajar atau, bisa saja hal yang buruk, bahwa pada penelitian
yang menguatkan hal ini tidak memadai sebagai tujuan dari pendidikan. Meskipun
demikian, penelitian sebagai fondasi untuk supervisi akan dilanjutkan sekalipun
pada arah yang berbeda: pengantar penelitian sebagai pembayaran dari sebuah
supervisi akan terus dilanjutkan dijalur yang berbeda: (a) penelitian teoritis untuk
menjelaskan apa yang terjadi di dalam kelas dan menemukan ide yang lebih baik
tentang efek dalam pengajaran, (b) Melakukan penelitian tindakan yang dilakukan
oleh praktisi dan peneliti bersama-sama mencoba untuk mengatasi permasalahan
disituasi partikel sekolah dan mencari prosedur pengajaran guru.
Ciri-ciri dari pendekatan ilmiahnya menurut Sahertian adalah kegiatan
supervisi dilaksanakan berdasarkan data obyektif yang diperoleh dalam kenyataan
pelaksanaan proses belajar mengaja. Menggunakan instrumen pengumpulan data
untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data seperti angket,
observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya. Setiap kegiatan supervise
dilaksanakan secara sistematis terencana dan berkesinambungan.

4
Guna meningkatkan dan mengupayakan perbaikan pembelajaran, maka
seorang supervisor yang menggunakan pendekatan ilmiah dapat melaksanakan tiga
hal, yaitu.
1.    Mengimplementasikan hasil temuan para peneliti.
2.    Bersama-sama dengan peneliti mengadakan penelitian di bidang
pembelajaran dan hal lain yang bersangkut paut dengannya.
3.    Menerapkan metode ilmiah dan mempunyai sikap ilmiah dalam menentukan
efektivitas pemebelajaran.
Jika para peneliti sudah banyak mendapatkan hasil keefektifan pembelajaran,
menemukan teori-teori yang sudah teruji kebenarannya, maka tugas guru beserta
supervisorlah untuk memanfaatkannya. Dengan demikian, kontribusi yang
diberikan oleh peneliti tersebut, mencapai sasarannya.
Supervisor juga mengadakan penelitian bersama-sama dengan peneliti di
bidang pembelajaran dan hal lain yang bersangkutpaut dengannya, karena dengan
demikian, ia akan mendapatkan pengalaman nyata dalam menentukan efektif
tidaknya pembelajaran. Dengan demikia, problema-problema pembelajaran di
sekolah dapat terpecahkan. Supervisor bersama-sama dengan peneliti dapat juga
meneliti prosedur-prosedur mengajar yang dilakukan oleh guru.
Tugas utama supervisi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah
adalah membantu guru dalam menyeleksi metode-metode mengajar dan
memperbarui kemampuan guru-guru dalam mengajarnya.
Dalam membantu guru menyeleksi metode mengajaar, supervisor terlebih
dahulu harus dapat menemukan prosedur mengajar yang paling baik, penampilan
mengajar yang paling baik. Baru setelah menemukan sendiri, ia akan dapat
membantu guru menemukan metode-metode yang dapat menjamin keberhasilan
siswa yang diajar secara maksimal.
Dalam membina guru-guru, supervisor terlebih dahulu mengidentifikasi
kekurangan-kekurangan mengajar guru, melalui pengukuran pengetahuan guru
tentang materi pelajaran, pengukuran pengetahuan guru tentang metodelogi
pembelajaran, dan pengukuran pengetahuan guru tentang proses pembelajaran.
Pengukuran juga dapat diaksentuasikan pada kemampuan guru dalam memandang

5
pembelajaran dari perspektif akademis dan sosial. Selain itu, pengukuran dapat juga
dilakukan atas kesabaran dan energi yang dimilki oleh guru.

B. Supervisi Saintifik sebagai Bagian Pergerakan Manajemen Ilmiah


Supervisi saintifik dipandang sebagai kegiatan supervisi yang dipengaruhi
oleh berkembangnya manajemen ilmiah dalam dunia industri. Menurut pandangan
ini, kekurang berhasilan guru dalam mengajar, harus dilihat dari segi kejelasan
pengaturan serta pedoman- pedoman kerja yang disusun untuk guru. Oleh karena
itu, melalui pendekatan ini, kegiatan mengajar harus dilandasi oleh penelitian, agar
dapat dilakukan perbaikan secara tepat. Dalam pendekatan ini supervisor dan guru
bersama-sama untuk mengadopsi sikap eksperimental, mencoba prosedur baru dan
mempelajari efek dari masing-masing alat yang baru diperkenalkan untuk
perbaikan sampai hasil yang memuaskan yang dicapai. Sebuah asumsi yang
mendasari adalah bahwa efisiensi guru akan ditingkatkan melalui bimbingan
seorang supervisor yang akan menerjemahkan tujuan sekolah ke dalam istilah yang
guru beradaptasikan dengan kurikulum dalam terang masyarakat dan faktor
individu, menganalisis pengajaran, dan menilai kualitas pengajaran dan efisiensi
hasil.
Sebagai bagian dari manajemen ilmiah, supervisi pengajaran yang
menggunakan pendekatan ilmiah ini dipandang dapat memberikan responsi atas
kekurangan dalam menilai efektifitas pengajaran, seperti:
         Kurang tegasnya dan kurang jelasnya standar yang dipergunakan untuk menilai
efektivitas pengajaran
         Sulitnya menentukan metode-metode yang paling baik
         Sulitnya menentukan guru mana yang mengajar dan melaksanakan tugas paling
baik
Tugas utama supervisi pengajaran dengan pendekatan ilmiah adalah
membantu guru dalam menyeleksi metode-metode mengajar dan memperbaharui
kemampuan guru dalam mengimplementasikannya. Dalam membantu guru dalam
hal menyeleksi metode pengajar, supervisor terlebih dahulu harus dapat
menemukan prosedur dan penampilan mengajar yang paling baik. Setelah

6
menemukan hal-hal tersebut, supervisor dapat membantu guru mengaplikasikan
metode yang dapat menjamin keberhasilan siswa secara maksimal.
Dalam memperbaharui guru, supervisor terlebih dahulu mengidentifikasi
kekurangan-kekurangan guru dalam mengajar melalui pengukuran pengetahuan
guru tentang materi pelajaran, pengetahuan guru tentang metode pengajaran,
pengetahuan guru tentang proses pengajaran, kemampuan guru dalam memandang
pengajaran dari perspektif akademis dan sosial, serta pengukuran terhadap
kesabaran dan energi yang dimiliki guru.

C. Supervisi Saintifik sebagai Gambaran Hasil Penelitian dan Aplikasi Metode


Pemecahan Masalah
Pada tahun 1930, kesulitan memisahkan antara supervisi saintifik dengan
studi ilmiah secara jelas. Data yang dihasilkan dari penyelidikan awal -
eksperimental dan statistik- bertujuan menghasilkan pengetahuan tentang metode
optimal untuk digunakan oleh para guru dianggap tidak memadai. Dengan
pendekatan saintifik ini supervisor menjadi akrab dengan berbagai penelitian
pendidikan dan menggunakan pengetahuan ini dalam, pelatihan peningkatan
penilaian, dan guru. Disaat saat awal kemunculan pendekatan ilmiah dalam
supervisi pengajaran, apa yang dilakukan oleh supervisor dalam melaksanakan
supervisi pengajaran adalah: 1) Memanfaatkan hasil-hasil penelitian, 2.
Menggunakan prosedur sebagaimana prosedur pada pendekatan ilmiah.
Dengan demikian, apa yang harus dilakukan oleh supervisor dalam
melaksanakan supervisi pengajaran, sulit memisahkan antara supervisi pengajaran
dengan penelitian pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, pada saat ini konsep
supervisi pengajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah berubah. John
Dewey mengemukakan bahwa tujuan supervisi pengajaran dengan menggunakan
pendekatan ilmiah sebagai berikut. 1. Membantu mengembangkan kemampuan
guru untuk memecahkan permasalahan kelas secara ilmiah, 2. Dalam membantu
mengembangkan kemampuan guru untuk memecahkan problema kelas secara
ilmiah tersebut, tidak boleh terpengaruh faktor tradisi dan diaktifkan oleh semangat
inquiri/penyelidikan.

7
Adapun kegiatan yang dilakukan oleh supervisor bersama-sama dengan guru
adalah melaksanakan eksperimentasi mengenai cara, prosedur-prosedur dan
metode-metode baru dalam mengajar dan melihat pengaruh cara-cara, prosedur-
prosedur dan metode-metode baru terhadap keefektifan pengajaran. Kegiatan
demikian dilakukan karena pendekatan ilmiah dalam supervisi pengajaran ini
dilandasi oleh suatu asumsi, bahwa suatu pengajaran akan meningkat efisiensinya
jika: 1) Supervisor mau membimbing guru menerjemahkan tujuan sekolah dengan
rumusan yang dapat dipahami oleh guru, 2) Supervisor mau membantu guru
menyesuaikan kurikulum dengan individual siswa dan lingkungan masyarakat
siswa, 3) Supervisor mau membantu guru menganalisis pengajaran, 4) Supervisor
mau menilai kualitas pengajaran guru, dan 5) Supervisor mau mengukur efisiensi
pengajaran yang dilakukan oleh guru.
D. Supervisi Saintifik Sebagai Ideologi Demokrasi
Supervisi ilmiah dipandang sebagai democratic ideology, maksudnya
bahwa setiap penilaian atau judgment terhadap baik buruknya seorang guru dalam
mengajar, harus didasarkan pada penelitian dan analisis statistik yang ditemukan
dalam action research terhadap problem pembelajaran yang dihadapi oleh guru.
Intinya supervisor dan guru harus mengumpulkan data yang cukup dan menarik
kesimpulan mengenai problem pengajaran yang dihadapi guru atas dasar data yang
dikumpulkan. Hal ini sebagai perwujudan terhadap ideologi demokrasi, di mana
seorang guru sangat dihargai keberadaannya, serta supervisor menilai tidak atas
dasar opini semata.
Sekitar tahun 1940, pada awal kejayaan supervisi pengajaran dengan
pendekatan ilmiah, supervisi lebih banyak mengarah dan dinafasi oleh politik.
Suasana politik pada waktu itu menjunjung prinsip-prinsip yang mengarah pada
demokrasi, partisipasi dan sosial. Oleh karena itu, bantuan supervisor terhadap guru
dalam mengaplikasikan metode dan sikap ilmiah, senantiasa ditempatkan dalam
kerangka prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dikembangkan. Ideologi demokrasi
yang berkembang pada saat itu dijadikan payung bagi kegiatan-kegiatan ilmiah.
Hipotesis yang diformulasikan dan diuji, action resaerch yang diimplementasikan,
desaign penelitian yang dibuat, semuanya dimaksudkan untuk memberi bukti atas

8
kebenaran ideologi demokrasi, yang berwujud diperlukannya partisipasi guru.
Riset-riset yang ada pada waktu itu menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan
demokratis di dalam kelas, terbukti lebih unggul dari pada gaya kepemimpinan
yang otoriter.
E. Masa Depan Supervisi Saintifik
Pandangan dalam supervisor Ilmiah sampai batas tertentu saat ini masih
relevan untuk diterapkan. Pandangan bahwa guru harus memiliki pedoman yang
baku dalam mengajar, perlu juga dipertimbangkan. Demikian pula pendapat bahwa
guru harus dibiasakan melakukan penelitian untuk memecahkan problem
mengajarnya secara ilmiah, dapat pula diadopsi. Pandangan terakhir tentunya harus
menjadi landasan sikap supervisor, di mana ia harus mengacu pada data yang
cukup untuk menilai dan membina guru.

a. Keterbatasan Pendekatan Saintifik Untuk Efektivitas Pengajaran


Penelitian ilmiah masa depan menjadi supervisi mungkin akan mengikuti
arah penelitian sosial pada umumnya. "Ini berarti bahwa supervisor ilmiah akan
dipandang sebagai satu di antara beberapa metode analisis untuk meningkatkan
instruksi Bentuk lain dari informasi dan analisis, didaerah, termasuk pengetahuan
biasa. supervisor dan guru, mungkin lebih efektif daripada hasil penyelidikan
ilmiah pengetahuan yang biasa tidak dimenangkan oleh metode ilmu pengetahuan
tetapi dengan akal sehat, empirisme, dan spekulasi bijaksana.. pengetahuan tersebut
sangat keliru, tetapi, bagaimanapun, pengetahuan untuk siapa saja yang mengambil
itu adalah dasar untuk bertindak.
b. Keterbatasan Kontribusi Penelitian Untuk Meningkatkan Pengajaran
Penelitian telah dibatasi dalam kontribusinya terhadap praktik mengajar
untuk sejumlah alasan:
1. Jumlah proposisi yang dihasilkan oleh pendekatan ilmiah kecil dibandingkan
dengan penilaian dan pedoman yang digunakan dalam mengajar.
2. Peneliti pengajaran memperbaiki pengetahuan biasa lebih dari yang mereka
menciptakan pengetahuan baru. 'Variabel baru ditemukan dapat berubah dari
waktu-tugas pada-, prasyarat untuk belajar, kesempatan siswa untuk

9
berpartisipasi, lingkungan rumah, guru para peneliti sikap terhadap anak-anak,
dan umpan balik korektif prosedur telah beredar sebagai bagian guru dan
supervisor' pengetahuan biasa untuk generasi.
3. Peneliti memperbaiki pengetahuan dalam mode yang sangat selektif. Hanya
beberapa proposisi dari pengetahuan biasa diuji oleh para peneliti, dan dari
jumlah ini hanya sedikit yang diberikan tingkat tinggi verifikasi.
4. Ada sedikit harapan bahwa penelitian akan membawa keotoritatifan untuk
supervisor. Penelitian ini tidak mencakup daerah seluruh masalah kelas. Juga,
banyak temuan ilmiah akan ditolak dengan alasan lain - ekonomi politik.
Selanjutnya, guru dan supervisor tidak akan setuju bahwa temuan apapun
cukup mapan untuk melayani sebagai kata akhir dari otoritas. Pengetahuan
yang paling otoritatif adalah yang telah dikonfirmasi oleh penelitian dan sesuai
dengan pengetahuan biasa guru.
5. Temuan ilmiah mengenai efektivitas pengajaran yang berbeda. Bila ada
pandangan berbeda - pujian dan kritik guru, ukuran kelas, struktur terbuka, nilai
bor, pilihan siswa, metode bersamaan dibandingkan transferensi dalam
pendidikan bilingual - maka supervisor dan guru mengambil hanya pandangan
yang konsisten dengan pengetahuan biasa mereka sebagai otoritatif dan
bertindak di atasnya. Pandangan lain ditolak dan dianggap sebagai salah
didefinisikan atau desain penelitian dan sampel dikatakan rusak.
c. Pilihan Arah Dalam Pendekatan Saintifik
Mengingat kurangnya keotoritatifan metode penelitian tentang pendidikan,
dan pengajaran yang efektif, bagaimana seharusnya itu diarahkan? Salah satu
pilihan adalah bagi para peneliti untuk meninggalkan mencari solusi praktis untuk
didefinisikan dengan baik masalah dan bukannya memperhatikan fungsi yang
menyenangkan pencerahan fundamental dari pikiran yang dicapai oleh orang-
orang seperti Dewey, Piaget, Chomsky, dan Freud.
Sebuah arah opsional kedua adalah bagi para peneliti untuk kembali ke
praktek awal penelitian tindakan dan membatasi diri untuk pertanyaan yang sangat
selektif, tetapi terbatas yang penting bagi komunitas lokal. Argumen untuk arah
ini adalah bahwa masalah pengajaran memerlukan berbagai pandangan dan

10
peserta, bukan hanya pemecahan masalah. Masalah interaktif pemecahan dari
penelitian tindakan adalah sebuah alternatif untuk memecahkan masalah,
pemahaman, pemikiran, atau analisis dari sudut pandang sumber pengetahuan
tertentu. Para peneliti menggunakan bentuk interaksi manusia untuk tujuan
mengurangi masalah memiliki keuntungan menerapkan pengetahuan serta
menemukannya.
Cara ketiga adalah untuk mengejar cita-cita eksperimen obyektif pada anak-
anak, mencoba untuk mengubah mereka dengan proses tersebut. Upaya tersebut
untuk meningkatkan ilmu pedagogi akan sulit karena melibatkan keterbelitan
dengan pertanyaan dari kedua ujungnya dan sarana. Ilmu-ilmu dari pedagogi yang
mana menarik, terutama psikologi, seringkali membatasi pertanyaan yang
dilakukan.
Cara keempat adalah untuk meningkatkan pengajaran melalui pencari fakta
penelitian, menambah pengetahuan tentang masalah mengajar: yang merupakan
berprestasi, non-berprestasi, di mana mereka, dan apa yang mereka miliki.
Meskipun pelaporan tampak tidak signifikan dibandingkan dengan dimensi lain
aksesi dari usaha ilmiah, peneliti memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi
dalam kegiatan ini daripada dalam mencapai generalisasi ilmiah. Selanjutnya,
ditemukan fakta-fakta yang dapat berkontribusi untuk memecahkan masalah
pengajaran.

F. Kesalahan-Kesalahan Dalam Supervisi Saintifik


Beberapa masalah telah tercipta karena memperlakukakn pengajaran secara
ilmiah dan karena mengimplikasikan supervisi sebagai manajemen ilmiah
pengajaran. Beberapa dari masalah tersebut adalah:
a. Kesalahan Perhitungan
Kesalahan perhitungan yang dilakukan dengan cara berusaha mempelajari
pengajaran menggunakan prosedur yang menyiratkan atau mengasumsikan
bahwa kejadian dalam tingkah laku pengajaran tertentu – struktur, pemberian
contoh, penguatan negative dan positif dan yang lainnya – semua mempunyai

11
bobot pedagogis yang sama dan bisa ditambahkan untuk mengamankan indek
dari kualitas mengajar.
Contohnya, lebih banyak siswa yang berinisiatif untuk bertanya lebih
bagus daripada guru yang berinisiatif bertanya; percakapan tak langsung lebih
baik daripada percakapan langsung. Apa yang diabaikan disini adalah kualitas
interaksi itu sendiri. Diskusi tidak selalu lebih baik daripada ceramah. Diskusi
yang diikuti oleh terlalu banyak siswa adalah sesuatu yang konyol sehingga
metode ceramah adalah brilian. Hal yang sebaliknya bisa juga terjadi. Hanya
mencatat kejadian-kajadian dan kemudian menambahkan skor tidaklah cukup,
yang lebih buruk lagi cara pengapresian yang salah terjadi dalam kelas tersebut.
b. Kesalahan Komposisi
Masih berkaitan dengan kesalahan perhitungan adalah kesalahan
komposisi yang berarti keseluruhan itu sama dengan jumlah total dari bagian-
bagian. Hal ini dilakukan ketika kualitas pengajaran ditentukan dengan cara
menghitung frekuensi tingkah laku guru pada sebuah variable dan kemudian
menambahkan jumlah skor yang diperoleh dari variable yang lain. Metode ini
menilai kualitas mengajar berdasarkan ada dan tidak adanya karakteristik yang
berbeda. Karenanya, satu observasi guru berisi 14 variabel karakteristik.
Masing-masing variable berisi 4 sampai 7 sub variable. Tiga orang observer
menilai guru tersebut berdasarkan sub variable dengan menggunakan skala nilai
7. nilai dari masing-masing sub variable kemudian ditambahkan ke masing-
masing variable dan nilai total muncul untuk masing-masing dari ke 7 variabel
utama tersebut. Pengajaran yang sangat bagus seharusnya ditunjukan oleh nilai
yang tinggi pada ke 7 variable utama.
Tetapi bagaimana jika seorang guru sangat bagus pada 3 variabel tetapi
lemah di 4 variabel lainnya? Tidak mungkinkah kesempurnaan dari ketiga
variable tersebut mengalahkan ke 4 variabel yang lain? Tuhan tidak pernah
menciptakan sesuatu tanpa ada kelemahannya. Seseorang tidak bisa begitu saja
menambahkan nilai semua bagian untuk mendapatkan jumlah total. Keseluruhan
itu kadang-kadang bernilai lebih dan kadang-kadang bernilai kurang dari jumlah
total bagian-bagiannya.

12
c. Kesalahan Konkretisasi
Kesalahan konkretisasi ini merupakan hasil dari tingkah laku yang
berpendapat bahwa hal utama dalam observasi adalah manifestasi tingkah laku
siswa. Di sini jelas bahwa bebrapa orang yang mempelajari pengajaran atau
yang men supervisi merupakan pembaca yang bonafide. Tingkah lakku adalah
hal utama dalam observasi, tetapi tingkah laku bukanlah satu-satunya hal utama
atau yang paling penting. Ketika kita mengobseravsi siswa atau guru kita tidak
ahanya melihat tingkah laku yang mereka tunjukkan tetapi juga arti dari
tingkahlaku tersebut dan kualitas pengalaman mereka. Bahkan istilah tingkah
laku di sini menjadi salah kaprah, karena istilah tersebut menyatakan bahwa
tindakan seseorang hanyalah merupakan gerakan badan, padahal seharusnya
padahal tingkahlaku merupakan kegiatan karena adanya motivasi, tujuan dan
aspirasi dan merupakan cerminan dari banyak hal. Manifestasi tingkahlaku
adalah, pada umumnya, sebuah petunjuk yang mana dari petunjuk tersebut kita
dapat membangun arti secara imajinatif. Memahami apa yang kita temui
memberikan lebih banyak arti daripada hanya mencatat kejadiannya. Karenanya,
kesalahan kekongkritan menyebabkan mengabaikan apa yang tidak bisa kita
lihat.
d. Kesalahan Urus
Kesalahan urus adalah masalah yang muncul pada penggunaan
pendekatan ilmiah untuk mengajari pengajaran dan melakukan supervisi. Hal ini
dikarenakan kecenderungan untuk mengabaikan proses kehidupan pendidikan
pada saat proses tersebut diperlihatkan di kelas dan di sekolah. Selama bertahun-
tahun paradigma penelitian ilmu pengetahuan sosial dalam praktek pendidikan
adalah eksperimen klasik. Yang dicari adalah pengisolasian variabel yang
membuat perbedaan signifikan pada hasil siswa. Untuk dapat menemukan
variabel ini dan menentukan kontribusi variabel tersebut terhadap belajar
mengajar dianggap sebagai metode yang paling berat.

13
G. Langkah-langkah Pelaksanaan Supervisi Ilmiah
Langkah-langkah proses teknik supervisi pertemuan ilmiah adalah:
1. Mula-mula ada gagasan untuk mengadakan supervisi pertemuan ilmiah.
Gagasan itu biasanya muncul dari supervisor.
2.   Rancangan supervisi dibuat lengkap dengan materi yang akan dibahas, para
guru yang akan diundang, dan supervisor-supervisor yang akan dilibatkan.
3.   Ada persiapan pertemuan, bila perlu ada panitia penyelenggara.
4. Tempat pertemuan dan waktu serta jadwal pertemuan ditentukan.
5.  Surat undangan lengkap dengan tujuan, tempat, dan waktu dikirim kepada
guru-guru dan para supervisor.
6.  Proses supervisi dimulai dengan ceramah-ceramah oleh ahli atau supervisor
tetntang sesuatu yang baru atau cara-cara pemecahan suatu masalah. Ceramah
diikuti oleh Tanya jawab. Bila perlu dibentuk seksi-seksi yang membahas dan
mendiskusikan bagian-bagian dari apa yang diceramahkan. Proses supervisi
berakhir dengan simpulan yang dibuat bersama.
Guru-guru yang diutus mengikuti supervisi di atas, setelah kembali ke
tempatnya masing-masing pada umunya diminta untuk menyampaikan hal-hal yang
didapat dalam supervisi di atas kepada teman-teman guru yang lain. 

14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemikiran McNeil lebih memfokuskan pada pendekatan supervisi saintifik..
McNeil, sebagai seorang profesor pendidikan dari Universitas California lebih
mendepankan pendekatan saintifik dalam supervisi pengajaran. Pendekatan
saintifik menekankan pada upaya efektivitas pengajaran dan memandang
pengajaran sebagai ilmu, untuk itu perbaikan pengajaran perlu dilakukan dengan
menggunakan metode-metode ilmiah.
B. Saran
Beberapa masalah yang telah tercipta karena memperlakukakn pengajaran
secara ilmiah dan karena mengimplikasikan supervisi sebagai manajemen ilmiah
pengajaran hendaknya dihindari agar pendekatan supervisi ilmiah ini dapat
maksimal sehingga tujuan supervisi dapat tercapai.

15
DAFTAR RUJUKAN

Checkland, P.B.,1993. Systems Thinking, Systems Practice. John Wiley, New York.

Glickman, C. D. 1981 . Developmental Supervision: Alternative for Helping Teachers


Improve Instructions. Alexandria : Association for Supervision and Curriculum
Development.

Hunter, Madeline. 1979. “Teaching Is Decision Making.” Educational Leadership 37

Mantja. 2000. Bahan Ajar Model Pembinaan/Supervisi Pengajaran. Malang: Program


Pasca Sarjana.

Maryono. 2011. Dasar-dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan.


Yogyakarta:Arruz Media.

Masaong, Abd. Kadim. 2013. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas


Guru. Jakarta: Alfabeta.

McNeil, John D. 1982. A Scientific Approach to Supervision. Dalam Thomas J.


Sergiovanni, 1982. Supervision of Teaching. Washington: ASCD.

Neagley, R.L. and Evans, N.D. (1980). Handbook for Effective Supervision of
Instruction. Eng leys wood cliff. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.

Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan.


Jakarta:Rineka Cipta.

Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Profesional. Bandung: Alfabeta.

Wiles, K., dan Lovell, J, T. 1987. Supervision for Better Schools. New York: Prentice
Hall,Inc.

           

16

Anda mungkin juga menyukai