Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SUPERVISI ILMIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Analisis Model dan Pendekatan Supervisi

Dosen Pengampu : Dr.H.M. Saleh, M.Pd

Oleh :

DHEA MAULIDA

NIM 2020111320040

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan atas berkat Rahmat dan Karunia
Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah
ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas pada mata kuliah
Analisis Model dan Pendekatan Supervisi yang diampu oleh Dr.H.M. Saleh, M.Pd.
Adapun makalah ini berjudul “Supervisi Ilmiah” semoga dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.
Dalam penyusunan makalah ini pasti banyak ditemui kelemahan – kelemahan
sehingga penulis sangat mengharapkan masukan-masukan untuk perbaikan makalah
selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Banjarmasin, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………. 1
BAB II PERMASALAHAN………………………………………………… 3
BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………. 4
A. Supervisi Ilmiah………………………………………………………. 4
B. Supervisi Pengajaran bersifat Ilmiah………………………………. 5
C. Kedudukan Supervisi Ilmiah Dalam Pengajaran…………………. 7
D. Penelitian Ilmiah Oleh Supervisor…………………………………. 10
E. Masa Depan Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah………….. 11
F. Kelebihan dan Kekurangan Supervisi Pembelajaran dengan Pendekatan
Ilmiah ……………………………………………………………. 13

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang


Di zaman sekarang ini masih banyak permasalahan yang terjadi dalam prosen
pembelajaran. Kurangnya pemahaman dari guru untuk melakukan pembelajaran
agar siswa bisa maksimal dalam memahami maksud dari suatu pembelajaran yang
telah dilakukan.
Kimball Wiles (1967) mengatakan bahwa Konsep supervisi modern
dirumuskan sebagai berikut : “Supervision is assistance in the development of a
better teaching learning situation”. Kimball Wiles beranggapan bahwa faktor
manusia yg memiliki kecakapan (skill) sangat penting untuk menciptakan suasana
belajar mengajar yang lebih baik.
(Wilem Mantja,2007) Mengatakan bahwa, supervisi diartikan sebagai
kegiatan supervisor (jabatan resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar
mengajar (PBM). Ada dua tujuan (tujuan ganda) yang harus diwujudkan oleh
supervisi, yaitu; perbaikan (guru murid) dan peningkatan mutu pendidikan. Willem
Mantja memandang supervisi sebagai kegiatan untuk perbaikan (guru murid) dan
peningkatan mutu pendidikan.
Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran (Neagly & Evans,
1980; Oliva, 1984; Hoy & Forsyth, 1986; Wiles dan Bondi, 1986; Glickman, 1981).
Tujuan umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan
kepada guru dan staf agar personil  tersebut mampu meningkatkan kwalitas
kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Pelaksanaan supervisi pendidikan berkembang melalui pendekatan-
pendekatan yang memiliki pijakan ilmu tertentu. Perkembangan pendekatan
supervisi pendidikan seiring dengan perkembangan ilmu manajemen. Pendekatan
yang dimaksud yaitu ilmiah, artistik, dan klinis (Sergiovanni, 1991). Disamping itu
ada juga pendekatan yang bertitik tolak pada pada psikologi belajar, yaitu psikologi
humanistik, kognitif, dan behavioral.Pendekatan yang muncul yaitu non direktif,
kolaboratif, dan direktif (Glickman, 1981).

1
Dalam pendekatan ilmiah disini terdapat juga penelitian kefektifan guru.
Pengafektifan yang dilakukan akan berdampak pada input siswa secara maksimal.
Pendekatan ini dilakukan dengan cara melakukan penelitian oleh peneliti dan juga
supervisor dengan tata cara penelitian sesungguhnya. Yang nantinya hasil
penelitian tersebut dapat menjadi salah satu cara untuk memecahkan masalah dalam
pembelajaran.

2
BAB II
PERMASALAHAN
Adapun permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah bagaimana
posisi pendekatan ilmiah dalam supervisi pengajaran.

3
BAB III
PEMBAHASAN
A. Supervisi Ilmiah
Supervisi ilmiah sebagai sebuah model dalam supervise pendidikan dapat
digunakan oleh supervisor untuk menjaring informasi atau data dan menilai kinerja
kepala sekolah dan guru dengan cara menyebarkan angket.
Menurut Cholid Narbuko (6:2007), untuk dapat berpikir ilmiah maka akan
melalui tiga tahap, yaitu:
1. Skeptik Adalah upaya untuk selalu menanyakan bukti-bukti atau fakta-fakta
terhadap setiap pernyataan.
2. Analitik
Adalah kegiatan untuk selalu menimbang-nimbang setiap permasalahan yang
dihadapinya, mana yang relevan, mana yang menjadi masalah utama, dan
sebagainya.
3. Kritik
Adalah berupaya untuk mengembangkan kemampuan menimbangnya selalu
objektif. Untuk ini maka dituntut agar data dan pola berpikirnya selalu logis.

Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


a.    Dilaksanakan secara berencana dan kontinu.
b.   Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.
c.    Menggunakan instrumen pengumpulan data.
d.   Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.
Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau checklist lalu para
siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di
kelas. Hasil penelitian diberikan kepada guru-guru sebagai balikan terhadap
penampilan mengajar guru pada cawu atau semester yang lalu. Data ini tidak
berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan perbaikan. Penggunaan alat
perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil
perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan
supervisi yang lebih manusiawi.

4
Menurut (Checkland 1993), berdasarkan sejarah perkembangan ilmu,
didapatkan tiga karakteristik utama dari pendekatan ilmiah, yaitu:
1. Reductionism
Reductionism adalah pendekatan yang mereduksi kompleksitas permasalahan
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga dapat dengan mudah diamati
dan diteliti. Pendekatan analitikal adalah nama lain dari reductionism, yaitu
mencoba untuk mencari unsur-unsur yang menjelaskan fenomena tersebut
dengan hukum sebab akibat. Asumsi dari reductionism ini adalah bahwa
fenomena keseluruhan dapat dijelaskan dengan mengetahui fenomena dari
unsur-unsurnya. Ada satu istilah yang sering digunakan dalam hal ini, yaitu
keseluruhan adalah merupakan hasil penjumlahan dari unsur-unsurnya. Oleh
karena itu, berpikir linier adalah juga merupakan nama lain dari reductionism.
2. Repeatability
Repeatability yaitu suatu pengetahuan disebut ilmu, bila pengetahuan tersebut
dapat dibuktikan dengan mengulang eksperimen atau penelitian yang dilakukan
oleh orang lain di tempat dan waktu yang berbeda. Sifat ini akan menghasilkan
suatu pengetahuan yang bebas dari subjektifitas, emosi, dan kepentingan. Ini
didasarkan pada pemahaman bahwa ilmu adalah pengetahuan milik umum,
sehingga setiap orang yang berkepentingan harus dapat memeriksa
kebenarannya dengan mengulangi eksperimen atau penelitian yang dilakukan.
3. Refutation
Sifat ini mensyaratkan bahwa suatu ilmu harus memuat informasi yang dapat
ditolak kebenarannya oleh orang lain. Suatu pernyataan bahwa besok mungkin
hujan atau pun tidak, memuat informasi yang tidak layak untuk disebut ilmu,
karena tidak dapat ditolak. Ilmu adalah pengetahuan yang memiliki risiko untuk
ditolak, sehingga ilmu adalah pengetahuan yang dapat berkembang. Sebagai
contoh, teori Newton ditolak oleh Eisntein sehingga menghasilkan teori baru
tentang relativitas.
B. Supervisi Pengajaran bersifat Ilmiah
Menurut (Burhanuddin, dkk. 2007) Ada 3 pendekatan dalam supervisi
pengajaran. Pertama, pendekatan ilmiah, yang merupakan warisan era kejayaan

5
gerakan manajemen ilmiah. Kedua, pendekatan artistik, yang merupakan wujud
jawaban atas ketidakpuasan terhadap pendekatan ilmiah di atas. Ketiga, pendekatan
klinik, yang diangkat dari model hubungan dokter pasien, sehingga didalamnya
terdapat diagnosis-terapi dalam melaksanakan supervisi pengajaran. Ketiga
pendekatan tersebut, diaksentuasikan pada supervisi pengajaran khususnya dalam
proses belajar mengajar. Sehingga dalam literatur aslinya, supervisi pengajaran
yang demikian ini dikenal juga dengan supervisi pengajaran. Ketiga pendekatan
tadi, di samping mempunyai kelebihan tersendiri, tidak lepas dari kritik-kritik.
Pendekatan ilmiah dalam supervisi pengajaran ini terkait erat dengan
pengupayaan efektifitas pengajaran. Dalam pandangan pendekatan ilmiah ini,
pengajaran dipandang sebagai ilmu atau science. Oleh karena pengajaran dipandang
sebagai science maka perbaikan pengajaran dapat dilakukan dengan menggunakan
metode-metode ilmiah. Sementara itu, ciri utama science adalah rasional dan
empirik.
Guna meningkatkan dan mengupayakan perbaikan pengajaran, maka seorang
supervisor  guru yang menggunakan pendekatan ilmiah dapat melaksanakan tiga
hal yaitu:
1. Mengimplementasikan hasil temuan para peneliti.
2. Bersama-sama dengan peneliti mengadakan penelitian di bidang pengajaran dan
hal lain yang bersangkutpaut dengannya.
3. Menerapkan metode ilmiah dan mempunyai sikap ilmiah dalam menentukan
efektifitas pengajaran.

Mengapa supervisor guru perlu mengimplementasikan hasil-hasil penelitian


atau temuan para peneliti? Sebab, dari temuan para peneliti tersebut akan diketahui,
mana pengajaran yang efektif dan mana pengajaran yang senantiasa teruji, baik
sebagai pemuat atas teori-teori pengajaran yang selama ini ada. Jika para peneliti
telah menemukan banyak hal mengenai keefektifan pengajaran, menemukan terori-
teori yang sudah teruji kebenarannya, maka tugas guru beserta supervisorlah untuk
memanfaatkannya. Dengan demikian, kontribusi yang diberikan oleh peneliti
tersebut, mencapai sasarannya. Tidak hanya itu, pengajaran yang dilakukan oleh

6
guru juga dibangun di atas teori yang secara empirik telah teruji berkali-kali dan
meyakinkan.
Supervisor guru juga mengadakan penelitian bersama-sama dengan peneliti di
bidang pengajaran dan hal lain yang bersangkutpaut dnegannya karena dengan
demikian, ia akan mendapatkan pengalaman nyata dalam menentukan efektif
tidaknya pengajaran. Action research harus dilakukan oleh supervisor bersama-
sama peneliti. Dengan demikian, problem-peoblema pengajaran di sekolah dapat
terpecahkan. Supervisor bersama-sama dengan peneliti dapat juga meneliti
prosedur-prosedur mengajar yang dilakukan oleh guru.
Dalam melaksanakan supervisi pengajaran, supervisor perlu juga menerapkan
prosedur-prosedur sebagaimana dalam metode ilmiah. Supervisor perlu
merumuskan masalah berdasarkan kerangka teori pengajaran, menyusun hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis data dengan menggunakan teknik analisis yang
relevan, menguji hipotesis dan akhirnya menarik kesimpulan. Dengan menerapkan
prosedur-prosedur demikian, maka supervisor akan mendapatkan gambaran yang
mengenai pengajaran yang dilakukan oleh guru bersama dengan siswanya.
Dalam menerapkan prosedur-prosedur sebagaimnan dalam metode ilmiah,
perlu ada sikap ilmiah dari supervisor. Sikap ilmiah tersebut, antara lain adalah:
jernih dalam memandang persoalan tanpa ada pertensi, menjaga jarak dengan hal
yang diamati, objektif serta menggunakan kerangka-kerangka yang diakui dalam
pendekatan ilmiah.
C. Kedudukan Supervisi Ilmiah Dalam Pengajaran
Posisi pendekatan ilmiah dalam supervisi pengajaran dapat dipilih menjadi
tiga. Pertama, supervisi pengajaran dengan pendekatan ilmiah dapat dipandang
sebagai bagian dari gerakan manajemen ilmiah. Kedua, supervisi pengajaran
dengan pendekatan ilmiah dapat dipandang sebagai gambaram hasil penelitian dan
aplikasi metode pemecahan masalah. Ketiga, supervisi pengajaran dengan
pendekatan dapat dipandang sebagai bagian dari ideologi demokrasi.
1. Sebagai bagian dari Manajemen Ilmiah
Sebagai bagian manajemen ilmiah, supervisi pengajaran yang
menggunakan pendekatan ilmiah ini dipandang dapat memberikan responsi atas

7
kekurangan-kekurangan dalam menilai efektifitas pengajaran. Kekurangan
tersebut, bisa berupa:
a) Kurang tegasnya dan kurang jelasnya standar-standar yang dipergunakan
untuk menilai efektif tidaknya pengajaran dewasa ini.
b) Sulitnya menentukan metode-metode paling baik.
c) Sulitnya menentukan guru mana yang mengajar dan melaksanakan tugas
paling baik.
Oleh karena itu tugas utama supervisi pengajaran dengan menggunakan
pendekatan ilmiah adalah membantu guru dalam menyeleksi metode-metode
mengajar dan memperbaharui kemampuan guru-guru dalam mengajarnya.
Dalam membantu guru menyeleksi metode mengajar, supervisor terlebih dahulu
harus dapat menemukan prosedur mengajar yang paling baik, penampilan
mengajar yang paling baik. Baru setelah menemukan sendiri, ia akan dapat
membantu guru menemukan metode-metode yang dapat menjamin keberhasilan
siswa yang diajar secara maksimal.
Dalam memperbaharui guru-guru, supervisor terlebih dahulu
mengidentifikasi kekuranga-kekurangan mengajar guru, melalui pengukuran
pengetahuan guru tentang materi pelajaran, pengukuran pengetahuan guru
tentang metodologi pengajaran, dan pengukuran pengetahuan guru tentang
proses pengajaran. Pengukuran juga dapat diaksentiasikan pada kemampuan
guru dalam memandang pengajaran dari perspektif akademis dan sosial. Selain
itu, pengukuran dapat juga dilakukan atas kesabaran dan energi yang dimiliki
oleh guru.
2. Sebagai Gambaran Hasil Penelitian dan Aplikasi Metode Pemecahan Masalah
Di saat-saat awal kemunculan pendekatan ilmiah dalam supervisi
pengajaran, apa yang dilakukan oleh supervisor dalam supervisi pengajaran, apa
yang dilakukan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi pengajaran
adalah sebagai berikut:
a) Memanfaatkan hasil-hasil penelitian.
b) Menggunakan prosedur sebagaimana prosedur pada pendekatan ilmiah.

8
Oleh karena demikian apa yang harus dilakukan oleh supervisor dalam
melaksanakan supervisi pengajaran, maka sulit memisahkan antara supervisi
pengajaran dengan penelitian pendidikan itu sendiri. Oleh karena itulah, maka
pada saat ini konsep supervisi pengajaran dengan menggunakan pendekatan
ilmiah berubah.John Dewey mengemukakan bahwa tujuan supervisi pengajaran
dengan menggunakan pendekatan ilmiah adalah sebagai berikut:
a) Membantu mengembangkan kemampuan guru untuk memecahkan
problema kelas secara ilmiah.
b) Dalam membantu mengembangkan kemampuan guru untuk memecahkan
problema kelas secara ilmiah tersebut, tidak boleh terpengaruh oleh
faktor tradisi dan diaktifkan oleh semangat inquirif.
Adapun kegiatan yang dilakukan oleh supervisor bersama-sama dengan
guru adalah:
a) Melaksanakan  eksperimentasi mengenai cara, prosedur-prosedur dan
metode-metode baru dalam mengajar.
b) Melihat pengaruh cara-cara, prosedur-prosedur dan metode-metode baru
terhadap keefektifan pengajaran.
Kegiatan demikian dilakukan, karena pendekatan ilmiah dalam supervisi
pengajaran ini dilandasi oleh suatu asumsi, bahwa satu pengajaran akan
meningkat efisiensinya manakala:
1. Supervisor mau membimbing guru menerjemahkan tujuan sekolah
dengan rumusan yang dapat dipahami oleh guru.
2. Supervisor mau membantu guru menyesuaikan kurikulum dengan
individualitis siswa dan lingkungan masyarakat siswa.
3. Supervisor mau membantu guru menganalisis pengajaran.
4. Supervisor mau menilai kualitas pengajaran guru.
5. Supervisor mau mengukur efisiensi pengajaran yang dilakukan oleh guru.
6. Sebagai bagian dari Ideologi Demokrasi
Di awal-awal kejayaan pendekatan ilmiah dalam supervisi, ialah sekitar
tahun 1940, supervisi pengajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah lebih
banyak mengarah dan dinafasi oleh suasana politik pada waktu itu. Suasana

9
politik pada waktu itu, menjunjung prinsip-prinsip yang diasosiasikan dan
mengarah pada demokrasi, partisipasi, respek sosial serta membutuhkan
dukungan dari guru dan masyarakat, khususnya dalam usaha mencapai tujuan.
Oleh karena itu, bantuan supervisor terhadap guru, dalam mengaplikasikan
metode dan sikap ilmiah, senantiasa ditempatkan dalam kerangka prinsip-prinsip
dan nilai-nilaiyang dikembangkan tersebut. Ideologi demokrasi yang
berkembang saat itu, dijadikan sebagai payung bagi kegiatan-kegiatan ilmiah,
penelitian-penelitian ilmiah. Hipotesis-hipotesis yang diformulasikan dan diuji,
action research yang dilakukan disain penelitian yang dibuat, semuanya
dimaksudkan untuk memberi bukti atas kebenaran ideologi demokrasi, yang
antara  lain berwujud: diperlukannya partisipasi guru.
Riset-riset yang ada pada waktu itu antara lain menyimpulakan, bahwa
gaya kepemimpinan demokratis di dalam kelas, ternyata ditemukan lebih unggul
dari pada gaya kepemimpinan demokratis yang laisez faire dan gaya
kepemimpinan yang otoriter. Meskipun cara eksperimentasi yang dilakukan
tersebut mungkin salah.
D. Penelitian Ilmiah Oleh Supervisor
Pada tahun 1960, para supervisor tidak lagi bersama-sama dengan guru dalam
melaksanakan penelitian tindakan. Para peneliti tindakan banyak mendapatkan
kritik karena dinilai gagal dalam menggunakan metode kuantitatif dan dinilai gagal
secara konseptual dalam memecahkan masalah. Ilmu pendidikan tidak berhasil
menyatukan para guru dalam kelompok disiplin ilmu yang mandiri. Penelitian
pengajaran, waktu itu justru banyak dilakukan oleh para peneliti profesional, dan
tidak lagi dilakukan oleh guru dan supervisornya.
Buku Handbook of Research on Teaching yang terbit tahun 1963
memberikan informasi tentang adanya penelitian behavioral di kelas dalam
kaitannya dengan ilmu metodologis dalam kaitannta dengan pelaksanaan penelitian
behavioral  di kelas dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan behavioral. Isi buku
ini menekankan pada segi metodologis dalam kaitannya dengan pelaksanaan
penelitian di bidang pengajaran, yang meliputi: teori-teori, paradigma, statik, dan
disain eksperimental pengajaran.

10
A.S Barr dalam Journal of Experimental Education menyimpulkan, bahwa
riset yang berhubungan dengan pengukuran dan peramalan keefektifan guru masih
sedikit dilakukan. Selama hampir 40 tahun sebagai direktur supervisor guru di
sekolah, ia menerapkan pendekatan ilmiah dalam pengajaran. Di bawah
pengarahannya, guru-guru, supervisor guru dan sekitar 70 calon doktor
melaksanakan riset mengenai keefektifan pengajaran. Diantara masalah-masalah
yang ditemui, yang dipandang sebagai masalah utama adalah perlunya penegasan
mengenai kriteria penilaian terhadap guru. Oleh karena itu, merupakan yang
meneliti pada waktu ini, ada yang meninjau dari segi prasyarat personal, tingkah
laku guru-guru siswa, pengetahuan dasar, sikap dan ketrampilannya, ada juga yang
meninjau langsung ke hasilnya.
Permasalahan lain yang muncul adalah: sulit memisahkan pengaruh-pengaruh
rumah, teman sejawat dan lingkungan guru yang lain. Selain masalah sulitnya
menghubungkan pengajaran spesifik dengan tujuan yang lebih luas. Barr juga
menyimpulkan, yang sangat penting diperhatikan dalam menentukan keefektifan
pengajaran, tidak saja menyangkut guru, murid dan situasi, melainkan interaksi di
antara ketiganya untuk setiap saat.
E. Masa Depan Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Salah satu penyebab mengapa amerika Serikat mencapai puncak supremasi
diberbagai bidang kehidupan adalah karena pesatnya perkembangan ilomu
pengetahuan dan teknologi disana. Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi
demikian adalah sebagai akibat dari adanya kebebasan yang besar dalam
mengadakan penelitian dan menggencarkan kritik. Selain adanya optimism yang
luar biasa dalam karakter masyarakat Amerika.
Rasa optimism masyarakat Amerika serta besarnya keyakinan bahwa segala
sesuatu itu mesti dapat diselesaikan, kemudian menempatkan pendekatan ilmiah
pada posisi strategic. Hal demikian, juga mengimbas ke supervisi pembelajaran di
sekolah, yang akhirnya juga menggunakan pendekatan ilmiah. Guru-guru yang
mengajarpun harus menggunakan pendekatan ilmiah, danmenggunakan prosedur-
prosedur sebagaimana dalam pendekatan ilmiah. Demekian juga supervisor dan
gurunya.

11
Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
demikian  pesat, supervisi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah
juga diestimisi mempunyai masa depan yang optimistic. Dalam kerangka
pendekatan demikian, manusia mengadakan penelitian, dan bebas mengkaji secara
kritis terhadap lingkungannya. Atas kajian kritis terhadap lingkungan, manusia
akan dapat memecahkan masalahnya sendiri. Di dunia pendidikan, dengan
menggunakan pendekatan ilmiah demikian, akan mudah ditentukan mana guru
yang mengajarnya efektif dan mana yang tidak.atas dasar itu supervisor dapat
mengambil langkah-langkah supervisi dengan meningkatatkan keefektifan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Meskipun demikian, pendekatan ilmiah tidak akan bebas dari kritik. Sebab,
dalam realitasnya, masih banyak faktor lain mempengaruhi keefektifan belajar,
tetapi masih belum dapat ditangkap pendekatan ilmiah. Misalnya saja, pengetahuan
yang telah mapan dan diyakini oleh guru dan supervisor yang untuk mengetahuinya
hanya dapat dilakukan dengan  common sense, pemaham hal-hal yang besifat
empirik dan pemikiran spekulatif. Dengan demikian, tanpa mengecilkan kontribusi
yang diberikan, pendekatan ilmiah hanyalah salah satu cara untuk menetapkan
efektif  tidaknya pembelajaran.
Berikut adalah keterbatasan-keterbatasan dan riset ilmiah dalam memberikan
kontribusi terhadap pengembangan pembelajaran.
a) Jumlah proposisi yang dihasilkan oleh pendekatan ilmiah masih relatif  kecil
dibandingkan dengan kebutuhan aktual.
b) Peneliti pembelajaran umumnya lebih banyak menyaring dan mengonfirmasikan
pengetahuan yang  telah mapan dibandingkan menemukan dan mengusahakan
munculnya pengetahuan yang baru.
c) Dalam melaksanakan penelitian, para peneliti umumnya menyaring pengetahun
yang mapan dengan seleksi yang tepat. Oleh karena keketatan demikian, bisa
menjadi penyabab terbatasnya atau sedikitnya proposisi yang mapan dari
pengetahuan yang mapan  yang diterlibatkan, maka verifikasinya menjadi kecil.
d) Peneliti umumnya tidak menemukan problema kelas secara menyeluruh,
sehingga yang didapat kan hanya pasial saja. Sementara itu, supervisor dalam

12
mengambil langkagh-langkah supervisi haruslah mendasarkan pada temuan
yang didapatkan oleh para peneliti ini menjadikan penyebab terbatasnya
wewenang supervaisor dalam menggunakan kewenangannya untuk
mensupervisi guru.
e) Banyak temuan ilmiah yang mengemukakakn konsep pembelajaran yang efektif
dengan ukuran yang berbeda-beda. Hal demikian yang menjadikan  penyebab
berkurangnya kepercayaan guru dan supervisor  terhadap salah satu temuan-
temuan.
Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan pendekatan ilmiah demikian, maka
jika pendekatan ilmiah ini tetap dipergunakan, dikemukakan rekomendasi-
rekomendasi berikut:
a) Peneliti hendaknya meninggalkan atau sekurang-kurangnya mengurangi
penelitian pemecahan masalah praktis, dan lebih banyak mengarahkan
penelitiannya kearah yang lebih fundamental dalam pembelajaran yang sebagai
mana pemikiran Dewy, Piaget, Chomsky, dan Freud.
b) Peneliti kemebali kepraktik semula dengan penelitian terapannya, membatasi
keketatan seleksi dan mencoba mempertanyakan kemanfaatan hal-hal yang
dilakukan bagi masyarakatnya.
c) Peneliti melaksanakan penelitian yang benar-benar ideal bagi siswa.
d) Peneliti memperbaiki pembelajaran melalui penemuan fakta dan menambah
pengetahuan yang berkaitaan dengan masalah pembelajaran.

F. Kelebihan dan Kekurangan Supervisi Pembelajaran dengan Pendekatan


Ilmiah
a. Kelebihan
Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
demikian pesat, supervisi pengajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah
juga diestimasi mempunyai masa depan yang dioptimistik. Dalam kerangka
pendekatan demikian, manusia sebab mengadakan penelitian dan bebas
mengkaji secara kritis terhadap lingkungannya. Atas kajian kritisnya terhadap

13
lingkungan, manusia akan dapat memecahkan masalah mereka sendiri. Di dunia
pendidikan dengan menggunakan pendekatan ilmiah demikian, akan mudah
ditentukan mana guru yang mengajarnya efektif dan manan yang tidak. Atas
dasar itu, supervisor guru dapat mengambil langkah-langkah supervise dengan
meningkatkan keefektifan pengajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan kata
lain, kelebihan dari supervisi pengajaran dengan menggunakan pendekatan
ilmiah adalah pembinaan guru didasarkan pada aspek-aspek yang mudah digali,
mudah dianalisis, dan disimpulkan.
Supervisi akademik model ilmiah dianggap tepat untuk meningkatkan
kemampuan guru dibandingkan pola lama (inspeksi) yang cendrung melahirkan
rasa takut, tidak bebas sehingga dianggap tidak memberikan ruang gerak dan
kemajuan kepada guru. Supervisi akademik model ilmiah sebagai wujud layanan
profesional dilaksanakan secara demokratis, sistematis, objektif dan
menggunakan instrumen.
Sistematis adalah berurut dan runtut dari masalah yang satu ke masalah
yang lainnya. Demokratis adalah adanya hubungan didasarkan kesepakatan,
kerjasama, kesejawatan, hubungan yang dibangun secara akrab dan hangat atas
dasar kemanusiaan dengan menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru.
Objektif berarti apa adanya tidak berdasarkan opini supervisor sehingga
pembinaan sesuai kebutuhan guru dan tuntutan perubahan berupa inovasi/
menemukan hal-hal yang baru. Menggunakan alat pencatat data yaitu
menggunakan alat observasi yang dijadikan panduan dan sumber acuan dapat
memberikan informasi untuk mengadakan perbaikan terhadap proses
pembelajaran selanjutnya.
Agar suatu perbaikan belajar dan mengajar dapat terukur dengan jelas
maka antara guru dan pengawas harus berkerjasama untuk menentukan standar
sesuai kriteria tertentu. Supervisi terhadap guru dilakukan dengan cara
meluruskan tindakan-tindakan guru yang masih menyimpang dan memantau
guru agar tidak sampai jauh berbuat salah, mencari sebab setiap kesalahan untuk
diperbaiki.

14
b. Kekurangan
Sungguhpun memiliki kelebihan, pendekatan ilmiah memiliki beberapa
kelemahan,antara lain:
1. Sering terjadi kesalahan kesimpulan. Kejadian-kejadian tertentu
disimpulkan sebagai kesuksesan pengajaran. Pembinaan terhadap guru
lebih diarahkan pada perilaku guru yang secara umum dapat
meningkatkan mutu pengajaran, misalnya memberi penguatan terhadap
siswa dan memberi contoh yang konkret.
2. Kesalahan komposisi. Kualitas pengajaran lebih dilihat dari penjumlahan
skor variabel-variabel, indikator-indikator yang ada, dicari rata-rata
hitungnya. Kalau beberapa skor indikator sangat tinggi, sementara skor
indikator yang lain sangat rendah, dihitung rata-rata hitungnya maka
hasilnya bias.
3. Kesalahan pengkonkretan. Pendekatan ilmiah mengacu pada tampilan-
tampilan yang tampak. Supervisor membantu guru didasarkan pada
perilaku yang tampak pada diri guru. Padahal sistem pengajaran
merupakan perpaduan komponen fisik dan psikis.
4. Kesalahan urus. Seringkali urusan pengajaran hanya dibatasi pada
peristiwa yang ada di dalam kelas, sedangkan peristiwa di luar kelas
tidak mendapat perhatian.
5. Selain itu ada ditemukan bahwa ada beberapa keterbatasan yang dimiliki
oleh pendekatan ilmiah dan riset ilmiah dalam memberikan kontribusi
terhadap pengembangan pengajaran, yakni:
a. Jumlah proposisi yang dihasilkan oleh pendekatan ilmiah masih
relative kecil dibandingkan dengan kebutuhan actual
pengajaran.
b. Peneliti pengajaran umumnya lebih banyak menyaring dan
mengkonfirmasikan pengetahuan yang telah mapan
dibandingkan dengan menemukan dan mengusahakan
munculnya pengetahuan yang baru.

15
c. Dalam melaksanakan penelitian, para peneliti umumnya
menyaring pengetahuan yang mapan dengan seleksi yang ketat.
Oleh karena kekuatan demikian, bisa menjadikan penyebab
terbatasnya atau sedikitnya proposisi dari pengetahuan yang
mapan yang diterlibatkan, maka verifikasinya menjadi kecil.
d. Peneliti umumnya tidak menemukan problema kelas secara
menyeluruh, sehingga yang didapatkan hanyalah parsial saja.
Sementara itu, supervisor guru, dalam mengambil langkah-
langkah supervise, haruslah mendasarkan pada temuan yang
didapatkan oleh para peneliti. Ini menjadikan penyebab
terbatasnya wewenang supervisor dalam menggunakan
kewenangannya untuk mensupervisi guru.
e. Banyak temuan ilmiah yang mengemukakan konsep pengajaran
yang efektif dengan ukuran yang berbeda-beda. Hal demikian
menjadikan penyebab berkurangnya kepercayaan guru dan
supervisor terhadap salah satu dari temuan-temuan tersebut.

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan ilmiah dalam supervisi pengajaran ini terkait erat dengan
pengupayaan efektifitas pengajaran. Dalam pandangan pendekatan ilmiah ini,
pengajaran dipandang sebagai ilmu atau science. ciri utama science adalah rasional
dan empirik. Guru perlu mengimplementasikan hasil-hasil penelitian atau temuan
para peneliti. Sebab, dari temuan para peneliti tersebut akan diketahui, mana
pengajaran yang efektif dan mana pengajaran yang senantiasa teruji, baik sebagai
pemuat atas teori-teori pengajaran yang selama ini ada. Supervisor perlu
merumuskan masalah berdasarkan kerangka teori pengajaran, menyusun hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis data dengan menggunakan teknik analisis yang
relevan, menguji hipotesis dan akhirnya menarik kesimpulan.
Posisi pendekatan ilmiah dalam supervisi pengajaran dapat dipilih menjadi
tiga, yaitu :
1. supervisi pengajaran dengan pendekatan ilmiah dapat dipandang sebagai bagian
dari gerakan manajemen ilmiah.
2. supervisi pengajaran dengan pendekatan ilmiah dapat dipandang sebagai
gambaram hasil penelitian dan aplikasi metode pemecahan masalah.
3. supervisi pengajaran dengan pendekatan dapat dipandang sebagai bagian dari
ideologi demokrasi.
B. Saran
Makalah ini dapat digunakan sebagai penambahan wawasan, kontribusi dan bahan
referensi bagi para supervisor untuk senantiasa meningkatkan kualitas pendidikan dengan
jalan memberikan supervisi secara ilmiah kepada para guru dan staf pada lembaga
pendidikan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, Soetopo, H., Imron, A., Maisyaroh, dan Ulfatin, N. 2007. Supervisi
Pendidikan dan Pengajaran : Konsep, Pendekatan, dan Penerapan Pembinaan
Profesional. Malang : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Checkland, P.B.,1993. Systems Thinking, Systems Practice. John Wiley, New York.
Glickman, C. D. 1981 . Developmental Supervision: Alternative for Helping Teachers
Improve Instructions. Alexandria : Association for Supervision and Curriculum
Development.
Glickman, C. D. 1981 . Developmental Supervision: National Curriculum Study
Institute. New York : Association for Supervision and Curriculum Development.
Hunter, Madeline. 1979. “Teaching Is Decision Making.” Educational Leadership 37
(1):62–65
Gunawan, I., Dan Benty, D.D. N. 2017 Manajemen Pendidikan : Suatu Pengantar
Pratik. Bandung: Alfabeta.
Imron, A. 2012 Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuanpendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Lumsdaine A.A. (ed) 1961. Student response in programmed instruction: a symposium.
Washington DC: National Academy of Sciences-National Research Council,
publication #943.
Narbuko, Cholid  dan  Achmadi, Abu. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi
Aksara  
Neagley, R.L. and Evans, N.D. (1980). Handbook for Effective Supervision of
Instruction. Eng leys wood cliff. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.
Mantja, W. 2007, Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: Manajemen Pendidikan dan
Supervisi Pengajaran. Malang: Elang Mas
Oliva, P.F. (1984). Supervision for Today’s schools. New York : Longman
Sahertian, P. A., dan Mataheru, F. 1981. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan.
Surabaya : Usaha Nasional.
Sergiovanni, T., dan Starrat, R, J. 1993. Supervisions : Human Perspective. New York.
Mc Graw Hill Book Company.
Soetopo, H. 1992. Evaluasi Program Supervisi Pendidikan. Malang : OPF IKIP
MALANG.
Wayne.K. H. & Forsyth,P (1986) .Effective Supervision: Theory into Practice 1st
Edition. Random House Inc.
Wiles, J. Dan J. Bondi. 1986. Supervision : A Guide to Practice. Second Edition.
Columbus : Charles E. Merrill Publishing Company.
Wiles, K., dan Lovell, J, T. 1987. Supervision for Better Schools. New York: Prentice
Hall,Inc.

18

Anda mungkin juga menyukai