Anda di halaman 1dari 9

KONSEP SUPERVISI PENDIDIKAN SEBAGAI TINDAKAN MORAL

Dosen Pengampu:M.Fuad Badruddin,M.pd

Oleh

M.Hasan Aminullah
Yulia Indah Suciati

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN - PROBOLINGGO

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat dan berkah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
baik dan tanpa kendala apapun. Pada kesempatan ini, penyusun juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan
makalah ini terutama dosen pengajar ustad Fuad Badruddin,M.Pd .
kedua orang tua dan teman-teman seperjuangan.Makalah berjudul “KONSEP SUPERVISI
PENDIDIKAN SEBAGAI TINDAKAN MORAL” ini disusun untuk memenuhi tugas
makalah semester 6 mata kuliah SUPERVISI PENDIDIKAN .Penyusun memohon maaf
bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik secara materi maupun
penyampaian dalam karya tulis ini. Penyusun juga menerima kritik serta saran dari pembaca
agar dapat membuat makalah dengan lebih baik di kesempatan berikutnya.

Kraksaan, 27 Mei 2023

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................................
Bab I Pendahuluan.......................................................................................................
Latar Belakang....................................................................................................
Rumusan Masalah...............................................................................................
Tujuan.................................................................................................................
Bab II Pembahasan.......................................................................................................
A. Pengertian tindakan moral............................................................................
B. Pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah...................................................
C. Pelaksanaa supervisi oleh pengawas.............................................................
D. Mendiskusikan dan membedakan pelaksanaan supervisi kepala sekolah dan
pengawas.......................................................................................................
Bab III Penutup.............................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
Daftar Pustaka..............................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
Pendidikan yang merupakan sistem kerja yang harus saling terkait antara komponen
yang satu dengan lainnya. Bila selama ini guru selalu menjadi sorotan sekaligus ujung
tombak pelaksanaan pendidikan di berbagai jenjang, sebenarnya masih ada komponen lain
yang harus diberdayakan dalam aplikasi pendidikan di lapis bawah yaitu peran kepala
sekolah. Kinerja guru dalam mengabdikan dirinya sebagai pemecahannya, sehingga tidaklah
mengherankan jika hampir setiap bangsa telah menempatkan masalah pendidikan dalam
suatu tempat yang utama. Namun demikian, upaya untuk melaksanakan pencapaiannya yakni
mencapai tujuan pendidikan yang dikehendaki, hal itu harus diikuti dengan prinsip-prinsip
yang telah dikembangkan serta teruji kebenarannya sehingga prinsip-prinsip itupun kiranya
akan mendasari pemecahan masalah baik dalam hal kebijakannya yang akan tercermin dalam
perencanaan pendidikan atau dalam perencanaan kurikulum maupun dalam hal-hal yang lebih
operasional, yang dapat kita tinjau di sekolah atau di kelas sebagai lembaga yang
melaksanakan pendidikan secara formal.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yaitu
bentuk penelitian pada kondisi alamiah, di mana hasil penelitian adalah hasil serapan dari
fakta-fakta lapangan, tanpa manipulasi. Karena bersifat deskriptif, maka temuan-temuan
penelitian ini akan dikonsultasikan dengan teori-teori, hasil riset terdahulu, ataupun
generalisasi-generalisasi. Supervisi merupakan pengamatan secara langsung dan berkala oleh
atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila
ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya. Supervisi sering diartikan sebagai bantuan yang diberikan untuk memperbaiki
situasi belajar mengajar yang lebih baik. supervisi pendidikan perlu untuk dilakukan karena
pada dasarnya supervisi pendidikan dilakukan untuk memberikan arahan dan bimbingan
kepada guru agar dapat menemukan jalan keluar dalam menghadapi permasalahan-
permasalahan diatas secara mandiri, sehingga dapat berimplikasi juga terhadap peningkatan
prestasi kerjanya.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tentang tindakan moral?
2. Bagaimana pelaksanaan supervisi kepala sekolah?
3. Bagaimana pelaksanaan supervisi pengawas?
4. Bagaimana mendiskusikan pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dan pengawas?
Tujuan
1. Memahami pengertian tindakan moral
2. Memahami pelaksanaan supervisi kepala sekolah
3. Memahami pelaksanaan supervisi pengawas
4. Memahami diskusi dan membedakan pelaksanaan supervisi kepala sekolan dan
pengawas

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tindakan Moral


Tindakan moral memiliki 3 tipe yaitu
1) tipe rasionalis, yaitu seorang etis murni yang menurut Kleinberger diwakili oleh Immanuel
Kant dan Lawrence Kohlberg. Tipe ini memandang penalaran moral sebagai suatu keharusan
serta mencukupi bagi lahirnya suatu tindakan moral.
2) Tipe naturalistik, yaitu seorang etis yang bertanggung jawab yang menurut Kleinberger
diwakili oleh Aristoteles dan John Dewey. Tipe ini berpandangan bahwa moral itu
merupakan suatau keharusan, akan tetapi tidak mencukupi untuk melahirkan suatu tindakan
moral.
3) Tipe behavioristik-sosial. Dalam pandangan tipe ini moralitas dapat ditentukan tanpa
merujuk kepada pola pikir sang pelaku. Tokoh etisi tipe ini antara lain Aronfreed, Bandura,
Eysenck, Havighurst dan Taba (Kohlberg dan Candee, 1992:88-89).
Tindakan moral dapat diartikan sebagai tindakan yang sejalan atau konsisten dengan
pertimbangan moral, bagaimanapun tindakan itu adanya. Kohlberg dan Candee(1992)
menyebut ide konsistensi tentang tindakan moral ini sebagai"pertanggung-jawaban
moral".Jenis pertimbangan moral sebagai pusat tindakan moral:
1) Menurut W.K. Franken (1963), pertimbangan yang deontis ialah pertimbangan yang
menyatukan atau mengharuskan bahwa sesuatu tindakan itu benar. Ciri khas pertimbangan
deontis ialah pertimbangan tersebut dijabarkan dari suatu prinsip.Contoh-contoh
pertimbanagn deontis yaitu penerapan prinsip keadilan menurut Kant adalah imperatif-
kategori, atau prinsip utilitas dari John Stuart Mill.
2) Pertimbangan atas dasar tanggung jawab mencakup suatu unsur "aretaic", yaitu suatu
pertimbangan tentang apa yang menurut moral itu baik, buruk, dapat dipertanggung-
jawabkan atau patut dicaci-maki.Menurut D. Galon (1982), pertimbangan deontis dianggap
sebagai pertimbangan tentang kebenaran pada peringkat pertama, sedang atas dasar tanggung
jawab adalah affirmasi peringkat kedua dari kemauan untuk bertindak selaras dengan
pertimbangan tersebut. Pertimbanagn deontis merupakan deduksi proporsional dari usatu
tahapan atau prinsip tertentu, sedang pertimbanagn atas dasar tanggung jawab merupakan
afirmasi tentang kemauan yang memilih (Kohlberg dan Cendee, 1992: 92-93).Pertimbangan
moral yang bersifat klasikal, menurut Kohlberg dan Candee (1992) berkorelasi dengan atau
meramalkan tindakan moral dalam situasi wajar maupun eksperimental. Di bagian lain, J. S.
Lemming mengkaji kaitan pertimbangan moral dengan tindakan moral, yaitu dengan metode
"praktis" yang dibedakan dari pengkajian pertimbangan moral secara "klasik".

5
B. Pelaksanaan Supervisi Oleh Kepala Sekolah
Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah
untuk membantu para guru dan pegawai lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka dalam
proses pembelajaran secara efektif. Supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pelaksanaan supervisi
dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan melalui teknis rapat guru, observasi
kelas, dan percakapan pribadi antara supervisor dengan objek yang di supervisi.
Dalam melaksanakan supervisi diperlukan pendekatan supervisi yaitu supervisi
klinis. Supervisi klinis yaitu supervisi yang mengembangkan kemampuan guru agar dapat
bertanggung jawab terhadap kinerja mereka serta terbuka kepada orang lain.Supervisi klinis
dilakukan dalam bentuk proses tatap muka yang memungkinkan supervisor dan guru
bersama-sama membahas dan menganalisis masalah pembelajaran yang terjadi di kelas.
Adapun masalah yang ditemukan oleh kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi
yaitu kurangnya persiapan dari para guru yang akan disupervisi, kondisi seperti ini dianggap
bahwa motivasi dari guru tersebut masih kurang dikarenakan masih melekatnya anggapan
dari para guru bahwa supervisi dilakukan hanya semata-mata untuk mencari kesalahan. Dari
permasahan seperti itu, kepalas sekolah selaku orang yang melaksanakan supervisi harus
melakukan pendelegasian wewenang kepada guru-guru senior, memberikan motivasi yang
lebih kepada guru bahwasanya supervisi ini sangat penting dilakukan untuk menilai kinerja
guru, pemberian motivasi ini dapat diakukan oleh kepala sekolah dengan cara memberikan
pengarahan kepada guru atau mengadakan workshop, rapat, lokakarya bahkan bisa
memberikan motivasi secara langsung kepada guru tersebut.
C. Pelaksanaan Supervisi Oleh Pengawas
Setiap bidang kegiatan memerlukan perencanaan yang sistemik dan prospektif untuk
mencapai tujuan secara efektif. Supervisi merupakan usaha untuk mendorong para guru
mengembangkan kemampuannya agar dapat mencapai tujuan pendidikan secara efektif.
Oleh karena itu, dalam supervisi, perencanaan merupakan kegiatan yang perlu dilakukan
sebaik-baiknya. Tanpa perencanaan yang baik supervisi hanya memberikan kekecewaan
kepada pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu guru, kepala sekolah, supervisor dan
terutama murid- murid yang mengharapkan pembelajaran dapat berlangsung secara aktif,
efektif, kreatif, dan menyenangkan (Masaong, 2013).
Sebagai gurunya guru, pengawas harus menyusun rencana untuk memperkuat
implementasi keempat kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Oleh karena itu, pengawas
dituntut memiliki visi dan misi kepengawasan yang mampu dituangkan ke dalam tujuan dan
strategi pencapaiannya. Kekurangefektifan pelaksanaan supervisi selama ini karena
ditengarai kurang jelasnya visi dan misi kepengawasan yang dilakukan oleh pengawas.
Pelaksanaan supervisi pun terkesan asal dilaksanakan dan tidak mengacu pada kebutuhan
guru sehingga menimbulkan kurangnya kepercayaan guru terhadap pengawas untuk
menyelesaikan problematika pembelajaran. Program supervisi harus mengacu pada visi, misi,
tujuan dan strategi pembinaan ditetapkan oleh pengawas. Keterlibatan guru dan kepala
sekolah dalam penyusunan rencana kerja pengawas sangat efektif dalam meningkatkan
kompetensi profesional guru dan ke- mampuan manajerial kepala sekolah (Masaong, 2013).

6
Rencana kerja pengawas yang berkaitan dengan supervisi manajerial dituntut
mengacu pada aspek fungsi dan substansi manajemen sekolah. Aspek fungsi manajemen
mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,pengendalian, monitoring dan
evaluasi serta pelaporan. Sedangkan aspek substansi manajerial sekolah mencakup
pengelolaan kurikulum dan pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, pengelolaan kesiswaan,
pengelolaan keuangan dan pembiayaan sekolah,pengelolaan sarana dan prasarana sekolah
serta pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat. Pengawas dituntut memiliki
pengetahuan yang mumpuni dalam memandang manajemen sekolah sebagai satu kesatuan
sistem yang di dalamnya berpadu antara aspek fungsi dan substansi manajerial.
D. Diskusi Dan Membedakan Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolan Dan Pengawas
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah
efektivitas, efisiensi dan standarisasi pengajaran. Kurang kreatifnya para pendidik dalam
membimbing siswa membuat siswa dan lulusan sekolah menjadi kurang bermutu. Selain itu
kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan
masyarakat.sehingga pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan yang kreatif . Selain itu
kurikulum dibuat di pusat tanpa memperhatikan kondisi di masyarakat bawah atau di daerah
sampai daerah terpencil,sehingga seringkali kurikulum yang dibuat susah untuk diterapkan di
beberapa sekolah maupun daerah.
Oleh karena itu, diperlukan supervisi sebagai cara dalam peningkatan kualitas atau
mutu pendidikan di Indonesia. Namun sayangnya, supervisi sering tidak berjalan lancar oleh
pihak yang berkewajiban. Hal tersebut dapat berupa factor internal maupun eksternal.
Beberapa factor yang mempengaruhi supervise pendidikan ini adalah Sumber daya guru,
SDM pimpinan lembaga pendidikan, SDM tenaga administrasi, Anak didik itu sendiri,
struktur organisasi pengawas serta pola pengawasan yang diterapkan.
Menurut (Sabandi, 2013b) Perkembangan supervisi pendidikan berkembang seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, serta sosial ekonomi dan budaya
masyarakat. Oleh karena itu, pendidik diharapkan mampu mengayomi peserta didik seiring
dengan perkembangan IPTEK, ekonomi dan budaya masyaratakat yang sesuai dengan
keaadaan saat itu juga. Dan kepala sekolah serta badan pengawas sekolah diharapkan mampu
memberikan pelatihan kepada pendidik sehingga pendidik mampu mengajar dan
menghasilkan siswa yang berkualitas dan berkemajuan.
Peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, perlu
secara terus menerus mendapatkan perhatian dari penanggung jawab sistem pendidikan.
Supervisor sebagai penanggung jawab keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dapat
melakukan supervisi dengan berbagai pendekatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
keprofesionalitasan guru, di antaranya teknik supervisi, budaya organisasi pembelajaran, dan
kegiatan pelatihan. Agar dapat melaksanakan supervisi dengan efektif, pengawas harus
memahami prinsip-prinsip dalam melaksanakan supervisi. Dikutip dari buku pedoman
pelaksanaan supervisi yang diterbitkan oleh Ditjend Dikdasmen (1994) disebutkan bahwa ada
empat prinsip dalam melaksanakan supervisi, yaitu: (1) ilmiah (scientific); (2) demokrasi; (3)
Kooperatif; (4) Konstruktif dan Kreatif. Selain itu kepala sekolah memiliki peranan penting
dalam supervisi ini sebagai pembina yang memberikan arahan, bimbingan, contoh dalam
proses pembelajaran di sekolah.

7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kegiatan supervisi pendidikan yang dilakuakn oleh kepala sekolah terhadap guru di
sekolah pada akhirnya adalah akan berujung pada tujuan menciptakan kinerja guru yang baik.
Dalam upaya menciptakan cita-cita itu dari pihak pendidik juga sangat diperlukan adanya
pembinaan melalui kegiatan supervisi ini. Dimana kepala sekolah sebagai seorang supervisor
mengamati kinerja yang dihasilkan oleh para pendidik dan kontribusinya dalam upaya
membantu mewujudkan cita-cita pendidikan tersebut. Supervisi terhadap guru termasiuk
salah satu cara yang tepat. Karena dengan adanaya supervisi terhadap guru ini lebih
mamantapkan konsep tentang apa saja tanggung jawab yang seharusnya dilakukan oleh
seorang guru melalui pembinaan-pembinaan.

8
DAFTAR PUSTAKA
Sabandi, A. (2013). Supervisi Pendidikan Untuk Pengembangan Profesionalitas Guru
Berkelanjutan. Pedagogi, Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, XIII(2), 1–9. Retrieved
from http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi/article/view/4275
Aripin. 2011. Perkembangan Supervisi Pendidikan. http://aripinmuslim.blogspot.co.id/
2011/04/perekembangan-supervisi-pendidikan.html
Dewi Novrita, 2014. Maksimalisasi Peran Pengawas Sekolah Menengah Atas Dalam
Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI Studi Kasus Pada Kementerian Agama di
Kota Jayapura, Papua. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri(STAIN) Al Fatah
Jayapura, Papua
Makmurrizal, C. Z. H., & Ibrahim, S. 2016. Pelaksanaan Supervisi Oleh Pengawas Sekolah
Dalam Meningkatkan Kompetensi Rofesionalisme Guru Pada SMA Negeri 2 Bandar
Baru Pidie Jaya. Jurnal Administrasi Pendidikan: Program Pascasarjana Unsyiah,
4(3)
Masaong, A.K. 2013. Supervisi Pengajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru.Bandung:
Penerbit Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai